Proposal Pengaruh pola asuh orang tua te

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK ANAK
DI KELAS VII DI MTS AL-JUNAEDIYAH CIBIUK
KABUPATEN GARUT

A. Latar Belakang Masalah
Seorang anak merupakan amanah yang Allah berikan, di mana seorang
anak tersebut harus dibina, dipelihara, dan diurus dengan baik sehingga kelak
dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa, dan Negara.
Semua pengharapan tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan,
tuntunan, serta suri tauladan dari orang tuanya.
Banyak orang tua berpikir bahwa kewajiban mereka terhadap anak hanya
sekedar menyediakan dan memenuhi fasilitas dan kebutuhan fisik belaka.
Sehingga banyak dari orang tua yang fokus bekerja dan mengurusi karir mereka
saja, untuk memenuhi kebutuhan jasmani anak, sehingga anak tercukupi secara
lahir. Di lain sisi, banyak dari orang tua yang menuntut anaknya untuk bekerja
sedari dini, sekedar untuk mencari rumput, menjajakan makanan di sekitar rumah,
atau mengurusi adik yang masih kecil karena ibu sibuk bekerja yang
menyebabkan mereka tak memiliki waktu untuk bermain dan bersosialisasi
dengan teman sebayanya. Atau yang lebih ironi, kita sering melihat anak yang
setiap harinya dibesarkan oleh bentakan, cacian, bahkan pukulan oleh orang
tuanya.

Sikap orang tua yang cenderung tidak memperhatikan anak, biasanya akan
berpengaruh terhadap perilaku anak. Keadaan anak yang tidak mendapat perhatian
orang tua dengan baik mempunyai akhlak yang berbeda daripada anak yang
mendapat perhatian penuh dari orang tua. Padahal Al-Qur’an telah berpesan akan
pentingnya tanggung jawab dalam pendidikan anak, Allah berfirman:





   
   
      
  

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” [Q.S. At-Tahrim (66) : 6]1


At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari
kakeknya bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Tidaklah suatu pemberian yang
diberikan oleh seseorang ayah (orang tua) kepada anaknya yang lebih utama
daripada pemberian budi pekerti yang baik.” Ibnu Majah juga meriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda: Muliakanlah anak-anak kalian
dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”2
Berdasarkan dalil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua
memiliki peranan yang dominan dalam membina akhlak. Orang tua dalam
mengasuh anak bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan
pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan akhlak anak.3
Menurut Zakiah Daradjat, perilaku orang tua, sikap, dan tata cara
kehidupan yang orang tua lakukan merupakan unsur-unsur pendidikan yang
secara tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam perilaku anak yang
sedang dalam pertumbuhan.4
Sungguh orang tua memiliki peranan yang mendasar dalam mendidik anak
hingga kepada persoalan sekecil-kecilnya. Oleh karennya, orang tua harus
mengajarkan anak cara bicara yang baik, duduk, memandang, dan berhubungan
dengan orang lain di rumah, sekolah, dan masyarakat. 5 Dalam hal ini orang tua
memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan

anak.6 Pendidikan yang diberikan harus dengan penuh kasih sayang dan nilai-nilai
kehidupan. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang
1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:
Diponegoro, 2010), hlm.561
2Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: AsySyi’fa, 1981), hlm. 179
3Theo Riyanto, Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana, 2002), hlm. 35
4Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. ke-2, hlm.67
5Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera Basritama, 2001), Cet. ke-4,
hlm.xxvi

nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
anggota masyarakat yang sehat.7 Sehingga pendidikan yang harus diberikan lebih
mengarah pada proses pengaturan sikap dan pemberian motivasi bagi anak, bukan
pada aspek materi saja. Maka hal itu akan memberi pengaruh yang sangat besar
dalam jiwa anak-anak.
Perlakuan-perlakuan yang tidak semestinya terhadap anak, dapat
menyebabkan anak malu karena merasa tak sama dengan anak kebanyakan atau
dengan melampiaskan kekesalannya pada temannya di kelas. Hal ini dapat kita

lihat dari banyaknya tindakan bullying8 di sekolah, ini akibat dari salah seorang
yang merasa lebih baik secara moril maupun materiil, di sisi lain ada siswa yang
merasa rendah diri atas apa yang ada dalam dirinya. Hal ini tidak dapat dipungkiri,
karena seperti yang dikemukakan Kartini Kartono bahwa keluarga dalam hal ini
orang tua memberikandasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan
pendidikan anak.9
Dengan melihat banyaknya anak yang bersikap tidak semestinya di kelas,
di mana salah satu yang mengakibatkan hal ini terjadi adalah perlakukan
lingkungan, khususnya dalam hal ini lingkungan keluarga yaitu orang tua. Maka
untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul:
“PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK ANAK
DI KELAS VII DI MTS AL-JUNAEDIYAH CIBIUK KABUPATEN
GARUT.”
B. Identifikasi Masalah
1. Masih rendahnya sopan santun siswa dalam berbicara terhadap guru.
2. Perilaku siswa yang kurang baik terhadap guru.
6Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Ed. 1, (Jakarta : Rajawali Press,
1992), Cet. 2, hlm. 19.
7Syamsu Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 37

8Bulliying merupakan sejumlah tindakan kejam atau kasar yang ditujukan kepada
seseorang, guna melukai baik fisik maupun psikis.
9Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Ed. 1, (Jakarta : Rajawali Press,
1992), Cet. 2, hlm. 19.

3. Rendahnya penghayatan siswa terhadap perilaku-perilaku yang baik di
lingkungan sekolah.
4. Adanya bullying terhadap teman.
5. Adanya siswa yang kurang dalam bersosialisasi dengan teman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola asuh orang tua dalam mendidik anak?
2. Bagaimana akhlak anak dalam kehidupan sehari-harinya?
3. Sejauhmana pola asuh orang tua berpengaruh terhadap akhlak anak?
D. Definisi Operasional
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya kekuatan yang datang keadaan atau sesuatu (orang,
benda,dsb.) yang berkuasa atau berkekuatan ghaib".10
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya

yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas telah
dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya
yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.11
Sedangkan yang dimaksud pengaruh dalam skripsi ini adalah daya
kekuatan yang datang dari sikap orang tua yang dapat mengubah dan
mempengaruhi akhlak anak, sehingga mengakibatkan anak berprilaku sesuai
dengan apa yang ia terima dari orang tua.
2. Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu “pola” dan “asuh”. Pola memiliki
arti sistem atau cara kerja.12 Sedangkan kata “asuh” memiliki arti menjaga
(merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih,
10Suharto dan Tata Iryanto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Penerbit
Indah, 1989, hlm. 160
11Abdian, Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia:
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengerian-pengaruh/, (Diakses: 30 November
2014)

dan sebaginya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu
badan atau lembaga.13

Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Danny I. Yatim Irwanto, pola
asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan itu sendiri adalah
bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.14
Yulia Singgih D Gunarsa mengungkapkan bahwa pola asuh merupakan

cara orang tua bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak
sebagi suatu aktivitas yang melibatkan banyak prilaku tertentu secara
individual maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk
mengarahkan anak.15
Jadi pola asuh adalah serangkaian usaha orang tua dalam mendidik,
membimbing, mengarahkan anak agar memiki akhlak yang baik,
berpengetahuan, serta memiliki nilai. Hal ini dilakukan sebagai
perwujudan rasa tanggung jawab selaku orang tua.
Pola asuh diberikan orang tua pada anak dalam bentuk perlakuan fisik
maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan
tindakan yang diberikan.16
Pola asuh orang tua akan mempengaruhi anak ketika dewasa, karena
sikap seseorang erat kaitannya dengan apa yang ia dapat sedari dini.
3. Orang Tua

Menurut Kamus Indonesia orang tua dapat diartikan sebagai berikut:
“Ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan
sebgainya) orang yang dihormati, disegani di kampung, tetua”.17

12 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 778
13Ibid., hlm. 692
14Danny I. Yatim Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta: Arcan, 1991), Cet.
ke-1, hlm. 94
15Yulia Singgih D Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2002), hlm. 37
16Theo Riyanto, Mengajarkan Disiplin kepada Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 1996),
hlm.28
17http://kamusbahasaIndonesia.org/orangtua, Diakses: 30 November 2014.

Orang Tua menurut M Arifin adalah orang yang menjadi pendidik dan
membina yang berada di lingkungan keluarga.18 Orang tua merupakan
pendidik pertama dan utama dalam hal pembentukan akhlak bagi anaknya.
Disebut pendidik utama karena besar sekali


pengaruhnya serta pendidik

pertama karena merekalah yang pertama mendidik anak-anaknya. Sekolah,
pesantren, dan guru agama yang di undang ke rumah hanyalah institusi
pendidikan dan orang yang sekedar membantu anaknya.19
Dalam penggunaan bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan
Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat
14 yang berbunyi:




    
     
   
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada
dua
orang
ibu-bapanya;

ibunya
telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman [31]: 14)20
4. Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab, jama’ dari khuluqun
(‫ )لخل لقق‬yang menurut lughah diartikan sebagai budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi’at.21 Dalam kamus bahasa Indonesia, kata akhlak
diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.22
Dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq yaitu
khuluq, sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Qalam (68): 4:

   
18M. Arifin, Teori-teori Konseling dan Agama, (Jakarta, Golden Terayon Press), hlm. 114
19Ahmad Tafsir,
Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 8
20Departemen, Tafsir, hlm.
21Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: Diponegoro,

1983), Cet. Ke-2, hlm.11
22 W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), hlm. 8

“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4)23
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang
membedakan baik dan buruk, lalu disenangi dan dipilih
yang baik untuk dipraktikkan dalam perbuatan, sedang
yang buruk di benci dan dihilangkan.24
Menurut Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu
kebiasaan kehendak atau menangnya keinginan dari beberapa keinginan
manusia

dengan

berlangsung

berturut-turut.25

Dengan

kata

lain,

kemenangan keinginan atas keinginan lainnya dalam jiwa manusia tersebut
berlangsung secara berturut-turut atau berulang-ulang, sehingga hal
tersebut menjadi suatu kebiasaan dan kebiasaan tersebut membentuk satu
watak yang lekat dalam jiwanya.
Sedangkan menurut imam Al Ghozali, akhlak adalah sifat yang melekat
dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa
banyak pertimbangan.26
Menurut konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin-nafs)
yang mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Keadaan
atau sikap jiwa ini ada dua, yaitu ada yang berasal dari watak
(temperamen) dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan
kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur, yaitu unsur watak
naluri dan unsur usaha melalui kebiasaan dan latihan.27
Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata
yang setara

maknanya dengan akhlak adalah moral dan

etika. Kata-kata ini sering disejajarkan dengan budi pekerti,

23 Departemen, Al-Qur’an dan, hlm.
24Ali Khalil Abu Ainain, Falsafah al-Tarbiyah fi al-Quran al-Karim. T.tp. (Dar alFikr al-‘Arabiy: 1985), hlm. 186
25Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), penterjemah Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bulan Bintang,
1991), hlm. 62.
26Al Ghozali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, (Yogyakarta: Mizan, 1997), hlm. 213.
27Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1995), Cet. Ke-3,
hlm. 15

tata susila, tata

krama

atau

sopan

dasarnya secara konseptual kata

etika

mempunyai pengertian

yakni

membicarakan

serupa,

santun.28 Pada
dan

sama-sama

perbuatan dan perilaku manusia ditinjau

dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan
dalam

moral

tetapi

aplikasinya etika lebih bersifat teoritis filosofis

sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai, sedang moral
bersifat praktis sebagai tolok ukur untuk menilai perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang.29
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah
suatu kondisi yang terbentuk dalam jiwa manusia, yang lekat dan
mendalam di dalam lubuk hati manusia, sehingga dari kondisi yang telah
terbentuk tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku baik berupa
ucapan maupun tindakan dengan mudah dan gampang tanpa berpikir
panjang lebar. Terbentuknya kondisi jiwa tersebut atau yang disebut sifat
ataupun watak manusia tersebut bukan terjadi atau ada dengan begitu saja,
tetapi didahului dengan suatu proses. Dan watak manusia yang merupakan
hasil bentukan suatu proses tersebut bukanlah merupakan hasil yang final
atau harga mati.
5. Anak
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa, “Anak adalah manusia
yang masih kecil” atau “Anak-anak yang masih kecil (belum dewasa). 30 Anak
dalam pengertian bahasa sangat banyak yaitu keturunan yang kedua, manusia
yang masih kecil, binatang yang masih kecil, pohon kecil yang tumbuh pada
umbi atau rumpun tumbuhan-tumbuhan yang besar, orang yang termasuk
dalam satu golongan pekerjaan (keluarga dan sebagainya), bagian yang kecil
(pada suatu benda), yang lebih kecil dari pada yang lain.31
28Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Titihan Ilahi Press, 1988),
hlm. 178
29Muka Sa’id, Etika Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), hlm. 23
30Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.31
31Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992). Lihat
Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), hlm.4. Lihat juga

Pengertian anak dalam Islam disosialisasikan sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT yang arif dan berkedudukan mulia yang keberadaanya melalui
proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak Allah SWT. 32
Secara rasional, seorang anak terbentuk dari unsur gaib yang transcendental
dari proses ratifiksi sain (ilmu pengetahuan) dengan unsur-unsur ilmiah yang
diambil dari nilai-nilai material alam semesta dan nilai-nilai spiritual yang
diambil dari proses keyakinan (tauhid Islam).33
Dalam Hadis lain Rasul bersabda: “Anak-anak adalah setengah dari
harum-haruman surga” (Turmidzi). “Peliharalah
perbaikilah

budi

pekerti

anak-anakmu

dan

mereka. Sesungguhnya anak-anak itu adalah

hadiah Allah kepadamu”.(Dirawikan Oleh Bukhari).34
Anak dalam Islam adalah amanah Allah SWT dan tidak bisa dianggap
sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang
tuanya. Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik mungkin oleh orang tua
yang mengasuhnya. Anak adalah manusia yang memiliki nilai kemanusiaan
yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apapun.
“Dalam kamus bahasa Arab Anak disebut juga dengan walad, satu kata
yang mengandung penghormatan, sebagai makhluk Allah yang sedang
menempuh perkembangan kearah abdi Allah yang shaleh. Pendapat Ibnu
Abbas salah seorang ahli tafsir dikalangan sahabat Nabi Muhammad SAW
dalam penafsiran kata-kata walad pada ayat 176 surat an-Nisa’ yang
mempunyai pengertian mencakup baik anak laki-laki maupun anak
perempuan. Pandangan ini sangat berbeda dengan ijma para fuqaha dan
ulama yang di anut selama ini, bahwa yang dimaksud dengan walad dalam
ayat tersebut hanya anak laki-laki saja, tidak termasuk anak perempuan.
Namun demikian, pengertian walad dalam nash bisa berarti laki-laki dan
juga bisa berarti perempuan.35

AfisahWardah Lubis, “Memahami Perkembangan
Psikologi Anak dalam Rangka
Implementasi Perlindungan Anak”, (Medan: Majalah Konvensi, Vol. II No. 1 Maret 1998, LAAI),
hlm. 62, dan lihat juga Syakir Abdul Azhim, Membimbing Anak Trampil Berbahasa, (Jakarta:
Gema Insani, , 2002), hlm. 2
32Iman Jauhari, Advokasi Hak-Hak Anak Ditinjau dari Hukum Islam dan Peraturan
Perundang-undangan, (Medan: Pusataka Bangsa, 2008), hlm. 46.
33Ibid.,.
34 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 223.
35Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Kairo: Maktabah al-Dakwah al-Islamiyah
Shabab al-Azhar, 1990), hlm.95.

Kata al-Walad dipakai untuk menggambarkan adanya hubungan
keturunan, sehingga kata al-walid dan al-walidah diartikan sebagai ayah
dan ibu kandung. Berbeda dengan kata ibn yang tidak mesti menunjukan
hubungan keturunan dan kata ab tidak berarti mesti ayah kandung. 36 Dan
menurut Prof.Dr. Hamka anak ialah aliran dari air dan darah sendiri.37
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis memiliki tujuan
yang ingin dicapai yakni sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui bagaimana seharusnya sikap yang benar yang
orang tua terapkan dalam mendidik anak.

2.

Untuk mengetahui sejauh mana akhlak siswa sehari-hari di Kelas VII
Mts Al-Junaediyah Kec. Cibiuk Kab. Garut.

3.

Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh sikap orang tua terhadap
akhlak siswa di kelas VII Mts Al-Junaediyah Kec. Cibiuk Kab. Garut.

F.

Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah:
1. Bagi Peneliti:
Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan keilmuan, dan pendidikan pada umumnya,
sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan
landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu
pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam research ilmiah.
2. Bagi Obyek Penelitian
a. Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia pendidikan
khususnya di MTs. Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten
Garut.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan sekaligus peningkatan akhlak siswa di MTs. AlJunaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

36M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
XV, (Lentera Hati, 2004), hlm. 614.
37Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz’ XXI-XXII, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1988), hlm. 195.

c. Sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja guru dalam mendidik di
MTs. Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.
G. Kerangka Pemikiran
Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak
dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan anak
baik dari segi positif maupun negatif.38 Pola asuh yang baik akan memicu
seseorang untuk melakukan tindakan yang positif terhadap orang di sekitarnya.
Dalam pola asuh orang tua ini, dapat dilihat dari pemikiran dan penilaian tentang
sesuatu sehingga terdorong untuk melakukan, bertindak, dan menyikapi sesuatu.
Orang tua hendaknya dapat memberikan pengasuhan sebaik mungkin,
karena ini akan membentuk akhlak baik pada diri anak, sebaliknya jika pola asuh
orang tua cenderung kurang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan
jiwanya. Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan sekali kebijaksanaan orang tua
dalam bersikap.
Anak secara kontinu berkembang baik secara fisik maupun secara psikis
untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi apabila orang
tua dalam memberi pengasuhan dapat mengerti, memahami, menerima dan
memperlakukan anak sesuai dengan tingkat perkembangan psikis anak, disamping
menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan
anak ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya. Sikap
tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga.
Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan
perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku moral pertama diperoleh anak
dari dalam rumah yaitu dari orang tuanya. Proses pengembangan melalui
pendidikan di sekolah tinggal hanya melanjutkan perkembangan yang sudah ada.
Jadi dalam hal ini, penulis melihat pola asuh orang tua menjadi faktor penentu
dalam proses pembentukan akhlak anak di kelas .
Melihat besarnya kaitan antara pola asuh dengan pembentukan akhlak
anak, sehingga pengaruh pola asuh orang tua terhadap akhlak anak ini menjadi
38Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 26

tema yang akan diangkat dalam skripsi ini. Adapun kerangka pemikiran yang
digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:

Indikator Variabel X

Indikator Variabel Y

Pola Asuh Orang Tua:
1. Otoriter
2. Demokratis
3. Permisif
4. Penelantar

Akhlak Anak:
1. Akhlakul karimah
2. Akhlakul
majmumah

Peserta Didik
Bagan 1.1 Skema Kerangka Berfikir
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris
(hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa”yang berarti
kebenaran)39. Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau
kadar kebenarannya masih belum meyakinkan. Kebenaran tersebut perlu diuji
atau dibuktikan. Pembuktian atau pengujian dilakukan melalui bukti-bukti secara
empiris, yakni melalui data atu fakta-fakta di lapangan. Ini berarti kebenaran
hipotesis harus didukung oleh data atau fakta, bukan semata-mata oleh penalaran.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah pengaruh sikap
orang tua terhadap akhlak anak di kelas VII MTS Al-Junaediyah Kecamatan
Cibiuk Kabupaten Garut. Variabel yang akan diteliti terdiri dari dua variabel yaitu
variabel X (Sikap orang tua) dan variabel Y (akhlak anak di kelas VII MTS AlJunediyah). Penelitian ini mengambil hipotesa sebagai berikut:
Ho = rxy = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X
dengan variabel Y, artinya tidak terdapat pengaruh antara

39 Yaya Suryana & Tedi Priatna, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : TsaBita,
2008). hlm. 123

sikap orang tua dengan akhlak anak di kelas VII MTS alJunaediyah.
Ha = rxy

¿

0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dan
variabel Y, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
sikap orang tua dengan akhlak anak di kelas VII MTS AlJunaediyah.

Dengan demikian sesuai dengan tujuan penelitian di atas, hipotesisnya
adalah semakin baik sikap orang tua maka semakin tinggi baik pula akhlak anak
di kelas. Sebaliknya, jika sikap orang tua kurang baik, maka semakin kurang baik
pula sikap anak di kelas.
I.

Langkah-langkah Penelitian
1. Menentukan Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan tentang pengaruh sikap orang tua

terhadap akhlak anak di kelas VII MTS Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk
Kabupaten Garut, diperlukan metode yang tepat untuk memecahkan masalah yang
dihadapi penulis. Karena itu penulis menggunakan metode deskriptif dan
penelitian lapangan (File Research) yang didasarkan pada objek yang ada di
lapangan.
Penggunaan metode deskriptif ini dipandang sesuai dengan permasalahan
yang sedang diteliti karena berhubungan dengan masalah yang dihadapi penulis.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk menjelaskan suatu masalah yang bersifat
teoritik dengan cara mengembangkan teori-teori yang ada.40
2. Lokasi
Penulis mengambil lokasi penelitian di MTS Al-Junaediyah Kabupaten
Garut. Alasan pengambilan lokasi tersebut antara lain karena lokasi berdekatan
dengan domisili penulis, adanya kesediaan dari seluruh unsur objek penelitian
serta adanya adanya aktualisasi permasalahan yang diteliti dengan fenomena yang
sedang terjadi.
3. Sumber Data
40 Sekolah Tinggi Siliwangi Garut, Pedoman Penyusunan Skripsi Dan Karya Tulis
Ilmiah Maha peserta didik. (2012) hlm.14

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
darimana data diperoleh41.
Sumber data yang digunakan oleh penulis terdiri dari dua kategori, yaitu :
Data Primer dan Data Sekunder. Pengambilan data yang dihimpun langsung oleh
peneliti disebut data primer, sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut data
sekunder. Dengan kata lain, data primer adalah pernyataan (kata-kata) dan
tindakan dari orang-orang yang diminta atau orang yang diwawancara. Sedangkan
data sekunder berupa buku-buku dan majalah ilmiah, arsip dan sebagainya yang
ada hubungannya dengan pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.
4. Menentukan Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian42. Adapun populasi
penelitian ini adalah seluruh peserta didik MTS Al-Junaediyah Kecamatan
Cibiuk Kabupaten Garut. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 1.1
Populasi dan Sampel Peserta didik MTs Al-Junaediyah
No
1
2
3

Kelas
VII
VIII
IX
Jumlah

Jenis Kelamin
L
P
38
51
36
36
24
23
98
110

Jumlah
89
72
47
208

b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti43. Berdasarkan
tabel 1 di atas sampel dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VII
MTS Al-Junaediyah yang berjumlah. Berdasarkan pendapat Suharsimi
Arikunto : Apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil
semuanya dan jika subjeknya lebih besar 100 orang dapat diambil 10%,
15% atau 20% - 25%.
41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013). hlm. 172
42 Ibid.
43 Ibid. hlm.173

5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis
dari fenomena-fenomema yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk
menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena
(kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan
didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan 44. Observasi
ini dilakukan untuk memperoleh data gambaran umum mengenai
pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat
atau direkam45. Wawancara akan dilakukan dengan sumber data yang
berkaitan dengan permasalahan judul skripsi ini. Sumber data tersebut
antara lain Kepala Madrasah, para Guru, dan tenaga administrasi serta
peserta didik MTs Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut
dalam rangka mengetahui kondisi objektif lokasi penelitian.
c. Angket
Kuesioner (Questionnaire), juga disebut angket atau daftar pertanyaan
merupakan salah satu alat pengumpul data. Angket adalah pengumpul data
dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh
responden46. Bentuk angket ini terstruktur, berisi pertanyaan maupun
pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban. Sedangkan alternatif
yang dikembangkan akan disusun secara berjenjang ke dalam 5 option.
Jika angka berorientasi positif maka penyekorannya : a = 5, b = 4, c = 3, d
= 2, e = 1 dan jika item berorientasi negatif maka penyekorannya : a = 1, b
= 2, c = 3, d = 4, e = 5.
Bentuk angket ini di samping menghemat waktu juga dapat menarik
data jawaban dari seluruh sampel pada saat bersamaan dan memberikan
44 Yaya Suryana & Tedi Priatna. Metode. hlm. 160
45 Ibid. hlm. 165
46 Ibid. hlm. 169

keleluasaan kepada responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
Teknik angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola
asuh orang tua terhadap akhlak siswa di MTs Al-Junaediyah Kecamatan
Cibiuk Kabupaten Garut.
d.

Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya47. Metode
dokumentasi ini merupakan proses yang diarahkan
e. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui bukubuku pengetahuan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang
penulis teliti. Penggunaan teknik ini diharapkan akan terangkat data
teoritik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, terutama
menyangkut “pengaruh sikap orangtua terhadap akhlak anak” baik dari
segi pengertian, ciri-ciri serta segi faktor yang dapat mempengaruhinya
dengan mencari referensi penelitian ini.
6. Analisa Data
Setelah data terkumpul, yang berupa data-data kuantitatif dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik. Adapun cara pengolahannya dengan memberikan
skala penilaian mengenai pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.
Sebelum dilakukan melalui angket adapun untuk analisisnya dilakukan melalui
dua tahap yaitu analisis parsial dan analisis korelasi.
a) Analisis Parsial
Analisis parsial adalah analisis yang digunakan untuk mendalami dua
variabel dilakukan analisis parsial tiap indikator dengan langkah sebagai
berikut. Analisis Parsial tiap indicator.
Interhasil atau penafsiran Variabel X dan variabel Y
1) Untuk angket variabel X
0,5 – 1,5

= sangat rendah

47 Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 274

1,6 – 2,5

= rendah

2,6 – 3,5

= cukup

3,6 – 4,5

= tinggi

4,6 – 5,5

= sangat tinggi

Untuk interval uji statistic
10 – 18

= sangat rendah

18 – 26

= rendah

34 – 34

= sedang

34 – 42

= tinggi

42 – 50

= sangat tinggi

2) Untuk variabel Y
0 – 49

= sangat rendah

50 – 59

= rendah

60 – 69

= sedang

70 – 79

= tinggi

80 – 100 = sangat tinggi48
Kemudian melanjutkan perhitungan-perhitungan:
1) Membuat Distribusi Frekuensi
Langkah-langkahnya :
a) Menentukan Range (jangkauan data) : r = data terbesar - data
terkecil
b) Menentukan banyaknya kelas interval (K)
Untuk menentukan banyak kelas interval dapat dilakukan
dengan dua cara :
(1) Memilih antara 5 sampai dengan 15 kelas interval
(2) Menggunakan aturan Sturgess yaitu :
K=1 + 3,3 log n, dengan n adalah banyak data
c) Menentukan panjang kelas (p)

p=

r
k

48Ibid., hlm.247

p=

r
k

d) Menentukan batas bawah kelas pertama, dengan mengambil
data terkecil.
e) Menentukan nilai frekuensi tiap kelas dengan sistem turus
2) Menentukan Ukuran Pemusatan
a) Menentukan Rata-rata hitung dengan rumus
X=

Σxi
n

ΣfiXi
Σfi

atau X =

b) Kuartil dan Median (Nilai Tengah)
Dihitung dengan :

Kuartil ke 1=

1
n−F
4
Q1 = tb +
p
f

Kuartil ke 2 = Q2 = Me =

Kuartil ke 3 Q3 =

( )
( )

1
n−F
2
tb +
p
f

3
n−F
4
tb +
p
f

( )

c) Modus (kejadian nilai yang paling banyak muncul)

Dihitung dengan Mo =

(

d1
P
d 1+ d 2

)

(

tb +

d1
p
d1 + d2

Desil (data dibagi menjadi 10 bagian yang sama)

i ( n + 1)
dengan : Di = 10
Dihitung
d) Persentil Data dibagi menjadi 100 bagian

)

Dihitung dengan :

in
−F
100 i
Pi=( tb ) Pi +
p
fi

( )

3) Ukuran Penyebaran
Simpangan Baku (Deviasi Standar)



n



( xi − x )

S=



n

|

n

( Xi+ X )
∑ n
i=1

2

2

n

i=1

a) Simpangan Rata-rata

x − x|
S=∑
n

|

i=1



i

n

atau SR=

x − x| f

i=1

i

i

∑ fi

b) Analisis Korelasi
Analisis korerasi ini digunakan untuk menghitung peranan Model
Pembelajaran Quantum Teaching melalui metode TANDUR (variabel X)
terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Arab
(variabel Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Regresi Linier Sederhana
Persamaan koefisien regresi
2

( ∑ X ) ( ∑ Y )−( ∑ X )(∑ XY )
n ∑ X 2−( ∑ X )

b=

a=

2

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
2

n ∑ X 2 −( ∑ X )

2) Kesalahan Baku dari Penaksiran Y

S y ,x =



∑ Y 2−a ∑ Y − b ∑ XY

3) Koefisien Korelasi

n

∑ Y ∑ X 2−∑ X ∑ XY
2
n ∑ X 2 −( ∑ X )

n ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )

√{n ∑ X −( ∑ X ) }{n ∑ Y −(∑ Y ) }
2

r=

2

2

2

n ∑ XY − ∑ X ∑ Y

√(n ∑ X −(∑ X ) )(n ∑ Y −(∑ Y ) )
2

2

2

2

Arti Koefisien korelasi r :
 0,90 < r  1,00  hubungan yang sangat kuat
 0,70 < r  0,90  hubungan yang kuat
 0,50 < r  0,70  hubungan yang moderat
 0,30 < r  0,50  hubungan yang lemah
 r  0,30  hubungan yang sangat lemah
4) Koefisien Determinasi
Kd = r 2 x 100 %
Arti Koefisien Determinasi r2 :
 90 % < r2  100 %  berpengaruh sangat kuat
 70 %< r2  90%  berpengaruh kuat
 50 %< r2  70%  berpengaruh moderat
 30 % < r2  50 % berpengaruh lemah
 r2  30%  berpengaruh sangat lemah


2

r ≤

30 %

49 Ibid., hlm.70

berpengaruh sangat lemah

49

.

DAFTAR PUSTAKA
Al Ghozali. 1997. Mutiara Ihya’ Ulumuddin. Yogyakarta: Mizan
Amin, Ahmad.1991. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. ke-2,
Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Jakarta: Diponegoro
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Gunarsa, Yulia Singgih D. 2002. Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Hamka.1988. Tafsir Al-Azhar Juz’ XXI-XXII. Jakarta: Pustaka Panji Mas Ulwan,
Abdullah Nasih. 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam.
Semarang: Asy-Syi’fa
Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1995), Cet.
Ke-3, hlm. 15
Irwanto, Danny I. Yatim. 1991. Kepribadian Keluarga Narkotika. Jakarta: Arcan.
Cet. ke-1
Ismail, Faisal. 1988. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan Ilahi
Press
Kartono, Kartini.1992. Peranan Keluarga Memandu Anak, Ed. 1. Jakarta :
Rajawali Press. Cet. 2
Khallaf, Abdul Wahab.1990. Ilmu Ushul al-Fiqh. Kairo: Maktabah al-Dakwah alIslamiyah Shabab al-Azhar.
Mazhahiri, Husain. 2001. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera Basritama,
2001. Cet. ke-4
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Riyanto, Theo. 1996. Mengajarkan Disiplin kepada Anak. Jakarta: Mitra Utama

Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta:
Gramedia Widiasarana
Sekolah Tinggi Siliwangi Garut, Pedoman Penyusunan Skripsi Dan Karya Tulis
Ilmiah Maha peserta didik. (2012
Shihab, M. Quraish. 2004. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian AlQur’an, Jilid XV. Lentera Hati.
Suryana, Yaya dan Priatna, Tedi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
TsaBita
Tafsir, Ahmad. 2000. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Yusuf, Syamsu.2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Abdian, Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia:
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengerian-pengaruh/,
(Diakses: 30 November 2014)
http://kamusbahasaIndonesia.org/orangtua, Diakses: 30 November 2014.