LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI STERILISA. doc

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
STERILISASI

NAMA

: REKA

NIM

: 08041181419088

KELOMPOK

: I (SATU)

ASISTEN

: TRINITA F

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
LEMBAR HASIL KERJA

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum

: Sterilisasi

Nama / NIM

: Azira Nadia Pasya/08121004036

Kelompok : IV (Empat)

Asisten

: Ira Ertiana


Tanggal

I.

: 9 Oktober 2013

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum ini adalah :

1. Mengetahui teknik sterilisasi yang tepat untuk suatu alat atau bahan
2. Memahami prinsip berbagai teknik dalam proses sterilisasi
3. Dapat melakukan berbagai teknik sterilisasi dengan benar
II.
LANDASAN TEORI
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari
semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas
(kalor), gas-gas seperti formaldehid, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam

larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Irianto
2006: 75).
Sterilisasi dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu
yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim.
Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan
pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet,
sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi prosesing yang memiliki tujuan mengurangi
kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan
teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan
dipengaruhi oleh:resistensi mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan,
pH bahan, ukuran wadah atau kemasan yang disterilkan, keadaan fisik bahan (Indra 2013 : 1).

Pematian mikroorganisme mendasari metode kerja mikrobiologi dan pengawetan
bahan makanan. Pembebasan suatu bahan dari mikroorganisme hidup atau stadium
istirahatnya disebut sterilisasi. Kalau sesuatu larutan tidak steril atau yang sudah ditanami
kuman, tanpa dikehendaki dicemari oleh mikroorganisme, peristiwa ini disebut kontaminasi
atau pencemaran. Pentingnya penggunaan alat-alat laboratorium yang bersih dapat lebih
ditekankan lagi. Semua alat kaca haruslah dalam keadaan bersih (Bohari 2013: 1).
Sterilisasi dapat dilakukan denagn tiga cara, yaitu sterilisasi pemanasan basah dengan

menggunakan uap atau air panas, sterilisasi kering dalam tanur dan pembakaran botol
(incineration). Berdasarkan pada ketiga cara tersebut, sterilisasi dapat dibagi dalam sterilisasi
kering dan sterilisasi basah. Pada sterilisasi kering dapat dilakukan dengan cara pemijaran,
jilatan api (flaming) dan tanur uap panas (hot-air oven). Pada sterilisasi basah dapat
dilakukan dengan cara penggodokan dalam air, uap mengalir dan uap dalam tekanan (Irianto
2006: 86).
Kemajuan dalam bidang metodologi ini telah mengungkap pemahaman sifat-sifat
dasar mikrobia serta aspek-aspek yang berkenaan dengan teknik dan metodologi penelitian
mikroba. Salah satu bagian yang penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang
cara-cara mematikan, menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara
yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan dan menyingkirkan
mikroorganisme berbeda-beda tergantung pada spesies yang dihadapi. Selain itu lingkungan
dan tempat mikroba ini pun berbeda-beda misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, riol,
dan tanah (Indra 2013 : 1).
Sterilisasi secara kimia, dapat dilakukan dengan cara sterilisasi gas digunakan dalam
pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas
dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Gas yang biasa digunakan
adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini
sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang

menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi
dilakukan dalam ruang atau chamber sterilisasi (Bohari 2013 : 1).
Fungsi sterilisasi untuk mencegah inflasi pada manusia, hewan dan tumbuhan. Untuk
mencegah makanan dan lain-lain menjadi rusak. Untuk mencegah gangguan kontaminasi

terhadap mikroorganisme. Serta untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.Pemanasan dapat
dibagi menjadi pemijaran (dengan api langsung), panas kering, uap air panas dan uap air
panas bertekanan. Sedangkan pada penyinaran dapat menggunakan sinar ultra violet (UV).
Serta sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol (Indra 2013 : 1).
Sterilisasi bisa dilakukan secara kimiawi dan fisik. Berdasarkan mekanisme kerjanya
zat anti-mikroba, maka sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu
golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel, golongan zat yang menyebabkan
denaturasi protein dan golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino
yang fungsional. Sterilisasi fisik bisa diklasifikasikan sebagai sterilisasi dengan panas,
sterilisasi dengan pembekuan, sterilisasi dengan radiasi, sterilisasi dengan ultrasonik dan

vibrasi sonik dan sterilisasi dengan cara filtrasi (Bohari 2013: 1).
Pensterilan dengan uap dalam tekanan dilakukan dengan autoklaf. Dalam autoklaf ini
uap berada dalam keadaan jenuh dan peningkatan tekanan menghasilkan suhu yang tercapai
menjadi lebih tinggi, yaitu dibawah tekanan 15 lbs (2 atmosfer). Suhu dapat meningkat
mencapai 121oC. bila uap itu dicampur dengan udara yang sama banyak, pada tekanan yang
sama, maka suhu yang tercapai hanya 110 oC. itu sebabnya udara dalam autoklaf harus
dikeluarkan sampai habis untuk memperoleh suhu yang diinginkan (121 oC). dalam suhu
tersebut semua mikroorganisme, baik vegetative maupun spora dapat dimusnahkan dalam
waktu yang tidak lama, yaitu sekitar 15-20 menit (Irianto 2006: 87).