BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi - Karakteristik Penderita tumor ovarium di RSUD Dr.Pirngadi kota Medan pada tahun 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Anatomi

  Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan

  

mesovarium menggantung dibagian belakang ligamentum latum, kiri dan

  kanan.Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Pinggir atasnya berhubungan dengan

  

mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut

  saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satudengan yang ada di ligamentum

  

rotundum . Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum (Davis.F.A

  ,2005)

  2.2. Histologi

  Sistem reproduksi wanita terdiri atas dua ovarium, dua tuba uterina, uterus, vagina, dan genitalia eksterna. Ovarium merupakan suatu badan berbentuk buah kenari dengan ukuran kurang lebih panjang 4 cm, lebar 2 cm, dan tebal 8mm. Ovarium memiliki bagian-bagian yang terdiri dari medulla dan korteks. Bagian medulla ovarium mengandung jalinan vaskular yang luas di dalam jaringan ikat seluler yang longgar.Sementara itu, korteks merupakan tempat folikel ovarium terutama yang mengandung oosit.

  Tidak ada batasan yang jelas antara korteks dan medulla .Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal.Di bawah lapisan epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas jelas membentuk tunika albugenia.Jaringan korteks ovarium berada dibawah tunika albugenia. Di sini terdapat sejumlah besar folikel ovarium yang sedang berkembang pada fase yang berbeda-beda (Davis.F.A ,2005).

  Sebuah folikel ovarium teridiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel folikel. Folikel dbagi ke dalam tiga fase perkembangan , yaitu folikel primordial , folikel berkembang , dan Folikel de Graaf atau matang (Davis.F.A ,2005).

  Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran . Terdiri atas sebuah oosit primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel folikel gepeng . Sementara folikel berkembang , stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi teka interna dan teka eksterna .Teka eksterna kaya akan vascular dan teka eksterna terutama terdiri atas jaringan ikat . Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan granulosa (Davis.F.A,2005).

  Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil diantara sel folikel yang berisi cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum . Sel-sel dari lapisan granulosa berkumpul pada satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil sel-sel , yaitu kumulus ooforus , yang mengandung oosit . Kumulus ooforus ini menonjol ke dalam antrum . Oosit tidak akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut korona radiata . Folikel ini kini bernama Follicle de Graaf atau matang (Davis.F.A ,2005). Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum . Ovum bersama zona pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum meninggalkan ovarium dan masuk ke dalam tuba uterine .

  Setelah ovulasi , sel granulosa dan sel-sel dari teka interna yang menetap dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus luteum yang mensekresikan progesterone dan estrogen (Davis.F.A ,2005).

  2.3. Epidemiologi

  Di antara kanker genitalia wanita, insidens kanker ovarium berada di urutan ketiga, setelah kanker serviks dan endometrium. Jumlah kanker ovarium mencakup 6% dari seluruh kanker pada wanita dan merupakan kanker tersering keenam pada wanita di Amerika Serikat (tidak termasuk kanker kulit). Tumor ovarium juga mempresentasikan 30% dari seluruh kasus kanker genitalia wanita. Selain itu, karena kebanyakan dari neoplasma ovarium ini tidak dapat dideteksi secara dini, tumor ovarium kebanyakan muncul sebagai kanker yang fatal, sehingga mengakibatkan kematian pada 50% dari seluruh kasus kanker genitalia wanita (O.Hopfer,et.al.,2005).

  Ada berbagai tipe dari tumor ovarium, baik yang jinak maupun ganas. Sekitar 80% dari seluruh kasus bersifat jinak, dan sebagian besarnya ditemukan pada wanita muda yang berusia antara 20-45 tahun. Tumor ganas lebih sering ditemukan pada wanita berusia 40-65 tahun (O.Hopfer,.D,Zwahler.,M.F.Fey,.S.Aebi., 2005).

  2.4. Etiologi dan Predisposisi Tumor Ovarium

  Etiologi dari kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa penulis telah melaporkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian kanker ovarium ini dengan beberapa faktor lingkungan termasuk paparan dengan makanan, virus, dan bahan-bahan industri (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  • Faktor Makanan Makanan yang banyak mengandung lemak hewan telah dilaporkan akan meningkatkan risiko untuk menderita kanker ovarium. Beberapa negara seperti Swedia di mana konsumsi lemak hewan per kapitanya tinggi, mempunyai insiden
kanker ovarium yang tinggi dibanding dengan negara Jepang dan China yang konsumsi lemak hewan per kapitanya rendah . Juga dilaporkan insiden kanker ovarium yang tinggi didapati pada populasi dengan konsumsi kopi per kapitanya tinggi. Byers dalam penelitiannya menjumpai adanya hubungan diet yang rendah serat dan kurang vitamin A dengan peningkatan insiden kanker ovarium (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  • Faktor Bahan-Bahan Industri Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk

  

(hydrous magnesium trisilicate) merupakan penyebab dari terjadinya neoplasma

  epitel ovarium. Keal dan juga Graham dalam penelitiannya menemukan peningkatan kejadian neoplasma ovarium pada wanita-wanita yang dalam pekerjaannya terpapar dengan asbes. Henderson melakukan penelitian pada babi hutan dan kelinci yang dipaparkan dengan asbes, ternyata terjadi perubahan sel epitel ovariumnya menjadi atipik. Juga dilaporkan pada wanita yang menggunakan talk pada pembalut wanitanya atau sebagai powder pengering di daerah vulva dan perineum, ternyata partikel dari dapat ditemukan pada sel epitel pada ovarium yang normal, kista ovarium serta

  talk pada kanker ovarium (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  • Faktor Infeksi Virus Dugaan bahwa virus juga terlibat sebagai penyebab kanker ovarium masih diperdebatkan. Dijumpai kasus-kasus kanker ovarium yang ternyata mempunyai riwayat terinfeksi virus mumps (parotitis epidemika) atau menderita infeksi virus mumps yang subklinis. Juga ada laporan yang menghubungkan penyebab kanker ovarium ini dengan infeksi dari virus rubella dan virus influenza (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  • Faktor Paparan Radiasi Dugaan adanya pengaruh paparan dari radiasi terhadap ovarium telah mendapat perhatian dari banyak peneliti. Dari penelitian case control terbukti adanya peningkatan risiko menderita kanker ovarium pada wanita yang terpapar oleh radiasi, dengan risiko relatif sebesar 1,8. Walaupun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara kejadian kanker ovarium pada wanita-wanita yang terpapar oleh radiasi (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).
  • Hipotesis Incessant Ovulation Pada saat terjadi ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila proses ovulasi dan kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel tidak adekuat, maka proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik . Hal ini dapat menerangkan tentang terjadinya penurunan kejadian kanker ovarium pada wanita yang hamil, menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi, oleh karena selama hamil, menyusui, dan menggunakan pil kontrasepsi tidak terjadi ovulasi (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).
  • Faktor Hormonal Pengaruh pemakaian terapi sulit hormonal pada wanita menopause terhadap kejadian kanker ovarium masih diperdebatkan. Hildreth dkk. tidak menjumpai peningkatan risiko kejadian kanker ovarium pada pemakai terapi sulih hormonal. Rodriguez melaporkan pemakaian terapi sulih hormonal pada wanita menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun, meningkatkan risiko relatif kejadian kanker ovarium sebesar 2,2.
Pada penelitian-penelitian lainnya didapatkan adanya pengaruh hormon gonadotropin, androgen dan progesteron dalam meningkatkan risiko terhadap kejadian kanker ovarium. Pemakaian pil kontrasepsi juga dapat menurunkan risiko terhadap kejadian karsinoma ovarium sebanyak 30% sampai 60% (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

Tabel 2.1. Pengaruh pemakaian pil kontrasepsi terhadap kejadian kanker ovarium.

  Pemakaian Pil Kontrasepsi Resiko Tidak Pernah 1.0 Pernah 0.75 3 bulan sampai 4 tahun 0.6 – 0.7 5 sampai 10 tahun 0.4 Lebih dari 10 tahun 0.2 (Whittemore.,1992)

  • Faktor Paritas Banyak peneliti yang melaporkan bahwa kejadian karsinoma ovarium menurun pada wanita-wanita yang mempunyai banyak anak dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melahirkan dengan risiko relatif berkisar antara 0,5 sampai 0,8. Keadaan ini memperkuat dasar dari hipotesis incessant ovulation (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

Tabel 2.2. Paritas Risiko Relatif

  Paritas Faktor Resiko Nulipara 1.0 1 anak dari kehamilan awam 0.6 2 anak dari kehamilan aterm 0.53 ≥ 6 dari kehamilan aterm 0.29 (Negri et al.,1991)

  • Faktor Ligasi Tuba dan Histerektomi Tindakan ligasi tuba fallopii dalam rangka program keluarga berencana dan juga tindakan histerektomi ternyata menurunkan risiko kejadian kanker ovarium. Mekanisme terjadinya penurunan risiko karena tindakan pembedahan ginekologi ini sampai sekarang belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa dengan dilakukan ligasi tuba ataupun histerektomi akan mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan pintu masuk partikel talk dari daerah perineum menuju ovarium (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).
  • Faktor Genetik dan Familial Adanya hubungan yang erat antara terjadinya kanker ovarium dengan faktor genetik sudah diketahui sejak lama. Di Amerika Serikat risiko sepanjang hidup (lifetime risk) seorang wanita untuk mendapat kanker ovarium adalah 1 dalam 70 atau 1,4%.Pada penelitian Hildreth dkk. didapatkan estimasi odds ratio untuk terjadinya kanker ovarium pada wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium mutasi pada gene adalah 18 dibandingkan dengan wanita yang tanpa riwayat keluarga. Hampir sebanyak 10% dari kanker ovarium disebabkan oleh karena adanya BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan gene BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).
Berdasarkan penelitian epidemiologi, dikenal 3 kelainan genetik yang berhubungan dengan kanker ovarium. Namun kelainan genetik ini tidak hanya menyebabkan keganasan pada ovarium saja, akan tetapi juga menyebabkan keganasan pada organ lain secara bersamaan, sehingga merupakan suatu sindroma. Ada tiga sindroma yang dikenal, sesuai dengan urutan yang paling banyak dijumpai yaitu:

  1. Hereditary Breast/ovarian cancer syndrome (HBOC)

  2. Hereditary site-specific ovarian cancer

  3. Hereditary nonpolyposis colon cancer syndrome(HNPCC) Adanya riwayat keluarga yang menderita karsinoma mamma dan kanker ovarium merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker ovarium pada seseorang, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3. Faktor risiko keturunan dari karsinoma ovarium Faktor resiko Resiko relatif

  Riwayat kanker payudara pada keluarga

  • tidak ada 1,0
  • ada pada keluarga tingkat pertama 2,1
  • ada pada pribadi yang bersangkutan 10

  Riwayat kanker ovarium pada keluarga

  • tidak ada 1,0
  • ada 1 orang pada keluarga tingkat pertama 3,1
  • ada >2 orang pada keluarga tingkat pertama 4,6-15 (Whittemore et al.,1992)

2.5. Klasifikasi Tumor Ovarium

  Tumor ovarium dikelompokkan atas 6 kelompok, yaitu: 1.

  Tumor epitelial 2. Tumor sel germinal 3. Tumor sex - cord dan stromal 4. Tumor sel lipid 5. Sarkoma 6. Tumor metastasis

2.5.1. Tumor epithelial

  

Insidensi tumor ovarium epithelial sekitar 60 – 80% dari semua faktor tumor

  ovarium. Di RSCM Jakarta tahun 1989-1992 ditemukan 1.726 kasus kanker ginekologi, diantaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya 72% adalah kanker ovarium epithelial yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I – II 42,5%. Mortalitas karena kanker ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi (Aziz.M.F, et al.,2006).

Tabel 2.4. Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial Menurut WHO

1.Serous tumors

  Benign Cystadenoma and papillary cystadenoma Surface Papilloma Adenofibroma and cystadenoma Tumor of low malignant potential

  Malignant Adenocaricinoma Surface papillary adenocarcinoma Malignant adenofibroma and cystadenofibroma

  2.Mucinous tumors

  Benign Cystadenoma Adenofibroma and cystadenofibroma Tumor of low malignant potential Intestinal type Endocervical like Malignant Adenocarcinoma Malignant adenofibroma Mural nodule arising in mucinous cystic tumor

  3.Endometrioid tumors

  Benign Adenoma and cystadenoma Adenofibroma and cystadenofibroma Tumor of low malignant potential Endmetrioid tumors (continued) Malignant Adenocarcinoma Adenoacanthoma Adenosquamous carcinoma Malignant adenofibroma with a malignant stromal heterologous Undifferentiated sarcoma

  4.Clear cell tumors

  Benign Tumor of low malignant potential Malignant Adenocarcinoma

  5.Transitional cell tumors

  Brenner’s tumors Proliferating Brenner’s tumor Malignant Brenner’s tumor Transitional cell carcinoma (non-Brenner type)

  6.Squamous cell carcinoma

  7.Mixed epithelial tumors (specify types)

  Benign Tumor of low malignant potential Malignant

  8.Undifferentiated carcinoma (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.5.2. Tumor Ovarium Sel Germinal

  Tumor sel germinal berasal dari sel germinal primordial ovarium. Kira - kira 20 - 25% tumor ovarium berasal dari germ sel. Tetapi hanya 3% yang ganas. Tumor ganas ovarium sel germinal ditemukan 5% dari semua kanker ovarium di negara - negara barat, sedangkan negara – negara oriental dan masyarakat kulit hitam tumor ganas ini lebih sering yaitu 15% dari semua kasus (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

Tabel 2.5. Jenis Tumor Ovarium sel Germinal

  1. Disgerminoma

  2. Teratoma

  A. Immature

  B. Mature

  • Solid • Cystic

  a. Dermoid cyst (mature cystic teratoma) b.Dermoid cyst with malignant transformation

  C. Monodermal and highly specialized

  • Struma ovarii
  • Carcinoid • Struma ovarii and Carcinoid • Others

  3. Endodermal sinus tumor

  4. Embryonal carcinoma

  5. Polyembryoma

  6. Choriocarcinoma

  7. Mixed forms ____________________________________________________________________ (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.5. Tumor Sex – Cord Stromal

  Tumor sex- cord stromal ovarium ditemukan 5 – 8% dari semua keganasan ovarium. Tumor ini berasal dari sex – cord, stromal ovarium, atau mesenchim. Tumor ini biasanya merupakan kombinasi beberapa elemen seperti sel “wanita”(sel granulosa dan teka) dan sel “laki - laki” (sel sertoli dan Leydig) (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

Tabel 2.6. Jenis Tumor Sex - Cord Stromal

  1. Granulose – stromal – cell tumors

  A. Granulosa - cell tumors

  B. Tumors in thecoma – fibroma group 1) Thecoma 2) Fibroma – fibrosarcoma 3) Sclerosing stromal tumor

  2. Androblastomas, Sertoli – Leydig – cell tumors

  A. Well – differentiated 1) Sertoli cell tumor 2) Sertoli – Leydig – cell tumor 3) Leydig – (hillus )cell tumor

  B. Moderately differentiated

  C. Poorly differentiated (carcomatoid)

  D. With heterologous elemens

  3. Gynandroblastoma

  4. Unclassified ____________________________________________________________________ (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  2.5.4. Tumor Sel Lipid

  Tumor sel lipid ini ditemukan pada kurang dari 0,1% dari semua tumor ganas ovarium dan biasanya unilateral. Tumor ini umumnya berkaitan dengan virilisasi dan kadang – kadang dengan kegemukan, hipertensi, dan intoleransi glukosa.Tumor sel lipid ini disebut juga dengan nama tumor sel steroid dan dibedakan atas:

  • Stromal luteomas
  • Leydig (hillus) cell tumor
  • Steroid cell tumor not otherwise specific (NOS) (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  2.5.5. Sarcoma Ovarium

  Berdasarkan kandungan elemen didalamnya, sarcoma dibedakan atas sarcoma

of purely origin dan heterologous sarcoma yang mengandung nonovarian elemen.

Sarcoma ovarium ini ditemukan pada kurang dari 1% dari seluruh tumor ganas ovarium.

  Sarcoma ini mempunyai sifat tumbuh cepat sehingga pada saat ditemukan tumor sudah dalam stadium lanjut dan telah bermetastasis(Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.5.6. Tumor Metastasis

  Kira – kira 5% tumor metastasis ke ovarium berasal dari organ lainnya terutama dari organ genitalia interna, payudara, dan traktus gastrointestinal. Gejala dan tandanya dapat menyerupai tumor primer dari ovarium baik secara klinis maupun patologis. Tumor metastasis ke ovarium yang sering disangka sebagai tumor primer ovarium adalah tumor adenokarsinoma dari kolon. Makroskopik tumornya kistik dan secara histologi menyerupai adenokarsinoma musinosum atau adenokarsinoma endometriod (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.6. Gejala Klinis

  Pada stadium awal kanker ovarium ini tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Umumnya lebih dari 60% penderita didiagnosis setelah berada pada stadium lanjut. Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala penekanan pada rongga abdomen berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu makan, dan gangguan motilitas usus (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.6.1. Tanda Klinis

  Adanya massa di dalam rongga pelvis merupakan tanda yang penting dari kanker ovarium. Pada wanita yang berusia di atas 40 tahun, adanya massa dengan diameter > 5 cm diperlukan perhatian khusus, karena 95% dari kanker ovarium mempunyai diameter tumor > 5 cm.

  Namun jika ditemukan massa kistik soliter yang berukuran antara 5–7 cm pada wanita usia reproduksi, kemungkinan merupakan suatu kista fungsional yang dapat mengalami regresi spontan dalam 4 - 6 minggu kemudian. Gejala dan tanda klinis dari kanker ovarium yang biasa dijumpai adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7. Gejala dan Tanda Frekuensi Relatif

  1. Pembesaran Perut

  2. Nyeri Perut

  3. Gejala –gejala dyspepsia

  4. Gangguan buang air kecil/besar

  5. Penurunan berat badan

  6. Gangguan Haid 7. Pembesaran kelenjar inguinal (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006). ____________________________________________________________________

2.7. Diagnosis

  Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul dan atau di rongga panggul , maka setelah diteliti sifat- sifatnya (besarnya , lokalisasi , permukaan , konsistensi , apakah dapat digerakkan atau tidak ) , perlulah ditentukan jenis tumor tersebut . Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri , terpisah dari tumor (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan . Di negara-negara berkembang , karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi besar sehingga mengisi seluruh rongga perut . Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran yang dilakukan dengan teliti , kesukaran ini biasanya dapat diatasi (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006). Apabila sudah ditentukan bahawa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau non-neoplastik .

  Tumor non-neoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala kearah peradangan genital , dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan . Kista non-neoplastik umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu saat biasanya menghilang sendiri (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.8. Pemeriksaan Penunjang

  Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah :

  1. Laparoskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

  2. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

  3. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

  4. Parasintesis Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding tertusuk (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.9. Penatalaksanaan

  Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non- neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala atau keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006). Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

  Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.10. Stadium Klinik

Tabel 2.8. Stadium kanker ovarium menurut FIGO Staging Keterangan

  I Tumor terbatas pada ovarium

  IA : Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

  IB :Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh , tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium , tidak ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

  IC: Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor pecah , pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium , ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum

  II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis

  IIA : Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

  IIB : Tumor meluas kejaringan /organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan asites ataupun biasan cairan di rongga peritoneum.

  IIC : Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan sel tumor dicairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

  

III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan

  tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan / atau metastasis kelenjar getah bening regional .

  IIIA : Metastasis mikroskopik di luar pelvis

  IIIB : Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi kurang dari 2 cm.

  IIIC : Metastasis makroskopikdi luar pelvis dengan besar lesi lebih dari 2cm dan / atau metastasis ke kelenjar getah bening

  IV Metastasis jauh ( di luar ronga peritoneum ) .

  (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.11. Pengobatan

  Pengobatan utama pada kanker ovarium adalah dengan cara pembedahan yang ditujukan untuk mengangkat masa tumor dan melakukan penentuan stadium (surgical

  staging ), selanjutnya jika diperlukan dilanjutkan dengan pemberian terapi adjuvant

  seperti: pemberian obat-obat sitostatika atau kemoterapi, radioterapi, dan immunoterapi. Tindakan pembedahan yang baku untuk penentuan stadium (surgical

  staging ) pada karsinoma ovarium dilaksanakan sebagai berikut: • Insisi kulit vertikal (midline) sampai melewati umbilikus.

  • Inspeksi dan palpasi seluruh organ intraperitoneal dan permukaan peritoneum rongga pelvis dan rongga abdomen atas.
  • Pengambilan cairan asites bila ada, atau bilasan rongga peritonium di
  • Empat tempat yaitu: subdiafragma, pelvis (cavum Douglas), rongga parakolik kiri dan kanan.

  • Biopsi seluruh lesi yang dicurigai.
  • Jika tidak dijumpai massa di luar ovarium, dilakukan biopsi di beberapa tempat dari peritoneum di cavum Douglas dan cekungan paracolik kiri dan kanan, peritoneum kandung kemih, mesenterium, dan diafragma.
  • Explorasi rongga retroperitoneal.
  • Pengangkatan kelenjar getah bening pelvis dan para aorta, atau paling tidak dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan histopatologi.
  • Jika memungkinkan ovarium harus diangkat secara utuh.
  • Biopsi atau reseksi beberapa daerah perlengketan.
  • Infrakolik omentektomi
  • Total abdominal histerektommi dan salfingo –ooforektomi bilateral serta pengangkatan seluruh massa tumor .
  • Dengan dilakukan pembedahan yang sempurna di atas (complete surgical staging) terlihat bahawa prosedur pembedahan tersebut cukup luas dan akan mengakibatkan wanita kehilangan fungsi reproduksinya . Tindakan pembedahan ini disebut tindakan pembedahan radikal . Jika ditemukan kanker ovarium pada wanita usia muda yang masih memerlukan fungsi reproduksinya , maka tindakan bedah radikal ini dapat dihindari dengan syarat-syarat tertentu , sehingga tidak perlu dilakukan pengangkatan uterus dan ovarium yang sehat . Tindakan pembedahan ini disebut dengan pembedahan konservatif (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.12. Komplikasi

  Komplikasi yang dapat terjadi pada tumor ovarium diantaranya adalah torsi , rupture, perdarahan dan menjadi keganasan. Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah dipostulasikan,kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas, akan tetapi dalam persentase yang relatif sedikit (Aziz.M.F, Andrijono.,Saifuddin.A.B.,2006).

2.13. Prognosis

  Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovarium ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam keadaan stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV.

  Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. (Newton.S.,Hickey,M.,Marrs,J., 2009) (Coleman.R.L.,Santoso,J,T., 2001). Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2% . (Newton.S.,Hickey,M.,Marrs,J., 2009) (Coleman.R.L.,Santoso,J,T., 2001).

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita tumor ovarium di RSUD Dr.Pirngadi kota Medan pada tahun 2013

4 86 62

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Tindakan irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di kota Medan tahun 2015.

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Appendiks 2.1.1. Anatomi - Karakteristik Penderita Penyakit Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laju Kesembuhan Penderita Typhus Abdominalis yang Dirawat Inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014

0 0 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hemodialisis 2.1.1 Definisi - Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan

0 1 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Tifoid 2.1.1. Definisi - Profil Penderita Demam Tifoid pada Orang Dewasa di RSUD dr. Pirngadi Medan pada April 2012 – April 2013

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Infark Miokard Akut - Karakteristik Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Thalasemia - Karakteristik Penderita Thalasemia yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 - April 2014

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Kolon dan Rektum - Chapter II (842.9Kb)

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konjungtivitis - Karakteristik Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan di RSUD Dr. Pingadi Medan Tahun 2011

0 0 20