ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN PAJAK (9)

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY)
DI INDONESIA
(Polemik di balik pembahasan RUU No. 11 Tahun 2016)

Dosen Pengajar : Dr. H. Ardiyan Saptawan, M.Si

OLEH :
NAMA
: Sumar Kendi
NPM
: 07012681620011

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI NEGARA(MAP)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT , yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu

tercurahkan

kepada

Nabi

Besar

Muhammad

SAW

yang

telah

menyampaikan amanah menuju mardhotillah, sehingga saya dapat
menyelesaikan paper ini yang berjudul “ Analisis Implementasi
Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia (Polemik dibalik
pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty.

Makalah disusun sebagai tugas mata pelajaran Prinsip Administrasi
Publik Tahun Ajaran 2016.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak, baik materi maupun moril. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
sempurna, begitu banyak kekurangan dan kekeliruan. Karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya,
semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis pribadi, pembaca,
serta pihak-pihak yang berkepentingan.
Demikianlah makalah ini di buat semoga dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palembang, September 2016

Penulis

ii


DAFTAR ISI

COVER

i

KATA PENGANTAR

ii

DSFTAR ISI

iii

ABSTRAK

iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG


1

1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................. 4
1.3. TUJUAN

4

1.4. METODELOGI

5

1.5. TINJAUAN PUSTAKA

6

BAB II PEMBAHASAN
2.1.

IMPLEMENTASI PENGAMPUANAN PAJAK (tax amnesty)... 9

2.1.1 Langkah Penerapan tax amnesty ................................11
2.1.2 Penerapan tax amnesty sebagai alternatif................... 13
2.1.3 Peluang dan tantangan tax amnesty ........................... 14
2.1.4 Analisis SWOT Implementasi tax amnesty................... 15

2.2.

POLEMIK DIBALIK PEMBAHASAN RUU NO. 11 TAHUN 2016
TENTANG TAX AMNESTY .................................................... 19

BAB III PENUTUP
3.1

KESIMPULAN......................................................................... 23

3.2

SARAN.....................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

LITERATURE

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN
PAJAK (TAX AMNESTY) DI INDONESIA
(Polemik di balik Pembahasan RUU No. 11
Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty)

Abstrak
Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak serta terus meningkatkan tax ratio sebesar 13,11
persen melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, salah
satu diantaranya adalah upaya alternatif
implementasi
pengampunan pajak (tax amnesty). Penerapan tax amnesty di
Indonesia masih merupakan wacana yang pro dan kontra. Pada
dasarnya penerapan kebijakan ini
diharapkan dapat
meningkatkan jumlah wajib pajak, subyek
dan obyek pajak
sekaligus meningkatkan penerimaan negara dari dana-dana

yang di “parkir” di luar negeri.
APBN tahun 2015 Rp. 1.491,5 triliun dari target APBN-P
Rp. 1.793,6 triliun atau Rp. 84,7% . Target Pendapatan Negara
dalam APBN-P tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp 1.822,5 triliun
tetapi mengalami penurunan Rp 25,6 triliun lebih rendah dari
yang diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016 yang hanya
mencapai Rp. 1.796,9 Triliun.
Untuk itu pemerintah melakukan upaya tax amnesty
untuk meningkatkan APBN 2016 yang bisa mencapai Rp
1.822,5 triliun atau Rp 2,35% dari Produk Domestik Bruto.

iv

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional yang berlangsung secara terusmenerus dan


berkesinambungan

selama

ini,

bertujuan

meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.
Untuk

merealisasikan tujuan tersebut diperlukan anggaran

pembangunan yang cukup besar. Salah satu usaha untuk
mewujudkan

peningkatan

penerimaan


untuk

pembangunan

tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal
dari dalam negeri, yaitu pajak. Secara ekonomi, pemungutan
pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. (Mulyo Agung, 2007).
Taraf hidup masyarakat akan meningkat diperlukan anggaran yang
selalu meningkat pula. Hal ini dapat dilihat dari memperbesar
anggaran Negara. APBN tahun 2015 Rp. 1.491,5 triliun dari target
APBN-P Rp. 1.793,6 triliun atau Rp. 84,7% . Target Pendapatan
Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp 1.822,5
triliun, atau Rp 25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam
RAPBN Tahun Anggaran 2016 yang hanya mencapai Rp. 1.796,9
Triliun. Target Pendapatan Negara tersebut bersumber dari
Penerimaan Perpajakan sebesar Rp 1.546,7 triliun dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak sebesar Rp 273,8 triliun (rasio penerimaan
negara terhadap PDB atau tax ratio dalam tahun 2016 sebesar
13,11 persen). Rp 1.822,5 triliun atau Rp 2,35% dari Produk

Domestik Bruto. Melalui UU Tax Amnesty, diharapkan pendapatan
negara akan meningkat dan para wajib pajak yang bersedia
memindahkan asetnya dari luar negeri akan diberikan tarif tebusan
1

sebesar 2% sampai 5%. Adapun wajib pajak yang mendeklarasikan
asetnya di luar negeri tanpa memindahkan aset akan dikenai tarif
4% hingga 10%.
Untuk menggali penerimaan negara dari sektor perpajakan
dibutuhkan upaya-upaya nyata, serta di implementasikan dalam
bentuk kebijakan pemerintah. Upaya-upaya tersebut dapat berupa
intensifikasi maupun ekstensifikasi perpajakan. Intensifikasi pajak
dapat berupa peningkatan jumlah Wajib Pajak (WP)

maupun

peningkatan penerimaan pajak itu sendiri. Upaya ekstensifikasi
dapat berupa perluasan objek pajak yang selama in belum
tergarap.
Untuk mengejar penerimaan pajak, perlu didukung situasi

sosial ekonomi politik yang stabil, sehingga masyarakat juga bisa
dengan

sukarela

diharapkan

dapat

membayar

pajaknya.

mempertimbangkan

Pemerintah
kembali

tentu

kebijakan

perpajakan yang bisa menarik minat masyarakat menjadi wajib
pajak seperti sunset policy. Demikian juga, salah satu kebijakan
yang perlu dipertimbangkan adalah diberikannya tax amnesty atau
pengampunan

pajak.

meningkatkan

subyek

Kebijakan
pajak

ini

maupun

diharapkan
obyek

dapat

pajak. Subyek

pajak dapat berupa kembalinya dana-dana yang berada di luar
negeri, sedangkan dari sisi obyek pajak berupa penambahan
jumlah wajib pajak.
Indonesia pernah menerapkan amnesti pajak pada 1984.
Namun pelaksanaannya tidak efektif karena wajib pajak kurang
merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi
perpajakan secara menyeluruh. Disamping itu peranan sektor
pajak dalam sistem APBN masih berfungsi sebagai pelengkap
saja sehingga pemerintah tidak mengupayakan
Pada

saat itu penerimaan

negara

lebih

serius.

banyak didominasi dari

sektor ekspor minyak dan gas bumi. Berbeda dengan sekarang,
penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan dominan
dalam struktur APBN Pemerintah Indonesia.
Saat ini, sebagai bentuk reformasi perpajakan salah
satu agendanya adalah menerapkan Pengampunan Pajak atau
Tax Amnesty. Namun dikalangan masyarakat menimbulkan
polemik ditambah lagi dalam

pelaksanaannya,

perpajakan

masih

di

Indonesia

implementasi

mempunyai

beberapa

permasalahan. Pertama, kepatuhan wajib pajak masih rendah.
Kedua, masih rendahnya kepercayaan kepada aparat pajak.
Ketiga, proses administrasi pengajuan tax amnesty yang cukup
menyusahkan dan panjang. Keempat, Dalam draf RUU tax
amnesty tidak menyebutkan asal-usul hartanya. "Sehingga ini
berpotensi menarik banyak uang haram dalam APBN dan
pereknomian indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan
menganilis implementasi pengampunan pajak (tax amnesty) di
Indonesia di balik polemik Pembahasan RUU No. 11 Tahun 2016
Tentang Tax Amnesty.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengimplementasikan pengampunan pajak (tax

amnesty)

dibalik polemik pembahasan RUU No. 11 tahun

2016 tentang Tax Amnesty ?
2. Apa saja polemik dibalik pembahasan RUU No. 11 tahun

2016 tentang Tax Amnesty ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
pengampunan

pajak

(tax

amnesty)

dibalik

polemik

pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty salah

satunya melihat beberapa negara yang telah berhasil (best
practice)

menerapkan

sehingga

Pemerintah

pengampunan
Indonesia

pajak

dalam

(tax amnesty),
hal

ini

Dirjen

Pajak dapat mencontoh kebijakan tersebut. Demikian juga dapat
diketahui tantangan, peluang,

kelemahan

dan

keunggulan

,serta strategi dan langkah-langkah kebijakan yang dapat
dilakukan pemerintah bila kebijakan ini diterapkan.
Metodologi Penelitian
Untuk
Indonesia

menganalisis
digunakan

implementasi

tax

amnesty

di

metode kualitatif dengan pendekatan

eksploratif deskriptif. Pendekatan eksploratif (Philip, Kotler &
Kevin L. Keller, 2006) adalah metode penelitian yang bertujuan
menghimpun

informasi awal yang akan membantu upaya

menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis. Sedangkan
pendekatan

deskriptif

adalah

metode

penelitian

yang

bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) sesuatu hal. Jadi
pendekatan ini

bertujuan

untuk

mendalami

mengenai

wacana implementasi tax amnesty di Indonesia..
Untuk

memperjelas

gambaran

mengenai

peluang,

tantangan, hambatan dan kelemahan penerapan tax amnesty di
Indonesia digunakan SWOT analysis (Strenghts, Weaknesses,
Opportunities dan Threats). Dari analisis ini dapat ditentukan
strategi dan langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil.
(Suwarsono Muhammad, 2000)
Bahan-bahan dan informasi berasal dari data sekunder
yang didapat dari penggalian informasi dari berbagai sumber,
bahan seminar, media masa, media elektronik, dan lain-lain serta
didukung pula dengan kajian pustaka.

TINJAUAN PUSTAKA

Makna dan Fungsi Pajak
Pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan
adalah

kegiatan

yang

berlangsung

terus

menerus

dan

berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
rakyat baik materiil dan spiritual. Untuk
tujuan

tersebut

harus

dapat

merealisasikan

memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian bangsa
atau negara

dalam

hal pembiayaan

pembangunan

adalah

menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa
pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama.
Beberapa

ahli

memberikan

batasan

tentang

pajak,

diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P.J.A.
Andriani dalam (Brotodihardjo R. Santoso, 1998). Menyebutkan
bahwa :
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”
Pengertian pajak menurut Edwin R.A Slegman dalam buku Essay
in Taxation menyatakan bahwa “Tax is compulsory contribution
from the person to the government to defray the expenses
incurred in the common interest of all, without reference to special
benefit conferred”.
Pajak mempunyai 2 fungsi utama, yaitu fungsi penerimaan
(budgetair) dan fungsi mengatur (reguler). Fungsi budgetair
dimaksudkan bahwa pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukan

bagi

pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran

pemerintah. Sedangkan fungsi reguler dimaksudkan sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial
ekonomi.
Tax Amnesty
Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan
Pajak" Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi
pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Secara umum Pengertian Tax Amnesty adalah kebijakan
pemerintah yang diberikan kepada pembayar pajak tentang
forgiveness / pengampunan pajak, dan sebagai ganti atas
pengampunan

tersebut

pembayar

pajak

diharuskan

untuk

membayar uang tebusan. Mendapatkan pengampunan pajak
artinya data laporan yang ada selama ini dianggap telah
diputihkan dan atas beberapa utang pajak juga dihapuskan.
Tujuan Tax Amnesty
1. Repatriasi atau menarik dana warga negara Indonesia yang
ada di luar negeri;
2. Meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek;
3. Menambah jumlah wajib pajak;
4. Mengintegrasikan sektor informal ke dalam sistem
perekonomian;
5. Memanfaatkan dana yang tidak terpakai;
6. Langkah awal kebijakan rezim baru untuk menerapkan sanksi
yang lebih besar;
7. Meningkatkan pertumbuhan nasional

8. Meningkatkan basis perpajakan nasional, yaitu aset yang
disampaikan dalam permohonan pengampunan pajak dapat
dimanfaatkan untuk pemajakan yang akan datang.
Subjek Tax Amney
Subjek Tax Amnesty adalah warga negara Indonesia baik
yang ber NPWP maupun tidak yang memiliki harta lain selain yang
telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak (warga negara yang
pembayaran pajaknya selama ini masih belum sesuai dengan
kondisi nyata)

Objek Tax Amnesty
Objek Tax Amnesty adalah Harta yang dimiliki oleh Subjek
Tax Amnesty, artinya yang menjadi sasaran dari pembayaran uang
tebusan adalah atas Harta baik itu yang berada di dalam negeri
maupun diluar negeri.

PEMBAHASAN
Implementasi

pengampunan

pajak

(tax

amnesty)

dibalik polemik pembahasan RUU No. 11 tahun 2016
tentang Tax Amnesty.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 1 Juli 2016 lalu
telah mengesahkan Undang-Undang tentang Pengampunan
Pajak atau Tax Amnesty, yang telah disahkan dalam Rapat
Paripurna DPR-RI sebagai Undang-Undang (UU) Nomor 11
Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan tersebut
mulai berlaku hari Senin (18/7/2016).
Dalam UU itu ditegaskan, bahwa Pengampunan
Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi
pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Menurut PP ini, setiap Wajib Pajak
berhak mendapatkan Pengampunan Pajak, yang diberikan
melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat
Pernyataan.

Dikecualikan

dari

ketentuan

sebagaimana

dimaksud, yaitu Wajib Pajak yang sedang: a. dilakukan
penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan
lengkap oleh Kejaksaan; b. dalam proses peradilan; atau c.
menjalani hukuman pidana, atas Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan.
“Pengampunan

Pajak

sebagaimana

dimaksud

meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai
dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum atau belum
sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak,” bunyi Pasal 3
ayat (4) UU ini seperti dilansir laman Setkab. Sementara tarif
9

Uang Tebusan atas Harta yang berada di dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Harta yang berada
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan diinvestasikan di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu paling
singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan, adalah
sebesar: 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan
ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku; 3%
(tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan keempat terhitung sejak UndangUndang ini mulai
berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan5%
(lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal
31 Maret 2017.
Adapun tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak
dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebesar: 4% (empat persen) untuk periode
penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sampai
dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini
mulai berlaku; 6% (enam persen) untuk periode penyampaian
Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak
UndangUndang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31
Desember 2016; dan c. 10% (sepuluh persen) untuk periode
penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1
Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
Tarif

Uang

Tebusan

bagi

Wajib

Pajak

yang

peredaran usahanya sampai dengan Rp 4.800.000.000,00
(empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada Tahun Pajak

Terakhir, menurut UU Nomor 11 Tahun 2016 ini, adalah
sebesar: a. 0,5% (nol koma lima persen) bagi Wajib Pajak
yang

mengungkapkan

nilai

Harta

sampai

dengan

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat
Pernyataan; atau b. 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang
mengungkapkan nilai Harta lebih dari Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan, untuk periode
penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak
Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31
Maret 2017.
Langkah Penerapan Tax Amnesty
Beberapa

hal

penting

yang menjadi acuan atau

langkah –langkah implementasi program tax amnesty, antara
lain :
1. Penelitian dan pengumpulan data sebelum pelaksanaan
program pengampunan pajak sangat diperlukan.
2. Optimalisasi strategi ”pull and push”
3. Mendefinisikan

dan mengkomunikasikan,

maksud

dan

tujuan dari program secara tepat dengan baik.
4. Mendapatkan persetujuan dan komitmen yang kuat dari
seluruh jajaran organisasi.
5. Mendapatkan persetujuan dan dukungan yang kuat dari
parlemen.
6. Tidak melakukan perubahan persyaratan administrasi di
tengah jalan, misalnya

perubahan

bentuk

dan

isi

formulir, setelah program diumumkan.
7. Pastikan

bahwa

program

amnesti

memberi

manfaat

sekaligus kenyamaanan bagi yang berpartisipasi, sebaliknya
menimbulkan
berpartisipasi.

rasa

was-was

yang

tinggi

bila

tidak

8. Meminimalisasi persyaratan yang sifatnya kurang jelas.
9. Melibatkan
seperti

kalangan

akuntan,

perbankan,

profesional

pengacara,

kalangan

sebanyak

konsultan

akademisi,

mungkin

pajak,

pengamat,

dunia

Lembaga

Swadaya Masyarakat dan lain-lain.
10. Segera umumkan ke masyarakat luas jika pemerintah
dan parlemen telah memutuskan untuk melaksanakan
program amnesti ini.
11. Lakukan

program

sosialisasi

ke

seluruh

lapisan

masyarakat luas dengan strategi yang tepat dan terarah.
12.Seharusnya konsep amnesti pajak perlu dipikirkan secara
mendalam karena didalamnya tidak termasuk kewajiban
membayar denda atau sanksi. Yang dipersoalkan hanya
harta kekayaan (assets) yang belum dilaporkan di Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) WP baik yang berada di
dalam

negeri

maupun di luar negeri. Namun catatan

mengenai besarnya pajak yang belum dibayarkan atau
masih kurang bayar tetap harus di bayar oleh WP.
13.Rencana pemberian pengampunan

pajak juga memiliki

konsekuensi akan hilangnya hukuman sandera badan
(gijzeling) bagi penunggak pajak, sehingga perlu kajian
mendalam aspek yuridis berkaitan dengan wajib pajak
bermasalah khususnya penunggak pajak besar.
14.Kelemahan
menjadi

lain

dari

motivator bagi

membayar

pajak

pengampunan
wajib

(menunda

pajak

pajak

ini

untuk

bisa
tidak

melunasi utang pajaknya).

Karena yang bersangkutan berpandangan akan mendapat
pengampunan pajak lagi.
15. Penerapan pengampunan pajak ini harus menjadi bagian
dari

reformasi

perpajakan

dan

bukan

terpisah

(komprehensif),

yang

dapat

berdampak

pada

kontraproduktif.
16. Diwaspadai

dalam penerapan pengampunan

pajak ini,

adanya kepentingan tertentu dari segelintir pengusaha
besar (yang bermasalah dengan tax voluntary rendah).
Idealnya tax amnesty ini dapat

berlaku

untuk

semua

orang tanpa diskriminasi, bukan hanya untuk segelintir
pengusaha saja.

Penerapan Tax Amnesty Sebagai Alternatif
Bagi

banyak

negara,

pengampunan

amnesty) seringkali dijadikan

alat

untuk

pajak

(tax

menghimpun

penerimaan negara dari sektor pajak (tax revenue) secara
cepat dalam jangka waktu yang relatif singkat. Program tax
amnesty ini dilaksanakan karena semakin parahnya upaya
penghindaran

pajak.

Kebijakan

ini

dapat

memperoleh

manfaat perolehan dana, terutama kembalinya dana yang
disimpan di luar negeri, dan kebijakan ini dalam mempunyai
kelemahan dalam jangka panjang dapat berakibat buruk
berupa

menurunnya

kepatuhan

sukarela

(voluntary

compliance) dari wajib pajak patuh, bilamana tax amnesty
dilaksanakan dengan program yang tidak tepat. Penelitian ini
memberikan gambaran mengenai pelaksanaan tax amnesty
di beberapa negara yang relatif lebih berhasil
melaksanakan kebijakan pengampunan

dalam

pajak seperti di

Afrika Selatan, Irlandia dan India, dengan maksud untuk
mempelajari kebijakan dari masing-masing negara serta
menganalisis

faktor-faktor yang menyebabkan program ini

dapat berhasil dan mencapai target yang ditetapkan, serta
perspektifnya bagi pebisnis Indonesia.

Berdasarkan
2002),

penelitian

(Enste

&

Schneider,

bahwa besarnya persentase kegiatan ekonomi

bawah tanah (underground economy), di negara maju dapat
mencapai 14 – 16 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),
sedangkan di negara berkembang dapat mencapai 35 – 44
persen dari PDB. Kegiatan ekonomi bawah tanah ini tidak
pernah dilaporkan sebagai penghasilan dalam formulir surat
pemberitahuan tahunan (SPT) Pajak Penghasilan, sehingga
masuk dalam kriteria penyelundupan pajak (tax evasion).
Penyelundupan pajak mengakibatkan beban pajak yang
harus dipikul oleh para wajib pajak yang jujur membayar
pajak

menjadi

lebih berat, dan hal ini mengakibatkan

ketidakadilan yang tinggi. Peningkatan kegiatan ekonomi
bawah tanah yang dibarengi dengan penyelundupan pajak ini
sangat

merugikan

negara

karena

berarti

hilangnya

penerimaan pajak yang sangat dibutuhkan untuk membiayaai
program

pendidikan,

kesehatan

dan

program-program

pengentasan kemiskinan lainnya. Oleh sebab itu timbul
pemikiran untuk mengenakan kembali pajak yang belum
dibayar dari kegiatan ekonomi bawah tanah tersebut melalui
program khusus yakni pengampunan pajak (tax amnesty).

Peluang dan Tantangan Implementasi Tax Amnesty di
Indonesia
Ada

beberapa

langkah

yang

ditempuh

pemerintah

Indonesia khususnya kementrian keuangan guna meningkatkan
penerimaan negara
melaksanakan
melakukan
tindakan

dari

sektor

pajak,

antara

lain

program Sensus Pajak Nasional. Selain itu
penyempurnaan

penghindaran

pajak

peraturan
(tax

untuk menangani

avoidance),

tindakan

penggelapan pajak melalui transfer pricing, dan pengenaan pajak
final.
Langkah lainnya adalah pembenahan internal aparatur dan
sistem perpajakan. Demikian juga akan dilakukan kenaikan tarif
cukai tembakau mulai tahun 2015 yang rata-rata sebesar 12,2
persen. Upaya berikutnya adalah akan dilakukan peningkatan
akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor
serta

peningkatan

efektivitas

pemeriksaan

fisik barang.

Termasuk penyempurnaan implementasi Indonesia National
Single

Windows

(INSW)

serta pengembangan

otomatisasi

pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai.
Selain itu salah satu bentuk upaya atau inovasi lain dalam
sistem perpajakan yang berguna meningkatkan penerimaan pajak
tanpa

menambah

beban

baik

jenis

pajak

baru

maupun

persentase pajak yang sudah ada kepada masyarakat, dunia
usaha dan para pekerja adalah melalui program tax amnesty.
Salah satu tujuan pengampunan pajak ini diharapkan dapat
mengurangi citra negatif pada aparat perpajakan yang selalu
dipersepsikan selalu bersikap sewenang-wenang dan harus
selalu dihindari, berubah menjadi hubungan yang lebih “friendly.”
Pada dasarnya inovasi atau upaya ini dapat diterapkan di
Indonesia.
Keunggulan yang diharapkan bila kebijakan tax amnesty
diimplementasikan

yaitu akan dapat mendorong masuknya

dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat
digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional.
Di sisi lain kelemahannya bila diterapkan pengampunan
pajak adalah tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja
setoran pajak ke kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi
terjadinya penyelewengan, manipulasi dan tindakan moral hazard

lainnya. Para pengusaha yang memperoleh pemutihan pajak akan
melakukan

penggelapan

diberlakukan

kewajiban

pengampunan

pajaknya.

pajak

Kecuali

bersyarat.

bila

Contohnya

pengampunan pajak bersyarat, wajib pajak harus transparan
terhadap

aset-aset

dan penghasilan

mereka. Hal ini guna

menghindari kekeliruan yang sama tahun 1984 tidak terulang
kembali yaitu minimnya akses informasi terhadap masyarakat dan
minimnya keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.

Analisis SWOT Implementasi Tax Amnesty
Bila digunakan analisis SWOT, terutama dilihat dari sisi
kekuatan, kelemahan,

peluang

dan tantangan

implementasi

penerapan Tax Amnesty, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Strength (Kekuatan)
1. Sumber daya yang dimiliki pada instansi aparatur pajak saat
ini sudah memadai yang dapat mendukung diberlakukannya
penerapan tax amnesty. Demikian juga infrastruktur pendukung
lainnya. Tercatat pegawai Ditjen Pajak saat ini adalah sebesar
32.000 orang, sehingga bila wajib pajak saat ini berjumlah 20
juta orang berarti rationya adalah 1
depan

sangat

perlu

untuk

:

ditambah

625.

Walaupun

ke

lagi mengingat wajib

pajak setiap tahunnya mempunyai tren meningkat.
2. Bila kebijakan perpajakan seperti tax amnesty diterapkan
maka

akan menciptakan

mendaftarkan
kewajiban

diri

kerelaan

masyarakat

untuk

menjadi Wajib Pajak dan menunaikan

perpajakannya

seperti yang dilakukan pemerintah

sebelumnya dengan sunset policy maupun pemebebasan pajak
fiskal bagi warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke
luar negeri dengan syarat memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Dengan diadakannya sensus pajak tahun 2015 maka dapat
diketahui gambaran mengenai kondisi wajib pajak, potensi
maupun karakteristik wajib pajak yang dapat meberikan masukan
bagi pengambil keputusan guna menentukan ya atau tidak
implementasi tax amnesty dilakukan.
4. Telah disahkannya UU No. 11 Tahun 2016 tentang tax
amnesty
Opportunity (Peluang)
1. Program ini diharapkan dapat meningkatkan dana-dana
masuk

ke Indonesia yang cukup banyak di simpan di luar

negeri. Di samping itu, dana-dana yang selama ini diparkir di
luar

negeri

dapat

kembali

masuk ke

tanah

air

bila

pemerintah secepatnya menerapkan pengampunan pajak.
2. Sejumlah negara telah sukses memberlakukan tax amnesty,
salah satu diantaranya adalah Afrika Selatan, Korea Selatan
dan India;
3.Tingkat

kepercayaan

masyarakat

yang

masih

tinggi

merupakan salah satu peluang untuk mewujudkan tujuan akhir
guna mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak;
4. Kondisi

ekonomi

Indonesia

selama

ini

yang

selalu

membaik memberikan kesempatan untuk dapat diterapkannnya
kebijakan tax amnesty;
5. Tax amnesty dapat berpengaruh positif bagi pasar uang
pada Bursa Efek Indonesia. Bila kebijakan ini diterapkan maka
mempunyai potensi terjadi penambahan emiten baru karena
perusahaan-perusahaan

tidak

perlu

khawatir

atas

permasalahan pajak yang telah lewat. Karena masalah
perpajakan merupakan salah satu faktor yang dianggap
memberatkan bagi calon emiten untuk mengubah status
perushaaannya menjadi perusahaan terbuka.

6. Bila program tax amnesty berhasil diimplementasikan maka
pemerintah mempunyai beberapa keuntungan antara lain
pemerintah dapat mengkonsentrasikan

atau memfokuskan

pada upaya pemberantasan korupsi. Demikian juga dengan
diimplementasikan tax amnesty maka asset recoverynya lebih
mudah karena tidak perlu melakukan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan dan proses hukum lainnya untuk mengambil asset
koruptor. Asset recovery adalah perbandingan antara jumlah
kerugian negara yang didakwakan dengan penyitaan asset
atau pengembalian asset korupsi. Selama ini persentase
asset

recovery masih

relatif

kecil.

Persentase

asset

recovery dapat dijadikan acuan penentuan tarif tax amnesty.

Treat (Tantangan )
1. Salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah adalah
antara lain

terus

internasional baik

dikembangkan
dengan

hubungan

institusi

kerja

sama

negara-negara

lain

maupun lembaga keuangan internasional untuk dapat saling
tukar menukar data dan informasi perpajakan.
2. Beberapa peristiwa penyimpangan di Ditjen Pajak seperti
”Kasus Gayus” berakibat pada penggiringan opini wajib pajak
untuk

memboikot

pembayaran

pajak

dengan

melakukan

penghindaran pajak (tax avoidance).
3.

Banyaknya

permasalahan

yang

timbul

terkait

pengampunan pajak sehingga aturannyapun menjadi semakin
kompleks oleh karenanya diperlukan aturan yang jelas yang
tidak menimbulkan

persepsi yang berbeda serta berbagai

kepentingan.
4. Saat

ini

Indonesia

masih

memiliki

permasalahan

lain

terkait peningkatan tax ratio penerimaan pajak terhadap PDB.

Tax ratio Indonesia sampai saat ini masih rendah berkisar 13
persen bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga,
sehingga kebijakan tax amnesty adalah salah satu upaya
alternatif

guna

meningkatkan minat pembayaran pajak di

kalangan masyarakat.
Polemik dibalik pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang
Tax Amnesty
Ketua Yayasan Satu Keadilan (YSK) Sugeng bersama
Serikat

Perjuangan

Rakyat

Indonesia

(SPRI)

berencana

mengajukan gugatan atas Undang-Undang Pengampunan Pajak
atau Tax Amnesty (TA). Pengajuan judicial riview atau uji materi ke
Mahkamah Konstitusi akan dilayangkan saat UU TA berlaku
mengikat. Sugeng mengatakan pihaknya memiliki 21 alasan untuk
menggugat Undang-undang yang baru disahkan pada 28 Juli 2016
tersebut. Menurut dia, Undang-undang Tax Amnesty patut digugat
lantaran:
1. Merupakan praktek legal pencucian uang.
2. Merupakan karpet merah bagi pengemplang pajak
3. Merupakan prioritas terhadap penjahat kerah putih
4. Memberikan diskon habis-habisan terhadap pengemplang
pajak
5. Menggagalkan program whistleblower
6. Menabrak prinsip keterbukaan informasi
7. Dimanfaatkan oleh penjahat perpajakan
8. Tidak akan efektif seperti pengampunan pajak yang berlaku
pada 1964 dan 1986
9. Menghilangkan potensi penerimaan negara
10. Merupakan penghianatan terhadap warga miskin
11. Mengajarkan rakyat untuk tidak taat pajak
12. Memarjinalkan pembayar pajak yang taat

13. Pajak bersifat memaksa
14. Aneh bin ajaib karena hanya berlaku satu tahun
15. Pengesahan UU Tax Amnesty memposisikan Presiden dan
DPR sebagai pelanggar konstitusi
16. Menabrak prinsip kesetaraan di hadapan hukum
17. Mengintervensi San menghancurkan proses penegakan hukum
18. Cermin kelemahan pemerintah terhadap pengemplang pajak
19. Melumpuhkan institusi penegak hukum
20. Diduga

sebagai

pesanan

pengemplang

pajak

karena

memberikan hak eksklusif bagi pengemplang pajak
21. Membuat proses hukum pajak ak yang berjalan menjadi
tertunda.
Disamping itu masyarakat yang mengeluhkan seperti
laporan harta kekayaan yang dimiliki baik rumah, tanah, mobil,
diposito atau lainnya yang terkena pajak 2 % menjadi beban berat
dikarenakan bilamana masyarakat yang punya usaha yang
dianggap lumayan bisa membayarnya, namun bagi masyarakat
yang sehari-hari bekerja dengan gaji sekitar Rp. 3juta atau lebih
atau usaha dagang kecil-kecilan untuk makan sehari-hari sudah
pas-pasan bagaimana membayar pajak hartanya seperti rumah
dan tanah sudah puluhan tahun dibeli dengan harganya hanya
puluhan juta rupiah, karena perubahan wilayah begitu pesat
sehingga rumah dan tanah tersebut menjadi ratusan juta hingga
milliaran harus membayar 2 % dari harga NJOP Pajak Bumi dan
Bangunan rumah dan tanah tersebut mana mungkin terbayar, ada
juga masyarakat yang tadinya punya rumah dan dibangun sejak
orang tuanya diatas tanah pihak lain dengan istilah sewa tanah
dengan tuan tanah banyak terjadi di Jakarta, rumah tersebut di
kota harga naik ikut nilai NJOP Pajak Bumi dan Bangunan
sekarang menjadi milliaran rupiah harus membayar pajak 2 %

sedangkan rumah tersebut tidak bisa dimiliki karena tanah bukan
miliknya dan mau membeli tanah pemiliknya tidak tahu dimana
lagi, rumah tersebut tidak bisa di jual,begitu juga bagi pengusaha
yang baru merintis belum ada modal kadang modal boleh hutang
dengan menggadaikan hartanya seperti rumah mobil dan lainnya
sudah terkena pajak bukan usaha berkembang bisa menjadi tutup.

PENUTUP

Simpulan
Dari pembahasan di atas ada beberapa hal yang dapat di
simpulkan antara lain sebagai berikut :
1. Tax

amnesty

dapat

diimplementasikan

di

Indonesia bisa

berhasil apabila semua pihak saling memiliki kepercayaan;
2. Meskipun terdapat polemik dalam pembahasan Undang undang
tax amnesty. Namun terdapat Keunggulan yang diharapkan bila
kebijakan tax amnesty diimplementasikan

yaitu

akan

dapat

mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam
jangka panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi
yang

pada

gilirannya

perekonomian
masyarakat

bermanfaat

untuk

menstimulasi

nasional dan akan menciptakan

untuk

mendaftarkan

diri

kerelaan

menjadi Wajib Pajak

(WP);
3. Disamping Kelebihan terdapat juga salah satu kelemahan Tax
amnesty adalah ketidak adilan pemerintah antara pengusaha
kecil, menengah dan besar. Bila pengusaha besar yang
tunggakan pajaknya besar, cuma diwajibkan membayar 2%,
sedangkan pengusaha kecil yang keuangannya pas-pasan juga
dikenakan 2%.

23

Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan terkait implementasi
tax amnesty di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Penerapan Tax Amnesty harusnya dibedakan antara wajib pajak
yang berpenghasilan besar, menengah dan kecil supaya tidak
akan menimbulkan polemik kedepannya;
2. Untuk proses administrasi pengajuan tax amnesty jangan terlalu
panjang dan

menyusahkan buatlah sesimpel mungkin supaya

masyarakat dapat mengisi SPT dengan lancar;
3. Pemberian kebijakan pengampunan pajak semestinya tidak
hanya menghapus hak tagih atas wajib pajak (WP) tetapi yang
lebih penting lagi adalah memperbaiki kepatuhan WP, sehingga
pada jangka panjang dapat meningkatkan penerimaan pajak.
5. Implementasi

Tax

Amnesty

dapat

diterapkan

bila

syarat-

syarat keterbukaan dan akses informasi terhadap masyarakat
terpenuhi oleh karena itu apabila tax amnesty akan diterapkan
harus menggunakan tax amnesty bersyarat.
6. Tax amnesty dapat diterapkan terutama pada bidang-bidang atau
sektor- sektor industri tertentu saja yang dapat memberikan
pengaruh

terhadap

peningkatan

tax

ratio

dengan

syarat

terpenuhinya kesiapan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Daftar Pustaka
Agung, Mulyo, Teori dan Aplikasi Perpajakan Indonesia,
Penerbit
Dinamika Ilmu, Jakarta, 2007
Brotodihardjo R. Santoso, Pengantar Hukum Pajak, Refika Aditama,
Bandung, 1998
Enste, H. Dominik & Schendik, Frederick, Shadow Economies:
Size, Causes and Consequences, Journal of Economic
Literature, Vol. XXXVIII March 2000, pp 77-114
Forum Diskusi Ilmiah Perpajakan, berjudul Amnesti Pajak Perlu
Prasarat Tax Reform,
(http://groups.yahoo.com/group/forum- pajak/message/10744)
Ilyas, B. Wirawan, Suhartono Rudy, Panduan Komprehensif dan
Praktis
Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2007
Kotler, Philip dan Keller L. Kevin, Metodologi Penelitian:Aplikasi
Dalam Pemasaran, Indeks, Jakarta, 2006

Muhammad, Suwarsono, Manajemen Stratejik: Konsep
Kasus, Penerbit AMP. YKPN, Yogyakarta 2000

dan

Santoso, Urip & Justina, Setiawan. Tax amnesty dan Pelaksanaanya
di Beberapa Negara : Perspektif Bagi Pebisnis Indonesia,
Kopertis, Volume 11 No. 2 Juli 2009
Silitonga, Erwin, Makalah berjudul: Ekonomi bawah Tanah,
Pengampunan Pajak dan Referandum, 2006
Slegman, R.A. Edwin, Essays in Taxation, New York, 1925
Subiyantoro, Heru dan Riphat, Singgih, Kebijakan, Fiskal,
Pemikiran Konsep dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, 2004
Sukirno. Sadono, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi ke-2, PT.
Raja grafindo Persada, Jakarta, 1997
Tambunan, Tulus, Perdagangan Internasional dan Neraca
Pembayaran, Teori dan temuan Empiris, LP3ES, Jakarta,
2000

25

LAMPIRAN
Tanya Jawab Umum Terkait Pengertian Tax Amnesty
Berikut ini kumpulan FAQ (Frequently Asked Question) Terkait Pengertian
Tax Amnesty, Subjek Tax Amnesty dan Objek Tax Amnesty.
1. Apa yang dimaksud dengan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?
Jawaban:
Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan
sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan
membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Dasar hukum : Pasal 1 angka 1 UU No 11 Tahun 2016
2. Apa yang dimaksud dengan uang tebusan?
Jawaban:
Sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan Tax
Amnesty / Pengampunan Pajak. Dasar hukum : Pasal 1 angka 7 UU No
11 Tahun 2016
3. Sampai kapan periode penyampaian Surat Pernyataan Pengampunan
Pajak ini berlangsung?
Jawaban:
Periode penyampaian Surat Pernyataan Pengampunan Pajak
berlangsung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak diundangkan
sampai dengan 31 Maret 2017. Dasar hukum : Pasal 4 UU No 11 Tahun
2016
4. Syarat apa saja yang harus dipenuhi
mengajukan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?

Wajib

Pajak

untuk

Jawaban:
Syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak apabila hendak mengajukan
pengampunan pajak atau tax amnesty adalah sebagai berikut :



memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
membayar Uang Tebusan;











melunasi seluruh Tunggakan Pajak;
melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak
yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang
dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan;
menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah
memiliki kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan; dan
mencabut permohonan:
o pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
o pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam
Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di
dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang;
o pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar;
o keberatan;
o pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;
o banding;
o gugatan; dan/atau
o peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang
mengajukan permohonan dan belum diterbitkan surat
keputusan atau putusan.
Dalam hal Wajib Pajak bermaksud mengalihkan Harta ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Repatriasi), Wajib
Pajak juga harus memenuhi persyaratan yaitu mengalihkan Harta
ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
menginvestasikan Harta dimaksud di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama 3 (tiga) tahun:
o sebelum 31 Desember 2016 bagi Wajib Pajak yang
menyampaikan Surat Pernyataan pada periode setelah
Undang-Undang Pengampunan Pajak berlaku sampai
dengan 31 Desember 2016;
o sebelum 31 Maret 2017 yang menyampaikan Surat
Pernyataan pada periode sejak tanggal 1 Januari 2017
sampai dengan 31 Maret 2017.
Dalam hal Wajib Pajak mengungkapkan Harta yang berada
dan/atau ditempatkan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (deklarasi), Wajib Pajak juga harus memenuhi
persyaratan yaitu Wajib Pajak tidak dapat mengalihkan Harta ke
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat
selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat

Keterangan. Dasar hukum : Pasal 8 ayat (3), (6), dan (7)
5. Dalam hal Wajib Pajak bermaksud mengalihkan Harta ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Wajib Pajak harus
mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan menginvestasikan Harta dimaksud di dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka
waktu 3 (tiga) tahun, jangka waktu 3 tahun ini terhitung sejak
kapan?
Jawaban:
Jangka waktu 3 (tiga) tahun dihitung sejak Harta dialihkan ke dalam
wilayah NKRI. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pengalihan
melalui cabang Bank Persepsi yang berada di luar negeri, jangka
waktu 3 tahun dihitung sejak WP mengalihkan Harta melalui
Cabang Bank Persepsi dimaksud. Dasar hukum: Penjelasan Pasal
8 ayat (6)UU No 11 Tahun 2016.
6. Kemana Wajib Pajak dapat menyampaikan surat pernyataan
untuk memperoleh Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?
Jawaban:
Untuk memperoleh Tax Amnesty / Pengampunan Pajak, Wajib
Pajak harus menyampaikan Surat Pernyataan ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang
ditentukan oleh Menteri. Dasar hukum : Pasal 10 ayat (1) UU No 11
Tahun 2016
7. Berapa kali surat pernyataan untuk memperoleh Tax Amnesty
/ pengampunan pajak dapat diajukan?
Jawaban:
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak
3 (tiga) kali dalam jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini
mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017. Dasar hukum
: Pasal 10 ayat (7) UU No 11 Tahun 2016

8. Apakah boleh mengajukan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak
kembali dalam periode pengenaan tarif yang sama?
Jawaban:
Boleh, Pengajuan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak dapat
dilakukan dalam periode pengenaan tarif yang sama asalkan tidak
melebihi 3 (kali) dalam periode Pengampunan Pajak (sejak
Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret
2017). Dasar hukum : Pasal 10 ayat (7) UU No 11 Tahun 2016
9. Apakah surat pernyataan kedua atau ketiga harus diajukan
setelah terbit Surat Keterangan Pengampunan Pajak atas
pengajuan pengampunan sebelumnya?
Jawaban:
Tidak, Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan kedua
atau ketiga sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat
Pernyataan yang pertama atau kedua diterbitkan. Dasar hukum :
Pasal 10 ayat (8) UU No 11 Tahun 2016
10. Apakah SPT Tahunan Tahun Pajak 2015 wajib disampaikan
sebelum mengajukan permohonan Tax Amnesty / pengampunan
pajak?
Jawaban:
Ya, Wajib Pajak harus terlebih dahulu menyampaikan SPT
Tahunan untuk tahun pajak 2015, kecuali: a. Wajib Pajak yang baru
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak pada tahun 2016 dan 2017;
atau b. Wajib Pajak yang akhir tahun bukunya berakhir pada
periode 1 Januari 2015 sampai dengan 30 Juni 2015, karena yang
wajib disampaikan adalah SPT Tahunan Tahun Pajak 2014 Dasar
hukum : Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 1 angka 12 UU No 11 Tahun
2016
11. Apakah penyampaian surat pernyataan untuk memperoleh Tax
Amnesty / pengampunan pajak boleh disampaikan melalui pos?

Jawaban:
Tidak, surat pernyataan harus disampaikan langsung ke KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar. Dasar hukum: Pasal 10 ayat (1) UU
No 11 Tahun 2016
12. Apakah penandatanganan surat pernyataan untuk memperoleh
pengampunan pajak boleh diwakilkan?
Jawaban:
Tidak boleh Bagi Wajib Pajak orang pribadi, tetapi boleh bagi Wajib
Pajak badan dalam hal pemimpin tertinggi berdasarkan akta
pendirian badan atau dokumen lain yang dipersamakan
berhalangan Dasar hukum Pasal 8 ayat (2) UU No 11 Tahun 2016
13. Apakah penyampaian Surat Pernyataan untuk memperoleh
pengampunan pajak boleh diwakilkan?
Jawaban:
Penyampaian Surat Pernyataan
membawa surat penunjukan

boleh

diwakilkan

dengan

14. Dalam hal penandatangan surat pernyataan dilakukan oleh
kuasa Wajib Pajak Badan, haruskah dengan surat kuasa khusus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan
perpajakan?
Jawaban:
Tidak perlu surat kuasa khusus. Dasar hukum: Pasal 8 ayat (2)
huruf c UU No 11 Tahun 2016