Kebijakan Luar Negeri Indonesia and APEC

Nama : Arzita Shafira
NIM

: 2010-22-056

Tugas Akhir Metode Penelitian Sosial
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASIA PACIFIC ECONOMIC
COOPERATION (APEC)

PENDAHULUAN
Kebijakan luar negeri adalah suatu tindakan pemerintah suatu Negara terhadap Negara
lain dalam politik internasional, dengan didasarkan oleh serangkaian asumsi dan tujuan tertentu,
serta dimaksudnkan untuk menjamin keamanan nasional. Kebijakan luar negeri dapat dijalankan
melalu berbagai cara, namun yang paling umum adalah dengan cara perang, perdamaian dan
kerjasama ekonomi.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri (foreign policy
makers) dapat dikatakan sama di semua pemerintahan. Yang berbeda adalah kepala pemerintahan
yang memegang peranan penting dalam urusan luar negeri. Dia langsung dibantu oleh badanbadan penasihat atau administratif misalnya yang disebut dengan: Kabinet di Inggris, Dewan
Revolusi untuk pemerintahan militer, Presidium untuk Rusia atau Kantor Eksekutif Kabinet yang
kurang melembaga, seperti di Amerika Serikat. Dari para pakar urusan luar negeri ini yang
penting dalam pemerintahan adalah Menteri Luar Negeri-nya, yang secara administratif

mengepalai departemen dan mengurusi kebijakan luar negeri, serta menjadi penasihat resmi
utama dari kepala pemerintahan.
Di semua negara, sebenarnya setiap departemen ini ikut secara langsung dalam proses
pengolahan keputusan kebijakan luar negeri. Para pakar keuangan dan militer biasanya juga ikut
disertakan, demikian pula para menteri ekonomi yang juga penting peranannya. Sedangkan
badan-badan Legislatif memegang peranan sebagaimana yangditentukan konstitusinya. Tetapi
kebijakan luar negeri pada hakikatnya merupakan hak prerogatif, yang mana hanya kadangkadang saja legislatif ikut campur.

Jadi, kebijakan luar negeri Indonesia adalah suatu rumusan-rumusan strategi
pemerintahan Indonesia terhadap dunia internasional yang dapat berubah-ubah sesuai dengan
kondisi hubungan internasional yang sedang berlangsung di dunia namun tetap berdasarkan pada
ideologi politik luar negeri yang dianut Indonesia.

Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Organisasi Internasional
Kebijakan umum Pemri pada organisasi-organisasi internasional didasarkan pada
Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Tahun 2004-2009, Bab 8 tentang Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama
Internasional. Melalui penetapan RJPM, Pemerintah berusaha meningkatkan peranan Indonesia
dalam hubungan internasional dan dalam menciptakan perdamaian dunia serta mendorong
terciptanya tatanan dan kerjasama ekonomi regional dan internasional yang lebih baik dalam

mendukung pembangunan nasional.
Prioritas politik luar negeri Indonesia dalam 5 tahun ke depan dituangkan dalam 3
program utama yaitu program pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi
Indonesia, program peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan untuk memanfaatkan
secara optimal berbagai potensi positif yang ada pada forum-forum kerjasama internasional dan
program penegasan komitmen terhadap perdamaian dunia.
Keppres No. 64 tahun 1999, keanggotaan Indonesia pada organisasi internasional
diamanatkan untuk memperoleh manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan
pada peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan efisiensi penggunaan anggaran
dan kemampuan keuangan negara.

Keanggotaan Indonesia pada OI diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu antara lain


Secara Politik : dapat mendukung proses demokratisasi, memperkokoh persatuan dan
kesatuan, mendukung terciptanya kohesi sosial, meningkatkan pemahaman dan toleransi
terhadap perbedaan, mendorong terwujudnya tata pemerintahan yang baik, mendorong
pernghormatan, perlindungan dan pemajuan HAM di Indonesia;

Secara ekonomi dan keuangan : mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang




berkelanjutan, meningkatkan daya saing, meningkatkan kemampuan iptek, meningkatkan
kapasitas nasional dalam upaya pencapaian pembangunan nasional, mendorong peningkatan
produktivitas nasional, mendatangkan bantuan teknis, grant dan bantuan lain yang tidak
mengikat;
Secara Sosial Budaya : menciptakan saling pengertian antar bangsa, meningkatkan



derajat kesehatan, pendidikan, mendorong pelestarian budaya lokal dan nasional, mendorong
upaya perlindungan dan hak-hak pekerja migran; menciptakan stabilitas nasional, regional
dan internasional;
Segi kemanusiaan : mengembangkan early warning system di wilayah rawan bencana,



meningkatkan capacity building di bidang penanganan bencana, membantu proses
rekonstruksi dan rehabilitasi daerah bencana; mewujudkan citra positif Indonesia di

masyarakat internasional, dan mendorong pelestarian lingkungan hidup dan mendorong
keterlibatan berbagai pihak dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup.

Mengenai pengusulan Indonesia untuk menjadi anggota dari suatu Organisasi
Internasional diatur dalam Keputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor SK.
1042/PO/VIII/99/28/01 tentang Tata Cara Pengajuan Kembali Keanggotaan Indonesia serta
Pembayaran Kontribusi Pemerintah Indonesia pada Organisasi-Organisasi Internasional.
Menurut SK Menlu tersebut, dalam hal suatu instansi bermaksud mengusulkan
keanggotaan Indonesia pada organisasi internasional, usulan tersebut disampaikan secara tertulis
kepada menteri Luar Negeri disertai dengan penjelasan mengenai dasar usulan serta hak dan
kewajiban yang timbul dari keanggotaan itu.
Pengusulan tersebut kemudian akan dibahas oleh Kelompok Kerja Pengkaji Keanggotaan
Indonesia dan Kontribusi Pemerintah Indonesia pada Organisasi-Organisasi Internasional.
Pembahasan mengenai usulan tersebut memperhatikan:
1.

Manfaat yang dapat diperoleh dari keanggotaan pada organisasi internasional yang
bersangkutan;

2.


Kontribusi yang dibayar sebagaimana yang disepakati bersama dan diatur dalam
ketentuan organisasi yang bersangkutan serta formula penghitungannya;

3.

Keanggotaan Indonesia pada suatu organisasi internasional yang emmpunyai lingkup dan
kegiatan sejenis;

4.

Kemampuan keuangan negara dan kemampuan keuangan lembaga non pemerintah.

Asian Pacific Economic Cooperation (APEC)
APEC adalah singkatan dari Asian Pacific Economic Cooperation atau Kerjasama
Ekonomi kawasan Asia dan Pasifik yang didirikan pada tahun 1989 di Canberra, Australia.
APEC didirkan untuk mengukuhkan perekonomian dan mempererat hubungan Negara di
kawasan Asia Pasifik.
APEC adalah forum utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan,
kerjasama dan investasi di kawasan Asia Pasifik.

APEC merupakan satu-satunya pemerintahan antarkelompok di dunia yang beroperasi
atas dasar komitmen yang tidak mengikat, dialog terbuka dan slaing menghormati pandangan
dari semua peserta.
Latar belakang berdirinya APEC :
Perubahan dalam konstelasi politik dunia seperti munculnya berbagai kelompok
perdagangan regional yang bersifat tertutup dan cenderung membedakan kedudukan negaranegara Asia Pasifik dalam bidang perdagangan dan investasi. Contoh dari kerja sama regional itu
antara lain NAFTA (North American Free Trade Area) atau kerja sama ekonomi negara-negara
Amerika Utara
Adanya dinamika proses globalisasi. Dinamika ini berdampak sangat luas dan terjadi
secara global di seluruh belahan bumi, termasuk kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itulah,
negara-negara di kawasan ini dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian lewat perubahan
struktur ekonomi agar tidak merugikan mereka. Perubahan ini kemudian mendorong
perekonomian

negar-negara

(interdependensi).

di


kawasan

Asia

Pasifik

menjadi

saling

tergantung

Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan Putaran Uruguay. Kekhawatiran
tersebut sempat menimbulkan ketidakpastian atas masa depan perekonomian dunia
Adanya perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang terjadi dan berlangsung di
Uni Soviet dan Eropa Timur.
Negara-negara anggota APEC meliputi 3 kawasan yaitu
ASIA : Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, China, Hong Kong, Jepang,
Taiwan dan Korea Selatan
AUSTRALIA : Australia, New Zealand dan Papua Nugini

AMERIKA : USA, Kanada, Chile dan Meksiko

Tujuan pendirian APEC
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) I APEC di Canberra tahun 1989, telah
disepakati bahwa APEC merupakan forum konsultasi yang longgar tanpa memberikan
“Mandatory Consequences” kepada para anggota-nya. Dari kesepakatan yang diperoleh dalam
pertemuan

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa APEC

memiliki

dua


tujuan

utama:

1. Mengupayakan terciptanya liberalisasi perdagangan dunia melalui pembentukan sistem
perdagangan multilateral yang sesuai dengan kerangka GATT dalam rangka memajukan proses
kerja sama ekonomi Asia Pasifik dan perampungan yang positif atas perundingan Putaran
Uruguay.
2. Membangun kerja sama praktis dalam program-program kerja yang difokuskan pada kegiatankegiatan yang menyangkut penyelenggaraan kajian-kajian ekonomi, liberalisasi perdagangan,
investasi, alih teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia.

Sesuai kepentingannya, APEC telah mengembangkan suatu forum yang lebih besar
substansinya dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun masyarakat Asia Pasifik dengan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang merata melalui kerja sama perdagangan dan
ekonomi.

Pada pertemuan informal yang pertama para pemimpin APEC di Blake Island, Seattle,
Amerika Serikat tahun 1993, ditetapkan suatu visi mengenai masyarakat ekonomi Asia Pasifik
yang didasarkan pada semangat keterbukaan dan kemitraan; usaha kerja sama untuk
menyelesaikan tantangan-tantangan dari perubahan-perubahan; pertukaran barang, jasa, investasi

secara bebas; pertumbuhan ekonomi dan standar hidup serta pendidikan yang lebih baik, serta
pertumbuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

PEMBAHASAN

Kebijakan Luar Negeri Indonesia dengan APEC
Di forum APEC, penegasan posisi dan komitmen Indonesia atas kebijakan - kebijakannya
sangat diperlukan karena terkait dengan agenda pembahasan yang antara lain menyangkut isu
pemberantasan terorisme, komitmen untuk memerangi korupsi, di samping pemberian prioritas

pada liberalisasi perdagangan dan investasi. Secara khusus, ada beberapa hal yang diperjuangkan
Indonesia yang terkait dengan agenda tersebut.


mengupayakan agar isu asset tracing, return of proceed of corruption, denial of safe haven
dan mutual legal assistance dapat tercermin dalam pernyataan terpisah para pmipin ekonomi
APEC mengenai antikorupsi.




mendorong ditampungnya kepentingan Indonesia seperti SMEs dan trade sustainable use of
diversity pada agenda APEC.



mendorong secara optimal pemanfaatan skema kerja sama di APEC dalam bentuk proyek
ataupun inisiatif lain untuk kepentingan Indonesia.



mendukung upaya APEC mengenai fasilitasi perdagangan dan investasi melalui penghapusan
berbagai hambatan perdagangan dan investasi pada masa datang, termasuk peningkatan
partisipasi swasta dalam inisiatif tersebut.

APEC XII berakhir dan ditandai dengan pengesahan Santiago Commitment and APEC
Course of Action on Fighting Corruption Transparency, serta Santiago Declaration: One
Community, Our Future, yang secara umum telah menampung kepentingan Indonesia.
Diakui bahwa hasil-hasil KTT APEC Santiago belum sepenuhnya menjawab seluruh
kepentingan Indonesia, misalnya isu pemberantasan korupsi--khususnya menyangkut masalah
ekstradisi--terlihat masih terdapat keengganan sejumlah anggota untuk membahasnya secara
detail pada tingkat bilateral. Belum lagi, dengan perbedaan tingkat ekonomi yang masih tajam di
antara anggota, dirasakan ada upaya anggota tertentu untuk mengajukan proposal yang hanya
menguntungkan sekelompok anggota. Juga, adanya upaya memasukkan isu-isu nonekonomi
untuk memperluas cakupan kerja sama ke bidang nonekonomi.
Pemerintah melalui peran Departemen Luar Negeri (Deplu) telah meminta seluruh
perwakilan RI di forum ekonomi APEC untuk dapat menjajaki berbagai peluang kerja sama
program capacity building, financial, dan assistance yang menjamin pelaksanaan perdagangan
yang aman

.Dalam forum APEC, delegasi RI aktif menyampaikan dan menegaskan pandangan dan
posisi Indonesia terhadap setiap permasalahan yang menjadi agenda utama pembahasan
sehubungan dengan upaya mempertahankan karakter APEC sebagai forum kerja sama ekonomi
serta masalah percepatan integrasi ASEAN, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.
Secara umum, penegasan komitmen dan posisi Indonesia pada agenda APEC dan ASEAN
tersebut telah mewarnai pembahasan dan tercermin dalam Deklarasi Santiago.
Pembicaraan secara bilateral juga telah dilakukan oleh Indonesia dalam rangkaian agenda
sela pertemuan forum APEC (Santiago dan Viantiane) dengan kepala negara atau kepala
pemerintahan negara sahabat. Beberapa di antara kepala negara atau kepala pemerintahan itu
berasal dari Jepang, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, dan Rusia. Pembicaraan
dilakukan terutama untuk membahas peningkatan hubungan bilateral dengan negara-negara
tersebut, serta mengupayakan pengertian mereka terhadap berbagai pembahasan yang dihadapi
di dalam negeri, sekaligus menyampaikan pandangan Indonesia terhadap berbagai permasalahan
global. Pembicaraan itu juga memberikan penekanan perihal pentingnya tanggung jawab
bersama dan kerja sama internasional dalam menanggulangi persoalan-persoalan ketimpangan
dunia.
Secara keseluruhan, para kepala negara dan kepala pemerintahan dari negara-negara
tersebut menyambut baik dan mendukung berbagai langkah perbaikan dan reformasi yang
dilakukan Indonesia di dalam negeri. Mereka juga secara khusus menyatakan komitmennya
untuk, bersama-sama Indonesia, segera menindaklanjuti kesepakatan kerja sama bilateral di
berbagai sektor yang selama ini dipandang belum menunjukkan kemajuan berarti. Masalahmasalah pending juga dipandang strategis bagi kedua pihak.
Dalam pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat pada tanggal 20 November 2004,
misalnya telah disampaikan kesepakatan untuk melakukan peningkatan hubungan bilateral dalam
bidang kerja sama counter terrorism, pemulihan hubungan militer RI-AS, kerja sama di bidang
energi, ekonomi dan investasi di bidang pendidikan. Kesepakatan tersebut ditindaklanjuti, antara
lain dengan mengundang kalangan pengusaha AS untuk menghadiri Infrastructur Summit dan
berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur Indonesia.
Tindak lanjut terhadap hasil pembicaraan bilateral kepala negara juga dilakukan seusai
pertemuan dengan Presiden Cile (menyangkut kerja sama bidang energi untuk merealisasikan

ekspor gas ke Cile), Presiden Rusia (hubungan perdagangan dan kerja sama industri pertahanan,
antariksa, kedokteran, olah raga dan pendidikan, energi, listrik, dan counter terrorism), Perdana
Menteri Australia (perluasan kerja sama di bidang ekonomi, terutama energi, investasi dan
perdagangan). Dengan Presiden China, kesepakatan yang terjadi berupa penguatan kerja sama
ekonomi, perdagangan dan investasi dengan memperhatikan aspek komplementari dengan
prioritas lain, yaitu kerja sama LNG. Dengan PM Kanada disepakati peningkatan kerja sama
perdagangan, terutama dibukanya kembali pasar Indonesia untuk ekspor daging sapi dari
Kanada, kerja sama di bidang kelautan dan perikanan serta penigkatan investasi Kanada dan
berlanjutnya investasi PT. Inco di Soroako, Sulawesi Selatan. Sementara dengan PM Selandia
Baru dibicarakan kelanjutan proyek bantuan Selandia Baru di Indonesia.

KESIMPULAN

Keberhasilan pengelolaan kebijakan luar negeri yang telah dijalankan selama ini telah
memberikan banyak peranan yang menonjol kepada Indonesia. Peranan dan aktivitas diplomasi
Indonesia, paling tidak, ditandai oleh kemampuan untuk mempertahankan integritas wilayah
kesatuan RI dari kelompok-kelompok pro-disintegrasi dengan membangun hubungan dan kerja
sama yang semakin baik dengan negara-negara tetangga. Di sisi lain, arah interaksi yang
diciptakan Indonesia telah membantu membangun struktur hubungan baru yang belum pernah
ada sebelumnya dengan negara-negara tetangga di sebelah timur, khususnya Papua Niugini,
Australia, Selandia Baru, dan Timor Leste. Prakarsa Indonesia untuk membentuk “Southwest
Pacific Dialogue” yang melibatkan negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, Papua
Niugini, Timor Leste, dan Filipina merupakan salah satu takaran keberhasilan
dicatat.

yang layak

Bibliography
Armstrong, S. (2013, Oct 6). Indonesia Connects APEC to Regional Ambitions. Retrieved Jan 9, 2014, from
East Asia Forum: http://www.eastasiaforum.org/2013/10/06/indonesia-connects-apec-to-regionalambitions/
Banyan. (2013, Oct 6). APEC-ticism. Retrieved Jan 9, 2014, from The Economist:
http://www.economist.com/blogs/banyan/2013/10/asia-pacific-economic-co-operation
Bully, D. (2009). Ethics as Foreign Policy. Abington: Routledge.
Clews, E. (2013, Oct 31). Successfully Implementing Ethical Foreign Policy. Retrieved Jan 9, 2014, from eInternational Relations: http://www.e-ir.info/2013/10/31/successfully-implementing-ethical-foreignpolicy/

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88