Pengaruh Waktu Aplikasi Home Bleaching Terhadap Kebocoran Mikro Pada Restorasi Resin Komposit Flowable Klas V Dengan Sistem Adhesif Self Etch

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa ini estetika menjadi pertimbangan penting dalam perawatan gigi. Setiap orang berusaha untuk tampil prima pada setiap kesempatan. Beranjak atas

  dasar tersebut, perubahan warna pada gigi merupakan suatu masalah kosmetik yang cukup bermakna untuk mendorong pasien mencari upaya perbaikan. Salah satu aplikasi estetika di kedokteran gigi adalah usaha untuk mengembalikan warna gigi asli yang mengalami staining (bernoda) yang terdapat di dalam struktur gigi (intrinsic

  

stain ) ke warna natural yaitu melalui proses bleaching. Metode bleaching dipilih

  2 karena relatif lebih konservatif.

2.1 Bleaching

  Bleaching adalah usaha mencerahkan atau menghilangkan noda pada

  permukaan gigi secara kimiawi dengan menggunakan aplikasi larutan peroksida yang kuat. Bleaching merupakan suatu perawatan teurepatik yang non-invasif, konservatif, dan tetap menjaga hygne periodontal karena tidak mengubah bentuk anatomi dan mempertahankan posisi lengkung gigi yang tujuannya untuk mengembalikan estetika penderita. Pemutihan gigi diindikasikan kepada gigi yang mengalami perubahan warna karena aging, trauma, perawatan endodontik, perubahan warna karena

  2,4 makanan, minuman dan obat-obatan.

2.1.1 Teknik bleaching

  Teknik bleaching terdiri dari teknik eksterna dan interna. Teknik eksternal dipakai untuk pemutihan gigi vital dibawah pengawasan dokter gigi. Teknik ini terdiri dari dua teknik yaitu home-bleaching dan in-office. Teknik internal dipakai untuk perawatan gigi non vital. Teknik ini terdiri dari teknik termokalitik dan walking

  4,17 bleach . Teknik home bleaching menggunakan suatu alat yang disebut tray atau

  

nightguard dan dipakai pasien dirumah, dibawah pengawasan dokter gigi, dengan

  konsentrasi karbamid peroksida 10-22%. Prosedur yang sederhana, ekonomis, hasil yang optimal, presentasi keberhasilan tinggi serta dapat memotivasi pasien untuk lebih memelihara kesehatan giginya dan waktu kunjungan yang singkat menjadi alasan pemilihan metode ini. Waktu pemakaian 2-4 jam setiap hari selama beberapa minggu dan perubahan akan terlihat dalam 2-5 minggu. Stabilitas warna dapat

  4,5 berlangsung satu hingga tiga tahun dan dapat diulang kembali.

  Teknik in office bleaching bisa secara cepat mengubah warna gigi menjadi lebih putih. Teknik ini merupakan pemutihan gigi vital yang dilakukan di klinik dengan menggunakan karbamid peroksida atau hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi yaitu 34 - 44%. Beberapa hasil dapat terlihat dalam satu kunjungan

  4 selama 30 menit setiap perawatan.

  Teknik termokalitik dilakukan dengan memasukkan bahan pemutih kedalam kamar pulpa dan dilakukan pemanasan dengan alat yang telah dipanaskan untuk mempercepat proses oksidasi. Walking bleach sama efektifnya dengan teknik termokalitik tetapi lebih banyak dipilih karena memerlukan paling sedikit waktu kunjungan dan lebih nyaman serta lebih aman untuk pasien. Kombinasi dari sodium perborat dan air atau karbamid peroksida telah digunakan pada teknik walking

  

bleach . Bahan-bahan tersebut ditempatkan pada ruang pulpa, ditutup, dibiarkan

  selama 7 hari dan kemudian ditempatkan secara teratur sampai pemutihan yang cocok

  1,17 tercapai.

2.1.2. Bahan bleaching

  Sebagian besar proses pemutihan gigi menggunakan bahan hidrogen peroksida maupun derivatnya dalam konsentrasi dan teknik yang berbeda. Kandungan utama bahan pemutih gigi tergantung dari produsen pembuatnya, diantaranya hydrogen peroxide, carbamide peroxide atau urea peroxide atau sistem

  

non hydrogen peroxide yang mengandung sodium chloride, oxygen dan natrium

  

floride . Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium nitrat dan fluoride

  

4

untuk membantu mengurangi sensifitas gigi.

  Perawatan home-bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida dengan konsentrasi 10%-22% dan hidrogen peroksida 3 - 7,5%, sedangkan in-office

  

bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida 34%-44% dan hidrogen

  

4

  peroksida dengan konsentrasi 35%-37% . Bleaching juga dapat menggunakan hidrogen peroksida konsentrasi tinggi untuk in office bleaching dan konsentrasi

  4 rendah untuk home bleaching.

  Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan serta melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan menyebabkan suasana asam. Hidrogen peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi namun yang paling banyak digunakan adalah konsentrasi 30-50%. Hidrogen peroksida bersifat kaustik dan dapat membuat jaringan terbakar jika terjadi kontak. Hidrogen peroksida juga melepaskan radikal bebas yang toksik, anion perhidroksil, ataupun keduanya. Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi harus ditangani dengan hati-hati karena bersifat tidak stabil secara termodinamis dan dapat meledak kecuali jika disimpan dalam lemari pendingin dan dimasukkan dalam wadah

  4,18 yang gelap.

  Karbamid peroksida merupakan jenis bahan pemutih gigi untuk diskolorasi eksternal yang juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea. Bahan pemutihan gigi dengan karbamid peroksida biasanya juga mengandung gliserin atau propilen glikol, sodium stanat, asam fosfat atau asam sitrat, dan zat perasa tambahan. Dalam beberapa pengental serta untuk memperpanjang waktu penyimpanan. Karbopol juga menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan yang

  4,17 menyebabkan pewarnaan.

2.1.3. Mekanisme bleaching

  Mekanisme kerja bahan bleaching (peroksida dan non peroksida) diduga meliputi reaksi pelepasan oksigen, mechanical cleansing actions, serta oksidasi dan reduksi. Proses pemutihan dapat terjadi bilamana bahan peroksida karena pengaruh pH, suhu, cahaya, agar menjadi oksigen aktif yang merupakan radikal bebas berupa perhidroksol dan oksigen nasen. Perhidroksol dapat meningkatkan efek pemutihan

  18 dan oksigen nasen berperan sebagai pemutih gigi.

  Radikal bebas hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks enamel dan dentin. Radikal bebas tidak memiliki pasangan elektron, bersifat elektrofilik dan tidak stabil. Radikal bebas akan menyerang sebagian besar molekul organik lainnya untuk memperoleh stabilitas dan menghasilkan radikal lain dan akan terus bereaksi sampai

  

staining terurai menjadi molekul-molekul sederhana yang bersifat sedikit

  merefleksikan cahaya spesifik dari stain. Radikal dapat bereaksi dengan ikatan tak jenuh, sehingga terjadi gangguan konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi dari molekul organik dalam enamel gigi. Molekul sederhana yang merefleksikan cahaya yang terbentuk dapat menghasilkan proses pemutihan yang baik sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana molekul- molekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut dengan saturation point (titik jenuh) Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai, kehilangan email menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus segera dihentikan ketika titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan meningkatnya porositas. Pemutihan gigi optimum akan memberikan putih maksimum, akan tetapi pemutihan gigi yang atau gliserin. Peran dari basis karbapol adalah memperlambat pelepasan hidrogen peroksida tetapi proses ini tidak mengubah efektivitas bleaching. Karbamid peroksida

  1-4,18,20 memiliki pH asam yang dapat memperpanjang shelf life.

2.2. Resin komposit

  Resin komposit diperkenal sebagai bahan restorasi di kedokteran gigi pada tahun 1962 yang ditemukan oleh R.L Bowen dan dipasarkan hingga sekarang. Resin komposit merupakan bahan tambalan yang populer karena secara klinis dapat digunakan sebagai bahan tambalan serba guna dan memiliki estetik yang baik karena warnanya yang menyerupai gigi asli, bebas merkuri, memiliki kekuatan dan tidak

  19,20 menghantarkan panas.

  Resin komposit merupakan bahan kompleks yang terdiri atas komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) inorganik, bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler, sistem inisiator untuk mengaktifkan mekanisme polimerisasi, stabilisator (inhibitor) dan pigmen. Sistem komposit modern mengandung filler seperti quartz, coloidal silica, silica glass, strontium, dan bahan lainnya. Komponen organik (resin) dan komponen inorganik (filler) disatukan ke dalam suatu sistem yang akan mempengaruhi polimerisasi. Biasanya partikel-partikel

  

filler dilapisi dengan suatu agent penghubung yang dapat mengikat komponen

  organik (resin). Kebanyakan matriks resin mengandung monomer aromatik dengan viskositas tinggi yaitu bis-GMA (bisphenol-A diglycidyl dimethacrylate) yang disintesis oleh Bowen di USA pada tahun 1960. Monomer dengan viskositas rendah juga tergabung di dalamnya, seperti TEGDMA (triethylene glycol dimethacrylate), EGDMA (ethylene glycol dimethacrylate), HEMA (hydroxyl-ethyl methacrylate), MMA (methyl methacrylate) dan UDMA (urethane dimethacrylate). Bis-GMA memiliki dua rantai C=C reaktif yang akan berpartisipasi dalam pembentukan rantai polimer menghasilkan ikatan silang yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan polimer yang terbentuk. Matriks komposit sangat mempengaruhi polimerisasi,

  19,21 reaktivitas, sifat mekanik, dan penyerapan air.

2.2.1 Klasifikasi resin komposit

  Resin komposit dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran filler-nya dan juga menurut persentase muatan filler-nya. Ukuran partikel resin yang semakin kecil akan membuat resin mampu mengisi kavitas dengan baik sedangkan persentase muatan

  

filler membuat resin mampu memiliki daya tahan yang baik. Resin komposit

22,23

  berdasarkan ukuran filler-nya terdiri dari:

  a. Resin komposit makrofil

  Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-5 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur, dapat dipolish tetapi hasilnya tidak begitu baik (semipolishable) dan warnanya lebih stabil. Bahan ini diindikasikan untuk restorasi kavitas klas IV, untuk gigi posterior dan pembuatan

  23,24 core .

  b. Resin komposit mikrofil

  Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan sangat baik serta mengkilat dan warnanya stabil. Bahan ini diindikasikan untuk restorasi kavitas klas III, kavitas klas V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial

  23,24 veneers .

  c. Resin komposit hybrid

  Resin komposit hybrid mempunyai ukuran filler 0,04-5 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap fraktur, dapat dipolish dengan baik dan warnanya stabil. Resin komposit hybrid mengandung dua macam

  

filler yaitu partikel makrofil dengan penambahan partikel mikrofil. Resin komposit

hybrid kurang baik pada pemolesan dibanding dengan resin komposit mikrofil, tetapi

  tipe ini lebih tahan terhadap abrasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan restorasi

  24 klas IV.

  d. Resin Komposit Nanofil

  Resin komposit nanofil terbuat dari zirconium/silika atau nanosilika yang memilki ukuran filler 1-20 nm. Nanoteknologi (nanoteknologi molekuler atau teknik molekuler) adalah teknologi yang memproduksi bahan yang memilki ukuran partikel sangat kecil (0,005-0,01µm). volume anorganik fillernya 78,5%, mudah dilakukan pemolesan, kekuatan baik dan modulus tinggi. Jenis partikel pada resin komposit nanofil adalah nanomer dan nanokluster. Nanomer adalah silika yang berukuran sangat kecil hanya 20-70 nm dan berikatan secara sempurna dengan matriks resin. Nanokluster adalah SiO

  2 dan ZrO 2 yang saling berikatan dan berukuran 0,4-

  20 1mikron.

  Resin komposit nanofil mengandung bahan pengisi dengan volume 69% dan berat 84% yang memungkinkan resin ini memuat bahan pengisi lebih banyak sehingga kekuatannya juga akan semakin meningkat serta pengkerutan akan berkurang. Bahan pengisi higher filler memiliki angka pengkerutan yang rendah sekitar 1,6%. Nanofil menjadi bahan restorasi pilihan yang populer karena memiliki kualitas yang baik. Resin komposit nanofil mempunyai keuntungan pada sifat optisnya dan memiliki nilai estetis yang tinggi. Kekuatan dan estetika resin berbasis nano komposit telah teruji dapat digunakan untuk restorasi anterior dan posterior. Resin komposit nanofil juga mengurangi kontraksi saat polimerisasi sehingga meningkatkan kekuatan mekaniknya, permukaan yang kebih halus dan mengkilat dan resistensi serta daya penggunaan yang lebih baik dan daya atrisi yang lebih rendah, resin ini menyediakan opasitas visual yang rendah sebagai dental komposit yang tak berpigmen. Hal ini memungkinkan dokter gigi memanipulasi shade dan opasitasnya. Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya,

  20

  yaitu:

a. Resin komposit flowable

  Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable sebagai bahan tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V. Resin ini memiliki ukuran

  

filler nya berkurang hingga 44-54 %. Komposisi filler inorganik yang rendah dan

  komposisi resin yang lebih banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya alir yang sangat tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup rendah, sehingga dianggap dapat mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil. Resin komposit flowable memiliki modulus elastisitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible, penumpatan bahan yang lebih mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi, sangat mudah dipolish, radiopak, dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah penumpatan. Selain itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Bahan restorasi ini ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti restorasi klas I dan klas II dengan tekanan oklusal yang ringan, restorasi kavitas klas V. Resin komposit flowable juga dapat digunakan sebagai liner. Hal ini dikarenakan kekentalannya yang rendah dapat dipakai untuk menutupi margine restorasi sehingga

  9,21 mencegah sensitivitas pasca penumpatan dan karies sekunder.

b. Resin komposit packable

  Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar antara 48-65 % volume. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit mengisi celah kavitas yang kecil. Tetapi besarnya komposisi filler menyebabkan berkurangnya pengerutan selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan struktur gigi, dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit ini dmenunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki kandungan

  

filler yang tinggi. Resin komposit packable diindikasikan untuk gigi posterior karena

  daya tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi masalah kehilangan kontak. Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dengan luas

  22 kavitas yang kecil dan klas V.

  Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke substansi lainnya. Bahan perekat atau bonding agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan

  23 dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan beban melalui perlekatannya.

  Perkembangan sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8, tetapi sistem adhesif yang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5,

  25,26 generasi ke-6 dan generasi ke-7. Sistem adhesif generasi ke-4 menggunakan sistem adhesif total-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch three-step. Sistem adhesif total-

  

etch menggunakan asam phosphor selama 15-20 detik, asam ini secara bersamaan

  menghasilkan efek pada email (pola pengetsaan) dan dentin (menyingkirkan seluruh

  

smear layer, membuka semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian

25,26 diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif.

  Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah

  40

  prosedur klinis sistem adhesif. Generasi ke-5 juga menggunakan sistem adhesif

  

total-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch two-step. Sistem

  adhesif ini disebut juga dengan one-bottle adhesive system karena merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phosphor 35-37 % selama

  25,26 15-20 detik.

  Sistem adhesif generasi ke-6 menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch two-step. Sistem adhesif ini merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitivitas dan

  25,26 untuk mencegah kolapsnya kolagen.

  Sistem adhesif generasi ke-7 juga menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch one-step. Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one adhesive system. Pada sistem adhesif ini bahan etsa, primer, dan adhesif terdapat dalam satu kemasan sehingga hanya terdiri dari satu

  10,25,26

  Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran mikroskopik pada permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore sehingga diperoleh ikatan fisik antara resin komposit dan email yang membentuk retensi mikromekanis. Perlekatan resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan perlekatan terhadap permukaan email. Hal ini disebabkan karena dentin merupakan jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email. Berdasarkan jumlah tahapan aplikasinya sistem adhesif dibagi atas empat kategori

  10,25

  yaitu:

1. Total-etch adhesive system

  a. Three-step total-etch adhesive

  Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching, dilanjutkan dengan tahap

  

priming , dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. Bahan

  primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component). Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolaps, permukaan harus dibuat lembab. Namun, pelembaban dentin sulit dilakukan dengan benar karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk lebih rendah

  10,25,26 dari perlekatan ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu kering.

  b. Two-step total-etch adhesive

  Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle

  

component atau one-bottle system ), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu

  tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai

  10,25,26 20 detik.

  a. Two-step self-etch adhesive

  Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian tahap aplikasi resin adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-6. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan larutan aqueous berisi

  

phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah resiko kolapsnya

  kolagen dapat dieliminasi. Kerugiannya adalah larutan harus diperbaharui terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat kurang dapat diramalkan dibandingkan

  10,26 larutan asam phosphor, karena asam yang digunakan lebih lemah.

b. One-step self-etch adhesive (all in one)

  One-step self-etch adhesive adalah sistem adhesif yang menguntungkan untuk

  restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan aplikasi one-step self-etch

  adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-

  langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding. Smear layer tidak disingkirkan, sehingga potensi sensitivitas post-operative (pada sistem total-etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin dapat dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam sistem ini dalam mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi, jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi (pada sistem adhesif

  

total-etch ) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan rinsing juga dieliminasi.

  Maka dari itu, all-in-one adhesive tidak hanya mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga mengeliminasi beberapa sensitivitas

  10,26 teknik pada sistem total-etch.

2.4 Desain Kavitas Klas V

  o

  Preparasi kavitas klas V harus dengan sudut cavosurface sebesar 90 , tidak boleh mempunyai undercut pada dinding mesial dan distal, mempunyai kedalaman Preparasi klas V juga dikenal dengan nama mortise shaped dan saucer shaped.

  

Mortise shaped adalah bentuk konvensional dengan dasar yang rata yang dapat

  menolak tekanan oklusal dengan penempatan sudut yang tepat pada kekuatan pengunyahan. Saucer shaped adalah bentuk preparasi dimana dasar kavitas dibuat melengkung. Preparasi gigi untuk restorasi resin komposit pada penelitian ini menggunakan dasar kavitas saucer (ginjal). Gigi dipreparasi dengan dinding aksial (kedalaman kavitas) 2 mm dari pernukaan gigi, dengan tepi servikal berada 1 mm di atas cemento-enamel junction, lebar mesio-distal 3 mm dan jarak okluso-gingival 2

  7,27,28

  mm

  2 mm 3 mm 2 mm 1 mm 6 Gambar 1. Ilustrasi Bentuk preparasi kavitas klas V untuk penelitian

2.5 Kebocoran Mikro pada Kavitas Klas V

  Kelemahan bahan restorasi resin komposit yaitu terjadinya pengerutan selama polimerisasi yang menyebabkan timbulnya celah (gap) antara dinding kavitas dan bahan restorasi yang disebut kebocoran mikro. Adanya penyusutan polimerisasi berhubungan dengan adanya tepi yang terbuka diantara restorasi dan gigi, hal tersebut dapat menyebabkan gigi menjadi fraktur dan dapat menjadi sensitif. Kegagalan adhesif juga dapat terjadi pada interfasial internal yang mengarah pada pembentukan celah diantara material restorasi dan permukaan dentin. Celah tersebut dapat merusak

  9,27 perlekatan permukaan restorasi dan dapat penetrasi cairan ke dalam pulpa.

  Pengkerutan polimerisasi merupakan masalah terbesar restorasi berbahan dasar resin. Penyusutan yang terjadi bervariasi antara 2%-7% volume. Pengkerutan polimerisasi berkaitan dengan C- faktor. C - faktor merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan bebas. Semakin luas permukaan terikat, kontraksi akan semakin besar. Semakin tinggi C - faktor maka akan semakin tinggi potensi terjadinya pengkerutan polimerisasi. Adanya kontraksi polimerisasi menyebabkan terjadinya kehilangan kontak antara resin komposit dan dinding kavitas

  9,27 sehingga mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada tepi restorasi. Pada kavitas klas V sebagian dari restorasi menutupi email dan sebagian lagi menutupi dentin. Email dan dentin memiliki karakteristik komposisi yang berbeda, yaitu dentin mengandung air yang lebih banyak sehingga dentin menjadi lembab. Adanya cairan tubulus dentin akan menurunkan tenaga permukaan dan mencegah bahan adhesif untuk membentuk suatu retensi mekanis yang baik. Oleh karena itu, kebocoran mikro dapat terjadi pada restorasi klas V. Proses etsa asam pada enamel gigi membuat bentuk permukaan gigi ideal untuk bahan restorasi. Hal ini karena kandungan air yang lebih sedikit pada enamel menyebabkan hanya sedikit bahan etsa- bonding yang bereaksi dengan air, meskipun demikian pada saat penumpatan restorasi tetap harus diperhatikan kebersihan enamel, bebas dari saliva dan kekeringan enamel karena keberhasilan perlekatan bahan restorasi dipengaruhi sifat

  

hydrophobic restorasi tersebut yang pada akhirnya mempengaruhi kebocoran mikro.

  Kebocoran mikro dapat menyebabkan masuknya asam, enzim, ion dan produk bekteri melalui celah restorasi sehingga terjadi diskolorasi marginal, sensitivitas pasca

  9,23,27

  perawatan, keries sekunder dan kerusakan pulpa Pada restorasi yang kemudian diaplikasikan bleaching kebocoran mikro terjadi karena degradasi ikatan pada resin komposit. Degradasi ikatan resin komposit adalah hilangnya komponen penyusun resin yang disebabkan oleh faktor mekanis dan kemis. Reaksi kemis antara bahan bleaching dengan resin komposit akan mengubah ikatan ganda karbosiklik menjadi ikatan tunggal. Reaksi inilah yang menyebabkan ikatan BIS–GMA menjadi lemah dan terdegradasi, radikal bebas juga dapat memutuskan putusnya rantai siloxane sehingga partikel pengisi matriks resin terlepas mikro. Kemampuan bleaching dipengaruhi berbagai faktor diantaranya konsentrasi maupun waktu aplikasinya sehingga besarnya kebocoran mikro yang terjadi juga

  3,5,30 berbanding lurus dengan waktu aplikasi bahan bleaching.

2.6 Kerangka Konsep

  konsentrasi Restorasi RK flowable Klas Efektivitas

   Home Bleaching

  • + dipengaruhi

  suhu waktu perubahan mikrostruktur resin komposit dan dinding kavitas yang berikatan dengan sistem adhesif

  Degradasi ikatan resin komposit

  Pengaruh waktu aplikasi bleaching?

  2 jam selama 14 hari 4 jam selama 14 hari 6 jam selama 14 hari

  Kebocoran mikro ? Kebocoran mikro ? Kebocoran mikro ?

  Resin komposit flowable merupakan bahan tambalan yang sering ditemukan pada restorasi gigi. Bahan ini memiliki daya alir tinggi, viskositas yang rendah sehingga dapat mengisi celah yang kecil. Selain itu, resin ini membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat mengimbangi pengerutan polimerisasi. Bahan ini dapat diaplikasikan untuk kavitas klas V.

  Keberhasilan restorasi yang bebas celah dapat diupayakan dengan menggunakan bahan adhesif yang tepat. Sistem adhesif self-etch one-step merupakan penggabungan ketiga langkah sistem adhesif yaitu etsa, primer, dan bonding sekaligus dalam satu botol, sehingga sistem ini lebih sederhana dibandingkan sistem adhesif total-etch two-step. Sistem ini juga mengandung monomer asam yang akan mengetsa substrat gigi. Asam bersama primer akan mendemineralisasi permukaan dentin dan akan mengisi ke daerah yang terdemineralisasi dan memodifikasi smear layer tanpa membuka tubulus dentin serta tidak membuat jaringan kolagen terpapar.

  Pemutihan gigi dengan metode home bleaching sering mengenai restorasi gigi. Karbamid peroksida pecah menjadi urea dan hidrogen peroksida. Urea dapat memperlambat pelepasan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida merupakan agen oksidasi dapat menyebabkan munculnya radikal bebas. Radikal radikal akan memutuskan ikatan karbonsilik yang terdapat pada matriks resin. Reaksi ini mengubah ikatan ganda karbosiklik menjadi ikatan tunggal. Reaksi ini menyebabkan ikatan BIS –GMA menjadi terdegradasi, radikal bebas juga dapat memutuskan rantai

  

siloxane sehingga menimbulkan microscopic cracks sehingga dapat meningkatkan

  kebocoran mikro. Kemampuan bleaching dipengaruhi berbagai faktor diantaranya terjadi berbanding lurus dengan waktu aplikasi bahan bleaching.

2.7. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan landasan teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis dari penelitian ini bahwa ada pengaruh waktu aplikasi home bleaching terhadap kebocoran mikro pada restorasi resin komposit flowable klas V dengan sistem adhesif self etch.