Book Review HI Rombel 05 Santi Dwi Wahyu

Pentingnya Hukum Ekonomi Internasional di Era Globalisasi
Santi Dwi Wahyuni
santidwiwahyuni@students.unnes.ac.id
DATA BUKU
Judul Buku
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman
ISBN Buku

: Hukum Ekonomi Internasional
: Meria Utama
: PT. Fikahati Aneska
: 2012
: Jakarta
: Indonesia
: 174
: 978-979-8231-97-1


DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW
Hukum ekonomi internasional, lahir sejalan
dengan
berkembangnya
hubungan-hubungan
ekonomi
internasional.
Hukum
ekonomi
internasional dapat terus hidup di masyarakat
dunia karena dibutuhkan oleh setiap individu,
kelompok, maupun negara dalam berpartisipasi
dikancah internasional untuk memperluas pangsa
pasarnya di era globalisasi ini.
Sejak pertengahan tahun 1980-an volume
perdagangan internasional terus bertambah dan
seiring dengan meningkat-nya perdagangan
internasional, hukum internasional menjadi sebuah
hal yang menarik untuk ditelaah oleh banyak

tokoh-tokoh hukum di berbagai negara karena
masalah ekonomi merupakan sektor krusial bagi
negara-negara di dunia.
Salah satu keunikan dari buku ini yaitu menyinggung tentang hukum
internasional. Memang tidak bisa dipungkiri jika kita berbicara tentang hukum
ekonomi internasional maka kita tidak terlepas berbicara tentang hukum
internasional. Berbicara tentang hukum internasional maka kita akan berbicara
tentang relasi antara hukum internasional dengan hukum nasional, dimana
memang belum diatur dengan jelas meskipun telah ada UU No. 24 tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional. Hal ini erat kaitanya dengan tidak tegasnya
politik hukum yang dianut oleh Indonesia. Ada dua teori besar yang dikenal untuk
mengatur hubungan antara hukum internasional dengan hukum nasional, yaitu;
monisme dan dualisme. Teori monisme menempatkan hukum internasional dan
hukum nasional sebagai bagian dari satu kesatuan sistem hukum.
Hukum internasional berlaku dalam lingkup hukum nasional tanpa harus
melalui proses transformasi melainkan inkorporasi sehingga tidak dibutuhkan
legislasi nasional yang sama untuk memberlakukan hukum internasional dalam
hukum nasional. Karena merupakan kesatuan sistem hukum maka terdapat

kemungkinan adanya konflik antara hukum internasional dengan hukum nasional.

Dengan demikian ada dua percabangan dari teori ini; lebih mengutamakan hukum
internasional dibandingkan hukum nasional.
Teori dualisme menempatkan hukum internasional sebagai sistem yang
terpisah dari hukum nasional. Dalam hal ini tidak terdapat hubungan hierarki
antara kedua sistem tersebut. Akibatnya, diperlukan suatu transformasi dari
hukum internasional menjadi hukum nasional berdasarkan peraturan perundangundangan. Dengan adanya transformasi tersebut, maka kaidah hukum
internasional diubah menjadi kaidah hukum nasional untuk berlaku sehingga
tunduk pada dan masuk pada tata urutan perundangan nasional, karena
merupakan dua sistem yang berbeda maka tidak mungkin terjadi konflik antara
keduanya.
Salah satu sumber hukum ekonomi internasional adalah perjanjian
internasional. Dimana perjanjian internasional diatur dalam Pasal 11 UUD 1945
yang berbunyi :
 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
 Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan DPR.
 Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undangundang.

Berdasarkan bunyi pasal di atas, maka diperlukan persetujuan DPR untuk
membuat perjanjian dengan negara lain atau perjanjian internasional lainnya.
Meskipun telah mensyaratkan perlu persetujuan DPR dalam membuat perjanjian
internasional, namun pasal tersebut belum berbicara dengan jelas posisi
perjanjian internasional dalam sistem hukum nasional. UU No.24 tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional awalnya disusun untuk mengatur secara
terperinci soal posisi perjanjian internasional dalam sistem hukum Indonesia. Akan
tetapi, lagi-lagi politik hukum yang diambil juga belum jelas. Ada sisi monism dan
dualisme dalam UU tersebut.
Terkait soal pengesahan (ratifikasi) misalnya, Pasal 9 menyebutkan bahwa:
“Pengesahan perjanjian internasional oleh Pemerintah RI dilakukan sepanjang
dipersyaratkan oleh perjanjian internasional tersebut (ayat 1); Pengesahan
perjanjian internasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
undangundang atau keputusan presiden. (ayat 2).”
Pengesahan sebagai definisi ratifikasi dalam pasal 9 tersebut mencampur
adukan arti ratifikasi sebenarnya dalam hukum internasional. Padahal makna
ratifikasi dapat diposisikan sebagai tindakan internal maupun eksternal suatu
negara terhadap perjanjian internasional. Ratifikasi dalam hukum internasional
(eksternal) diartikan sebagai tindakan konfirmasi dari suatu negara terhadap
perbuatan hukum dari pejabatnya yang telah menandatangani suatu perjanjian.

Dengan adanya ratifikasi maka suatu negara mulai terikat dengan suatu
perjanjian internasional. Hukum internasional tidak mempersoalkan bagaimana
mekanisme internal suatu negara dalam memberlakukan perjanjian internasional.
Didalam buku ini juga membahas masalah implementasi perjanjian
internasional. Memang masalah implementasi perjanjian internasional di suatu

negara sampai saat ini selalu menjadi menarik untuk didiskusikan. Begitu juga
dengan pelaksanaan perjanjian internasional di Indonesia, sebagai sebuah negara
yang aktif melakukan kegiatan dengan negara lain baik dalam bentuk bilateral,
regional dan multilateral. Permasalahan yang mungkin timbul adalah terkait
apakah suatu perjanjian internasional yang sudah diratifikasi suatu negara dapat
langsung dianggap sebagai bagian hukum nasional ataupun mengenai status
perjanjian internasional di suatu negara.
Masalah implementasi perjanjian internasional juga terkait dengan apakah
setelah suatu negara meratifikasi perjanjian internasional harus dibuat peraturan
pelaksana (implementing legislation) untuk melaksanakan kewajiban internasional
yang melekat dalam perjanjian internasional tersebut, atau proses ratifikasi sudah
memiliki akibat hukum bahwa kewajiban internasional harus sudah dapat
dilaksanakan tanpa atau adanya peraturan pelaksana (implementing legislation).
Beberapa contoh permasalahan yang telah disebutkan diatas dibahas dalam buku

ini.
Kembali kepada hukum ekonomi internasional, hukum ekonomi
internasional adalah bidang hukum yang berkembang cepat. Ruang lingkup
bidang hukum ini pun cukup luas. Hubungan-hubungan ekonomi yang sifatnya
lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya. Dari bentuknya yang sederhana,
yaitu dari barter, jual beli barang atau komoditi (produk-produk pertanian,
perkebunan, dan sejenisnya), hingga hubungan atau transaksi dagang yang
kompleks.
Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini sedikit
banyak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi).
Sehingga, transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung dengan cepat. Batasbatas negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi. Bahkan dengan pesatnya
teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui atau mengenal
siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan bumi lain. Hal ini tampak
dengan lahirnya transaksi-transaksi yang disebut dengan e-commerce.
Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau subyek hukum
(pelaku dalam perdagangan) melakukan transaksi dagang internasional. Yang
menjadi fakta adalah bahwa perdagangan internasional sudah menjadi tulang
punggung bagi negara untuk menjadi makmur, sejahtera dan kuat. Hal ini sudah
banyak terbukti dalam sejarah perkembangan dunia. Besar dan jayanya negaranegara di dunia tidak terlepas dari keberhasilan dan aktivitas negara-negara
tersebut di dalam perdagangan internasional.

Berbicara tentang hukum ekonomi internasional maka akan berbicara
mengenai ruang lingkupnya. Ruang lingkup hukum ekonomi internasional sangat
luas, karena ruang lingkup kajian bidang hukum ini sifatnya adalah lintas batas
atau transnasional, konsekuensinya adalah terkaitnya lebih dari satu sistem
hukum yang berbeda. Semua pembicaraan tentang ruang lingkup hukum ekonomi
internasional dibahas didalam buku ini secara lengkap dan dengan bahasa yang
mudah dipahami.
Didalam buku ini mengakui bahwa negara bukanlah semata-mata pelaku
utama yang menjalankan kegiatan ekonomi internasional. Negara lebih berperan
sebagai regulator (pengatur), karena itu hukum ekonomi internasional juga
mencakup aturan-aturan internasional mengenai transaksi-transaksi nyata yang
bersifat internasional dari para pedagang (international law merchants).

International law merchants sendiri ini adalah bagian dari hukum ekonomi
internasional. Didalam buku ini juga mengatur secara jelas bahwa hukum ekonomi
internasonal lebih banyak mengatur subyek hukum yang bersifat publik (policy),
seperti misalnya hubungan-hubungan di bidang ekonomi yang dilakukan oleh
negara atau organisasi internasional.
Didalam buku ini juga dijelaskan bahwa hukum ekonomi internasional dalam
kenyataannya juga mengatur kegiatan-kegiatan atau transaksi-transaksi badan

hukum privat atau yang terkait dengan kepentingan privat, misalnya mengenai
perlindungan dan nasionalisasi atau ekspropriasi perusahaan asing.
Selain itu, meskipun hukum ekonomi internasional mengatur subyek-subyek
hukum publik atau negara, namun aturan-aturan tersebut bagaimana pun juga
akan berdampak pada individu atau subyek-subyek hukum lainnya di dalam
wilayah suatu negara. Penjelasan tersebut dijelaskan secara rinci beserta contohcontohnya dimana hal ini memudahkan para pencari ilmu dalam mempelajari
hukum ekonomi internasional.
Karakteristik lain dari hukum ekonomi internasional yang dibahas dalam
buku ini adalah pendekatannya yang interdisipliner. Untuk dapat memahami
bidang hukum ini secara komprehensif, dibutuhkan sedikit banyak bantuan
disiplin-disiplin ilmu lain. Dalam bidang hukum ini terkait dengan bidang
pengangkutan (darat, udara dan khususnya laut). Hal ini membutuhkan bantuan
dan pemahaman disiplin ilmu pelayaran.
Dengan demikian pemahaman kita akan hukum ekonomi internasional akan
semakin luas karena di dalam buku ini tidak hanya membahas dari segi hukum
internasionalnya saja, melainkan dibahas secara men-detail kaitan nya hukum
ekonomi internasional dengan hukum lain, seperti yang telah disebutkan diatas
yaitu terkait dengan bidang pengangkutan. Tentu hal ini akan memperkaya
wawasan kita akan hukum ekonomi internasional.
Buku ini terdiri dari delapan bab, bab pertama membahas mengenai pokokpokok hukum ekonomi internasional, bab kedua membahas mengenai sumbersumber hukum ekonomi internasional, bab ketiga membahas mengenai piagam

hak-hak dan kewajiban ekonomi negara-negara, bab keempat membahas
mengenai GaTT dan WTO, bab kelima membahas mengenai penyelesain sengketa
dalam perdagangan internasional, bab keenam membahas mengenai kontrak
internasional, bab ketujuh membahas mengenai peranan negara dalam ecommerce, bab kedelapan membahas mengenai lex mercatoria dalam hukum
ekonomi internasional dan bab kesembilan membahas mengenai selayang
pandang kerjasama asean dibidang ekonomi.
Dimana bab satu terdiri atas pokok-pokok pembahasan yaitu definisi hukum
ekonomi internasional dan kaidah dasar hukum ekonomi internasional. Bab dua
terdiri atas pokok-pokok pembahasan yaitu pendahuluan, sumber-sumber hukum
ekonomi internasional, dan penutup. Bab tiga terdiri atas pokok-pokok
pembahasan pengantar, isi piagam cerds, kritik terhadap piagam cerds, serta
status piagam cerds saat ini.
Bab empat terdiri atas pokok-pokok pembahasan pendahuluan, GATT, dan
penutup. Bab lima terdiri atas pokok-pokok pembahasan pengantar, para pihak
dalam sengketa, prinsip-prinsip penyelesaian dalam sengketa, forum
penyelesaian sengketa, hukum yang berlaku, dan pelaksaan putusan sengketa.
Bab enam membahas tentang pengantar, syarat sahnya kontrak, dan penyusunan

kontrak. Bab tujuh terdiri atas pokok pembahasan yaitu pendahuluan, pengertian
e-commerce, ciri transaksi melalui e-commerce, dan perangkat hukum.

Bab delapan terdiri atas pokok-pokok pembahasan yaitu penggunaan lex
mercatoria dalam sengketa internasional dan prinsip UNIDROIT dan CISG sebagai
lex mercatoria dijadikan sumber hukum sekunder. Serta bab yang terakhir yaitu
bab sembilan membahas tentang pendahuluan, eksistensi negara-negara ASEAN
dalam menghadapi AFTA, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan Indonesia
dalam menyongsong AFTA 2010.
Buku ini menawarkan suatu pemahaman komprehensif dan pendekatan
terkini dari hukum internasional dalam bidang ekonomi. Selain itu buku ini
menjelaskan pula mengenai teori dan perkembangan hukum ekonomi
internasional, serta buku ini mengkaji pula bagaimana fungsi dari hukum ekonomi
internasional dalam praktik. Berbagai telaah kasus dan contoh terbaru
dimasukkan dalam setiap topik, dan sudut pandang kritis dalam prinsip-prinsip
hukum ekonomi internasional disampaikan secara baik sehingga dapat
membangun suatu pengertian mengenai bagaimana dan mengapa sistem hukum
ekonomi internasional dapat bekerja dan ke mana arah bergeraknya.
Selain itu, buku ini menjelaskan pula tentang dasar-dasar teoretis dari
setiap prinsip hukum ekonomi internasional secara rinci sebelum menggambarkan
bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan dan berfungsi dalam praktik. Halhal yang menonjol dalam buku ini antara lain adalah memfokuskan terhadap
prinsip-prinsip fundamental dari hukum ekonomi internasional daripada
pengkhususan pada subtopik tertentu, penjelasan yang terpadu dan kontekstual

dari dimensi politis dan ekstralegal sistem hokum ekonomi internasional, prinsipprinsip hukum ekonomi internasional yang ditempatkan dalam suatu konteks
nyata yang kontemporer, berbagai studi kasus tradisional dan kontemporer
dijelaskan dalam konteks prinsip-prinsip hokum ekonomi, dan struktur yang
seragam untuk memfasilitasi pemahaman pembaca.
Buku ini menarik untuk dibaca karena membahas hukum ekonomi secara
lengkap dan komprehensif hal ini terlihat dari banyaknya bab yang dibahas dalam
buku ini seperti yang telah dijabarkan sebelum nya yaitu mulai dari pokok-pokok
hukum ekonomi internasional sampai dengan selayang pandang kerja sama
ASEAN dibidang ekonomi.
Selain itu buku ini dilengkapi dengan berbagai kasus ekonomi internasional
yang menjadi rujukan dasar hukum bagi pembaca. Membaca buku ini pun tidak
membosankan karena para pengarang mampu memaparkan sebuah materi
hukum yang rumit dengan alur yang sistematis dan tetap mudah dimengerti
sehingga sangat memudahkan para pembaca dalam menuntut ilmu, terutama
yang berkaitan dengan hukum ekonomi internasional.
Namun, setiap karya pasti memiliki kekurangan atau kelemahan.
Kekurangan atau kelemahan yang terdapat dibuku ini yaitu terdapat beberapa
kosakata baku yang kurang familiar dikalangan mahasiswa yang belum memiliki
cukup ilmu, walaupun tidak banyak ditemukan kosakata yang rumit tetap saja hal
ini membuat buku ini menjadi memiliki kekurangan. Sebagai salah satu contoh
kosakata yang rumit dalam buku ini yaitu quasi diplomatic, dimana dalam buku ini
tidak dijelaskan apa makna atau arti dari kosakata tersebut. Dimana hal ini sedikit
membuat repot pembaca untuk mencari arti dari kata tersebut.

Selain itu terdapat definisi dari para pakar luar negeri yang tidak
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, tentu hal ini akan membingungkan
pembaca yang tidak fasih atau bahkan tidak bisa bahasa Inggris. Padahal
mayoritas penduduk Indonesia kurang fasih berbahasa Inggris. Sebagai contoh
definisi dari Malcolm N. Shaw tentang hukum internasional yang tidak
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu “‘Modern international law has its
origins in the Europe of the sixteenth and seventeenth centuries. Although
communities of states regulated by law had previously existed in Europe and
elsewhere it is for reasons apparent from subsequent world history the law
created to govern the diplomatic, commercial, military, and other relations of the
society of Christian states forming the Europe of that time that provides the basis
for the present law”.
Selain itu, preamble pendirian organisasi internasional juga tidak
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh seperti preamble
pendirian WTO sebagai berikut:
 Provides a forum for negotiation and dispute settlement
 Establishes a ministerial conference
 Parties are bound to the WTO agreement and its attached annexes unless and
until they withdraw
 Decision making is to be by consensus – consent being deemed when a
decision is taken formally if no member objects
 If consensus not possible and if the issue is of a type of that does not requires
unanimity, then a two thirds vote is required as opposed to a simple majority
 Accession to the WTO may on the basis as agreed by the potential new
member and the WTO – a two third majority must agree to accept a new
member
Sejauh ini hanya kekurangan tersebut menurut saya yang membuat
pembaca kurang nyaman. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena pokok-pokok
pembahasan dalam buku ini amat sangat lengkap dan tidak bertele-tele, serta
dikemas dalam gaya penulisan yang mudah dipahami yaitu berupa point-point
pembahasan tanpa terlalu banyak pengantar yang bertele-tele yang dapat
membuat pembaca merasa bosan. Hal ini merupakan point utama yang dimiliki
buku ini.
Selain itu, buku ini memberikan contoh dari perbahasan bab sangat lengkap
dan sangat mudah dipahami bentuk penjabaran nya yaitu seperti contoh kontrak
internasional yang dapat dilihat pada halaman tujuh puluh empat. Di bab tersebut
membahas aspek-aspek kebebasan berkontrak menurut BW, syarat sah nya
kontrak, penyusunan kontrak, contoh kontrak, dan pembahasan lain yang lebih
mendetail.
Jika seseorang yang sama sekali belum mengetahui atau memiliki basic di
hukum ekonomi internasional maka saya dengan yakin merekomendasikan buku
ini, karena buku ini membahas hal-hal mendasar dari hukum internasional sampai
dengan hal-hal yang lebih lanjut dari hukum ekonomi internasional dengan
susunan dan struktur serta tata bahasa yang mudah dimengerti dan membuat
kita nyaman dalam mempelajari pokok-pokok bahasan dalam hukum ekonomi
internasional. Walaupun buku ini memiliki kekurangan seperti yang sudah saya
paparkan sebelumnya, kekurangan tersebut tertutupi dengan banyaknya
kelebihan yang dimiliki oleh buku ini. Akhir kata, buku ini adalah buku yang bagus

dan sangat saya rekomendasi untuk dibaca oleh kita semua sebagai generasi
penerus bangsa yang harus kaya akan ilmu pengetahuan.