T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepala

sekolah

merupakan

pemimpin

dalam

proses penyelengaraan sistem pendidikan di tingkat
sekolah
memiliki

dasar

hingga


beberapa

menengah.

kewajiban

Kepala

sekolah

diantaranya

sebagai:

educator, manajer, administrator, Supervisor, Leader,
Inovator, Motivator. Peran utama kepala sekolah dalam
hal kepemimpinan menurut Knezevich yang dikutip
Indrafachrudi (1983), mengemukakan bahwa kepala
sekolah dalam meningkatkan sumber daya manusia di
sekolah dasar adalah sebagai sumber energi utama

dalam mencapai tujuan organisasi.
Peran kepala sekolah pada jenjang sekolah dasar
dalam menjalankan tanggungjawab organisasi yang
tertuang

dalam

peraturan

pemerintah

Republik

Indonesia nomor 28 tahun 1990 menyebutkan bahwa
pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia,
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Terkait dengan uraian di atas, Sekolah Dasar

merupakan pendidikan tingkat dasar yang berperan
dalam building development character sebagai langkah
pemberdayaan sumber daya manusia. Sebagai komponen

utama

dalam

pencapaian

pembangunan

nasional, sehingga dalam menjalankan visi tersebut,
1

kepala sekolah membutuhkan strategi yang dapat
diimplementasikan

melalui


paket

pendidikan.

Hal

tersebut dilandaskan bahwa pendidikan merupakan
sebuah sistem yang diharapkan dapat memerhatikan
sub sistem pendukung pendidikan. Demikian juga
dengan

pendidikan

pada

tingkat

sekolah

dasar


memiliki sistem dan standar implementasi yang bertujuan

dalam

peningkatan

kualitas

sumber

daya

manusia.
Sistem Pendidikan Nasional yang telah diatur
melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan
Standar Pendidikan Nasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Kebijakan tersebut
merupakan dasar dalam menjalankan sistem pendidikan pada tingkat sekolah dasar dimana salah satu
komponen utama adalah penjaminan mutu. Dalam UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa :
“Tujuan diselenggarakan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”

Ini berarti bahwa melalui pendidikan, setiap orang akan
dapat meningkatkan pengetahuan, penguasaan nilai
nilai dan keterampilan. Mutu menjadi penting dalam
rancangan pendidikan sekolah oleh karena output yang
dipersiapkan oleh sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan memecahkan masalah.
Implementasi dari kedua payung hukum tersebut
di

lakukan

terbitnya

2

oleh

pemerintah,

Peraturan

Menteri

antara

lain

Pendidikan

dengan
Nasional

Nomor


13 tahun 2007

tentang Standar Kompetensi

Kepala Sekolah. Salah satu isi dari Permendiknas
tersebut adalah kompotensi manajerial, kepemimipinan
merupakan standar kompetensi yang harus dimiliki
oleh kepala sekolah. Seorang kepala sekolah dalam
menjalankan perannya membutuhkan beberapa sub
sistem sebagai komponen unsur pendukung dalam
sebuah organisasi pendidikan pada tingkat sekolah
dasar.
Ditinjau dari komponennya, ada beberapa unsur
atau elemen utama dalam organisasi sekolah dasar.
Unsur-unsur
manusia,

tersebut


yang

meliputi:

mencakup

(1)

kepala

sumber
sekolah,

daya
guru,

pegawai administrasi, dan peserta didik; (2) sumber
daya material, yang mencakup peralatan, bahan, dana,
dan sarana prasarana lainnya; (3) atribut organisasi,
yang mencakup tujuan, ukuran, struktur tugas, jenjang

jabatan, formalisasi, dan peraturan organisasi; (4) iklim
internal

organisasi,

yakni

situasi

organisasi

yang

dirasakan personel dalam proses interaksi; dan (5)
lingkungan

organisasi

sekolah


(Direktorat

Tenaga

Kependidikan Depdiknas; 2007).
Manajemen berbasis sekolah merupakan strategi
pemberian kesempatan yang lebih luas kepada sekolah
dalam pengelolaan sekolah (Mulyana, Yayan; 2009).
Sekolah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk
mengelola
kondisi

sekolah

sekolah.

secara

Kegiatan

mandiri

sesuai

pengelolaan

dengan

pendidikan,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi banyak ditentukan oleh sekolah. Sekolah
diharapkan

mampu

mengembangkan

potensi

yang

dimiliki sekolah dan tuntutan lingkungan masyarakat.
3

Dengan demikian memberikan peran dan tanggung
jawab kepada kepala sekolah dalam mengelola dan
menjalankan peran pendidikan sesuai tujuan pendidikan nasional (Muin, A; 2011).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28
Tahun 2010 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah, seorang Kepala Sekolah tidak lagi
sebagai pejabat struktural dengan eselon tertentu.
Kepala

Sekolah

seorang

guru

yang

atas

dasar

kompetensinya diberi tugas tambahan untuk mengelola
satuan pendidikan. Jadi seorang kepala sekolah pada
dasarnya seorang guru, yaitu seorang guru yang dipandang memenuhi syarat tertentu dalam memangku
jabatan fungsional sebagai pengelola satuan pendidikan.
Tuntutan tugas kepala sekolah yang semakin
tinggi akan menyebabkan timbulnya konflik peran,
Gary (2001), bahwa tekanan dari berbagai kalangan
serta

ketidakjelasan

peran

membuat

pemimpin

mengalami konflik peran. Pada era otonomi ini kepala
sekolah dituntut untuk meningkatkan prestasi peserta
didik, hal tersebut dilihat dari penetapan standar
kelulusan oleh pemerintah, sehingga kepala sekolah
harus mem-fokuskan dirinya pada peranannya sebagai
pendidik dengan melakukan pembinaan kepada peserta
didik agar mampu mencapai standar yang ditetapkan
(Tammy, 2010).
Pembinaan Kepala sekolah kepada guru atau
yang disebut dengan supervisi harus dilakukan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan
kualitas pembelajaran yang meningkat maka akan
berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik
4

(Arikunto, Suharsini, 2004). Dengan demikian, tuntutan peningkatan prestasi peserta didik secara tidak
langsung
sekolah

akan
untuk

berdampak

pada

melaksanakan

tuntutan

peranannya

kepala
sebagai

supervisor. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor,

diantaranya

faktor

partisipasi

masyarakat

sekolah dan dukungan dari berbagai pihak (Susanto,
2008).

Keterlibatan

guru

dan

masyarakat

dalam

meningkatkan mutu pendidikan di lingkup sekolah
akan sangat membantu meringankan tugas kepala
sekolah, namun pada kenyataannya kualitas guru
masih rendah sehingga belum tentu mampu melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh kepala sekolah
(Balitbang, 2003).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dahono
(2014), peran kepala sekolah sebagai supervisor dilaksanakan melalui peningkatan kinerja guru dengan
bersama-sama

merancang

program

peningkatan

kualitas peserta didik dan mutu sekolah, inspirator
dalam rangka peningkatan kinerja mengajar. Peran
kepala sekolah sebagai motivator dilakukan melalui
mengatur lingkungan kerja, suasana kerja, menerapkan prinsip dan hukuman. Peran kepala sekolah
sebagai visioner dengan cara menciptakan hubungan
kerja yang baik, sebagai pendorong, dan menjadi
teladan.
Hal serupa juga dialami dalam sebuah lembaga
pendidikan sekolah dasar yang berada di salah satu
Kecamatan Tuntang tepatnya SD Negeri Kesongo 04.
Kondisi Sekolah Dasar yang berada pada letak strategis
antara wilayah kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
5

Dimana jumlah peserta didik yang banyak apabila
dibandingkan dengan Sekolah Dasar lainnya. Jumlah
peserta didik menjadi keunggulan tersendiri dalam
pengembangan mutu sekolah karena memiliki variasi
kompetensi

yang

dimiliki

peserta

didik

untuk

yang

banyak

yakni

dikembangkan.
Jumlah

peserta

didik

sejumlah 226 peserta didik yang terbagi menjadi 8
kelas. Jumlah peserta didik ini kurang diimbangi
dengan jumlah guru pengajar kelas dan ketersediaan
sarana

prasarana

sekaligus

fasilitas

yang

dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik. Di sisi lain
strategi manajemen pengelolaan sekolah dari pihak
kepemimpinan belum optimal dalam mensinergikan
peran komite, pengawas, guru dan orang tua murid.
Tabel 1.1 Jumlah Siswa Periode 2014/2015
No

Kelas Laki-laki

Perempuan Jumlah

1

I

20

14

34

2

II

15

16

31

3

III

13

15

28

4

IV

17

22

39

5

V

27

30

57

6

VI

23

19

42

Sumber: Data Sekolah
Dengan kondisi tersebut mengantarkan pada
Kenyataan bahwa sekolah dasar ini mendapatkan
lulusan dengan ujian paling rendah pada tingkat
kecamatan yakni dari 40 sekolah berada pada tingkat
39. Berdasarkan pada pengamatan dan wawancara
mengindikasikan bahwa orang tua peserta didik melihat
kondisi tersebut merupakan bukan masalah utama
6

yang terpenting anak sekolah dengan mendapatkan
ijazah.
Tabel 1.2 Nilai Ujian Peserta Didik
No Tahun

Peserta Nilai Rata-rata
didik

Jumlah

BI

MAT

IPA

Nilai

1

2011/2012 33

6,21

6,15

6,15

18,51

2

2012/2013 34

8,12

6,79

6,24

21,15

3

2013/2014 36

7,35

6,04

6,21

19,60

Sumber: data sekolah
Meskipun secara akademik berada tingkat paling
rendah namun sekolah ini memiliki prestasi dari bidang
non akademik. Prestasi non akademik diperoleh dari
kegiatan ekstrakurikuler yakni berupa kegiatan lomba
qiraah, mewarnai, adzan juara 1 kecamatan. Juara
anyam, Lomba Cerdas Cermat mendapatkan juara II
tingkat kecamatan. Pada kejuaraan tingkat kabupaten
mendapatkan juara III untuk bidang seni membatik.
Selain itu prestasi akademik dari Olimpiade Sains
Nasional IPA memperoleh juara III tingkat kecamatan.
Dalam memberikan solusi dari berbagai hal yang
dihadapi sekolah tersebut. Maka diperlukan tindakan
sejak dini dari pihak sekolah melalui strategi kepemimpinan kepala sekolah dasar dalam meningkatkan
mutu pendidikan guna memberikan pelayanan terbaik
kepada masyarakat dan memberdayakan sumber daya
manusia. Strategi kepemimpinan kepala sekolah ini
dengan tetap memprioritaskan peran kepala sekolah
sebagai supervisor, motivator dan visioner.
Dalam hal ini kepala sekolah SD Negeri Kesongo
04 memiliki orientasi dalam pengembangan mutu
berbasis sekolah. Pengembangan mutu sebagai rencana
7

strategis pihak sekolah dalam manajemen perbaikan
mutu demi menghasilkan output peserta didik yang
memiliki kemampuan sesuai dengan profil sekolah.
Rencana strategis merupakan bagian dari program
pengembangan

sekolah

dalam

mewujudkan

visi

sekolah.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang mendasari
penelitian ini, maka rumusan masalah yang dapat
diformulasikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mutu pendidikan di SD Negeri Kesongo
04 Kecamatan Tuntang?
2. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Kesongo 04
Kecamatan Tuntang?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui mutu pendidikan di SD Negeri Kesongo
04 Kecamatan Tuntang
2. Mengetahui strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Kesongo 04
Kecamatan Tuntang.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai peran kepala sekolah SD
Kesongo 04 dalam strategi manajemen kepemimpinan
guna meningkatkan mutu pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai berikut ini:
8

1. Manfaat Teoretis
a. Memperluas wawasan mengenai strategi dalam
meningkatkan mutu pendidikan sekolah dasar
melalui teori-teori manajemen pendidikan berbasis sekolah.
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran

untuk

mengembangkan

teori-teori

mengenai manajemen peningkatan kualitas dan
peran-peran kepala sekolah di era otonomi.
2. Manfaat Praktis
a.

Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan mengenai manajemen strategi kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
Sekolah Dasar.

b.

Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat
menjadi pedoman dalam memperbaiki kinerjanya, melalui strategi kepemimpinan kepala
sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas sekolah dasar.

c.

Bagi

pihak

diharapkan

Sekolah,
dapat

hasil

menjadi

penelitian

pedoman

ini

dalam

memberikan dukungan yang tepat bagi pelaksanaan tugas dalam sebuah sekolah.

1.5 Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan meliputi penulisan latar belakang
dalam

penyusunan

penelitian,

hal-hal

yang

mendasari secara aturan, harapan dan tujuan.
Rumusan masalah dalam mengkaji formulasi
9

permasalahan yang muncul dalam penelitian.
Tujuan penelitian yakni harapan dari penyusunan penelitian. Manfaat penelitian secara
teoretis dan praktis pada kajian laporan penelitian, Sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka meliputi teori-teori yang
mendasari dalam penyusunan penelitian ini.
Teori dalam penyusunan penelitian ini meliputi
kepemimpinan, kepala sekolah, kepemimpinan
kepala sekolah, mutu pendidikan, manajemen
strategik, manajemen strategi dalam pendidikan,
rencana

strategis,

analisa

SWOT

(Strenght,

Weakness, Oppurtunity, Threatment), penelitian
terkait, kerangka berpikir.
Bab III Metode penelitian dalam penyusunan penelitian
ini meliputi jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian meliputi
penyusunan deskripsi tempat penelitian di SD
Negeri Kesongo 04 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian dilanjutkan
dalam pembahasan hasil penelitian.
Bab V Penutup meliputi simpulan dan saran. Simpulan
dari penelitian yang telah dilakukan dan saran
dari rekomendasi penelitian.

10

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15