Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Di

STRATEGI
TEGI KOM
KOMUNIKASI PEMASARAN TERPAD
TERPADU DINAS
KEBUDAYAAN
AYAAN & PARIWISATA KOTA BAUBAU DALAM
MEMBRANDING
ANDING KOTA BAUBAU SEBAGAI
GAI KOTA WISATA
BUTON
TON DEN
DENGAN BENTENG TERLUAS
AS DI DU
DUNIA

NASKAH PUBLIKASI
Disarikan
kan dari S
Skripsi yang Diajukan untukMemperoleh
peroleh Gelar
SarjanaIlmu

aIlmu Kom
Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
SosialBudaya
Universitas Islam Indonesia

Oleh:
B
BD SONNY RACHMAT FAJAR
12321085

M
MUTIA DEWI, S.Sos ., M.I.Kom
NIDN.0520028302

Progra
Program StudiIlmuKomunikasi
si
Fakultas
FakultasPsikologidanIlmuSosialBudaya
alBudaya

Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2017



NASKAH PUBLIKASI

KOMUNIKASI STRATEGIS

STRATEGI KOMUNIKA
MUNIKASI PEMASARAN TERPADU DINAS
INAS KE
KEBUDAYAAN &
PARIWISATA KOTA B
BAUBAU DALAM MEMBRANDING
ING KO
KOTA BAUBAU
SEBAGAI KOTA
G TERLU

TERLUAS DI DUNIA
A WISAT
WISATA BUTON DENGAN BENTENG

Oleh
BD Sonny Rachmat Fajar
NIM. 12321085

Telah disahkan
isahkan d
dosen pembimbing skripsi pada: ..17 MAR 2017..
Dosen Pembimbing Skripsi,

M
MUTIA DEWI, S.Sos ., M.I.Kom
NIDN. 0520028302



KOMUNIKASI STRATEGIS

Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota
BauBau dalam Membranding Kota BauBau sebagai Kota Wisata Buton dengan
Benteng Terluas di Dunia

BD SONNY RACHMAT FAJAR
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FPSB UII,
menyelesaikan studi pada tahun 2017
MUTIA DEWI, S.Sos ., M.I.Kom
Dosen pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi FPSB UII

BD Sonny Rachmat Fajar. 12321085. Integrated Marketing Communication Strategy
of Culture and Tourism Department of Kota BauBau in Branding Kota Baubau as
Buton Tourism City with Widest Fort in The World. Undergraduate Thesis. Program
Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas
Islam Indonesia 2017
In Buton, Southeast Sulawesi, is located a fort built on a 20,7 hecatre hill. The fort used to
be the capitcal of Buton's Sultanate and has long approximately 2740 metres. There are a
lot of perceptions of citizens that see the performance of Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota BauBau in managing the tourism asset Kota Baubau especially Fort of Buton Palace
as somehow "running at place". Government and citizens has been always touting rant

about Fort of Buton Palace being the widest fort in the world. But whether this label is
admitted largely by public or not, is still a quesfion. Meanwhile, if we carefully check, in
2006 Fort of Button Palace has been awarded by Guinnes of Record and MURI as the
world's widest fort.Communication strategy of Tourism and Culture Department in Kota
BauBau in branding Kota BauBau as Buton tourism city with widest fort in the world.
Method being used in this study is descriptive qualitative with the use of constructivism
paradigm. The study result of integrated marketing communication Dinas Kebudayaan &
Pariwisata Kota BauBau at branding Kota BauBau as Buton's tourism city with world's
widest fort which is implementing special strategy has 7p concept. In realizing the strategy
which by doing integrated marketing communication (IMC). Generally Dinas Kebudayaan
& Pariwisata Kota BauBau has been implementing the aspects of the IMC, only the has not
brought maximum outcome.
Keyword: integrated marketing communication, promotion, Fort of Buton Palace,
KotaBauBau



PENDAHULUAN
Pariwisata di zaman sekarang merupakan suatu industri paling besar saat ini
serta menjadi penggerak utama pada perubahan social culture khususnya di daerahdaerah yang menjadi tujuan wisata.Akibat dari fenomena ini terdapat banyak agenagen terkaityang menawarkan beragam bentuk kerja sama khususnya biro traveling

agent dan sebagainya.
Dengan hadirnya undang-undang otonomi suatu daerah khususnya dalam
perspektif pariwisata, sejatinya sudah membuka kesempatan besar bagi pemerintah
daerah untuk dapat meningkatkan potensi daerahnya masing-masing. Perlu
diperhatikan potensi daerah ibarat suatu produk yang dikemas dengan rapi dan
dilabeli dengan merk atau biasa disebut branding. Diharapkan dengan adanya suatu
branding tertentu maka akan menghasilkan suatu identitas atau kekhasan yang
membedakannya dengan daerah atau kota lain.
Berbicara soal keunikan dan kekhasan di suatu daerah, di Buton Sulawesi
Tenggara tepatnya di Kota BauBau, terdapat suatu benteng yang dibangun diatas
bukit seluas 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas Ibu Kota Kesultanan
Butonini memiliki bentuk arsitektur yang cukup menarik dan terbuat dari batu kapur
dan Benteng ini secara umum dibuat dengan model pertahanan.
Secara umum benteng ini memiliki panjang sekitar 2,740 meter dan
memiliki 12 pintu gerbang & 16 pos jaga atau kubu pertahanan.Tiap pintu gerbang
termasuk kubu pertahanan ditempati empat hingga enam buah meriam dengan total
keseluruhan berjumlah 52 buah. Posisi benteng berada pada bukit yang cukup tinggi
dan memiliki lereng yang cukup terjal, tentunya memungkinkan area ini adalah
lokasi pertahanan perang terbaik di zamannya.Sudah cukup banyak peristiwa sejarah
yang dimana lokasi dan benteng ini menjadi sasaran perebutan bagi pihak musuh di

zamannya.
Sudah menjadi hal yang umum bahwa Benteng Keraton Buton sudah
termasuk dalam ranah pariwisata unggulan di Kota BauBau. Penulis mengambil
penelitian terkait dengan potensi pariwisata unggulan Kota BauBau khususnya
Benteng Keraton Buton di karenakan terdapat beberapa hal klasik. Salah satunya
penulis kerap kali di hantui dengan berbagai macam presepsi masyarakat terkait
dengan kinerja Dinas Kebudayaan & Pariwisata dalam mengelola aset pariwisata
Kota BauBau yang dinilai seakan berjalan ditempat.


Pihak pemerintah Kota BauBau termasuk di Dinas Kebudayaan &
Pariwisata serta masyarakat lokal Kota BauBau selalu mengembor-gemborkan
slogan bahwa Benteng Keraton Buton Kota BauBau adalah benteng terluas di dunia.
Namun apakah pernyataan itu benar dan diakui serta di terima oleh seluruh kalangan
masyarakat luar khususnya di pulau Jawa? ini yang menjadi pertanyaan.
FaktanyaBenteng Keraton Buton secara umum masih belum begitu familiar
di telinga banyak masyarakat khususnya di Pulau Jawa. Beberapa orang mengenal
pulau Buton hanya merupakan daerah yang memiliki potensi penghasil aspal terbesar
di Indonesia timur. Namun masih sangat jarang ada yang mengenal Benteng Keraton
Buton.Padahal bila dilihat sekilas, Benteng Keraton Buton Kota BauBau sudah

masuk dalam kategori Guines of Record pada tahun 2006 & juga rekor MURI yang
dikategorikan sebagai Benteng Terluas di Dunia.
Disisi lain lokasi Benteng Keraton Buton yang tepat berada di Kota BauBau
ini memiliki lokasi yang cukup strategis khususnya di wilayah maritim. Maka
sejatinya daerah ini kerap kali menjadi tempat persinggahan atau transit khususnya
bagi transportasi laut bahkan lokasinya cukup begitu dekat dengan tempat wisata
yang cukup populer yakni Wakatobi. Berlandaskan dari hal tersebut bahwa sudah
seharusnya

perkembangan

objek

wisata

Wakatobi

turut

mempengaruhi


perkembangan dari objek wisata Benteng Keraton Buton.
Selain memiliki produk pariwisata unggulan dalam hal ini Benteng Keraton
Buton, Kota BauBau pun memiliki daya tarik potensi lain yang cukup besar yakni
pusat perbelanjaan kuliner khas seafood, wisata alam yang masih sangat natural,
beberapa air terjun dan juga gua serta beberapa ruang publik cukup menarik. Disatu
sisi icon tunggal kota tersebut sudah ada dan menjadi ciri sebagai pembeda dengan
daerah atau kota yang lain yakni Benteng Keraton Buton. Dan sebagian masyarakat
Kota BauBau mengakui bahwa Benteng tersebut merupakan benteng terluas di dunia
mengingat ada beberapa kota di daerah lain yang juga memiliki benteng namun tidak
seluas Benteng Keraton Buton Kota BauBau.
Disamping itu Benteng Keraton Buton tidak hanya berupa produk pajangan
seperti layaknya museum di beberapa daerah sejenis, namun pada benteng tersebut
terdapat kehidupan aktivitas masyarakat di dalamnya. Aktivitas-aktivitas tersebut
masih mengandung unsur budaya yang cukup kental serta rumah-rumah dengan
bentuk tradisional masih dipertahankan.Dalam mempromosikan produk pariwisata
unggulan di setiap daerah khususnya di Kota BauBau tentu ada banyak faktor yang


harus diperjuangkan. Maka sudah seharusnya pemerintah mulai melakukan

pembenahan serta memikirkan langkah-langkah strategis dalam mempromosikan
objek pariwisata unggulan serta merangkul berbagai komunitas terkait yang memiliki
peranan penting dalam ranah pariwisata hingga kebudayaan lokal.
Dalam melakukan aktivitas promosi tentu sangat diperlukan yang namanya
komunikasi pemasaran. Secara umum komunikasi pemasaran dilakukan dengan
berbagai cara yang sifatnya persuasif dan diharapkan dapat menarik pihak
wisatawan. Disisi lain memperkenalkan potensi daerah tentu diperlukan branding.
Biasanya branding dianggap sebagai perangkat yang mampu menciptakan suatu
identitas

yang

sudah

terklasifikasi

didalamnya

seperti


ciri

khas

yang

membedakannya dengan daerah lain.
Sederhananya sebuah objek wisata diberi merk secara relatif bukan tidak
mungkin terkecuali memiliki korelasi dengan sejarah tempat atau lokasi tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota BauBau dalam Membranding Kota BauBau Sebagai Kota Wisata
Buton dengan Benteng Terluas di Dunia.

KERANGKA TEORI
Sebagai landasan teori untuk menentukan jawaban atas rumusan masalah
maka penulis mencantumkan teori yang berhubungan dengan penelitian mengenai
strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota
BauBau. Teori tersebut adalah (1); Strategi komunikasi pemasaran terpadu atau
IMC , (2); Menentukan faktor pendukung dan penghambat.
1. Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu
Seperti yang dikemukakan Porter dan dikutip oleh Rangkuti
menjelaskan strategi merupakan suatu bentuk perencanaan induk yang
komprehensif yang dimana menjelaskan bagaimana cara untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam hal ini strategi sangat diperlukan untuk menyusun suatu
program dalam jangka panjang serta penentuan suatu kebijakan & pemilihan
prioritas alokasi sumber daya untuk mencapai keunggulan yang bersaing
(Rangkuti, 2006: 15).
Dalam strategi pemasaran juga dikenal dengan istilah 7P. 7P pada
dasarnya memiliki bauran pemasaran (marketing mix menjadi tujuh elemen


utama dalam hal pemasaran yakni product, place, price, promotion, people,
process, physical evidence (Huriyati, 2005: 63).
a) Product, yakni suatu barang atau jasa yang ditawarkan kepada
target khususnya konsumen.
b) Price, Merupakan jumlah budget yang harus dibayarkan
konsumen saat ketika memilih dan menggunakan jasa yang akan
dipakai. Adapun komponen biasanya lebih di dominasi dengan
biaya transportasi.
c) Place, merupakan tempat yang digunakan sehingga produk
dapat diketahui oleh konsumen diberbagai daerah.
d) Promotion, yakni bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
perusahaan atau organisasi terkait dengan orientasi untuk
menginformasikan serta mempengaruhi calon konsumen agar
menggunakan produk yang ditawarkan.
e) People, yakni aset dalam suatu organisasi biasanya karyawan
atau pun staf yang memiliki performance yang baik. Dengan
kinerja karyawan atau pun staf dalam hal pelayananan sehingga
mampu memberikan kepuasan bagi konsumen. Disisi lain
people adalah pola tingkah laku serta faktor yang memotivasi
karyawan dalam suatu organisasi.
f) Process, yakni suatu kualitas dan mutu pelayanan baik jasa atau
pun produk tentu sangat mengandalkan proses penyampaian
pesan kepada konsumen. Dalam dimensi yang sama nyawa dari
suatu perusahaan yakni karyawan organisasi atau perusahaan itu
sendiri. Maka untuk menjamin dan meningkatkan kualitas setiap
program yang dijalankan tentu harus dimaksimalkan khususnya
mulai dari peningkatan kualitas skill karyawan tentunya.
g) Physical Evidence, yakni bagian dari fisik produk atau jasa yang
dimana memiliki kesan atau pun nilai positif bagi konsumen.
Dalam hal ini konsumen mampu memiliki presepsi tersendiri
terkait dengan produk yang digunakan



Untuk merealisasikan langkah-langkah strategi yang sudah ditetapkan
oleh perusahaan maka selanjutnya menerapkan konsep-konsep strategi
pemasaran. Dalam memasarkan suatu produk baik jasa atau pun non jasa tentu
diperlukan suatu bentuk promosi dan pemasaran. Integrated Marketing
Communication/IMC atau biasa disebut dengan komunikasi pemasaran terpadu
merupakan konsep strategi pemasaran yang memiliki cakupan dari berbagai
disiplin ilmu pemasaran yakni advertising, direct marketing, internet marketing,
sales promotion, PR dan personal selling. Ke enam disiplin itu tersebut di
padupandankan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga tercipta lah
komunikasi pemasaran yang sifatnya terpadu.
Dengan Komunikasi IMC berusaha untuk memaksimal kan pesan
positif dan meminimal kan pesan negatif terkait suatu brand atau produk serta
membangun hubungan baik secara jangka panjang baik dengan pihak
stakeholder atau pun pihak konsumen. Dalam kegiatan pemasaran biasanya
terdapat aktivitas persuasif, promosi, dan publikasi. Pada aktivitasnya
komunikasi pemasaran berusaha untuk memberikan atau menyampaikan suatu
informasi atau gagasan tertentu. Dalam prosesnya penyampaian gagasan atau
informasi tersebut dikemas dalam bentuk persuasif sehingga konsumen
terpengaruh untuk menggunakan produk atau pun jasa yang ditawarkan.
Dalam komunikasi pemasaran juga identik dengan yang namanya
promosi. Michael Ray (Advertising and Communication Management) yang
dikutip oleh Morissan (2010: 16), mengungkapkan bahwa promosi merupakan
suatu upaya yang dilakukan semenjak penjual membangun berbagai bentuk
saluran informasi serta persuasinya yang orientasinya menjual barang/jasa atau
mengenalkan suatu ide/konsep baru. Adapun perangkat dasar yang dipakai
untuk tujuan komunikasi perusahaan adalah bauran promosi atau dikenal
dengan istilah promotional mix yang memiliki cakupan yakni : periklanan,
pemasaran langsung, internet marketing, personal selling, penjualan personal
dan publikasi atau humas.
a)

Promosi
Disisi lain dalam komunikasi pemasaran juga identik dengan
yang namanya promosi. Promosi merupakan bagian hal penting
dalam dunia pemasaran. Seperti yang sudah dipaparkan oleh
Michael Ray (Advertising and Communication Management) yang


dikutip oleh Morissan (2010: 16), bahwa promosi merupakan suatu
upaya yang dilakukan semenjak penjual membangun berbagai
bentuk saluran informasi serta persuasinya yang orientasinya
menjual barang/jasa atau mengenalkan suatu ide/konsep baru.
Adapun perangkat dasar yang dipakai untuk tujuan
komunikasi perusahaan adalah bauran promosi atau dikenal dengan
istilah promotional mix.

Tabel 1.2
skema elemen bauran promosi/promotion mix (Morissan,
2010: 17)
!  # %


!#
!#

#!#
!#

!  "
$

$"
$"

!" 


Masih dalam ranah yang sama, promosi juga kerap identik
dengan yang namanya discount yakni dengan mengadakan suatu
event baik berupa kontes maupun undian. Khusus soal event
biasanya identik dengan pelayanan (service) yang dimana konsumen
dapat mengalami pengalaman langsung terkait produk yang
ditawarkan.
Disisi lain promosi juga memiliki kekurangan. Yakni
promosi tidak memiliki hak cipta. Jadi sangat besar kemungkinan
strategi promosi dari perusahaan tertentu akan ditiru oleh pesaing
dan tentu saja pesaing akan menciptakan strategi yang lebih kreatif
dalam menarik konsumen.
b). Iklan
Alexander (Marketing Definition, American Marketing
Association Chicago 1995) yang dikutip oleh Morissan (2010: 17),
menjelaskan iklan pada dasarnya suatu wujud komunikasi yang
sifatnya non personal terkait lembaga produk atau jasa yang telah di
setujui oleh sponsor.


Dalam teknisnya iklan tentu melibatkan banyak hal seperti
TV, majalah, radio dan sebagainya yang fungsinya mengirimkan
suatu informasi kepada khalayak luas dalam waktu tertentu.
Sehingga dalam wujud iklan yang sifatnya non personal umumnya
tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan feedback. Maka
ketika pihak terkait sebelum memposting suatu iklan maka
diharapkan benar-benar mempertimbangkan informasi yang akan
dibuat.
Disamping itu periklanan juga memerlukan strategi berupa
perencanaan implementasi tindakan media yang digunakan &
pengendalian perbandingan hasil apakah sesuai atau tidaknya dari
perencanaan yang dilakukan (Hermawan, 2012: 89-90).
c). Pemasaran Langsung/ Direct Marketing
Sejatinya pemasaran langsung adalah suatu aktivitas yang
dimana perusahaan berkomunikasi secara langsung dengan calon
palanggan yang orientasinya untuk memicu terjadinya suatu
transaksi penjualan. Pada umumnya pemasaran langsung biasanya
dilakukan dengan mengirim sebuah katalog/ web site, surat
(Flyers/brosur), penjualan langsung, telemarketing bahkan iklan
tanggapan langsung (Morissan, 2010: 22-23).
d). Interaktive/ internet marketing
Secara umum internet sangat membantu dalam hal
pengelolaan data khususnya informasi terkait produk yang akan
dijualkan. Dalam pengelolaan datanya sangat fleksibel untuk diubah
sesuai dengan kemauan empunya. Sangat jauh berbeda dengan
promosi dalam bentuk iklan baik dimedia massa atau pun media
cetak yang tentu saja sifatnya satu arah dan setelah diterbitkan
sangat tidak mungkin dirubah/edit dan ditambah lagi memerlukan
dana yang relatif besar.
Tidak seditkit perusahaan atau organisasi yang menggunakan
internet dalam membangun program-program mereka khususnya
dalam soal promosi. Selain sebagai media promosi, internet juga
dianggap sebagai media komunikasi pemasaran yang paling efektif


dalam berkomunikasi dengan konsumen dan tentu saja biayanya
murah (Morissan, 2010: 23-25).
e). Promosi Penjualan
Promosi penjualan biasanya kerap indentik dengan diskon
atau potongan harga bahkan undian. Secara umum promosi
terklasifikasikan

menjadi

dua

bagian

yakni

promosi

yang

orientasinya kepada konsumen & perdagangan. Secara spesifik
promosi yang orientasinya kepada konsumen biasanya ditujukan
kepada (user) pada suatu barang atau jasa entah berupa sampel
produk, potongan harga dan hadiah kupon.
Sedang promosi yang orientasinya kepada pedagang
biasanya ditujuakan kepada distributor dan biasanya berupa
pemberian dana promosi, settingan penyesuaian harga, pameran,
bahkan kompetisi penjualan (Morissan, 2010: 26-26). Dalam
beberapa kasus promosi penjualan ini biasanya kerap ditemukan
dalam beberapa agenda event-event tertentu dan biasanya dilakukan
pada hari-hari besar.
f). Hubungan Masyarakat (PR)
Secara sederhana bagaimana kinerja perusahaan atau
organisasi tersebut pada lingkungan, dan nantinya harus dilihat oleh
masyarakat maka pihak PR harus mampu mengurusnya khususnya
menjembatani antara perusahaan & masyarakat. Walaupun dalam
beberapa kasus khususnya dalam industri pariwisata duta wisata
kerap

kali

diutus

untuk

menjadi

humas

yang

fungsinya

menjembatani perusahaan terkait dengan masyarakat.
g). Penjualan personal
Secara umum personal selling atau khususnya penjualan
personal merupakan suatu wujud komunikasi secara langsung antara
penjual dengan pembelinya. Dalam ranah ini seorang penjual
berusaha untuk membantu dan membujuk pembeli untuk membeli
produk yang ditawarkan. Biasanya dalam kasus ini penjual akan
senantiasa

menyampaikan

informasi

dengan

fleksibel

serta

mendengar langsung tanggapan konsumen.


METODOLOGI
Dalam penelitian yang berjudul strategi komunikasi pemasaran terpadu
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau dalam membranding Kota BauBau
sebagai kota wisata Buton dengan benteng terluas di dunia, penulis menggunakan
jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan yakni
dengan cara melihat situasi atau observasi terhadap subjek dan objek penelitian
kemudian menganalisis dalam bentuk deskriptif terkait permasalahan, hasil
wawancara dengan objek yang diteliti. Menganalisis masalah yang terjadi
dilapangan juga menggunakan analisis SWOT untuk menemukan jawaban atas
penelitian ini.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yakni bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistik dan bentuk deskriptif. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah paradigma konstruktivisme. Secara umum peneliti mendeskripsikan
penelitian ini sesuai dengan realitas dengan apa adanya serta menyesuaikan dengan
data yang ditemukan baik melalui suatu observasi, wawancara dan dokumentasi
(Salim, 2006: 89).

PEMBAHASAN DAN TEMUAN
A. Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Dinas Kebudayaan &
Pariwisata BauBau
Dalam mempromosikan produk pariwisata unggulan khsusunya Benteng
Keraton Buton, pihak Disbudpar melakukan strategi dengan konsep 7P.Yakni
berupa product, price, place, promotion, people, process and physical
evidence.Secara spesifik langkah strategi awal(Product) yang dilakukan yakni
dengan memanfaatkan predikat yang sudah ada pada Benteng Keraton Buton.
Seperti diketahui bahwa Benteng Keraton Buton sudah memiliki predikat
atau masuk dalam kategori sebagai benteng terluas di dunia. Bila sebelumnya
branding Benteng Keraton Buton masih belum terlalu familiar di telinga banyak
orang, paling tidak pihak Disbudpar sudah memiliki senjata yakni predikat tersebut,
sehingga yang dilakukan cukup dengan memaksimalkan bentuk promosi dan
pemasaran yang ada.
Pada ranah (Price), setiap objek wisata tentu memiliki nilai atau pun
nominal yang perlu ditebus konsumen agar bisa mengkonsumsi produk atau jasa


yang ditawarkan. Objek wisata Benteng Keraton Buton kali ini masuk dalam
pengecualian.Sebab pihak pemerintah khususnya Disbudpar justru memberikan
kemudahan akses yang begitu bebas dan tidak dipungut biaya. Kompleks Benteng
Keraton Buton selalu terbuka untuk umum itu artinya telah menjadi ruang publik
bagi siapa pun.
Kemudian pada strategi (Place), bila dilihat secara cermat, bahwa lokasi
Benteng Keraton Buton terletak tepat di Kota BauBau. Secara umum Kota BauBau
merupakan suatu lokasi yang biasanya menjadi transit bagi sarana transportasi baik
darat, laut maupun udara.Disamping itu lokasi Kota BauBau sangat dekat dengan
pulau Wakatobi (tempat wisata yang cukup populer).Hal ini lah yang membuat
pihak pemerintah termasuk Disbudpar serta pihak masyarakat untuk selalu
bersama-sama dan bersinergi untuk melakukan promosi kepada pihak mana pun
yang melakukan kunjungan atau hanya sekedar transit di Kota BauBau.
Dalam soal (Promosi), pihak Disbudpar selalu berusaha untuk memaksimal
kan bentuk promosi dan juga pemasaran dalam berbagai lini, baik melalui saluran
media bahkan membangun relasi dengan pihak yang memiliki kepentingan yang
sama. Pada aktivitasnya sebagai suatu lembaga yang berdiri melalui payung
pemerintahan, Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau terus melakukan
kewajibannya sebagai garda depan bagi pemerintah Kota BauBau. Aktivitasnya
yakni terus melakukan promosi dan mengangkat potensi pariwisata Kota BauBau
dengan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber dayanya.
Dalam segi (People & Proces)pihak Disbudpar akan selalu berkomitmen
untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan dan tanggung jawab yang
dimiliki sebagai mana tertuang dalam visi dan misinya. Salah satunya yakni
berusaha mengembangkan potensi pariwisata lokal dan berdaya saing yang mampu
mensinergikan pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata dan
industri pariwisata.
Sedang pada strategi yang terakhir(Physical Evidence)pihak pemerintah dan
juga pihak Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau akan tetap
mempromosikan produk pariwisata unggulan serta memelihara seluruh kekayaan
budaya. Sebab bagaimana pun budaya merupakan salah satu aspek yang
menciptakan ciri khas tersendiri bagi suatu daerah. Ciri fisik budaya diantaranya
yakni berupa simbol-simbol adat, gaya hidup dan juga beragam jenis arsitektur


bangunan tradisional yang dimiliki. Hal ini lah yang akan terus di pertahankan oleh
pihak pemerintah termasuk Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau.
Dalam merealisasikan langkah strategi dengan konsep 7P tersebut yakni
dikemas dalam bentuk aktivitas IMC atau Komunikasi Pemasaran Terpadu. Strategi
IMC yang dilakukan Disbudpar disini yakni dengan melakukan aktivitas bauran
pemasaran (promotion mix) antara lain advertising, personal selling, sales
promotion, public relation, direct marketing dan internet marketing.
Pada ranah Advertising dilakukan dengan melibatkan sejumlah media untuk
melakukan peliputan pada beberapa objek wisata setempat. Disisi lain pihak
Disbudpar juga membuat produk promosi khususnya brosur, leaflet, film pendek
dan sejenisnya. Produk-produk ini nantinya akan di distribusikan kebeberapa pihak
hotel bahkan melalui pameran/event-event tertentu. Pada tahap (pendistribusian) ini
pihak Disbudpar Kota BauBau telah melakukan konsep Direct Marketing.
Saat event berlangsung, produk-produk brosur tersebut selain di
distribusikan dan dibagikan melalui event, pihak Disbudpar Kota BauBau juga
memberikan pemaparan-pemaparan secara spesifik objek wisata terkait baik kepada
pengunjung maupun terlibat dalam aktivitas Kajian atau Kerja sama antar daerah.
Pada tahap ini lah pihak Disbudpar Kota BauBau menjalankan konsep Personal
Selling.
Selain mempromosikan objek wisata melalui konsep-konsep di atas, pihak
Disbudpar Kota BauBau juga turut terlibat menjadi pelaksana teknis di berbagai
macam event. Pada tahap ini lah pihak Disbudpar Kota BauBau sudah menjalankan
aktivitas Sales promotion.Dalam beberapa rangkaian event yang digelar, pihak
Disbudpar Kota BauBau juga berkolaborasi dengan beberapa jajaran pemerintah
lain dan bekerja sama dengan pihak Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Pada
tahap ini lah Disbudpar Kota BauBau menjalankan konsep PR, yakni berusaha
untuk membangun relasi dengan pihak mana pun.
Disisi lain pihak Disbudpar Kota BauBau dalam memasarkan produk
pariwisata unggulan juga memanfaatkan sebuah website & media sosial. Pada
tahap ini pihak Disbudpar Kota BauBau sudah menjalankan konsep Internet
marketing.



B. Adapun Faktor Pendukung dan Penghambat Dinas Kebudayaan & Pariwisata
Kota BauBau dalam membranding Kota BauBau sebagai Kota Wisata Buton
dengan benteng terluas di dunia yakni
1. Kekuatan (Strenght)
Secara umum dalam mempromosikan objek pariwisata terkait, pihak
Disbudpar menjadi garda depan bagi Pemerintah Kota BauBau. Aktivitasnya
yakni dengan berpartisipasi dalam kegiatan KAD (Kajian/kerja sama Antar
Daerah) dalam merepresentasikan serta mempromosikan produk pariwisata
unggulan yang ditawarkan kepada setiap pihak pemerintah daerah yang lain.
Pada dimensi yang lain dikarenakan keterlibatan sumber daya manusia
atau staf yang sudah cukup sering terlibat sebagai pelaksana teknis dalam
agenda event yang di muat tentu secara tidak langsung akan menciptakan suatu
skill dan terlatih dalam memanajemen event.
2. Kelemahan (Weakness)
Dari bentuk pemasaran aset pariwisata yang dilakukan oleh pihak
Disbudpar tentunya memiliki suatu kelemahan khususnya dalam segi internal
perusahaan. Dari hasil tinjauan dan observasi dari penulis terdapat beberapa
hal-hal yang menjadi kelemahan dan tentunya akan memiliki dampak serius
bila diabaikan. Adapun kelemahan tersebut yakni kurangnya SDM atau staf
yang memiliki keahlian dalam bidang pemasaran.
Disamping itu kurangnya program-program atau agenda yang memiliki
prospek tinggi dalam organisasi sehingga membuat para staf merasa kurang
difungsikan dengan baik.Dari hal tersebut tentu menimbulkan kerentanan bagi
para staf untuk beralih pada organisasi yang memiliki prospek lebih tinggi dan
menjanjikan.
3. Peluang (Opportunity)
Dalam kaitannya dengan strategi aktivitas pemasaran yang dilakukan
oleh

pihak

Dinas

Kebudayaan

&

Pariwisata

Kota

BauBau

dalam

mempromosikan objek wisata Benteng Keraton Buton tentunya sudah sering
terlibat dalam aktivitas promosi khususnya event, menjadi garda depan
pemerintah kota hingga memiliki relasi dengan berbagai pihak khususnya JKPI
(Jaringan Kota Pusaka Indonesia).
Selain itu pihak Disbudpar juga kerap melibatkan pihak media maka
tentu akan menjadi peluang efektif dalam hal promosi khususnya peliputan saat


kegiatan event berlangsung. Selama aktivitas yang orientasinya untuk
mengangkat citra serta potensi pariwisata daerah setempat terdapat banyak
dukungan baik dari masyarakat, pelaku usaha atau enterpreneur, pemerintah
bahkan pelaku usaha di bidang entertaint.
Seperti diketahui dalam beberapa waktu terakhir pelounchingan film
layar lebar dengan tema “Barakati” yang mengambil latar di Pulau Buton Kota
BauBau menjadi salah satu peluang dimana segenap pelaku usaha bersamasama memajukan aset pariwisata Kota BauBau. Hal tersebut tentu saja selaras
dengan misi Dinas kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau yakni “Mendorong
Promosi Potensi Wisata yang sesuai dengan karakteristik daerah”.
4. Ancaman (Threat)
Dari bentuk pemasaran aset pariwisata yang dilakukan oleh pihak
Disbudpar tentunya

memiliki suatu ancaman

yang setidaknya perlu

diwaspadai.Secara umum objek wisata di Kota BauBau masih belum
mengalami perkembangan yang begitu pesat.Masih diperlukan banyak
pembenahan yang harus dilakukan.Mengingat saat ini begitu banyak objek
wisata yang sudah begitu maju dan berkembang.
Meskipun suatu daerah yang memiliki predikat atau branding yang begitu
hebat, namun apabila pihak pemerintah tidak memiliki inisiatif untuk membawa
perubahan baik fisik atau pun jenis pemasaran yang lebih inovatif pada objek
wisatanya, di khawatirkan objek pariwisata di daerah tersebut akan semakin
kurang diminati. Maka hal ini lah yang perlu diwaspadai oleh pihak Dinas
Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau. Meskipun relatif sederhana namun
apabila hal ini diabaikan tentu akanmenghasilkan dampak yang cukup serius.

SWOT
Sebagai pelaksana dalam kegiatan khususnya penjualan personal
yakni menjadi garda depan bagi pihak pemerintah dengan
keterlibatannya dalam aktivitas kerjasama/kajian antar daerah
STRENGHT

(KAD) dalam mempromosikan produk pariwisata di berbagai
daerah.
Sumber daya manusia yang terlibat secara teknis dalam suatu
promosi penjualan khususnya event sehingga secara tidak


langsung SDM menjadi terlatih dalam memanajemen event.
Kurangnya SDM/staf ahli pemasaran dalam organisasi Dinas
Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau sehingga mempengaruhi
kinerja pada organisasi tersebut.
WEAKNESS

Kurangnya program/agenda yang memiliki prospek yang tinggi
dalam

organisasi

difungsikan

sehingga

dengan

baik.

membuat
Dari

hal

staf

merasa

tersebut

kurang

cenderung

menimbulkan kerentanan pada staf untuk beralih pada organisasi
yang lebih menjanjikan.
Sudah memiliki relasi dan kerja sama dengan berbagai pihak baik
pemerintah dan bahkan pihak Jaringan Kota Pusaka Indonesia
(JKPI).
OPPORTUNITY Peluncuran film layar lebar “Barakati” tentunya menjadi batu
loncatan

pihak

Disbudpar

untuk

terus

melakukan

dan

memaksimalkan upaya promosi dan pemasaran diberbagai lini.
Sudah memiliki akses pada sejumlah media.
Beragam destinasi wisata daerah lain kian maju dan berkembang
THREAT

pesat, membuat pihak Disbudpar Kota BauBau harus melakukan
banyak upaya perbaikan dari berbagai aspek khususnya diranah
pariwisata.

PENUTUP
Berdasarkan penelitian dan observasi yang dilakukan, saya mendapatkan
kesimpulan mengenai strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan &
Pariwisata Kota BauBau dalam membranding Kota BauBau sebagai Kota Wisata
Buton dengan benteng terluas di dunia. Bahwasanya pihak Disbudpar melakukan
strategi dengan konsep 7P sebagai langkah awal untuk melakukan aktivitas
komunikasi pemasaran.
Adapun untuk merealisasikan dari strategi terkonsep tersebut yakni dengan
melakukan aktivitas komunikasi pemasaran atau IMC. Secara umum cakupan dari
IMC meliputi enam disiplin ilmu yakni Advertising, Direct Marketing, Internet
Marketing, Sales Promotion, Personal Selling & PR. Dalam prosesnya pihak


Disbudpar sudah melakukan tahapan-tahapan IMC hanya saja dalam pelaksanaannya
masih belum begitu maksimal.
Disisi lain penulis juga sudah mendapatkan beberapa faktor pendukung dan
penghambat yang tentunya memiliki kaitan dengan penelitian tersebut. Pada ranah
internal, pihak Disbudpar selalu memiliki keterlibatan dalam berbagai macam event
untuk menjadi pelaksana teknis. Disamping itu pihak Disbudpar juga menjadi garda
depan bagi pihak pemerintah kota untuk mempromosikan objek pariwisata unggulan
di berbagai daerah yakni dengan terlibat dalam aktivitas kajian atau kerja sama antar
daerah (KAD).
Disisi lain dalam mempromosikan objek pariwisata unggulan, pihak Disbupar
juga tidak berjalan sendiri namun sudah memiliki kerja sama dengan berbagai pihak
baik pemerintah & Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) serta sudah memiliki akses
pada sejumlah media. Disisi lain dengan diluncurkannya film layar lebar “Barakati”
tentu sudah menjadi batu loncatan dan peluang bagi pihak pemerintah khususnya
pihak Disbudpar Kota BauBau untuk terus berupaya semaksimal mungkin dalam
melaksanakan tanggung jawabnya khususnya diranah pariwisata.
Adapun yang menjadi faktor penghambat yakni pihak Disbudpar Kota BauBau
masih kekurangan SDM ahli yang berkompeten dibidangnya khususnya pemasaran.
Disisi lain kurangnya program-program yang memiliki prospek tinggi mengakibatkan
kerentanan pada staf atau karyawan untuk beralih ke organisasi lain karena merasa
dirinya kurang begitu di fungsikan dengan baik.
Pada ranah eksternal, seperti diketahui bahwa beragam destinasi pariwisata di
daerah lain cukup mengalami perkembangan dan kemajuan cukup pesat, maka pihak
Disbudpar harus memikirkan langkah-langkah strategis dalam mengelola aset
pariwisata di Kota BauBau, bila tidak demikian dikhawatirkan akan menjadi daerah
yang cukup tertinggal khususnya di ranah pariwisata dan hal ini akan menimbulkan
dampak yang cukup serius bila diabaikan.
Penelitian ini pun memiliki keterbatasan penelitian. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya data pembanding terkait dengan data jumlah kunjungan wisatawan
khususnya di keseluruhan area destinasi pariwisata yang ada di kawasan Sulawesi
Tenggara. Diharapkan pada penelitian yang akan datang, peneliti dapat memberikan
banyak data kunjungan wisatawan yang dapat digunakan sebagai pembanding tingkat
kunjungan wisatawan di area destinasi yang ada di kawasan Sulawesi Tenggara.


Data pembanding sejatinya sangat diperlukan untuk mengetahui sebuah tolak
ukur keberhasilan baik promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh pihak terkait.
Data tersebut tentunya bisa di dapatkan dengan mengambil sample di beberapa daerah
sekitar Kota BauBau khususnya dinas pariwisata terkait serta memvalidasi data-data
dengan jumlah kunjungan wisatawan pada hari-hari tertentu pada tiap-tiap hotel.
Dalam ranah aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh pihak Dinas
Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau, itu penulis sendiri tidak berada di lokasi
(Kota BauBau) saat perayaan event besar di Kota BauBau khususnya HUT Kota
BauBau, BauBau Expo & Kongres JKPI ke III dan event-event lainnya sehingga
penulis tidak mampu melakukan peninjauan secara langsung. Hal ini mengakibatkan
data-data yang penulis dapatkan hanya berupa informasi-informasi serta opini dari
beberapa pihak terkait yang menjadi penyelenggara acara.
Disamping itu penelitian ini juga memiliki kekurangan data narasumber dari
pihak pemerintah Kota BauBau.Sehingga penulis tidak mampu menyimpulkan secara
objektif terkait berhasil tidaknya tingkat promosi yang dilakukan jika hanya
berdasarkan opini dari beberapa narasumber.Maka dari itu peneliti berharap data-data
narasumber perlu diperkaya khususnya narasumber yang memang memiliki
keterlibatan penuh dalam aspek pemasaran maupun promosi.



DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Keb. Publik dan Ilmu Sosial
lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Cangara, Hafied. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Rev.ed. Jakarta: RajaGrafindo,
2014.
Fajar, Marhaeni. Ilmu komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Hermawan, Agus. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2012.
Huriyati, Ratih. Bauran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta, 2005
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang.Metedologi penelitian bisnis. Yogyakarta:
Penerbit BPFE, 2002.
Moleong, Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana, 2010.
Pitana, Gde I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi, 2009.
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Pustaka
Utama, 2006.
Yananda, Rahmat, Ummi Salamah. Branding Tempat: Membangun Kota Kabupaten dan
Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: Makna Informasi, 2014.

SKRIPSI
Fadhlulloh, Muhammad Hilman. (2014). “ Strategi Dinas Kebudayaan & Pariwisata
Banyuwangi untuk Promosi Pariwisata dalam Perspektif Komunikasi
Pemasaran.” Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
Tandungan, Yastri Nelda. (2016). “Strategi Komunikasi Pemasaran Disbudpar Kabupaten
Tana Toraja dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Tana Toraja.”
Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Rinaldi, Muhammad Iqbal.(2015) “Analisis Strategi Penanganan Keluhan Konsumen
Domestik dan Internasional Pada Layanan Inflight Catering Service diPT.
Aerofood ACS cabang Yogyakarta.” Skripsi sarjana, Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial budaya Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Riyadi, Tari. (2013). “Strategi Komunikasi Pemasaran Disbudpar dalam mempromosikan
Kota Surakarta sebagai Kota Budaya & Pariwisata.” Skripsi Sarjana, Fakultas
Ilmu Komunikasi & Informatika Universitas Muhammadiyah, Surakarta.


Sari, Hervita. (2014). “Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan & Pariwisata
Kabupaten Sleman dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan di Desa Wisata
Kabupaten Sleman Periode 2010-2012.” Tesis Pascasarjana, Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Septina, Resa Ayu. (2010). “Analisis Komparasi Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas
Kebudayaan & Pariwisata Gunungkidul & Sleman terkait Pemasaran Ekowisata
Gunung Api Purba Nglanggeran – Ekowisata Plawangan Turgo Kaliurang dalam
Meningkatkan Kunjungan Wisatawan.” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial &
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta.

JURNAL
Winawati, Fanny Justicia. “Strategi Marketing Communication Grand City Surabaya
dalam Membangun Brand sebagai World Class Mall.”Jurnal e-Komunikasi 2.1
(2014).Hal.4-5.

ARTIKEL INTERNET
“Artikel Pariwisata.” http://pariwisata-asyik.blogspot.co.id/2011/08/hubungan-pariwisatadan-budaya.html (akses 8 April 2016).
“Pengertian Otonomi Daerah.” http://www.ilmusiana.com/2015/11/pengertian-dariotonomi-daerah.html (akses 8 April 2016).
“Pengertian Pariwisata.” http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/667/jbptunikompp-gdlfanjibelat-33339-8-13.unik-2.pdf (akses 8 April 2016).
“Sinopsis Barakti Film. “http://jadwalxxi.web.id/sinopsis-barakati.html (akses 15
November 2016).
“Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.”http://www.wisatakandi.com/2011/11/undang-undang-ri-no-10tahun-2009.html (akses 8 april 2016).
Yudono, Jodhi. ”Benteng Terluas di Dunia ada di Bau Bau”.
http://internasional.kompas.com/read/2011/12/20/02333375/benteng.terluas.di.d
unia.ada.di.bau-bau (Akses 15 April 2016).



IDENTITAS PENULIS

A. Identitas Penulis Pertama ( Mahasiswa )
Nama

: BD Sonny Rachmat Fajar

NIM

: 12321085

Tempat tanggal lahir

: BauBau, 21 September 1993

Prodi/Fakultas/Universitas

: Ilmu Komunikasi/FPSB/UII

Konsentrasu

: Komunikasi Strategis

Alamat dan Kontak

: Jln Dr. Wahidin Kelurahan Lamangga
/0822 2557 7796

Karya Tulis Ilmiah

: Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Dinas
Kebudayaan & Pariwisata Kota BauBau dalam
Membranding Kota BauBau sebagai Kota Wisata
Buton dengan Benteng Terluas di Dunia.

Identitas Penulis Kedua (Dosen Pembimbing Skripsi)
Nama

: MUTIA DEWI, S.Sos ., M.I.Kom

NIDN

: 0520028302

Tempat tanggal lahir

:

Jabatan Akademik

: Dosen

Alamat dan Kontak

:

Karya Tulis Ilmiah

:-