Gangguan mental pada penderita HIV AIDS

BAB I
PENDAHULUAN
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu gangguan
yang disebabkan oleh infeksi virus human immunodeficiency virus (HIV).
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1981. dari analisis specimen yang
didapatkan pada orang yang meninggal sebelum tahun tersebut. Di Amerika
kasus pertama terjadi pada musim panas tahun 1981. Pada saat itu mulai
dilaporkan adanya Pneumonia Pneumocystic Carinii dan Sarcoma Kaposi pada
seorang pria muda yang menderita homoseksual dan penurunan kekebalan. (1)
Infeksi HIV adalah pandemic global, dengan laporan kasus dari hampir
setiap negara. Pada akhir tahun 2013, diperkirakan sekitar 35 juta individu yang
hidup dengan infeksi HIV, menurut Joint United Nations Programme on
HIV/AIDS (UNAIDS). Sekitar 95% orang yang mengidap HIV/AIDS berada
pada negara low income dan middle income; 50% adalah wanita dan 3,2 juta
penderita adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun. Di Asia dan Pasifik,
diperkirakan 4,8 juta orang yang mengidap HIV pada akhir 2013. Di wilayah ini
dunia, prevalensi HIV tertinggi di negara-negara Asia tenggara. Di antara negaranegara di Asia, hanya Thailand yang memiliki tingkat prevalensi dewasa diatas
1%. (1)
HIV/AIDS adalah penyebab kematian dan kecacatan yang signifikan,
khususnya di negara yang berpendapatan rendah dan menengah. Kesehatan
mental dan HIV/AIDS sangat berkaitan erat; gangguan mental, termasuk

gangguan akibat penggunaan zat, dapat meningkatkan resiko HIV/AIDS, dan
begitupula dengan gangguan mental yang terjadi merupakan akibat langsung dari
infeksi HIV. (2)
Tingkat prevalensi gangguan jiwa pada orang dengan HIV di rawat inap
dan rawat jalan telah dilaporkan antara 5% dan 23%, dibandingkan dengan
kisaran 0,3% sampai 0,4% pada populasi umum di Amerika Serikat selama

1

periode waktu tertentu. Beberapa studi telah melaporkan faktor risiko perilaku
untuk penularan HIV berkisar antara 30% dan 60% dari orang-orang dengan
penyakit mental yang berat. (2)
HIV / AIDS memberikan beban psikologis yang signifikan. Orang dengan
HIV sering menderita depresi dan anxietas karena mereka menyesuaikan diri
dengan dampak dari diagnosisnya dan menghadapi kesulitan hidup dengan
penyakit kronis yang mengancam jiwa, misalnya tingkat harapan hidup yang
rendah , rejimen terapi yang rumit, stigmatisasi, dan hilangnya dukungan sosial,
keluarga atau teman-teman. Infeksi HIV dapat dikaitkan dengan risiko tinggi
bunuh diri atau mencoba bunuh diri.
Terlepas dari dampak psikologis, infeksi HIV memiliki efek langsung pada

sistem saraf pusat, dan menyebabkan komplikasi neuropsikiatri termasuk
ensefalopati HIV, depresi, mania, gangguan kognitif, dan demensia. Bayi dan
anak-anak dengan infeksi HIV lebih mungkin untuk mengalami defisit pada motor
dan perkembangan kognitif. (2)

2

BAB II
PEMBAHASAN
I.

DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat

menyebabkan terjadinya AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). HIV
mempengaruhi system imun, khususnya CD4 atau Tcell. HIV ada di dalam
darah, air mani, cairan leher rahim dan vagina, dan, pada tingkat lebih rendah,
dalam air liur, air mata, air susu ibu, dan cairan serebrospinal dari mereka
yang terinfeksi.(3)
HIV paling sering ditularkan melalui hubungan seksual atau

transfer darah yang terkontaminasi dari satu orang ke orang lain. Hubungan
seks (anal dan vaginal) yang tidak memakai kondom adalah kegiatan seksual
yang paling mungkin untuk menularkan virus. Kehadiran penyakit menular
seksual, seperti herpes atau sifilis, atau lesi lain yang merusak integritas kulit
atau mukosa, lebih lanjut meningkatkan risiko penularan. Penularan juga
terjadi melalui paparan jarum terkontaminasi, sehingga akuntansi untuk
tingginya insiden infeksi HIV di kalangan pengguna narkoba.
Setelah seseorang terinfeksi HIV, virus menargetkan T4 (helper)
limfosit, juga disebut CD4 + limfosit, dimana virus tersebut berikatan karena
glikoprotein (gp120) pada permukaan virus memiliki afinitas tinggi untuk
reseptor CD4 pada limfosit T4. Setelah terikat, virus dapat menyuntikkan
RNA nya ke dalam limfosit yang terinfeksi, di mana RNA ditranskripsi
menjadi DNA oleh aksi reverse transcriptase. DNA yang dihasilkan kemudian
dapat dimasukkan ke dalam gen sel inang. Setelah protein virus telah
diproduksi oleh limfosit, berbagai komponen virus menyatu, dan virus matang
baru dihasilkan dari sel inang. Meskipun proses tersebut dapat menyebabkan
lisis dari limfosit, mekanisme patofisiologis HIV lainnya secara bertahap dapat
menonaktifkan seluruh complement limfosit T4.(4)

3


II.

HIV CLINICAL STAGING
Saat ini sistem klasifikasi US CDC untuk infeksi HIV dan AIDS

mengkategorikan orang atas dasar kondisi klinis yang berhubungan dengan
infeksi HIV dan pengukuran limfosit CD4 + T. Kasus HIV dikonfirmasi dapat
diklasifikasikan dalam salah satu dari lima tahap infeksi HIV (0, 1, 2, 3, atau
tidak diketahui). Jika ada tes HIV negatif dalam waktu 6 bulan dari diagnosis
infeksi HIV pertama, termasuk adalam stage 0, dan tetap 0 sampai 6 bulan
setelah diagnosis. Penyakit lanjut HIV (AIDS) diklasifikasikan sebagai tahap 3
jika satu atau lebih spesifik penyakit oportunistik telah didiagnosis. Jika tidak,
stage ditentukan dengan hasil tes CD4 dan kriteria imunologi. Jika tidak ada
kriteria ini berlaku (misalnya, karena informasi tentang hasil tes CD4 hilang),
stage adalah U (tidak diketahui).(5)
Primary HIV Infection




Asymptomatic

Clinical Stage 1




Acute Retroviral Syndrome
Asymptomatic



Persistent



Lymphadenopathy
Penurunan berat badan (10%
dari berat badan)




Diare kronis (lebih dari 1 bulan)
4



Demam

(menetap

atau

intermitten, lebih dari 1 bulan)


Candidiasis oral




Leukoplakia oral



Tuberculosis paru



Infeksi bakteri berat (pneumonia,
empyema,

pyomyositis,

meningitis)


Acute

necrotizing


stomatitis,

ulcerative
gingivitis,

periodontitis


Anemia (

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22