Problematika Pendidikan Agama di Sekolah

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH UMUM
Syaiful Rizal
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura
Pos-el: [email protected]
Abstrak
Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan,
karena keberadaannya yang dapat memberikan dan menanamkan karakter yang baik pada
peserta didik. Sebagai mata pelajaran yang dianggap mampu menumbuhkan karakter yang baik
pada peserta didik bahkan pada tataran spritual, maka mata pelajaran pendidikan agama Islam
menjadi kajian yang urgen saat ini untuk dikaji karena keberadaannya tidak asing bagi para
penimba ilmu. Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah 1). Bagaimana sebenarnya mata
pelajaran PAI dalam kurikulum 2013 ? 2) Apa yang menjadi problem mata pelajaran PAI dalam
kurikulum 2013 ?. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian library research. Pada dasarnya terdapat banyak problema PAI di sekolah umum,
sehingga hal ini perlu dikaji dan dianalisis serta solusi yang dapat diberikan dalam menjawab
permasalahan yang terjadi. Sehingga penulis tertarik meneliti terkait judul “Problema Pendidikan
Agama di Sekolah Umum”.
Keyword: Pendidikan Agama Islam, Karakter, Kurikulum 2013.
Pendahuluan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan keagamaan
disebutkan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dan mengamalkan ajaran
agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Sebagaimana didalamnya juga dijelaskan fungsi dari
pendidikan agama dan tujuannya. Fungsi dari pendidikan agama adalah membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama. Sedangkan
tujuannya tiada lain untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.1
Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang tak dapat dipisahkan dalam dunia
pendidikan, karena keberadaannya yang dapat memberikan dan menanamkan karakter yang baik
pada peserta didik. Oleh karena itu, Mata pelajaran ini menjadi sebab utama bagaimana
seharusnya pendidikan Indonesia yang secara khusus adalah pendidikan agama dapat
menumbuhkan karakter yang baik pada peserta didik, sehingga akan dapat melahirkan generasi
yang diharapkan oleh negara Indonesia.
Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang menjadi problem pada era diubahnya
kurikulum dari KTSP menjadi K13, nama dari mata pelajaran PAI diadakan penyempitan menjadi
1 Kelembagaan.ristekdikti.go.id/2016/08 PP_55_2007-Pendidikan Agama Keagamaan.pdf Diakses
pada 29 Maret 2018. Jam 21.29


1

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Sehingga seakan-akan yang menjadi pandangan
penulis adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak dapat menumbuhkan dan mencetak
generasi bangsa menjadi manusia yang berkarakter yang diamanahkan dalam undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sehingga hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan akan
Pendidikan Agama Islam yang sudah lama menjadi mata pelajaran dan terbukti dapat memberikan
kontribusi pada pendidikan di Indonesia. Namun, dalam hal ini, budi pekerti atau akhlak sebagai
bagian dari pendidikan agama Islam dipisahkan.
Sebagai mata pelajaran yang dianggap mampu menumbuhkan karakter yang baik pada
peserta didik bahkan pada tataran spritual, maka mata pelajaran pendidikan agama Islam menjadi
kajian yang urgen saat ini untuk dikaji karena keberadaannya tidak asing bagi para penimba ilmu.
Seiring dengan ketidaksesuaian dengan lingkungan belajar di sekolah, mata pelajaran ini direvisi
dan akhirnya direvsi kembali disesuaikan dengan keinginan masyarakat. Setiap segala yang akan
diterapkan disekolah berkenaan dengan mata pelajaran ataupun kuruikulum yang melingkupi mata
pelajaran-mata pelajaran tersebut harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan belajar sekolah,
supaya tercipta kondisi yang baik dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik.
Dalam hal ini, kurikulum menjadi bagian yang juga tak terpisahkan dalam lembaga
pendidikan, karena kurikulum yang diterapkan menentukan keberhasilan pembelajaran yang guru
dan peserta didik lakukan. Kesesuaian antara kurikulum yang diterapkan dalam lembaga

pendidikan dengan lingkungan belajar peserta didik sangat memungkinkan tercapainya
keberhasilan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hal ini akan membuktikan
bahwa kurikulum yang diterapkan memang layak untuk seterusnya diterapkan, namun tetap harus
memperhatikan kemajuan belajar yang terjadi pada peserta didik.
Dalam E. Mulyasa bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan berbagai ranah
pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan,
khususnya pada jalur pendidikan sekolah.2 Kurikulum 2013 saat ini menjadi bagian dari jantung
pendidikan yang menitikberatkan pada pendidikan karakter. Sangat banyak yang menerapkan
kurikulum 2013 dibeberapa sekolah, terutama di sekolah yang berlebel negeri.
Pentingnya kurikulum dalam hal ini menurut menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Muhammad Nuh bahwa ditengah perubahan zaman, sistem pendidikan di Indonesia harus juga
ikut menyesuaikan. Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan mampu menjadi jawaban untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan dunia.3 Dengan
adanya kurikulum 2013, akan dapat menyempurnakan segala yang menjadi kekurangan dalam
kurikulum sebelumnya.
Dalam kurikulum 2013 terdapat berbagai mata pelajaran. Dalam hal ini yang menjadi
pembahasan adalah 1). Bagaimana sebenarnya mata pelajaran PAI dalam kurikulum 2013 ? 2)
Apa yang menjadi problem mata pelajaran PAI dalam kurikulum 2013 ?.


2 Ifadatun Nuroidah dan Ansor Anwar, “Implemetasi dan Problematika Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Jurusan Ilmu Keagamaan di MAN Rejoso Jombang,” Jurnal
Manajemen & Pendidikan Islam Vol. 1, no. 1 (Desember 2015): 4.
3 Patimah, “Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum,” Al Ibtida’ Vol. 3, no. 1 (Juni 2016): 147.

2

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui problem dalam mata pelajaran
PAI dan bagaimana seharusnya Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran dalam
Kurikulum 2013.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian library research
dengan menelaah beberapa buku yang mendukung terhadap penelitian ini, juga menganalisis
pada jurnal-jurnal yang terdapat di kampus-kampus ternama di Indonesia. Library research
merupakan penelitian pustaka dengan maksud menelaah, menganalisis, mencari kelebihan dan
kekurangan dari pustaka yang mendukung. Disamping itu, menggunakan jurnal yang relevan
dengan penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data library
research ini adalah terlebih dahulu mencari referensi yang relevan dengan penelitian, membaca
berbagai referensi yang bersangkutan, menganalisis kelebihan dan kekurangan pustaka dan
mengambil beberapa argumentasi yang cocok terhadap penelitian yang dilakukan.

Hasil dan Pembahasan
1. Mata Pelajaran PAI dalam Kurikulum 2013
Pendidikan Islam menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaebany merupakan usaha
mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau bermasyarakat serta berinteraksi
dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan nilai Islam.4 Dari pendapat tersebut
sangat jelas bahwa pendidikan Islam mengusahakan untuk mengubah tingkah laku peserta didik
dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga akhlak dalam hal ini merupakan bagian penting dalam
pendidikan Islam dan tak terpisahkan dalam pendidikan Islam. Dalam kurikulum, akhlak di
namakan dengan pendidikan nilai, karakter dan penyebutan yang lain yang sangat erat kaitannya
dengan pendidikan Islam. Jika kita lihat dari sumbernya, tentu pendidikan Islam bersumber dari alQur’an dan hadits.
Kurikulum 2013 pada saat ini sedang naik daun. Sekolah-sekolah dasar dan menengah
sedang maraknya mengimplementasikan kurikulum baru yang dikeluarkan pada tahun 2013 ini,
sehingga juga menjadi problem dalam pendidikan kita terkait pengimpelementasian kurikulum 2013
karena berubah-ubahnya dari ke waktu ke waktu dalam proses pengimplemtasiannya. Sebagai
kurikulum baru tentu segala yang menjadi komponen dalam kurikulum tersebut juga berubah,
seperti dalam mata pelajaran, jam mata pelajaran, dan sebagainya.
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang sarat dengan penanaman karakter
mendapatkan porsi jam yang lebih di setiap jenjang pendidikan yang ada, kemudian terkait
Kompetensi inti juga lebih banyak dari mata pelajaran yang lain. Dilihat dari Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, diharapkan dapat

membawa perubahan pada sisi menajerial dan proses pendidikan Islam. 5 Namun yang terjadi
masih belum memperlihatkan bahwa peraturan pemerintah tersebut tercapai sesuai apa yang

4 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), 32.
5 Muhammad Idrus, “Evaluasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Agama
Islam,” El-Tarbawi 8, no. 1 (2014): 71.

3

diharapkan. Problematika PAI begitu urgen untuk dipecahkan, karena posisi mata pelajaran PAI
sangat erat kaitannya dengan penanaman karakter.
Muhlisin menegaskan, setidaknya terdapat dua hal perubahan kurikulum 2013 dalam konteks
Pendidikan Agama Islam. Pertama, adanya penambahan jam pelajaran bagi Pendidikan Agama
Islam. Jika pada Kurikulum 2006 hanya 2 jam perminggu, pada kurikulum 2013 meningkat menjadi
3 jam perminggu.6 Bahkan dalam Peraturan Pemerintah 67 Tahun 2013 mendapatkan porsi 4 jam
perminggu.7 Meskipun hal tersebut sebagai akibat adanya transformasi dari istilah mata pelajaran
yang semula hanya Pendidikan Agama Islam, sekarang menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Kedua, reorientasi pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kurikulum 2013
memperkenalkan pendekatan baru dalam proses pembelajaran pendidikan Agama dengan

memperkenalkan pendekatan sainstifik, yang pada pembelajaran sains dikenal dengan istilah
pendekatan keterampilan proses sains.8 Hal ini yang membuktikan bahwa Mata Pelajaran PAI
mengalami problematika yang signifikan dalam Kurikulum 2013.
2. Problematika PAI dalam Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, pendidikan agama Islam di
sekolah dasar dan sekolah menengah digabung dengan pendidikan budi pekerti, sehingga
namanya menjadi pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Pendidikan agama Islam dan budi
pekerti ini diajarkan selama 4 jam pelajaran per-minggu dijenjang sekolah dasar dan 3 jam
pelajaran per-minggu dijenjang sekolah menengah. Pendidikan agama Islam bahkan tidak sama
dengan mata pelajaran yang lain dari segi alokasi waktu pembelajaran, bahkan pada Kompetensi
Inti yang dipakai, karena didalamnya memuat ajaran Islam yang merujuk pada sikap spiritual dan
sikap sosial dan mendapatkan porsi yang tinggi dalam membentuk akhlak siswa. Bahkan secara
umum kurikulum terus direvisi karena tidak adanya kesesuaian dengan pengimplementasiannya.
Dari perubahan nama pendidikan agama Islam menjadi pendidikan agama Islam dan budi
pekerti tersebut dapat kita lihat bahwa ada semacam penyempitan makna agama Islam dalam
kurikulum baru 2013. Jika dikaji lebih dalam tentang ruang lingkup yang sebenarnya dari agama,
maka akan semakin nampak penyempitan makna pendidikan agama Islam tersebut. Agama Islam
memiliki ruang lingkup akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah atau dapat juga dikatakan bahwa
agama Islam mengatur hubungan antara manusia dengan Allah (akhlak bil haaliq), dan manusia
dengan sesama manusia (akhlak bil mujtama’), bahkan mengatur hubungan manusia dengan

lingkungan alam sekitarnya (akhlak bil kaun). Akhlak yang merupakan ruang lingkup agama Islam,
mengajarkan cara berprilaku yang baik dan benar kepada siapapun menurut kitab suci al-Qur’an,
baik itu kepada Allah, kepada sesama manusia, dan pada alam sekitar.

6 Muhlisin, “Respon Dan Kesiapan Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Terhadap
Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Simposium Nasional Riset Pendidikan II Tahun 2015"
Guru Transformatif untuk Pendidikan yang Lebih Baik", 2015, 432.
7 “Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,” t.t.
8 Muhlisin, “Respon Dan Kesiapan Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Terhadap
Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013.”

4

Sedangkan Pendidikan Budi Pekerti memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral,
pendidikan karakter, pendidikan akhlak dan pendidikan nilai. Secara umum ruang lingkup
Pendidikan Budi Pekerti adalah penanaman dan pengembangan nilai, dan perilaku peserta didik
sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur. Diantara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun,
disiplin, beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab, jujur, dan lain-lain.
Dari sini dapat dipahami bahwa budi pekerti hampir sama artinya dengan akhlaq, dan akhlak

masuk pada ajaran agama Islam. Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa Pendidikan Budi
Pekerti itu masuk dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam, karena ruang lingkup Pendidikan
Budi Pekerti lebih sempit daripada Pendidikan Agama Islam. Dengan demikian sangat jelas terlihat
bahwa keputusan Kemendikbud dalam kurikulum baru 2013 untuk menggabungkan dan merubah
nama Pendidikan Agama Islam menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bisa dikatakan
kurang tepat. Kemendikbud secara tidak langsung telah mempersempit makna dari Pendidikan
Agama Islam dengan mengeluarkan materi akhlak menjadi budi pekerti dari ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam.
Secara tidak langsung pula keputusan Kemendikbud ini seolah-olah mengatakan bahwa
“orang yang mempelajari agama Islam belum tentu memiliki budi pekerti yang baik, sehingga orang
tersebut harus mempelajari budi pekerti”, atau “agama Islam belum mencakup budi pekerti di
dalamnya, sehingga agama Islam harus ditambah budi pekerti agar menjadi sempurna”. Jelaslah
bahwa pandangan seperti ini keliru jika dilihat dari sudut pandang ajaran Islam.
Namun, ada alternatif penyelesaian untuk masalah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
ini. Jika melihat kurikulum di sekolah-sekolah Islam seperti di madrasah, sekolah Islam terpadu,
dan sekolah Muhammadiyah, Pendidikan Agama Islam itu terbagi menjadi beberapa mata
pelajaran, seperti Aqidah, Akhlak, Fiqih, Al Que’an & Hadits, Tarikh atau Sejarah Kebudayaan
Islam, dan lain-lain, maka boleh jadi maksud dari Kemendikbud adalah memisahkan antara
pelajaran Aqidah dan Fiqih dengan pelajaran Akhlak, karena secara umum pandangan tentang
agama Islam di Indonesia ini hampir selalu berkaitan dengan masalah aqidah dan fiqih, sedangkan

akhlak diganti dengan bahasa lain, seperti karakter atau budi pekerti atau semacamnya.
Jadi, jika ingin tetap memakai nama Pendidikan Agama Islam, maka Kemendikbud harus
menghapus Pendidikan Budi Pekerti karena budi pekerti masuk dalam ruang lingkup agama Islam.
Namun jika tetap ingin memakai nama Pendidikan Budi Pekerti, maka Pendidikan Agama Islam
bisa diubah dengan nama Pendidikan Aqidah dan Fiqih. Dengan demikian tidak akan terjadi
penyempitan makna terhadap Pendidikan Agama Islam. Esensi pendidikan agama Islam tidak
akan hilang sebagai pembentuk dan penumbuh karakter pada diri peserta didik.
Kesimpulan
Pendidikan Islam menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaebany merupakan usaha
mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau bermasyarakat serta berinteraksi
dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan nilai Islam.
Dalam Kurikulum 2013 Nama Mata pelajaran PAI di ubah menjadi Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti yang dalam hal ini penulis tidak setuju jika hal itu belum direvisi, karena seakanakan nilai penumbuhan dan pembentukan karakter dalam mata pelajaran pendidikan Islam tidak
dipercaya lagi sehingga menjadikan disiplin ilmu lain walaupun dalam satu disiplin mata pelajaran.
Dan jam pelajarannya juga dirubah. namun dalam hal ini, penulis sangat setuju jika hal itu
diterapkan dalam kurikulum, akan menambah porsi penerimaan mata pelajaran secara mendalam

5

terkait Pendidikan Agama Islam. Problem yang terjadi saat ini dalam kurikulum 2013 atau yang

sudah direvisi adalah terkait dengan penamaan Pendidikan Agama Islam, yang seharusnya tetap
pada nama awal yaitu Pendidikan Agama Islam, bukan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
karena sejatinya problem tersebut tidak dicarikan solusi akan menghilangkan jati diri Islam sebagai
Pendidikan Karakter terbaik.
Daftar Pustaka
Idrus, Muhammad. “Evaluasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Agama
Islam.” El-Tarbawi 8, no. 1 (2014).
Muhlisin. “Respon Dan Kesiapan Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Terhadap
Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013.” Simposium Nasional Riset Pendidikan II
Tahun 2015" Guru Transformatif untuk Pendidikan yang Lebih Baik", 2015, 431–444.
Nuroidah, Ifadatun, dan Ansor Anwar. “Implemetasi dan Problematika Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Jurusan Ilmu Keagamaan di MAN Rejoso Jombang.”
Jurnal Manajemen & Pendidikan Islam Vol. 1, no. 1 (Desember 2015).
Patimah. “Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum.” Al Ibtida’ Vol. 3, no. 1 (Juni 2016).
Salim, Moh. Haitami, dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
“Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,” t.t.
Kelembagaan.ristekdikti.go.id/2016/08 PP_55_2007-Pendidikan Agama Keagamaan.pdf Diakses
pada 29 Maret 2018. Jam 21.29

6