Desain Satelit untuk Mendukung Pengendal

TUGAS KELOMPOK
SISTEM PENGINDERAAN JAUH
Desain Satelit untuk Mendukung Pengendalian dan Pengelolaan
Penggunaan Lahan di Indonesia

Disusun Oleh :
ANINDYA SRICANDRA PRASIDYA
ASRI RIA AFFRIANI
HILMIYATI ULINNUHA
SYAFRISAR PUTRA A

PASCA SARJANA TEKNIK GEODESI - GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Desain Satelit untuk Mendukung Pengendalian dan Pengelolaan
Penggunaan Lahan di Indonesia
I.


PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Indonesia termasuk sebagai negara berkembang. Banyak usaha yang dilakukan
pemerintah Indonesia untuk memajukan negara, salah satunya melalui pengelolaan
penggunaan lahan. Sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang meliputi
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengelolaan penggunaan lahan merupakan salah satu upaya untuk pengendalian pemanfaatan
ruang. Pengendalian diperlukan karena adanya peningkatan tekanan pada sumber daya lahan
di Indonesia. Tuntutan lahan di Indonesia seringkali terlihat signifikan dan hampir pasti
meningkat lebih jauh di tahun yang akan datang.
Dalam pengelolaan dan pengendalian penggunaan lahan, terdapat beberapa landasan
hukum dalam melakukan kegiatan tersebut. Salah satunya adalah peraturan MK No. 45/PUUIX/2011 (MK45) yang mensyaratkan pihak berwenang harus bekerjasama dengan
Kementerian Kehutanan untuk memutuskan lahan mana yang tersedia untuk pembangunan
daerah, dan mana yang menjadi bagian kewenangan Kementerian Kehutanan. Hal ini
memberikan kesempatan kritis untuk melibatkan kewenangan pemerintah lokal dan pusat
dalam keputusan alokasi lahan untuk sepetak tanah. Namun pada kenyataannya masih banyak
terjadi penyelewengan penggunaan lahan dibeberapa kota terutama untuk kota-kota besar di
Indonesia. Pemanfaatan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya
disebabkan karena adanya praktek kecurangan pihak terkait maupun minimnya pengetahuan

mengenai penggunaan lahan serta belum terbentuknya infrastruktur informasi yang baik
diantara lembaga-lembaga pemerintahan.
Peyelewengan dan ketidaksesuaian penggunaan lahan di Indonesia, lambat laun akan
menjadi masalah yang besar. Hal ini dikarenakan pembangunan tidak akan memenuhi syarat
sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Sumber daya lahan akan semakin berkurang,
sementara itu kebutuhan manusia terus meningkat. Apabila lahan tidak digunakan sesuai
dengan peruntukannya maka manfaat yang dapat diambil dari lahan tidak akan optimal dan
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan
pengendalian dan pengelolaan penggunaan lahan secara berkala sehingga penggunaan dan
pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang dan dapat berjalan dengan optimal
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Untuk mendukung kegiatan ini diperlukan
Sistem Penginderaan Jauh

Page 2

informasi geospasial mengenai penggunaan lahan di wilayah Indonesia. Informasi geospasial
ini dapat diwujudkan dengan adanya peta penggunaan lahan Indonesia secara berkala.
Teknologi satelit dan penginderaan jauh merupakan metode yang tepat untuk pemetaan
penggunaan lahan di Indonesia. Karena Indonesia memiliki 413 kabupaten dan 98 kota
(Kemendagri,2013). Berdasarkan jumlah kabupaten dan kota tersebut, kebutuhan citra satelit

untuk kegiatan pengendalian dan pengelolaan penggunaan lahan di Indonesia tentunya sangat
besar. Akibatnya, anggaran yang dibutuhkan untuk belanja citra satelit di seluruh wilayah
Indonesia juga sangat besar. Oleh karena itu, diperlukan suatu desain satelit yang sesuai
untuk pengendalian dan pengelolaan penggunaan lahan di Indonesia.

I.2. Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyusun desain satelit yang sesuai untuk akuisi
data citra yang dibutuhkan oleh pemerintah dalam pengendalian dan pengelolaan penggunaan
lahan di Indonesia.

I.3. Manfaat
Dengan adanya desain satelit ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
mengendalikan dan mengelola penggunaan lahan di Indonesia sehingga dapat menerapkan
prinsip pembangunan berkelanjutan. Selain itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi di
bidang perencanaan satelit untuk memenuhi kebutuhan citra dalam negeri dan memberikan
peluang usaha untuk bidang komersil terkait penjualan data citra satelit untuk kebutuhan
swasta.

II.


PEMBAHASAN

II.1. Sektor Sasaran
Berdasarkan dengan PP No.15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan tata ruang, sasaran
desain satelit ini adalah untuk yang memegang kewengan di pemerintahan pusat, pemerintah
daerah provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota. Untuk level pemerintah daerah
kabupaten/kota misalnya Bappeda yang dapat memanfaatkan citra satelit untuk pengendalian
dan pengelolaan penggunaan lahan di kabupaten/kota. Selain Bappeda, instansi yang dapat
menggunakan informasi penggunaan lahan dari citra satelit ini juga menjadi sektor sasaran
tulisan ini seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG),
Kementrian Pekerjaan Umum, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan
instansi terkait lain.
Sistem Penginderaan Jauh

Page 3

Sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Spasial bahwa semua data dan
informasi spasial harus merujuk pada Badan Informasi Geospasial (BIG). Maka untuk
pemetaan penggunaan lahan untuk pengendalian dan pengelolaan lahan harus sesuai dengan
sumber data dasar. Citra satelit yang digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan adalah

citra satelit dengan resolusi tinggi sesuai untuk pembuatan peta skala 1:5000. Ketelitian yang
disyaratkan dalam pembuatan peta berbagai skala adalah sebagai berikut :
Tabel.1. Tabel skala peta dan ketelitiannya

Jadi berdasarkan tabel.1. dapat diperoleh bahwa untuk pemetaan penggunaan lahan
diperlukan ketelitian 0,5 – 2,50 meter untuk ketelitian horisontal dan 0,75 meter untuk
ketelitian vertikalnya.
Sumber dana untuk pelaksanaan dan realisasi desain satelit ini adalah dari dana
pemerintah pusat, dana pajak masyarakat, dan dana penjualan produk.

II.2. Desain Orbit Satelit
Desain orbit satelit menggunakan sun-synchronous orbit dengan sudut 98 derajat,
dimana orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yang selalu melintas ekuator pada
jam lokal yang sama sehingga Indonesia akan teramat dengan baik melalui desain orbit ini
(Anonim,2014). Sudut satelit terhadap permukaan bumi dan

sinar

matahari ketika


perekaman oleh satelit dengan orbit sun-synchronous akan konsisten sebaik mungkin dari
waktu ke waktu selama akuisisi data. Ketinggian untuk desain satelit ini adalah 681 km.
Ketinggian ini mirip dengan ketinggian satelit IKONOS yang cocok untuk analisis detil
wilayah perkotaan.
Desain satelit ini termasuk kedalam jenis satelit LEO (Low Earth Orbit) karena
memiliki ketinggian antara 320 – 800 km. Karena orbit mereka yang sangat dekat dengan
bumi, satelit ini harus mempunyai kecepatan yang sangat tinggi supaya tidak terlempar ke
atmosfer. Kecepatan edar satelit LEO harus lebih besar dari pada kecepatan rotasi bumi.

Sistem Penginderaan Jauh

Page 4

Satelit ini didesain memiliki kecepatan 27.000 Km/h untuk mengitari bumi dan memiliki
periode orbit 1,5 jam. Jenis satelit ini dipilih karena memiliki beberapa keuntungan yaitu :


Delay satelit rendah




Path loss kecil



Mudah diaplikasikan pada frekuensi yang lebih besar



Pengendalian pada stasiun bumi berdaya kecil

Gambar.1. Prinsip Sun-Synchronous Orbit dengan inklinasi 98o (Elmansyah,2013)

II.3. Desain Jenis Sensor
Satelit ini didesain menggunakan sensor jenis CCD (Charge Couple Device) Linear
Array dengan teknik scanning yang digunakan adalah pushbroom. Perekaman data ini dengan
prinsip bahwa sensor CCD bergerak dan obyek yang direkam diam seperti gambar.2.

Gambar.2. Teknik scanning pushbroom (Soleh dan Maryanto,2005)
Sistem Penginderaan Jauh


Page 5

Sensor CCD dipilih dalam desain satelit karena sensor ini sebagai sensor citra yang
memiliki bahan dasar berupa sub strat silikon, salah satu material semi konduktor dan sangat
peka terhadap cahaya. Sensitivitas sensor CCD menjangkau daerah panjang gelombang
antara 200 – 1100 nm. Sensitivitas ini mendekati spektrum panjang gelombang cahaya
ultraviolet (UV) dan infra-merah (IR). Dengan jangkauan sensitivitas tersebut, sensor CCD
mampu mendeteksi suatu obyek yang memantulkan cahaya dengan spektrum yang mendekati
panjang gelombang UV hingga IR. Sensor CCD array terdiri atas sederetan elemen peka
cahaya yang disebut piksel (picture element). Mekanisme pengambilan gambar pada desain
satelit dengan sensor CCD linear array dilakukan dengan cara mengambil gambar atau citra
irisan demi irisan atau garis demi garis, satu kali dalam setiap pengambilan.

Gambar.3. Akuisisi data sensor CCD linear array dan scanning pushbroom
Untuk geometrik disaat perekaman dengan membentuk persamaan kolinear sebagai
berikut (Rakhmana,2011) :

Dengan :
Sistem Penginderaan Jauh


Page 6

II.4. Desain Resolusi Satelit
Resolusi Spasial
Resolusi Spasial merupakan ukuran objek terkecil yang dapat direkam, disajikan serta
dikenali pada citra yang dapat dibedakan dengan objek sekitarnya. Semakin kecil ukuran
objek yang dapat direkam maka semakin baik resolusi spasialnya. Resolusi spasial juga
disebut sebagai luas suatu wilayah di bumi yang diukur dalam setiap satuan piksel pada citra.
Suatu citra apabila hendak digunakan untuk pengelolaan Penggunaan Lahan akan lebih baik
jika menggunakan citra dengan resolusi spasial minimal dengan High Resolution. Seperti
halnya data citra digital Worldview 2 yang mempunyai resolusi spasial 0,46 meter yang
berarti setiap 1 piksel ukuran objek pada citra Worldview 2 mewakili 0,46 m x 0,46 m ukuran
nyata objek tersebut, begitu juga dengan citra Worldview 1 yang mempunyai resolusi spasial
0,5 meter dan citra quickbird yang mempunyai resolusi spasial 0,6m, tentu sangat jelas dan
detail sekali tampilan objek tersebut. Dengan resolusi spasial tinggi yang dimiliki citra digital
Worldview 2, Worldview 1, dan Quickbird sangat membantu kita dalam mengidentifikasi
semua objek spasial yang ada di muka bumi.

Sistem Penginderaan Jauh


Page 7

Dari paparan beberapa contoh satelit dengan resolusi tinggi diatas dan ditambah lagi
berdasarkan tabel.1 yang memaparkan bahwa untuk pemetaan penggunaan lahan diperlukan
ketelitian 0,5 – 2,50 meter untuk ketelitian horisontal dan 0,75 meter untuk ketelitian
vertikalnya, maka pada desain satelit ini dengan resolusi spasial 0,6 m untuk citra
pankromatik dan 2,4 meter untuk citra multispektral atau setara dengan resolusi spasialnya
satelit QuickBird.

Resolusi Spektral
Untuk Keperluan Pengelolaan Penggunaan Lahan baik dalam proses perencanaan tata
ruang hingga pada tahap pengawasan maka dibutuhkan citra dengan resolusi spektral yang
baik. Pemanfaatan resolusi spektral yang cukup baik ini dapat dirasakan saat
pengklasifikasian objek. Hal ini tentunya memiliki pengaruh yang sangat erat terhadap
pengelolaan penggunaan lahan. Oleh sebab itu satelit yang disarankan dalam desain ini ialah
dengan jumlah band sebanya 8 band. Satelit dengan delapan band tersebut dapat
menghasilkan akurasi yang cukup tinggi dalam pengklasifikasian, hal ini tidak terlepas dari
citra yang multispektral dan pankromatik serta dengan adanya 8 band maka citra tersebut
dapat diolah secara komposit citra.


Resolusi Temporal
Resolusi temporal merupakan frekuensi dari suatu sistem sensor satelit merekam area
yang sama. Dengan kata lain merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan satelit untuk
merekam objek yang sama. Semakin singkat waktu yang dibutuhkan satelit untuk melakukan
perekaman ulang pada wilayah yang sama itu maka akan semakin baik resolusi temporalnya,
Semakin baiknya resolusi temporal hal ini dapat diartikan bahwa kualitas updating citra dari
satelit tersebut cukup baik.
Beberapa contoh resolusi temporal misalnya satelit World View2 memiliki resolusi
temporal 5 hari dan satelit Ikonos resolusi temporalnya 4 hari. Pada desain satelit ini,resolusi
yang dibutuhkan satelit untuk melewati tempat yang sama atau revisit adalah selama 5 hari.

II.5. Desain Produk
Produk Satelit
Untuk mendukung pengendalian dan pengelolaan penggunaan lahan di Indonesia, maka
diperlukanlah penyedian beberapa data yang terkait citra dari desain satelit yang telah
diberikan. Data-data tersebut antara lain : raw data citra penginderaan jauh maupun citra level
Sistem Penginderaan Jauh

Page 8

basic dalam bentuk Pankromatik, Multispekstral, dan Pan-sharpened, DTM, DSM, Kontur
dan Ortofoto. Data citra sendiri bisa dalam bentuk raw data yang belum diolah, sehingga
memungkinkan pemakai untuk melakukan koreksi-koreksi seperti radiometric (akibat efek
atmosferik, efek topografi maupun efek sudut penyinaran) dan koreksi geometric citra. Untuk
citra level ini, jika pengguna meminta, bisa disertakan geo-orthokit, dimana perekaman
attitude dan waktu perekaman satelit dicatat disana.
Selain itu data citra bisa dalam bentuk sudah dikoreksi geometriknya, dalam hal ini
disebut dengan citra level basic. Untuk DTM dan DSM bisa dihasilkan dengan adanya citra
stereo dengan adanya sensor dua pandangan (nadir – offnadir(backward)), ketelitian tertentu
bisa dihasilkan dengan data citra, semakin meningkat ketelitian, maka harga jual produk pun
juga naik. DTM dan DSM ini dipakai untuk mendukung pengeloaan penggunaan lahan di
daerah yang memiliki kelerengan yang cukup curam, seperti di bukit, pegunungan, di lembah,
dan lain-lain.

Harga Jual Produk Satelit
Harga

jual

produk

citra

satelit

sendiri

tergantung

pada

jenis

citra

(Pankromatik/multispectral/ pansharpened), level citra (raw data/level basic), data yang
dipesan masih dalam jangka 90 hari atau tidak (Arsip/Select Task). Untuk memperlihatkan
perbandingan harga dengan citra Hi-Res lainnya bisa dilihat pada Tabel.2.
Citra dijual dalam satuan per km2, jika menginginkan per scene tinggal mengalikan
dengan luas per scene dari citra. Minimum pemesanan pada citra arsip (> 90 hari dari hari
pemesanan) adalah 25 km2 dan minimum pemesana pada citra select task (< 90 hari) adalah
100 km2. Harga citra jenis pemesanan select task diberikan harga lebih mahal USD 5,00
daripada citra jenis pemesanan arsip. Pada tabel harga yang diberikan adalah jenis pemesanan
arsip, sehingga ketentuan diatas berlaku untuk citra select task. Untuk harga pada tabel belum
termasuk shipping yang dikenakan biaya juga.

Sistem Penginderaan Jauh

Page 9

Tabel.2. Perbandingan Harga Produk Satelit Hi-Res

Satelit
QuickBird

Pan/MS/PS
Pan
MS 4 Band
PS

World-View-1

Pan 4 Band

World-View-2

Pan
M 8 Band

IKONOS

GeoEye-1

Pleiades

Desain

PS 4 Band
Pan
MS 4 Band
PS
Pan
MS 4 Band
PS
Pan
MS 5 4 + 1
NIR
PS
Pan
MS 8 Band
PS

Resolusi spasial (m)
0.61
2.4
0.61
0.50 (Nadir), 0.59 (OffNadir)
0.46 (Nadir), 0.52 (OffNadir)
1.84 (Nadir), 2.08 (OffNadir)
0.46 (Nadir), 0.52 (OffNadir)
0.82
3.2
0.82
0.41
1.65
0.41
0.5
2
0.5
0.5
2
0.5

Ukuran 1 Scene

Perusahaan

16.4 km x 16.4 km

DigitalGlobe

17.6 km x 17.6 km

16.4 km x 16.4 km

DigitalGlobe

DigitalGlobe

11.3 km x 11.3 km

GeoEye

15.2 km x 15.2 km

GeoEye

20 km x 20 km

Airbus
Defense&Space

16.4 km x 16.4 km

Desain dari
Penulis

Harga per km2 (Arsip)
USD/EUR Rupiah
$ 13.00
Rp 157,963.00
$ 16.00
Rp 194,416.00
$ 15.00
Rp 182,265.00
$ 13.00

Rp 157,963.00

$ 13.00

Rp 157,963.00

$ 20.00

Rp 243,020.00

$
$
$
$
$
$
$
$

16.00
10.00
16.00
16.00
13.00
16.00
16.00
13.00

Rp 194,416.00
Rp 121,510.00
Rp 194,416.00
Rp 194,416.00
Rp 157,963.00
Rp 194,416.00
Rp 194,416.00
Rp 157,963.00

$
$
$
$
$

13.00
13.00
13.00
20.00
16.00

Rp 157,963.00
Rp 157,963.00
Rp 157,963.00
Rp 243,020.00
Rp 194,416.00

III. Penutup
Dari uraian yang telah disampaikan, desain satelit yang sesuai untuk pemetaan
penggunaan lahan dalam rangka mendukung pengendalian dan pengelolaan lahan adalah
sebagai berikut :
Pemerintah Pusat
Sektor Sasaran

Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota
Jenis orbit : sun-synchronous orbit

Orbit

Inklinasi : 98o
Kecepatan : 27.000 Km/h
Spasial :
Pankromatik :0,6 meter

Resolusi

Multispektral : 2,4 meter
Spektral : 8 band
Temporal : revisit selama 5 hari
Citra dijual dalam satuan per km2

Produk

Salah satu faktor penentu harga adalah
ketelitian, semakin teliti maka akan
semakin mahal

REFERENSI :
AAAS,

____,

http://www.aaas.org/page/high-resolution-satellite-imagery-ordering-

and-analysis-handbook (Diakses Oktober 2014)
Anonim.2014. http://blendedlearning.itb.ac.id/web5/index.php/forum/detail/9561 (diakses tanggal 4 Oktober 2014)
Anonim,

____,

http://www.landinfo.com/satellite-imagery-pricing.html

dan

http://www.landinfo.com/products_satellite.htm (Diakses Oktober 2014)
Elmansyah.2013. Satelit Spot-6. http://mr-elman.com/2013/04/satellite-spot-6.html
(diakses tanggal 4 Oktober 2014)
Kementerian Dalam Negri Republik Indonesia. 2013. Pembentukan Daerah-Daerah
Otonom di Indonesia sampai dengan Tahun 2013.
Menteri Pekerjaan Umum. 2010. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang
penyelenggaraan tata ruang.
Presiden Republik Indonesia.2007.Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
Rakhmana,C.A. 2011. Produksi Peta dengan Citra Satelit. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Soleh,M. dan Maryanto,A. 2005. KAJIAN IMPLEMENTASI SENSOR CCD PADA
SATELIT MIKRO. Peneliti Bidang Pengembangan Teknologi Penginderaan Jauh, Lembaga
Penerbangandan AntariksaNasional (LAPAN).

Sistem Penginderaan Jauh

Page 12