BAB II PENGATURAN DAN PENGGUNAAN SENJATA DALAM PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER A. Pengertian Umum Senjata - Legalitas Penggunaan Drone (Pesawat Tanpa Awak) Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional

BAB II
PENGATURAN DAN PENGGUNAAN SENJATA DALAM PERANG
MENURUT HUKUM HUMANITER

A.

Pengertian Umum Senjata
Dalam perang, setiap masing-masing pihak yang bertikai memiliki alat/senjata

perang.Senjata ini dimaksudkan dengan tujuan untuk mempermudah masing-masing
pihak yang bertikai dalam menggapai kemenangan.Senjata sendiri memiliki arti yaitu
suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu
benda.Senjata dapat digunakan untuk mempertahankan diri, dan juga untuk
mengancam dan melindungi.Adapun yang dapat digunakan untuk merusak (baik
dalam arti merusak psikologi maupun fisik manusia).
Senjata juga dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) jenis utama yaitu
berdasarkan §§§§§§§§§§§
1. Siapa yang memakainya
Siapa pemakainya merujuk kepada apa yang menggunakannya misalnya :
a. Senjata pribadi (senjata ringan) yang dibuat untuk digunakan satu orang
b. Senjata kru lebih besar dari senjata pribadi, membutuhkan lebih dari satu

orang
c. Senjata kendaraan yang dibuat untuk dipasang dan ditembakan dari
kendaraan

§§§§§§§§§§§

Diakses dari Wikipedia, senjata, op.cit

d. Senjata udara dibuat untuk dibawa dan di pakai kendaraan udara seperti
pesawat daaan helikopter
e. Senjata laut yang dibuat untuk ditembakan dari kapal atau kapal selam
f. Senjata antariksa yang dibuat untuk ditembakan dari luar angkasa
2. Cara pemakaiannya
Cara pemakaian merujuk pada cara pengoperasian senjata yaitu :
a. Artileri adalah senjata yang menembak proyektil berhulu ledak ke jarak
yang sangat jauh
b. Panah adalah senjata yang memakai energi yang dihasilkan seutas tali
untuk melemparkan proyektil
c. Roket adalah sejenis pesawat yang menggunakan bahan kimia untuk
meluncurkan proyektil berhulu ledak

d. Misil atau peluru kendali adalah roket yang bisa dikendalikan setelah
diluncurkan
e. Senjata api menggunakan ledakan mesiu untuk menembakkan proyektil
f. Senjata biologi menggunakan agen biologi seperti bakteri untuk menyerang
manusia dan hewan
g. Senjata kimia menggunakan bahan-bahan kimia untuk menyerang dan
meracuni manusia
h. Senjata energi menggunakan konsentrasi energi seperti laser, listrik, suhu,
atau suara
i. Senjata peledak menggunakan ledakan untuk menghancurkan target

j. Senjata pembakar menggunakan bahan yang bisa menghasilkan kerusakan
dengan pembakaran
k. Senjata tajam adalah alat yang ditajamkan untuk digunakan langsung untuk
melukai tubuh lawan
l. Senjata nuklir menggunakan bahan radioaktif untuk menghasilkan fusi
nuklir atau fisi nuklir yang menghasilkan ledakan dahsyat
m. Senjata bunuh diri biasanya adalah bahan peledak yang diledakkan oleh
operator dan operatornya tidak akan selamat dari ledakan itu.
3. Apa targetnya

Apa targetnya merujuk pada senjata yang dirancang untuk menghancurkan
benda tertentu :
a. Senjata anti udara adalah senjata yang dirancang untuk menghancurkan
pesawat, helikopter, peluru kendali dan benda terbang lainnya
b. Senjata anti personel adalah senjata yang dirancang untuk menyerang
manusia (infanteri)
c. Senjata anti kapal adalah senjata yang menargetkan kapal dan kendaraan
air lainnya
d. Senjata anti tank adalah senjata yang dibuat untuk menghancurkan
kendaraan yang berlapis baja
e. Senjata anti kapal selam adalah senjata yang dibuat untuk menghancurkan
kapal selam
f. Senjata berburu adalah senjata yang digunakan untuk berburu

g. Senjata pendukung infanteri adalah senjata yang dibuat dan digunakan
untuk menyerang dan sifatnya mendukung infanteri, misalnya mortir dan
senapan mesin.
Kategori senjata yang termasuk dalam senjata yang paling mematikan/ senjata
pembunuh masal yaitu
1. Senjata nuklir ************

Senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya
pemusnah yang dasyat dan bahkan mampu menghancurkan kota
2. Senjata kimia ††††††††††††
Senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh,
melukai, atau melumpuhkan musuh.Penggunaan senjata kimia ini berbeda
dengan senjata konvensional maupun senjata nuklir karena efek merusak pada
senjata kimia ini bukan pada daya ledaknya.Menurut Konvensi Senjata Kimia
(Chemical Weapons Convention) yang dianggap sebagai senjata kimia adalah
penggunaan produk toksik yang dihasilkan organisme hidup (misalnya
botulinum, risin, atau saksitoksin).Menurut konvensi ini juga segala jenis zat
kimia yang beracun, tanpa memperdulikan asalnya, dianggap sebagai senjata
kimia kecuali jika digunakan untuk tujuan yang tidak dilarang (suatu definisi
hukum yang penting, yang dikenal sebagai Kriteria Penggunaan Umum,
General Purpose Criteron).
3. Senjata Biologis

************

ibid
Ibid


††††††††††††

Senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organise penghasil
penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai atau melumpuhkan
musuh. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pengertian yang lebih luas senjata biologi tidak hanya berupa
organise patogen tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme
tertentu. Kenyataannya senjata biologis tidak hanya menyerang manusia tetapi
juga tumbuhan dan hewan.
4. Drone
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang lebih dikenal dengan Drone
merupakan kendaraan udara tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh oleh
manusia sebagai pilotnya atau melalui program yang telah ditentukan.

B.

Pengaturan Penggunaan Alat-alat/Senjata dalam Perang Menurut Hukum
Humaniter
Hukum Humaniter Internasional hadir untuk berusaha melindungi orang yang


tidak terlibat maupun yang tidak terlibat lagi dalam konflik bersenjata dan juga untuk
membatasi alat dan cara dalam berperang dan juga memberikan perlindungan
terhadap orang yang terkena dampak dari konflik tersebut. Sebenarnya pengaturan
mengenai alat-alat atau senjata perang di atur dalam Konvensi Den Haaq. Hukum
Den Haaq terdiri dari serangkaian peraturan yang mengatur mengenai sarana (alat)
dan metoda berperang, baik berupa konvensi maupun deklarasi, yang terbentuk dalam
Konferensi Perdamaian di Den Haaq pada tahun 1899 dan 1907, yakni yang
menghasilkan serangkaian konvensi Den Haaq.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Federation of American Scientists. Introduction to Biological Weapons

Namun sebelum terbentuknya Konvensi Den Haaq 1899 dan 1907 tersebut
lebih dulu ada aturan yang mengatur mengenai cara dan alat perang, yaitu diantaranya
:
- Lieber Code atau Instructions for Goverment of Armies ofthe United States
(1863)
- St Petersburg Declaration (1868).
Sebelum terbentuk Lieber Code dan St Petersburg Declaration, pada tahun
1874 telah diadakan Brussel Conference oleh Tsaar Alexander I guna membahas

hukum dan kebiasaan berperang. Brussel Conferencemenghasilkan “Final Protocol”
dan “Project of an International Declaration Concerning the Laws and Costume of
War” (Proyek dari sebuah Deklarasi Internasional yang berkaitan dengan Hukum dan
Kebiasaan Perang), namun karena tidak semua negara mau menerimanya sebagai
suatu konvensi yang mengikat, menyebabkan Final Protocol dan Project of and
International Declaration Concerning the Laws and Costume of War tidak
diratifikasi. Kedua Deklarasi Internasional mengenai hukum dan kebiasaan perang
yang batal ini memicu dilakukannya hukum perang.
Walaupun Lieber Code dan St Petersburg Declaration bukan merupakan hasil
dari Konferensi Perdamaian I (1899) dan II (1907) di Den Haaq, namun kedua
instrument ini sangat penting guna bisa memahami perangkat peraturan hukum yang
mengatur mengenai sarana dan metoda perang.

Ketentuan dimana para pihak yang berkonflik memiliki hak untuk
menggunakan senjata secara tak terbatas untuk tujuan perangnya. Pembatasan ini
didasarkan pada dua ketentuan yaitu §§§§§§§§§§§§
1. Ketentuan mengenai prinsip-prinsip persenjataan yang telah dikembangkan
2.

Masyarakat internasional yang sudah menerima sejumlah larangan khusus atau

setiap pembatasan dimana telah disepakati suatu bentuk tertentu dari
persenjataan atau metode perperang
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 35 Protokol Tambahan tahun 1977

mengakui bahwa maksud dari melukai musuh dengan tidak terbatas ini dan kemudian
menetapkan larangan bagi para personil militer menggunakan materi dan peluru atau
metode perang yang secara nyata menyebabkan luka yang berlebihan atau
penderitaan yang tidak perlu. Selain itu penggunaan alat dan senjata perang juga telah
di cantumkan dalam Lieber Code.
Lieber Code atau Instruksi Lieber adalah sebuah dokumen yang berisi
serangkaian peraturan berbentuk instruksi bagi para tentara Amerika Serikat dalam
menghadapi Perang Saudara di Amerika (1861-1865). *************Nama lengkap dari
Lieber Code adalah Instruction for the Goverment of Armies of the United States in
the Field (Instruksi Bagi Pimpinan Tentara Amerika Serikat di Medan Perang).Lieber
Code semacam petunjuk lapangan. Kode ini mengatur secara rinci mengenai aspekaspek hukum dan kebiasaan perang di darat antara lain :

§§§§§§§§§§§§

Evans, Malcom D, International Law, Published in The United State by Oxford
University Press Inc, New York, 2003, hlm 80

*************

Ambarwati,dkk, op cit, hlm 31

a. Bagaimana perang dilaksanakan ?
b. Bagaimana perlakuan yang harus diberikan kepada penduduk sipil, para
tawanan perang, mereka yang terluka dan sebagainya.
Pasal 14 jo 16 Lieber Code mengatur mengenai hakekat dari prinsip
kepentingan militer, yaitu suatu prinsip yang sangat penting dalam hukum perang
sedangkan Pasal 170 Lieber Code secara eksplisit memberikan larangan penggunaan
senjata beracun †††††††††††††.
Pada awalnya Lieber Code ini merupakan dokumennya Amerika Serikat secara
nasional, yang diterapkan saat terjadi perang saudara atau Civil War yang sifatnya
tidak mengikat negara-negara lain, namun kemudian dalam kenyataanya Lieber Code
pada abad ke-19 menjadi model dan sumber inspirasi bagi kodifikasi mengenai
hukum dan kebiasaan perang. Menurut Fritz Kalshoven Lieber Code ini ternyata
kemudian mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan Hukum Den
Haaq. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Selain Lieber Code, ada pula St. Petersburg Declaration (1868)dimana Secara
lengkap St. Petersburg Declaration ini berjudul “Declaration Renouncing the Use, in


†††††††††††††

Pasal 14 Lieber Code adalah “kebutuhan militer yang dapat dimengerti oleh
masyarakat modern yang beradap, terdiri dari kebutuhan yang dipilih dengan hati-hati yang sangat
dibutuhkan guna menjamin akhir dari perang dan tidak melanggar hukum berkaitan dengan hukum
modern bagi penggunanya dalam perang”.
Pasal 16 Lieber Code adalah “dalam keaadan mendesak militer tidak diizinkan
menggunakan tindakan yang kejam.. juga tidak diijinkan menggunakan racun dalam segala cara,
maupun dalam keseluruhannya kebutuhan militer tidak memasukkan perilaku permusuhan yang akan
membuat kemungkinan untuk damai menjadi sukar”.
Pasal 170 Lieber Code adalah “penggunaan racun dalam acara apapun, ataukah itu dengan
cara meracuni sumur, atau makanan atau senjata sama sekali harus dicegah dalam suatu perang
modern. Mereka yang menggunakan hal itu menempatkan dirinya sendiri diluar batas hukum dan
kebiasan perang”.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Fritz Kalshoven, Constraints on the Waging of War, 2nd
Edition,ICRC,Geneva,1991,hlm 11-12; vide Dietrich Schindler and Jiri Toman (Eds), hlm 3

Time of Wa, Explosive Projectile Under 400 Grammes Weight” (Deklarasi Yang

Tidak Mengakui Penggunaan, Dalam Saat Perang, Projektile Yang Dapat Meledak
Dibawah Berat 400 Gram). Ini adalah instrumen yang sangat berbeda sekali dengan
Lieber Code. Lieber Code adalah suatu aturan yang sangat rinci dan bersifat nasional,
sedangkan St. Petersburg Declaration adalah suatu perjanjian internasional yang
hanya mengatur mengenai suatu aspek saja dari peperangan, yaitu mengatur tentang
persenjataan khususnya mengenai perkembangan projektil-projektil yang dapat
meledak. §§§§§§§§§§§§§
Maksud utama dari deklarasi ini adalah untuk membatasi penggunaan
persenjataan yang dikembangkan sehingga mudah menyala dan meledak, yang
bilamana senjata ini digunakan terhadap bangunan-bangunan militer akan
menimbulkan akibat yang cukup berarti.
Fritz Kalshoven menulis bahwa apabila ditunjukan kepada manusia, maka
penggunaannya tidak akan efektif ketimbang menggunakan senjata biasa, karena
tidak menyebabkan pihak lawan menyandang status horst de combat, karena luka
yang disebabkan tembakan projektil tersebut justru bertambah parah dan menambah
penderitaan bagi mereka yang mengalaminya. **************
Dalam St. Petersburg Declaration dapat dilihat adanya tiga paragraf
operasional yang perlu diperhatikan sehubungan dengan cara berperang :
1. That the progress of civilization should have the effect of alleviating as much as
possible the calamities of war (karena adanya kemajuan peradaban manusia
§§§§§§§§§§§§§

Arlina pertamasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter, International Committe of
the Red Cross, Jakarta,1999,hlm 43
**************
Ibid

maka harus menimbulkan efek mengurangi sedapat mungkin bencana dari
perang). Maksudnya, demi kemajuan peradaban manusia harus banyak dicegah
bencana dari perang.
2.

That the only legitimate object which States should endeavour to accomplish
during war is to weaken to military force of the enemy (yang menjadi objek
yang sah yang harus diusahakan dengan keras untuk diselesaikan oleh negaranegara selama peperangan adalah untuk melemahkan kekuatan tentara dari
musuh). Maksudnya, dalam setiap pertempuran harus dihindari perusakan atau
korban dari mereka yang bukan tentara.
Ada klausula dalam St. Petersburg Declaration yang menyebutkan bahwa
penggunaan senjata yang bersifat mudah meledak dapat menambah penderitaan
pada manusia, penggunaan mana diakui bertentangan dengan hukum
kemanusiaan (the laws of humanity)

3. The contracting or Accending Parties reserve to themselves to come hereafter
to an understanding whenever a precise proporsition shall be drawn up in a
view of future improvment which science may effect in the armemend of troops,
in order to maintain the principles which they have established and to
conciliate the necessities of war with the laws of humanity. Maksudnya, bahwa
dengan menyadari kemungkinan timbulnya perkembangan ilmu dan teknologi
di bidang persenjataan yang dapat mempengaruhi angkatan perang, maka tetap
harus diutamakan prinsip-prinsip yang telah diakui, yakni prinsip mengenai
kepentingan militer dengan hukum kemanusiaan.

Lieber Code dan St. Petersburg Declaration dimana keduanya menjadi faktor
penting dalam memahami Konvensi Den Haaq selanjutkan, khususnya yang
bersangkutan dengan metode dan sarana berperang. Misalnya paragraf operasional
pertama dan kedua didalami secara seksama, nampaknya merupakan bahan pokok
mengenai ketentuan yang menyangkut sasaran militer dalam berperang, yang
kemudian ditegaskaan kembali dalam Konvensi atau Hukum Jenewa 1949 yang
kemudian secara definitif ditegaskan dalam Protokol Tambahan I/1977.
Demikian pula dalam klausula St. Petersburg Declaration yang disebut diatas
yaitu tentang penggunaan senjata yang bersifat tidak terbatas yang secara berulang
kali ditegaskan kembali dalam dalam banyak konvensi (termasuk dalam Protokol
Tambahan I/1977).Demikian juga pada pasal 155 Lieber Code †††††††††††††† , yang
menentukan klasifikasi mereka yang terlibat dalam peperangan yaitu mereka yang
tergolong combatans dan non combatans yang berkembang menjadi prinsip pembela
(disriction principles) dalam hukum perang.
Lieber Code dan St. Petersburg Declaration adalah cikal bakal terbentuknya
Konvensi Den Haaq atau yang lebih sering disebut dengan Hukum Den
††††††††††††††

Pasal 155 Liber Code menyebutkan bahwa “All enemies in regular war are
divided into two general classes - that is to say, into combatants and noncombatants, or unarmed
citizens of the hostile government. The military commander of the legitimate government, in a war of
rebellion, distinguishes between the loyal citizen in the revolted portion of the country and the disloyal
citizen. The disloyal citizens may further be classified into those citizens known to sympathize with the
rebellion without positively aiding it, and those who, without taking up arms, give positive aid and
comfort to the rebellious enemy without being bodily forced thereto.”
Artinya: “Semua musuh dalam perang biasa dibagi menjadi dua kelas umum yang mengatakan, dalam
kombatan dan warga sipil, atau warga tak bersenjata dari pemerintah yang bermusuhan. Komandan
militer pemerintah yang sah, dalam perang pemberontakan, membedakan antara warga negara yang
setia di bagian memberontak negara dan warga tidak loyal.Warga setia lebih lanjut dapat
diklasifikasikan kedalam warga negara yang dikenal bersimpati dengan pemberontakan tanpa positif
membantu, dan orang-orang yang, tanpa mengangkat senjata, memberikan bantuan positif dan
kenyamanan bagi musuh pemberontak tanpa tubuh dipaksa padanya”.

Haaq.Konvensi Den Haaq merupakan ketentuan hukum humaniter yang mengatur
mengenai cara dan alat berperang, serta menekankan bagaimana cara melakukan
operasi-operasi militer. Konvensi ini disebut dengan The Haque Laws, karena
pembentukan ketentuan-ketentuan tersebut dihasilkan di kota Den Haaq, Belanda.
Hukum Den Haaq terdiri dari serangkaian ketentuan yang dihasilkan dari Konferensi
1899 dan ketentuan-ketentuan yang dihasilkan dari Konferensi 1907.Hukum Den
Haaq adalah kelanjutan dari hasil korespondensi Perdamaian I pada tahun 1899.
Konvensi Den Haaq terjadi sebanyak dua kali. Dimana konvensi pertama pada tahun
1899 dan yang kedua tahun 1907. Isi dari dua konvensi ini sama yakni mangatur tata
cara dan alat yang diperbolehkan dalam perang yang dilakukan oleh negara-negara
yang melakukan, hanya saja isi dari konvensi kedua merupakan penyempurnaan dari
konvensi pertama.
Dalam Konvensi Den Haaq 1899 korespondensi yang dimulai pada tanggal 20
Mei 1899 dan berakhir pada tanggal 29 Juli 1899. Korespondensi Perdamaian I
merupakan prakarsa Tsaar Nicholas II dari Rusia yang merupakan usaha mengulangi
prakarsa pendahulunya yaitu Tsaar Alexander I yang menemui kegagalan dalam
mewujudkan suatu Korespondesi Internasional di Brussel pada tahun 1874 yaitu
Final Protocol dan Project of and International Declaration Concerning the Laws
and Costume of War. Dasar pemikiran Tsaar Nicholas II untuk menghidupkan
kembali gagasan Tsaar Alexander I adalah Rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy
Alliance) antara Austria, Prusia dan Rusia pada tanggal 3 September 1815.
Sebagaimana diketahui bahwa Aliansi Empat Negara (Quadruple Alliance) yang
ditandatangani oleh Austria, Prusia dan Rusia pada tanggal 20 Nopember 1815 yang

merupakan kelanjutan dari Konggres Wina yang diselenggarakan antara bulan
September Peristiwa Waterloo (kalahnya Napoleon Bonaparte) pada tanggal 18 juni
1815 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡. Untuk memenuhi ambisi Tsaar Nicholas II, maka pada tahun 1898
Court Mouravieff (Menlu Rusia) mengedarkan surat kepada semua Kepala
Perwakilan negara negara yang diakteritasikani St. Petersburg, yang isinya ajakan
dari Tsaar Nicholas II untuk secara bersama-sama mempertahankan Perdamaian
Dunia dan mengurangi persenjataan. Konferensi ini menghasilkan tiga konvensi dan
tiga deklarasi, yaitu :
1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional
2. Konvensi II tentang Hukum dan Kebiasan Perang di Darat
3. Konvensi III tentang Adaptasi Asas-Asas Konvensi Jenewa tanggal 22 Agustus
1864 tentang Hukum Perang di Laut

Deklarasi yang dihasilkan adalah
1. Larangan penggunaan peluru-peluru dum-dum (peluru-peluru yang bungkusnya
tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat pecah dan membesar
dalam tubuh manusia)
2. Peluncuran proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon, selama
jangka waktu lima tahun yang berakhir pada tahun 1905, juga dilarang

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Arlina pertamasari dkk,Ibid, hlm 22 mengutip tulisan Marwati Djoned
Poesponegoro,Tokoh dan Peristiwa Dalam Sejarah Eropa 1815-1945,Erlangga, Jakarta,1982, hlm
132-282

3. Penggunaan proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas yang beracun yang
menyebabkan sesaknya pernafasan , juga dilarang.
Pada Bagian I tentang pihak-pihak yang bersengketa terdapat 3 (tiga) Bab dan
Bab I membahas mengenai kualifikasi dari pihak-pihak yang bersengketa.
Pasal I menerangkan bahwa hukum mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban
berperang tidak hanya diterapkan pada tentara tetapi juga pada milisi dan kolompok
sukarela yang memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Harus dipimpin oleh seseorang yang bertanggungjawab atas bawahannya
b. Memakai tanda atau emblem yang dapat dilihat dari jauh
c. Memakai senjata secara terbuka
d. Melaksanakan gerakan operasinya sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang
Pada Bagian II mengenai Permusuhan di Bab I tentang alat-alat untuk melukai
musuh, pengepungan dan pemboman tercantum pada pasal 22 dimana didalamnya
terdapat bagian terpenting yaitu klausula pokok yang menyatakan bahwa: hak para
pihak yang berperang untuk menggunakan alat-alat untuk melukai musuh adalah
tidak tak terbatas. §§§§§§§§§§§§§§ Juga dalam pasal 23 *************** berisi tambahan
mengenai larangan-larangan yang ditentukan oleh konvensi-konvensi khusus, maka
secara khusus dilarang untuk :
a. Menggunakan racun atau senjata beracun
b. Membunuh atau melukai secara kejam orang-orang atau tentara dari pihak
musuh

§§§§§§§§§§§§§§

Pasal 22 Haque Convention IV,1907
Ibid

***************

c. Membunuh atau melukai lawan yang telah meletakkan senjatanya, atau yang
tidak lagi memiliki alat pertahanan, atau yang telah menyerah
d. Menyatakan bahwa perlindungan tidak akan diberikan
e. Menggunakan senjata, proyektil, atau bahan-bahan yang mengakibatkan
penderitaan yang tidak perlu
f. Menyalahgunakan bendera perdamaian, bendera nasional, atau tanda militer
dan seragam musuh, dan juga atribut-atribut pembeda dari Konvensi Jenewa
g. Menghancurkan atau menyita harta benda milik musuh, kecuali jika
penghancuran atau penyitaan tersebut diperlukan bagi kepentingan militer;
h. Menyatakan penghapusan, penundaan atau tidak dapat dilaksanakannya hakhak pembelaan warga negara pihak musuh dalam suatu pengadilan.
Setelah pada tahun 1899 mennghasilkan Konvensi Den Haaq 1899 pada tahun
1907 dilakukan Konferensi Perdamaian II dan menghasilkan kembali Konvensi Den
Haaq 1907 dimana sebenarnya isi dari Konvensi Den Haaq 1899 sama dengan isi dari
Konvensi Den Haaq 1907 mengenai tata cara dan alat yang diperbolehkan dalam
perang bagi negara-negara yang melakukanya. Konvensi Den Haaq 1907 ini hanya
sebagai penyempurnaan dari Konvensi Den Haaq 1899.
Konferensi Perdamaian II adalah merupakan gagasan Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat John Hay pada tanggal 21 Oktober 1904 membuat Surat Edaran
yang ditujukan kepada wakil-wakil Amerika Serikat yang ditempatkan dinegara yang
meratifikiasi Final Act 1899. Pada saat itu Rusia sedang berperang dengan Jepang.
Namun demikian Tsaar dari Rusia menyatakan keinginanya untuk menyelenggarakan

konferensi ini, karena ia mendengar bahwa Presiden Theodore Roosevelt
mempersilahkan Tsaar untuk bertindak sebagai penyelenggara.
Konferensi ini lebih besar memfokuskan dan menitikberatkan masalah perang
dilaut, karena pada saat itu ketentuan perang laut belum ditetapkan pada kenvensi
sebelumnya.Pada saat itu Inggris mencoba memasukkan putusan mengenai
pembatasan persenjataan di perang laut, namun hal ini digagalkan oleh negara negara
peserta yang dipimpin oleh negara netral.Putusan mengenai pembatasan persenjataan
perang di laut ditolak oleh Jerman karena beranggapan bahwa putusan tersebut
merupakan buatan negara Inggris dengan maksud untuk membatasi ruang gerak
armada laut Jerman yang pada saat itu sangat kuat dan sulit dikalahkan oleh negara
sekutu.Jerman menolak usulan tentang arbitrse wajib.Hasil konferensi tersebut
berhasil memperbesar mekanisme untuk arbitrase sukarela dan menetapkan sejumlah
konvensi yang mengatur penagihan utang, aturan perang, dan hak serta kewajiban
negara netral dan Konferensi Perdamaian II di Den Haaq mengasilkan 13 Konvensi
dan sebuah deklarasi.
Konvensi-konvensi yang dihasilkan dalam Konferensi Perdamaian II di Den
Haaq tahun 1907 adalah sebagai berikut ††††††††††††††† :
1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional
2. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menuntut
Pembayaran Hutang yang berasal dari Perjanjian Perdata
3. Konvensi III tentang Cara Memulai Perang
4. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat
†††††††††††††††

Haryomatam, op cit, hlm 47

5. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warganegara Netral dalam
Perang di Darat
6. Konvensi VI tentang Status Kapal Dagang Musuh pada saat Permulaan Perang
7. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang
8. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau Otomatis di Dalam Laut
9. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkutan Laut di Waktu Perang
10. Konvensi X tentang Adaptasi Azas-Azas Konvensi Jenewa tentang Perang di
Laut
11. Konvensi XI tentang Pembatasan Tertentu Terhadap Penggunaan Hak
Penangkapan dalam Perang di Laut
12. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang Sitaan
13. Konvensi XIII tentang Hak dan Kewajiban Negara Netral dalam Perang di Laut
Konvensi VI sampai dengan konvensi XII Den Haaq 1907 pada umumnya
mengatur masalah kapal, kapal perang, jadi menyangkut perang di laut
Adapun satu-satunya deklarasi yang dihasilkan dalam Konferensi Perdamaian
II tersebut adalah Deklarasi yang melarang Penggunaan proyektil-proyektil atau
bahan-bahan peledak dari balon.
Mengenai sarana dan metoda berperang adalah berbicara tentang hukum Den
Haaq yang bukan hanya terdapat dalam hasil Konferensi Perdamaian I dan II
saja.Perkembangannya bahwa ketentuan-ketentuan mengenai sarana dan metoda

berperang tersebut tidak hanya terdapat dalam konvensi-konvensi Den Haaq saja
melainkan pada Protokol Tambahan 1977. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ketentuan utama tentang metoda dan sarana berperang terdapat dalam
Konvensi Den Haaq ke-IV (1907) §§§§§§§§§§§§§§§ terutama lampiran Annexnya terutama
yang berjudul “Regulations respecting the laws and customs of war on land” atau
yang biasa disebut Haque Regulations (Peraturan-peraturan Den Haaq).
Haque Regulations ini mengatur mengenai hukum dan kebiasaan perang di
darat, termasuk ketentuan-ketentuan mengenai metoda dan sarana berperang.
Peraturan Den Haaq mengenai sarana (alat) berperang terlebih dahulu diketahui
dua peraturan dasar (basic rules) yang melandasinya yaitu
1. In many armed conflict, the right of the Parties to the conflict to choose
methods on means of wrfare is not unlimited
2. It is prohibited to employ weapons, projectiles and material and methods of
warfare of a nature to cause superfluous injury or unnecessary suffering.
Peraturan dasar yang paling utama dalam menggunakan sarana atau alat untuk
melakukan peperangan (means of warfare) dalam suatu sengketa bersenjata ialah
keterbatasan dalam memilih dan menggunakan sarana atau alat berperang. Prinsip ini
tercantum dalam ketentuan Pasal 22 Haque Regulations yang menyatakan bahwa :
“hak belligerents untuk menggunakan sarana dalam menghancurkan musuh adalah
tidak tak terbatas (is not unlimited).” Prinsip ini ditegaskan kembali dalam Resolusi
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Oleh karena itu, menurut ICRC, protokol Tambahan 1977 juga disebut dengan
Hukum Campuran (mixed law) karena tidak hanya mengatur tentang perlindungan terhadap penduduk
sipil saja, melainkan juga mengatur tentang metoda dan saran berperang
§§§§§§§§§§§§§§§
Karena telah diperbarui, maka pembahasan Lampiran Konvensi II 1899 dilakukan
sekaligus dengan Lampiran Konvensi IV 1907. Dengan mengutamakan konvensi yang terakhir, serta
membandingkan kedua klausula dalam kedua konvensi dimana dianggap perlu

XXVIII pada Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina (1965) dan juga
dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 2444(XXIII).
Contoh penggunaan prinsip ini tampak pada konvensi yang dihasilkan dalam
Konferensi Perdamaian II, misalnya Pasal 1 Konvensi VIII (Convention relative to
the laying of outomatic submarine contact mines) yang melarang penggunaan ranjau
dan torpedo, dengan pengecualian yang cukup ketat sebagai berikut :
1. To lay unanchored automatic contact mines, except when they are so
constructed as to become harmless one hour at most after the person who laid
them ceases to control them
2. To lay unanchored automatic contact mines which do not become harmless as
soon as they have broken loose from their moorings
3. To use torpedoes which do not become harmless when they have missed their
mark
Melihat rumusan pasal 1 diatas, jelas bahwa negara yang bersengketatidak
dapat sebebas-bebasnya menggunakan ranjau, namun dibatasi oleh syarat-syarat
tertentu.Contoh diatas mencerminkan bahwa penggunaan senjata oleh para pihak
yang bersengketa adalah tidak tak terbatas (sangat terbatas).

C.

Penggunaan Senjata yang dilarang dalam Perang menurut Hukum
Humaniter
Pengaturan mengenai larangan penggunaan senjata tertentu telah diatur dalam

beberapa konvensi internasional.Pada dasarnya perang itu disesuaikan dengan

serangkaian peraturan sebagai suatu sistem hukum tertentu, atau perang dapat
dilakukan karena adanya alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Doktrin perang selama abad XIX kurang mendapat pengaruh hukum alam
dibandingkan pada abad sebelumnya, konsep keadilan perang muncul lagi setelah
perang dunia pertama dalam bentuk suatu doktrin perang yang tidak sah,
menyelamatkan dari serangan para agresor. ****************
Suatu aturan hukum, yaitu “Hukum Perang” yang terdiri dari sekumpulan
pembatasan oleh hukum internasional dalam mana kekuatan yang diperlukan untuk
mengalahkan musuh boleh digunakan dan prisip-prinsip yang mengatur perlakuan
terhadap

individu-individu

pada

saat

berlangsungnya

konflik-konflik

bersenjata. ††††††††††††††††
Pada umumnya dalam suatu konflik atau sengketa yang demikian nilai-nilai
kemanusiaan sering terabaikan. Hal ini disebabkan karena disatu pihak Hukum
Humaniter Internasional menyerahkan persoalan penuntutan terhadap kejahatan ini
pada hukum nasional suatu negara, sementara itu dipihak lain penuntutan terhadap
pelanggarannya sangat tergantung pada kemauan politik dari pemerintah suatu
negara. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Tujuan

pokok

dari

kaidah-kaidah

hukum

ini

untuk

alasan-alasan

keprimanusiaan guna mengurangi atau membatasi penderitaan individu-individu,

****************

Majid Khadduri, War and Peace in The Law of Islam (Perang dan Damai dalam
Hukum Islam), Tarawang Press, Jakarta, 2002, hlm 47
††††††††††††††††
May Rudy, Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm 78.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Lachs, Manfred,Responsibility ForTheDevelopment of Humanitarian Law, and
Cristopher Swinarski (Ed), Studies and Essayon International Humanitarian Law and Red Cross
Principles,Martinus Nijhoff Publishers, Laiden, 1984, hlm 397.

serta untuk membatasi kawasan di dalam mana kebiasaan konflik bersenjata
diizinkan. Naluri berperang ini kemudian membawa keinsyafan bahwa cara
berperang yang tidak mengenal batas itu merugikan umat manusia sehingga
kemudianmulailah orang-orang mengadakan pembatasan-pembatasan menetapkan
ketentuan-ketentuan yang mengatur perang antara bangsa-bangsa. Pelanggaranpelanggaran tersebut, dapat berupa pelanggaran dalam bentuk international crimes
atau international torts (international deliquencies). §§§§§§§§§§§§§§§§
Beberapa
tentang

perjanjian

penggunaan

utama

maupun

dari

pelarangan

Konvensi

Jenewa

penggunaan

yang mengatur

peralatan

atau

alat

perang tertentu dalam suatu konflik dan pengadopsiannya.
1. Deklarasi St. Petersburg 1868 (pelarangan penggunaan proyektil jenis tertentu

pada waktu perang)
2. Protokol Jenewa 1925 tentang pelarangan penggunaan gas pencekik, beracun

ataupun jenis gas lainnya dan juga cara berperang biologis yang menggunakan
bakteri untuk kepentingan perang
3. Konvensi 1972 konvensi tentang pelarangan pengembangan, pembuatan dan

penimbunan senjata biologis atau bakteriologis dan beracun, dan tentang
pemusnahannya.
4. Konvensi 1980 tentang larangan atau pembatasan penggunaan senjata

konvensional tertentu yang dianggap dapat mengakibatkan luka yang
berlebihan atau dapat memberikan efek tidak pandang bulu (Konvensi Senjata

§§§§§§§§§§§§§§§§

Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika
Aditama, Bandung, 2000, hlm 11

Konvensional/Certain Conventional Weapons Conventionl (CCW)), yang
termasuk
a. Protokol I tentang fragmen (kepingan logam) yang tidak dapat terdeteksi
b. Protokol II tentang larangan dan pembatasan penggunaan ranjau darat, dan
lain-lain
c. Protokol III tentang larangan dan pembatasan penggunaan senjata-senjata
pembakar
5. Konvensi

Senjata

Kimia

1993

tentang

larangan

dan

pembatasan

pengembangan, pembuatan, penimbunan dan penggunaan senjata kimia dan
tentang pemusnahannya.
6. Protokol 1995 yang berkaitan dengan Senjata laser yang dapat

menyebabkan

kebutaan permanen (Protoko IIV [baru] untuk Konvensi 1980).
7.

Protokol 1996 revisi tentang larangan atau pembatasan penggunaan ranjau
darat,dan alat lainnya (Protokol II [telah direvisi] untuk Konvensi 1980)

8. Konvensi tentang larangan penggunaan, penyimpanan, serta pembuatan

dan

pengiriman (transfer) ranjau anti personil dan tentang pemusnahannya
9. Amandemen 2001 terhadap Pasal I dari Konvensi Senjata Konvensional

(CCW). *****************
10. Konvensi Dublin 2009, Tentang Larangan Pengunaan Bom Cluster/Bom Curah.

*****************

“Hand Book of The International Red Cross and Red Crescent Movement”,
Therteen Edition, ICRC, Geneva, 1994, hlm 9-10, dikutip dari jurnal ilmu hukum
Mahfud,http://online-journal.unja.ac.id/index.php/jih/article/viewFile/1969/1317 pada tanggal 10
Maret 2015 pukul 10.00 WIB

Seiring dengan perkembangan konflik yang semakin meluas setelah
berakhirnya Perang Dingin, yang ditandai dengan perang-perang baru, baik yang
mengatasnamakan perdamaian dunia maupun untuk kepentingan-kepentingan negara
tertentu, tidak jarang pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan hukum perang ini
dilanggar.Terlebih lagi bila kita melihat kepada kemajuan teknologi yang demikian
pesatnya, sehingga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan

manusia, tidak

terkecuali terhadap teknologi perang itu sendiri.Tujuannya
menghancurkandan melumpuhkan pihak negara lawan dalam waktu

adalah
sesingkat-

singkatnya dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien.
Untuk itu pada waktu ini diciptakan oleh manusia senjata-senjata mutakhir
yang dianggap untuk tujuan tersebut yaitu senjata nuklir, senjata biologi dan senjata
kimia. †††††††††††††††††
1. Senjata Nuklir
Kontroversi mengenai senjata nuklir sebenarnya telah muncul sebelum senjata
maut ini menjadi kenyataan.Hal ini bermula pada awal Perang Dunia II terwujud
dengan kekhawatiran khususnya diantara para ahli fisika di Barat bahwa Hitler telah
memiliki kemampuan untuk mengmbangkan senjata nuklir. Atas permintaan
temannya Leo Szilard ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein
menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat pada saat itu Franklin D. Roosevelt
yang intinya menyarankan agar AS mengembangkan bom atom sebelum Nazi

†††††††††††††††††

Pusat Nuklir Biologi dan Kimia Angkatan Darat, Almanak Nuklir Biologi dan

Kimia, 1975
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Leo Szilard adalah ilmuan pertama yang menemukan teori bahwa energi dapat
dilepaskan memalui reaksi berantai

membuatnya, dan pada tanggal 6 Desember 1941, 1 hari sebelum Pearl Harbour
diserang Jepang, Administrasi Pemerintahan AS memutuskan untuk memulai proyek
pembuatan bom atom yang secara resmi disebut Manhattan Project.
Bom tersebut digunakan sebagai senjata oleh AS terhadap Jepang dengan
membom kota Hiroshima (6 Agustus 1945) dan kota Nagasaki (9 Agustus 1945).
Penggunaan bom atom atas Hiroshima dan Nagasaki memang membuat Perang
Dunia I berakhir, namun dilain pihak pengalaman itu juga telah mengubah pandangan
masyarakat bahwa penggunaan senjata nuklir dalam sangat berbahaya dan membuat
banyak terjadi penderitaan yang tidak perlu. Untuk itu dibentuk resolusi pertama yang
dihasilkan oleh SMU PBB pada tanggal 24 Januari 1946 No. 1 “Estabilishment of a
commission to deal with the problem raised by the discovery of atomkic energy”
memberi mandat kepada komisi yang dibentuk untuk memberikan rekomendasi
mengenai cara-cara penghapusan senjata nuklir dari sistem persenjataan negaranegara didunia. §§§§§§§§§§§§§§§§§
Senjata nuklir adalah senjata yang mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan
mempunyai daya pemusnah yang dahsyat sebuah bom nuklir mampu memusnahkan
sebuah kota atau negara. Dampak dari senjata nuklir adalah reaktor nuklir sangat
membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia.Radiasi yang diakibatkan
oleh reaktor nuklir ini ada dua.
a. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang
dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.

§§§§§§§§§§§§§§§§§

Dian Wirengjurit, Kawasan Damai Dan Bebas Senta Nuklir, Penerbit Alumni,
Bandung, 2002, hlm 9-11

b. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang
terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik
melalui udara, air, maupun media lainnya.baik radiasi langsung maupun
tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel
pembentukannya.
Organ-organ tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila
tercemar radio aktif uraiannya sebagai berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat
merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat
mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat
membunuhnya. Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada
sel yaitu :
1. sel akan mati.
2. terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker, dan
3. kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai proses
bayi-bayi cacat.
Selain itu, juga menimbulkan luka bakar dan peningkatan jumlah penderita
kanker (thyroid dan cardiovascular) sebanyak 30-50% di Ukrania, radang
pernapasan, dan terhambatnya saluran pernapasan, juga masalah psikologi dan stres
yang diakibatkan dari kebocoran radiasi.
Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu dipertimbangkan. Pertama,
kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang
jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk
hidup.Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki hulu

ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku pembuatan
senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg Plutonium.Ketiga,
limbah yang dihasilkan (Uranium) bisa berpengaruh pada genetika.Selain itu, tenaga
nuklir memancarkan radiasi radio aktif yang sangat berbahaya bagi manusia.
Nuklir memiliki 2 tipe yang dasar dimana tipe yang pertama menghasilkan
energi ledakannya hanya dari proses reaksi fisi. Senjata tipe ini secara umum dinamai
bom atom (atomic bomb, A-bombs).Energinya hanya diproduksi dari inti atom.
Pada senjata tipe fisi, masa fissile material (uranium yang diperkaya atau
plutanium) dirancang mencapai supercritical mass jumlah massa yang diperlukan
untuk membentuk reaksi rantai dengan menabrakkan sebutir bahan sub-critical
terhadap butiran lainnya (the gun method), atau dengan memampatkan bulatan bahan
sub-critical menggunakan bahan peledak kimia sehingga mencapai tingkat kepadatan
beberapa kali lipat dari nilai semula (the implosion method). Metoda yang kedua
dianggap lebih canggih dibandingkan yang pertama.Juga penggunaan plutonium
sebagai bahan fisil hanya bisa di metoda kedua.
Tantangan utama di semua desain senjata nuklir adalah untuk memastikan
sebanyak mungkin bahan bakar fisi terkonsumsi sebelum senjata itu hancur.Jumlah
energi yang dilepaskan oleh pembelahan bom dapat berkisar dari sekitar satu ton
TNT ke sekitar 500.000 ton (500 kilotons) dari TNT.
Tipe kedua memproduksi sebagian besar energinya melalui reaksifusi nuklir
Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai
bom H), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop
hidrogen (deuterium dan tritium). Semua senjata tipe ini mendapatkan kebanyakan

energinya dari proses fisi (termasuk fisi yang dihasilkan karena induk neutron dari
hasil reaksi fusi). Tidak seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan
besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir. ******************
Sedangkan dasar kerja dari nuklir pada bomb hydrogen sebuah bom fisi
menghasilkan radiasi yang kemudian mengkompresi dan memanasi butiran bahan
fusi pada bagian lain.
Senjata termonuklir bisa berfungsi dengan melalui sebuah bom fisi yang
kemudian memampatkan dan memanasi bahan fisi.Pada desain Teller Ulam, yang
mencakup semua senjata termonuklir multi megaton, metoda ini dicapai dengan
meletakkan sebuah bom fisi dan bahan bakar fusi (deuterium atau lithium deuteride)
pada jarak berdekatan didalam sebuah wadah khusus yang dapat memantulkan
radiasi.Setelah bom fisi didetonasi, pancaran sinar gamma dan sinar X yang
dihasilkan memampatkan bahan fusi, yang kemudian memanasinya ke ke suhu
termonuklir. Reaksi fusi yang dihasilkan, selanjutnya memproduksi neutron
berkecepatan tinggi yang sangat banyak, yang kemudian menimbulkan pembelahan
nuklir pada bahan yang biasanya tidak rawan pembelahan, sebagai contoh depleted
uranium. Setiap komponen pada design ini disebut stage (atau tahap). Tahap pertama
pembelahan atom bom adalah primer dan fusi wadah kapsul adalah tahap sekunder.
Dalam bom-bom hidrogen besar, kira-kira separuh dari yield dan sebagian besar
nuklir fallout, berasal pada tahapan fisi depleted uranium. Dengan merangkai
beberapa tahap-tahap yang berisi bahan bakar fusi yang lebih besar dari tahap

******************

Zubaidah Alatas, Sri Hidayati, dkk, Buku Pintar Nulkir, Badan Tenaga Nuklir
Nasional, Jakarta, 2008, hlm 28

sebelumnya, senjata termonuklir bisa mencapai yield tak terbatas.Senjata terbesar
yang pernah diledakan (The Tsar Bomba dari USSR) merilis energi setara lebih dari
50 juta ton (50 megaton) TNT.Hampir semua senjata termonuklir adalah lebih kecil
dibandingkan senjata tersebut, terutama karena kendala praktis seperti perlunya
ukuran sekecil ruang dan batasan berat yang bisa di dapatkan pada ujung kepala roket
dan misil.
Ada juga tipe senjata nuklir lain, sebagai contoh boosted fission weapon, yang
merupakan senjata fisi yang memperbesar yield-nya dengan sedikit menggunakan
reaksi fisi. Tetapi fisi ini bukan berasal dari bom fusi. Pada tipe boosted bom.neutronneutron yand dihasilkan oleh reaksi fusi terutama berfungsi untuk meningkatkan
efisiensi bom fisi. Contoh senjata didesain untuk keperluan khususbomb neutron
adalah senjata termonuklir yang menghasilkan ledakan relatif kecil, tetapi dengan
jumlah radiasi neutron yang banyak.Meledaknya senjata nuklir ini diikuti dengan
pancaran radiasi neutron.Senjata jenis ini, secara teori bisa digunakan untuk
membawa korban yang tinggi tanpa menghancurkan infrastruktur dan hanya
membuat fallout yang kecil. Membubuhi senjata nuklir dengan bahan tertentu
menghasilkan senjata yang dinamai salted bomb. Senjata jenis ini menghasilkan
kontaminasi radioaktif yang sangat tinggi. Sebagian besar variasi di disain senjata
nuklir terletak pada bedayield untuk berbagai keperluan, dan untuk mencapai ukuran
fisik yang sekecil mungkin.
Upaya masyarakat internasional untuk mewujudkan larangan uji coba nuklir
telah dilakukan sejak tahun-tahun awal pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Dalam perkembangannya, upaya ini telah menghasilkan Partial Nuclear-Test-

Ban Treaty (PTBT) pada tahun 1963 yang melarang uji coba nuklir di udara, di luar
angkasa, dan laut. Kemudian, Threshold Test-Ban Treaty (TTBT) pada tahun 1976
yang melarang uji coba nuklir di atas kapasitas 150 kiloton, dan Peaceful Nuclear
Explosions Treaty pada tahun 1976 yang melarang uji coba nuklir untuk tujuan
militer. ††††††††††††††††††
Pelarangan menyeluruh uji coba nuklir merupakan langkah penting dalam
upaya mencapai tujuan penghapusan senjata nuklir dengan cara mencegah
pencanggihan lebih lanjut senjata-senjata nuklir dan pencegahan proliferasi senjata
nuklir kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Usaha untuk menjadikan norma pelarangan uji coba nuklir secara menyeluruh
dalam bentuk instrumen hukum terhambat karena situasi dunia internasional yang
masih diliputi Perang Dingin serta belum adanya teknologi pemantau uji coba nuklir
yang memadai. Upaya itu membuahkan hasil dua dasawarsa kemudian ketika
Konferensi

Perlucutan

Senjata pada

tahun

1996

menghasilkan

rancangan

Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT). §§§§§§§§§§§§§§§§§§
2. Senjata Biologis
Senjata

biologis

sering

disebut

sebagai

senjata

nuklir

orang

miskin. ******************* Biaya maupun teknologi yang diperlukan untuk membuat
senjata biologis jauh lebih rendah dan mudah dibanding senjata nuklir atau
kimia.Walaupun demikian, efek penghancuran massa-nya tidak kalah hebat
††††††††††††††††††

Penjelasan atas UU No. 1 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Traktat Pelarangan
Menyeluruh Uji Coba Nuklir(Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid
§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid
*******************
Gould, 1997

dibanding kedua senjata tadi.Menurut perhitungan Office of Technology Assessment
di Konggres Amerika pada tahun 1993, 100 kg spora Basillus Anthracis yang
disebarkan diatas ibukota Washington bisa menimbulkan korban 3 juta jiwa.
Kenyataannya, penyebaran bakteri serupa dari instalasi pembuatan senjata
biologis Rusia di kota Yekaterinburg pada tanggal 2-3 April 1979 telah menelan
korban tewas puluhan ribu jiwa di daerah sekitarnya menurut laporan Union for
Chemical Safety, walau laporan resmi pemerintah hanya 66 orang. †††††††††††††††††††
Berbeda dengan senjata nuklir, senjata biologis punya banyak jenis. Walaupun
senjata kimia juga mempunyai banyak jenis (seperti gas sarin, gas VX, sianida dan
sebagainya), karena senjata biologis menggunakan agen hayati seperti virus dan
bakteri, jumlahnya cenderung bertambah dengan munculnya berbagai macam
penyakit infeksi

fatal

baru seperti virus

Ebola, virus

Lassa dan lain-

lain. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Namun demikian, agen yang benar telah dipakai sebagai senjata biologis adalah
bakteri yang telah lama dikenal manusia, mudah didapatkan di alam dan tidak sulit
penanganannya.Bacillus anthracis, penyebab penyakit anthrax adalah pilihan utama
dan telah terbukti dipakai dalam kejadian di Amerika baru-baru ini maupun coba
dibuat di Rusia serta Irak.Selain itu, bakteri yang mematikan dan tercatat sebagai
agen senjata biologis adalah Yersinia pestis penyebab penyakit pes, Clostridium
botulinium yang racunnya menyebabkan penyakit botulism, Francisella tularensis
(tularaemia) dan lain-lain. Pihak lain, karena bakteri-bakteri patogen itu sudah
†††††††††††††††††††

Graeves, 1999
Diakses dari http://www.kamusilmiah.com/biologi/mengenal-senjata-biologisbahaya-dan-larangan-penggunaannya/ pada tanggal 15 Maret 2015 pada pukul 10.35
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

dikenal lama, pengobatannya sudah diketahui dengan berbagai antibiotika dan
pencegahannya dapat dilakukan dengan vaksinasi. §§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Hal lebih mengerikan adalah senjata biologis dengan agen yang telah
direkayasa secara bioteknologi sehingga tahan antibiotika, lebih mematikan, stabil
dalam penyimpanan dan sebagainya.Paling mudah adalah rekayasa untuk sifat
resistensi terhadap antibiotika. Sifat seperti ini biasanya hanya ditimbulkan oleh
kumpulan gen sederhana atau bahkan gen tunggal, sehingga mudah dipindahkan dari
satu jenis bakteri ke bakteri lain. Teknologi ini juga telah menjadi standar dalam
setiap eksperimen biologi molekuler.Bacillus anthracis yang dapat dimatikan dengan
antibiotika jenis Penicillin dengan mudah dapat dibuat resisten -lactamase.
Biopreparat, jaringan dengan mentransfer gen enzim instalasi pembuatan senjata
biologis di Rusia, dikabarkan telah merekayasa bakteri penyebab pes dengan
resistensi terhadap 16 jenis antibiotika. ********************
Metode rekayasa lain yang memungkinkan adalah dengan teknologi yang
disebut evolusi yang diarahkan (directed evolution). Metode ini dikembangkan
pertama kali tahun 1994 oleh Dr. Willem Stemmer peneliti di perusahaan
bioteknologi, Maxygen yang berbasis di kota Redwood, California. Metoda yang
berdasarkan pada pertukaran fragmen DNA secara acak, atau disebut dengan istilah
DNA shuffling, ini pertama kali diterapkan pada gen tunggal yang mengkode sebuah
protein. Namun kemudian dikembangkan untuk level yang lebih besar, yaitu
kumpulan gen sampai genom. Stemmer yang saat ini menjabat wakil presiden

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Ibid
Ibid

********************

perusahaan tersebut telah berhasil merekayasa bakteri Escherichia coli yang memiliki
resistensi terhadap antibiotika Cefotaxime, 32 ribu kali lebih tinggi. Pengetahuan saat
ini terhadap sekuen lengkap genom berbagai bakteri patogen seperti penyebab TBC,
kolera, lepra

Dokumen yang terkait

Legalitas Penggunaan Drone (Pesawat Tanpa Awak) Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional

21 186 148

Penggunaan Bom Cluster Pada Agresi Militer Israel Ke Palestina Tahun 2009 Ditinjau Dari Statuta Roma Dan Hukum Humaniter Internasional

3 48 89

Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional

2 46 113

Drone dan Hukum Internasional

0 7 11

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Eksistensi Konvensi Internasional Tentang Terorisme Ditinjau Dari Hukum Pidana Nasional

0 0 27

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BAJAK LAUT A. Pengertian dan Sejarah Bajak Laut di Dunia - Kewenagan Menangkap dan Mengadil Bajak Laut di Wilayah Jurisdiksi Indonesia Berdasarkan Hukum Internasional

0 0 26

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT PENGATURAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA - Perbandingan Tindak Pidana Aborsi Menurut Hukum Positif Di Indonesia Dan Hukum Islam

0 1 34

BAB II PENGATURAN ANAK SEBAGAI PEKERJA BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL A. Pekerja Anak Berdasarkan Hukum Internasional - Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Berdasarkan Hukum Internasional

0 0 20

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGESAHAN DAN PELAKSANAAN PERJANJIAN INTERNASIONAL A. Perkembangan Hukum Internasional terhadap Pengaturan Perjanjian Internasional - Pemberlakuan Perjanjian Internasional Di Indonesia Dikaitkan Dengan Judici

0 0 34

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BATAS WILAYAH SUATU NEGARA A. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional - Penahanan Nelayan Yang Melanggar Wilayah Perairan Dan Wilayah Yurisdiksi Antara Indonesia – Malaysia Ditinjau Dari Hukum Internasi

0 0 17