Pencegahan depresi pada lanjut usia deng
Laporan Kasus Geriatri
PENCEGAHAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DENGAN
AKTIVITAS PRODUKTIF
Disusun oleh :
Adinda Nurani Putri
NPM : 110.2010.006
Bidang Kepeminatan : Geriatri
Tutor : dr. Yenni Zulhamidah, M.Sc
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
APRIL 2015
Pencegahan depresi pada lanjut usia dengan terapi okupasi
Abstrak
Latar belakang: Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering
terjadi terutama pada kalangan lanjut usia, karena berkurangnya aktivitas
rutin yang biasanya dilakukan dan juga ditandai dengan beberapa gejala
gangguan yang dialami. Ini dapat menjadi suspek kejadian depresi pada
lanjut usia. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis pencegahan
kejadian depresi dengan mengajak lanjut usia untuk melakukkan terapi yaitu
terapi okupasi.
Presentasi Kasus: Setelah melakukan wawancara kepada beberapa lanjut
usia laki-laki dan lanjut usia perempuan yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha dengan melakukan pemeriksaan psikiatrik menurut Pedoman
Pengolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) ditemukan diagnosis
kerja gangguan depresi pada dua orang lanjut usia, yang ditandai dengan
perubahan fisik, perubahan perasaan dan perubahan aktivitas sehari-hari
dengan ditemukan dua gejala utama dan tiga gejala tambahan lainnya yang
sudah dialami selama 2 pekan terakhir.
Diskusi: Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia dan
menurunkun nilai angka depresi pada lanjut usia dengan memberikan terapi
okupasi, bertujuan untuk memberdayakan lanjut usia dalam suatu aktivitas
yang sesuai dengan kondisi fisik dan psikologis masing-masing individu.
Simpulan dan Saran: Sangat dibutuhkan dukungan dari pengelola panti,
staf panti dan pemerintah daerah dalam memberdayakan dan menekan
tingginya angka depresi lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha.
Kata kunci : depresi; lanjut usia; panti tresna wredha; terapi okupasi
Latar Belakang
Dengan berjalannya waktu yang tak dapat bisa kita hentikan begitu
juga dengan bertambahnya umur yang semakin lama akan menjadi tua.
Proses penuaan yang terjadi pada lansia ini banyak berbagai hal yang
mengalami perubahan selain fisik, salah satunya tentang psikososial.
Dengan memperlihatkan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan yang
mengakibatkan beban sosial nomor empat terbesar di dunia.
Sementara itu, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia yang berusia
60 tahun ke atas akan semakin meningkat. Diperkirakan jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia tahun 2010 sebesar 23,9 juta dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta [Kemenkokesra,
2008].
Depresi pada lanjut usia disebabkan karena individu mengalami
perubahan fisik maupun mental khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan fisik bagian dari
proses penuaan yang normal seperti menurunnya ketajaman panca indera,
berkurangnya daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi orang dengan
usia lanjut. Selain itu, lanjut usia masih harus berhadapan dengan perubahan
peran, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
Kondisi tersebut menyebabkan lanjut usia (lansia) menjadi lebih rentan untuk
mengalami masalah mental [Sudoyo AW. dkk, 2009].
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis pencegahan
kejadian depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti, selain itu penulisan
ini juga bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang berperan terhadap
kejadian depresi pada lanjut usia di Panti Werdha. Diharapkan penulisa ini
dapat memberikan masukan untuk pelayanan kesehatan dan kesejahteraan
lanjut usia.
Presentasi Kasus
Tn. A berusia 63 tahun, penghuni ruang garuda, sudah berada di panti
sejak tahun 2011, sudah pernah menikah, beragama Islam, suku bangsa
Makasar, latar belakang pendidikan SMP. Tn. A pernah mempunyai hobi
bermain alat musik organ dan mempunyai kebiasaan membuat kerajinan
tangan dari bambu yang sekarang sudah tidak dilakunnya lagi karena
keterbatasan fasilitas panti. Setelah melakukan wawancara dan ditemukan
diagnosis kerja gangguan depresi pada Tn. A ditandai dengan gejala utama
kehilangan minat lalu sering terbangun dimalam hari dan makan tidak
berselera. Ditambah dengan gejala tambahan seperti kehilangan
kepercayaan diri, kesulitan berkonsentrasi, dan mengaku merasa tidak
berharga. Keadaan ini sudah Tn. A rasakan sekitar satu tahun terakhir ini.
Ny. S berusia 57 tahun, penghuni ruang flamboyan, sudah berada di
panti sejak tahun 2010, belum pernah menikah, beragama Islam, suku
bangsa Jawa, latar belakang pendidikan SD, riwayat pekerjaan Ny. S pernah
menjadi penjual aneka kue dipasar, mempunyai hobi gemar menjahit baju
dan kerajinan tangan yang dikuasai membuat boneka dari handuk. Setelah
melakukan wawancara padanya, ditemukan diagnosis kerja gangguan
depresi pada Ny. S ditandai dengan gejala utama kehilangan kegembiraan
lalu sulit untuk tidur dimalam hari dan nafsu makan yang menurun. Disertai
dengan gejala tambahan seperti bergerak lebih lambat, kehilangan
kepercayaan diri, kesulitan berkonsentrasi, dan mengaku merasa tidak
berharga. Keadaan ini sudah Ny. S rasakan sekitar 8 bulan terakhir.
Diskusi
Terapis okupasi adalah menilai dan mengobati orang yang
menggunakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah kecacatan dan
mempertahankan serta mengembangkan potensi yang ada di diri. Terapi
okupasi ini menggunakan kegiatan yang berarti ilmiah yang dipilih untuk
membantu pasien dengan berbagai masalah untuk memaksimalkan fungsi
mereka, dengan melihat dari kepeminatannya dan hal yang dikuasainya.
Salah satu program yang dapat diterapkan adalah program
Keterampilan dan Kesenian yang tujuannya untuk mengisi waktu luang bagi
lansia, meningkatkan kesehatan lansia, meningkatkan produktivitas lansia
dan meningkatkan interaksi sosial antar lansia. Terapi kerja (work therapy)
adalah terapi atau bentuk intervensi (penanganan) yang diberikan dalam
bentuk aktivitas atau kegiatan menjalankan hobi sehingga dengan kegiatan
tersebut terdapat pemaknaan diri ataupun sesuatu yang bermanfaat bagi
individu[Yuwanto L, 2013].
Simpulan
Pada kedua pasien lanjut usia yang telah diwawancara mereka
menginginkan adanya wadah untuk menyalurkan hobi dan kebiasaan mereka
yang biasa dilakukan sebelum masuk Panti Sosial Tresna Werdha. Tentunya
peran dari pangurus Panti sosial sangat berperan disini untuk menekan
angka kejadian depresi pada lanjut usia dengan merencanakan terapi
okupasi sesuai dengan kondisi fisik dan psikologis masing-masing individu
dan diharapkan dengan terapi okupasi para lanjut usia merasa bahwa dirinya
masih berpotensi sehingga mengembalikan kepercayaan diri dari masingmasing individu.
Saran
Diperlukannya pelaksanaan program terapi okupasi dengan memakai
instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi
lanjut usia. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi fisik dan psikis lanjut usia, karena hal ini sangat individual sekali, dan
apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan.
Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau
terapi yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kepada Allah SWT karena tugas laporan kasus blok elektif
ini dapat selesai. Saya ucapkan terima kasih kepada dr. Yenni Zulhamidah,
M.Sc sebagai tutor kelompok 1 geriatri yang telah memberikan bimbingan
kepada kelompok kami sehingga dapat terselesaikannya laporan kasus ini,
juga kepada dr. Hj. RW. Susilowati sebagai koordinator pelaksana blok elektif.
Selain itu, tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pengurus Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung yang telah memberikan
kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data dan tentu saja juga
untuk Tn. A dan Ny. S yang sudah bersedia untuk diwawancara. Juga untuk
kelompok 1 geriatri semoga sukses dalam meraih apa yang dicita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcus M. Depression A Global Public Health Concern.
http://www.who.int/mental_health/management/depression/.pdf
(DiaksesTanggal,14 November 2013).
2. Anonim. Standar Profesi Okupasi Terapis.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK.No.57/ttg_Standa
r_ProfesiOkupasi_Terapis.pdf (Diakses Tanggal,14 November 2013).
3. The British Occupational Therapy Association. Occupational Therapy
News, 1989.(et al)
4. Trombly CA. Historical and Social Foundation for practice. Occupational
Therapy for physical dysfunction 4th ed. 3-13. (et al)
5. Maslim, R. 2003. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III, Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya.
PENCEGAHAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DENGAN
AKTIVITAS PRODUKTIF
Disusun oleh :
Adinda Nurani Putri
NPM : 110.2010.006
Bidang Kepeminatan : Geriatri
Tutor : dr. Yenni Zulhamidah, M.Sc
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
APRIL 2015
Pencegahan depresi pada lanjut usia dengan terapi okupasi
Abstrak
Latar belakang: Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering
terjadi terutama pada kalangan lanjut usia, karena berkurangnya aktivitas
rutin yang biasanya dilakukan dan juga ditandai dengan beberapa gejala
gangguan yang dialami. Ini dapat menjadi suspek kejadian depresi pada
lanjut usia. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis pencegahan
kejadian depresi dengan mengajak lanjut usia untuk melakukkan terapi yaitu
terapi okupasi.
Presentasi Kasus: Setelah melakukan wawancara kepada beberapa lanjut
usia laki-laki dan lanjut usia perempuan yang berada di Panti Sosial Tresna
Werdha dengan melakukan pemeriksaan psikiatrik menurut Pedoman
Pengolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) ditemukan diagnosis
kerja gangguan depresi pada dua orang lanjut usia, yang ditandai dengan
perubahan fisik, perubahan perasaan dan perubahan aktivitas sehari-hari
dengan ditemukan dua gejala utama dan tiga gejala tambahan lainnya yang
sudah dialami selama 2 pekan terakhir.
Diskusi: Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia dan
menurunkun nilai angka depresi pada lanjut usia dengan memberikan terapi
okupasi, bertujuan untuk memberdayakan lanjut usia dalam suatu aktivitas
yang sesuai dengan kondisi fisik dan psikologis masing-masing individu.
Simpulan dan Saran: Sangat dibutuhkan dukungan dari pengelola panti,
staf panti dan pemerintah daerah dalam memberdayakan dan menekan
tingginya angka depresi lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha.
Kata kunci : depresi; lanjut usia; panti tresna wredha; terapi okupasi
Latar Belakang
Dengan berjalannya waktu yang tak dapat bisa kita hentikan begitu
juga dengan bertambahnya umur yang semakin lama akan menjadi tua.
Proses penuaan yang terjadi pada lansia ini banyak berbagai hal yang
mengalami perubahan selain fisik, salah satunya tentang psikososial.
Dengan memperlihatkan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan yang
mengakibatkan beban sosial nomor empat terbesar di dunia.
Sementara itu, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia yang berusia
60 tahun ke atas akan semakin meningkat. Diperkirakan jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia tahun 2010 sebesar 23,9 juta dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta [Kemenkokesra,
2008].
Depresi pada lanjut usia disebabkan karena individu mengalami
perubahan fisik maupun mental khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan fisik bagian dari
proses penuaan yang normal seperti menurunnya ketajaman panca indera,
berkurangnya daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi orang dengan
usia lanjut. Selain itu, lanjut usia masih harus berhadapan dengan perubahan
peran, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
Kondisi tersebut menyebabkan lanjut usia (lansia) menjadi lebih rentan untuk
mengalami masalah mental [Sudoyo AW. dkk, 2009].
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis pencegahan
kejadian depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti, selain itu penulisan
ini juga bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang berperan terhadap
kejadian depresi pada lanjut usia di Panti Werdha. Diharapkan penulisa ini
dapat memberikan masukan untuk pelayanan kesehatan dan kesejahteraan
lanjut usia.
Presentasi Kasus
Tn. A berusia 63 tahun, penghuni ruang garuda, sudah berada di panti
sejak tahun 2011, sudah pernah menikah, beragama Islam, suku bangsa
Makasar, latar belakang pendidikan SMP. Tn. A pernah mempunyai hobi
bermain alat musik organ dan mempunyai kebiasaan membuat kerajinan
tangan dari bambu yang sekarang sudah tidak dilakunnya lagi karena
keterbatasan fasilitas panti. Setelah melakukan wawancara dan ditemukan
diagnosis kerja gangguan depresi pada Tn. A ditandai dengan gejala utama
kehilangan minat lalu sering terbangun dimalam hari dan makan tidak
berselera. Ditambah dengan gejala tambahan seperti kehilangan
kepercayaan diri, kesulitan berkonsentrasi, dan mengaku merasa tidak
berharga. Keadaan ini sudah Tn. A rasakan sekitar satu tahun terakhir ini.
Ny. S berusia 57 tahun, penghuni ruang flamboyan, sudah berada di
panti sejak tahun 2010, belum pernah menikah, beragama Islam, suku
bangsa Jawa, latar belakang pendidikan SD, riwayat pekerjaan Ny. S pernah
menjadi penjual aneka kue dipasar, mempunyai hobi gemar menjahit baju
dan kerajinan tangan yang dikuasai membuat boneka dari handuk. Setelah
melakukan wawancara padanya, ditemukan diagnosis kerja gangguan
depresi pada Ny. S ditandai dengan gejala utama kehilangan kegembiraan
lalu sulit untuk tidur dimalam hari dan nafsu makan yang menurun. Disertai
dengan gejala tambahan seperti bergerak lebih lambat, kehilangan
kepercayaan diri, kesulitan berkonsentrasi, dan mengaku merasa tidak
berharga. Keadaan ini sudah Ny. S rasakan sekitar 8 bulan terakhir.
Diskusi
Terapis okupasi adalah menilai dan mengobati orang yang
menggunakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah kecacatan dan
mempertahankan serta mengembangkan potensi yang ada di diri. Terapi
okupasi ini menggunakan kegiatan yang berarti ilmiah yang dipilih untuk
membantu pasien dengan berbagai masalah untuk memaksimalkan fungsi
mereka, dengan melihat dari kepeminatannya dan hal yang dikuasainya.
Salah satu program yang dapat diterapkan adalah program
Keterampilan dan Kesenian yang tujuannya untuk mengisi waktu luang bagi
lansia, meningkatkan kesehatan lansia, meningkatkan produktivitas lansia
dan meningkatkan interaksi sosial antar lansia. Terapi kerja (work therapy)
adalah terapi atau bentuk intervensi (penanganan) yang diberikan dalam
bentuk aktivitas atau kegiatan menjalankan hobi sehingga dengan kegiatan
tersebut terdapat pemaknaan diri ataupun sesuatu yang bermanfaat bagi
individu[Yuwanto L, 2013].
Simpulan
Pada kedua pasien lanjut usia yang telah diwawancara mereka
menginginkan adanya wadah untuk menyalurkan hobi dan kebiasaan mereka
yang biasa dilakukan sebelum masuk Panti Sosial Tresna Werdha. Tentunya
peran dari pangurus Panti sosial sangat berperan disini untuk menekan
angka kejadian depresi pada lanjut usia dengan merencanakan terapi
okupasi sesuai dengan kondisi fisik dan psikologis masing-masing individu
dan diharapkan dengan terapi okupasi para lanjut usia merasa bahwa dirinya
masih berpotensi sehingga mengembalikan kepercayaan diri dari masingmasing individu.
Saran
Diperlukannya pelaksanaan program terapi okupasi dengan memakai
instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi
lanjut usia. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi fisik dan psikis lanjut usia, karena hal ini sangat individual sekali, dan
apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan.
Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau
terapi yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kepada Allah SWT karena tugas laporan kasus blok elektif
ini dapat selesai. Saya ucapkan terima kasih kepada dr. Yenni Zulhamidah,
M.Sc sebagai tutor kelompok 1 geriatri yang telah memberikan bimbingan
kepada kelompok kami sehingga dapat terselesaikannya laporan kasus ini,
juga kepada dr. Hj. RW. Susilowati sebagai koordinator pelaksana blok elektif.
Selain itu, tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pengurus Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung yang telah memberikan
kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data dan tentu saja juga
untuk Tn. A dan Ny. S yang sudah bersedia untuk diwawancara. Juga untuk
kelompok 1 geriatri semoga sukses dalam meraih apa yang dicita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcus M. Depression A Global Public Health Concern.
http://www.who.int/mental_health/management/depression/.pdf
(DiaksesTanggal,14 November 2013).
2. Anonim. Standar Profesi Okupasi Terapis.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK.No.57/ttg_Standa
r_ProfesiOkupasi_Terapis.pdf (Diakses Tanggal,14 November 2013).
3. The British Occupational Therapy Association. Occupational Therapy
News, 1989.(et al)
4. Trombly CA. Historical and Social Foundation for practice. Occupational
Therapy for physical dysfunction 4th ed. 3-13. (et al)
5. Maslim, R. 2003. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III, Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya.