Integrasi Pendekatan SAVI Melalui Demons
INTEGRASI PENDEKATAN SAVI MELALUI METODE
DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATAN HASIL
PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPA
Dosen Pengampu : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd
Disusun oleh :
Munari, S.Pd.I
12020160006
PROGRAM PASCASARJANA
ILMU PENDIDIKAN DASAR ISLAM
IAIN SALATIGA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kenyataan sehari
hari sering kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan
metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya,
hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan
keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu.
Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan
sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian
tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Fakta lapangan para guru hanya memberikan materi
secara konvensional atau dengan metode ceramah saja sehingga pembelajaran sangat monoton.
Hal inilah yang membuat siswa sering merasa jenuh di kelas ketika belajar. Sehingga guru
harus dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dengan menggunakan berbagai teknik yang
didasari pengertian yang mendalam dari guru agar dapat memperbesar motivasi dan minat belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Usaha meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya IPA maka setiap guru harus berusaha menerapkan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan pokok
bahasan
sehingga
suasana
belajar
akan
menyenangkan dan menarik minat siswa, sehingga informasi yang diberikan guru akan terekam
dengan baik dalam memori setiap siswa.
Salah satu pendekatan
pembelajaran yang mencoba mengoptimalkan semua indera
peserta didik berdasarkan aktivitas dan berpusat pada siswa adalah pendekatan SAVI. Meier
menyatakan, pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan semua penggunaan alat indra.
Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI adalah somatik, auditori, visual, dan intelektual. (Rika :
2013, hal. 3)
Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji pendekatan SAVI dan
mencoba mengintegrasikannya dengan dengan metode pembelajaran, maka penulis membuat
makalah dengan judul: Integrasi Pendekatan SAVI Melalui Metode Demonstrasi Untuk
Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar .
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.
Hakikat Belajar dan Mengajar IPA
Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu, yang
disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan, tanggapan, bawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat.
Pendapat lain diungkapkan oleh Piaget yang dikutip Darmodjo (2008:14), piaget mengemukakan
bahwa, tidak ada belajar tanpa perbuatan. Hal ini disebabkan perkembangan intelektual anak
yang perkembangannya dipengaruhi langsung oleh keterlibatannya secara fisik dan mental
dengan lingkungannya.
Hal ini sesuai dengan beberapa prinsip umum tentang belajar yang bertujuan agar siswa dapat
belajar secara optimal dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
2.
Pengertian mengajar
Engkoswara (1984:1) mengemukakan bahwa: (1) Mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan atau ilmu pengetahuan dari seseorang guru kepada murid-muridnya. (2) Mengajar
ialah menanamkan sikap dan nilai nilai, pengetahuan dan keterampilan dasar diri seseorang
yang telah mengetahui dan menguasainya kepada seseorang. (3) Mengajar adalah membimbing
seseorang atau kelompok orang supaya belajar berhasil.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pada prinsipnya mengajar adalah
membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau usaha dalam proses kependidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta rancangan untuk
mempermudah belajar.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa membutuhkan kesempatan untuk
berkomunikasi, baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya oleh karena itu
seyogianya guru sebagai penyelenggara pembelajaran atau kegitan belajar mengajar dapat
memikirkan dan mengupayakan terjadinya interaksi siswa dengan komponen-komponen lain
yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti tujuan, materi, metode alat/media pembelajaran,
siswa dan guru, maupun dengan lingkungan sekitar secara optimal.
Selain itu guru juga berkewajiban umtuk memikirkan bagaimana cara atau teknik penyajian
materi pelajaran supaya dapat diserap dan diterima siswa secara optimal pula. Salah satu cara atau
2
teknik penyajian materi pelajaran supaya dapat diserap dan terima secara optimal yaitu dengan
cara pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta materi yang disampaikan
dalam kegiatan belajar mengajar.
3.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dasar yang sudah
berkembang pesat, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mendasari untuk
mencari tau tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep,
prinsip-prinsip, dan memiliki sifat ilmiah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah
dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, oleh karena itu
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat berhasil dengan optimal apabila nilai
profesionalisme guru dalam pembelajaran dianggap cukup memadai. Didalam prakteknya
pembelajaran di sekolah dasar setiap guru seyogianya menguasai berbagai bahan ajar, mengetahui
secara utuh kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar dan
menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena
itu seyogianya seorang guru dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang
mampu memanfaatkan lingkungan terutama yang ada di kelas yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar.
B.
Pengertian Metode dan Pendekatan
Metode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam
perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu
pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses
tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran
lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari
beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan.
Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan
lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode
didkusi dan metode ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang
guru ketika akan memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut. Pada awalnya ia
memilih pendekatan lingkungan, berarti ia akan menggunakan lingkungan sebagai fokus
pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran lingkungan siswa akan
memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah tercemar atau tidak. Untuk
merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam
pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan
3
mengakhiri pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk
mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.
C.
1.
Pendekatan SAVI
Pengertian Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI adalah pendekatan berbasis kontruktivis yang menekankan bahwa belajar
harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Dikatakan berbasis konstruktivis
karena bersifat membangun. Tujuan dari pembelajaran konstruktivis ini ditentukan pada
bagaimana belajar,
yaitu
menciptakan
pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif
produk dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk berpikir dan berpikir ulang lalu
mendemonstrasikan (Riyanto; 2010). Sehingga tidak berlebihan kalau logo dari pendekatan
SAVI tampak seperti di bawah ini.
Istilah SAVI adalah kependekan dari, Somatic artinya gerakan tubuh (aktivitas fisik)
dimana
belajar
dengan
mengalami dan melakukan; Auditory bermakna belajar melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan
menanggapi; Visualization berarti belajar menggunakan
membaca,
indra
mata
melalui mengamati,
menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy bermakna belajar menggunakan kemampuan berpikir, menggunakan konsentrasi
pikiran
dan berlatih menggunakannya
melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Unsurunsur SAVI di atas sangat berpotensi untuk melatih keterampilan IPA, karena di dalam
pembelajaran SAVI tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), tetapi juga
memanfaatkan gerak tubuh (hands-on). Pendekatan SAVI juga berpotensi mengatasi keragaman
tipe belajar siswa yang ada di kelas. Masing- masing peserta didik dalam suatu kelas pada
dasarnya
memiliki
kecenderungan gaya belajar berbeda-beda dalam memahami materi
pelajaran. Melalui pendekatan SAVI siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains
siswa dengan gaya belajar mereka seperti somatic, auditory, visual, dan intelektual (Meier; 2002).
4
Untuk memperjelas dapat melihat bagan di bawah ini;
Sedangkan menurut Suyatno, pendekatan pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki peserta
didik. Dalam pendekatan pembelajaran SAVI terdapat 4 komponen sebagai ciri khas dari
pendekatan pembelajaran ini yaitu Somatic, Auditory, Visual dan Intelektual.
Somatic adalah gerakan
tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan
melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam
proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi.
Visual adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui
mengamati, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga.
Intelectual adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui
bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan. (Suyatno: 2010,
hal.65)
2.
Kerangka Pembelajaran SAVI
Berbeda dengan model pembelajaran konvensional, pembelajaran model SAVI sangat
mengutamakan aktivitas dan peran siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran SAVI dinyatakan
belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalaman serta keluasan pribadi. (Hardian: 2009)
Tahapan dalam pendektan SAVI dibagi menjadi 4 tahap, yaitu;
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar. Secara spesifik meliputi hal:
5
a) memberikan sugesi positif
g) menciptakan lingkungan sosial yang
positif
memberi h) menenangkan rasa takut
b)memberikan pernyataan yang
manfaat kepada siswa
c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna i) menyingkirkan hambatan-hambatan
belajar
d) membangkitkan rasa ingin tahu
k) merangsang rasa ingin tahu siswa
e) menciptakan lingkungan fisik yang positif
j) banyak bertanya dan mengemukakan
berbagai masalah
f) menciptakan lingkungan emosional yang l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak
positif
awal.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan
cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya
belajar.
Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a) uji coba kolaboratif dan berbagi f) aneka macam cara untuk disesuaikan
pengetahuan
dengan seluruh gaya belajar
b) pengamatan fenomena dunia nyata
g) proyek belajar berdasar kemitraan dan
berdasar tim
c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan,
berkelompok)
d) presentasi interaktif
i) pengalaman belajar di dunia nyata yang
kontekstual
e) grafik dan sarana yang presentasi berwarna- j) pelatihan memecahkan masalah
warni
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan
dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a) aktivitas pemrosesan siswa
g) refleksi dan artikulasi individu
b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan h) dialog berpasangan atau berkelompok
atau usaha kembali
c) simulasi dunia-nyata
i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif
e) pelatihan aksi pembelajaran
k) mengajar balik
d) permainan dalam belajar
f) aktivitas pemecahan masalah
j) aktivitas praktis membangun keterampilan
6
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat.
Hal hal yang dapat dilakukan adalah:
a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang e) pelatihan terus menerus
segera
b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
f) umpan balik dan evaluasi kinerja
d) materi penguatan prsesi
h) perubahan organisasi dan lingkungan yang
c) aktivitas penguatan penerapan
D.
1.
g) aktivitas dukungan kawan
mendukung
Metode Demonstrasi
Pengertian Metode Demonstrasi
Winarno (1980: 87) mengemukakan bahwa, metode demonstrasi adalah adanya seorang
guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperhatikan suatu proses kepada seluruh kelas.
Moedjiono dan Mohamad (1992: 72) mengemukakan bahwa, demonstrasi adalah suatu
penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau
prosedur yang digunakan. Selanjutnya Canei, (1986: 38) mengungkapkan bahwa, metode
demonstrasi ditandai dengan penjelasan, ilustrasi dan pernyataan lisan (oral), atau
peragaan (visual) secara tepat. Dari batasan ini nampak bahwa metode ini ditandai adanya
kesengajaan untuk mempertunjukan tindakan atau penggunaan prosedur yang ditandai
penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan maupun visual. Syaiful dan Aswan (2006:90)
memberikan definisi tentang metode demonstrasi yaitu, Cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan.
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan
metode-metode mengajar lainnya. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan
agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata atau tiruan.
Metode demonstrasi ini sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu
gerakan-gerakan, suatu proses maupum hal-hal yang bersifat rutin. Metode demonstrasi
memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu 30% dalam proses penerimaan materi oleh siswa,
seperti terlihat pada bagan di bawah ini.
7
Dengan metode demonstrasi siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati
segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan
yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal hal yang
didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah dan melalui prosdur yang benar dan dapat
pula dimengerti materi yang diajarkan.
2.
Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran, untuk ikut mempraktikan atau memperagakan materi yang sedang dibahas.
Dengan penerapan metode demonstrasi diharapkan siswa lebih memahami konsep pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan melekat dalam daya pikir dan daya nalar mereka. Hal ini
sesuai dengan pendapat rusffendi (1993:304 ) yang mengungkapkan bahwa, orang dapat
menerima materi hanya 20 % dari apa yang yang didengar, 50 % dari apa yang dilihat, dan 75 %
dari apa yang dilakukan atau diperbuat. Selain itu juga dikuatkan oleh bagan di bawah ini.
Dari pernyataan tersebut diatas belajar dari berbuat dan melakukan akan lebih berhasil
dibandingkan dengan hanya melihat atau mendengarkan saja, hal ini yang menjadi sebab dan
alasan penerapan metode demonstrasi dipergunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di Sekolah Dasar. alasan lain penerapan metode demonstrasi diterapkan di sekolah
dasar adalah sebagai berikut:
a) Tingkat perkembangan berpikir anak berbeda
Karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode demonstrasi dapat
memperkecil kemungkinan kesalahan bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau
8
mendengar penjelasan saja. Karena dengan penerapan metode demonstrasi dapat memberikan
gambaran konkret yang memperjelas perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya.
b) Materi yang dipelajari tidak semua sama
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak lepas dari kegiatan praktikum, sehingga siswa
seyogianya mampu mempraktikan atau memperagakan materi yang dipelajari untuk lebih
memperjelas, berbeda dengan materi pelajaran lainnya, yang tidak tergantung dalam kegiatan
parktikum. Oleh kerena itu penerapan metode demonstrasi sangat di butuhkan untuk
menunjang keberhasilan belajar siswa.
c)
Tipe belajar individu yang berbeda-beda
Tipe visual: orang yang bertipe ini lebih
mudah belajar dengan melihat dan
menyaksikan, baik secara langsung maupun
melalui alat, dalam hal ini penerapan metode
demonstrasi sebaiknya dapat digunakan.
Tipe motorik : orang yang bertipe ini lebih
mudah belajar dengan melakukan langsung.
Dalam hal ini penerapan metode
demonstrasi, latihan atau praktikum
sebaiknya banyak digunakan
Tipe Auditif: orang yang bertipe ini lebih Tipe campuran : tipe ini belajar memerlukan
mudah belajar dengan mendengarkan, dalam kombinasi atau campuran dan tipe-tipe
hal ini siswa yang bertipe auditif tidak perlu belajar tersebut di atas.
terlalu banyak menggunakan metode
demonstrasi, akan tetapi siswa akan lebih
memahami lagi dan lebih melekat kedalam
daya pikir anak ketika menggunakan
penerapan metode demonstrasi.
Hal ini sangat sejalan dengan konsep pendekatan pembelajaran SAVI sehingga keduanya saling
menguatkan dan sinergitas.
3.
Kelebihan Metode Demonstrasi
Dengan penerapan metode demonstrasi siswa akan terhindar dari kesalah pahaman konsep
dari hasil membaca atau mendengarkan saja, adapun kelebihan metode demonstarasi antara lain;
a. Melibatkan siswa dalam kegiatan demonstrasi, sehingga memberikan kemungkinan yang besar
bagi para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung.
b. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para
siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepada hal tersebut. Dengan kata lain,
perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.
c. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui
selama penerapan metode demonstrasi berjalan.
9
4.
Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui peningkatan metode demonstrasi
membantu siswa untuk aktif dan kreatif sejalan dengan pendekatan SAVI. Oleh karena itu
penerapan metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarakan keterampilan tangan dimana
gerakan-gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari ataupun untuk mengajarkan
hal-hal yang bersifat runut kepada siswa sekolah dasar, dengan kata lain metode demonstrasi
bertujuan unuk mengajarkan keterampilan-fisik yang sesuai dengan perkembangan berpikir siswa
sekolah dasar.
Berangkat dari pemikiran di atas dapat didefinisikan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) melalui penerapan metode demonstrasi bagi siswa sekolah dasar adalah untuk
mengaktifkan semua indera peserta didik (SAVI), antara lain:
a) Untuk membangkitkan kreativitas anak, seorang guru perlu memberikan kebebasan dan
pengawasan dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) guru dapat mengajar siswa sekolah dasar tentang suatu tindakan, proses atau
prosdur keterampilan-keterampilan fisik atau motorik (somatik).
b) Mengembangkan kemampuan pengamatan (visual) pendengaran dan penglihatan (auditory)
para siswa secara bersama-sama.
c) Mengkonkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa (intelectual).
5.
Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakai metode demonstrasi adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan penerapan metode demonstrasi, meliputi :
1) Mengkaji kesesuaian metode terhadap 2) Mencoba
peralatan
dan
analisis
tujuan yang akan dicapai
kebutuhan waktu
3) Menganalisis kebutuhan peralatan untuk 4) Merancang garis-garis besar demonstrasi
demonstrasi
b. Pelaksanaan penerapan metode demonstrasi meliputi :
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi
2) Memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa mengikuti
demostrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan intruksi keamanan demonstrasi
3) Memeragakan tindakan, proses, atau prosedur yang disertai penjelasan, Ilustrasi, dan
pernyataan
10
c. Tindak lanjut penerapan metode demonstrasi meliputi :
1) Diskusi tentang tindakan, proses, atau prosedur yang baru saja didemonstrasikan
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah
didemonstrasikan
Dalam proses pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi, siswa perlu mendapat
waktu yang cukup lama untuk memperhatikan suatu yang didemonstrasikan itu. Dalam
demonstrasi, terutama dalam rangka mengebangkan sikap, guru perlu merencanakan pendekatan
secara lebih berhati-hati dan ia memerlukan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan
berpikir siswa.
Maka dari pembahasan diatas dapat kita pahami bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di tingkat sekolah dasar pada hampir semua materi lebih efektif dengan pendekatan SAVI
melalui metode demonstrasi, dimana kegiatan belajar yang dilakukan guru tidak hanya bersifat
pada aktivitas guru semata, melainkan seperangkat aktivitas yang memungkinkan peserta didik
aktif di dalamnya. Sehingga diharapkan siswa tidak hanya mampu memahami pelajaran tetapi
juga memahami tahapan konsep keilmuan dalam demonstrasi yang meliputi; mengamati,
menanya, mencoba/mendemontrasikan, menalar dan mengkomunikasikan. Selain itu
pendekatan SAVI (somatic, auditory, visual, dan intelektual ) sangat linear jika diterapkan melalui
metode demontrasi, karena metode pembelajaran demonstrasi menyentuh ke-empat aspek yang
ada pada konsep SAVI. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan pembelajaran IPA di sekolah
dasar akan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran jika menerapkan pendekatan
SAVI melalui metode demonstrasi, meskipun tentunya akan selalu membutuhkan evaluasi untuk
perbaikan kedepannya.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran memegang peranan penting dalam
keberhasilan pembelajaran. Tidak semestinya siswa selalu menjadi objek kambing hitam ketika
terjadi kegagalan pembelajaran, karena bisa jadi guru memegang peranan dalam kegagalan
tersebut. Kegagalan pembelajaran selama ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal dapat
disebabkan karena penggunaan metode yang tidak tepat oleh guru.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang cenderung konvensional dan verbalism
membuat siswa kurang maksimal dalam memahami materi bahkan tidak jarang terjadi miss
understanding sehingga berbuah kesalah pahaman konsep keilmuan. Salah satu pendekatan dan
metode yang sepatutnya dipahami dan diketahui seorang pendidik untuk meningkatkan hasil
pembelajaran siswa adalah pendekatan SAVI melalui metode demonstrasi, karena selain sesuai
dengan tahap perkembangan siswa, pendekatan SAVI sangat cocok dengan model pembelajar
para siswa yang multivariat. Masa usia sekolah dasar adalah masa aktif dan siswa belum matang
konsep bahasa-nya, sehingga pembelajaran yang cenderung verbalism dan pasif akan
memungkinkan munculnya kebosanan dan miss conception selama pembelajaran. Yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Maka pendekatan SAVI melalui metode
demonstrasi memberikan jalan pilihan sebagai solusi agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan
efisen.
Saran
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka seyogianya ;
1) Guru memahami dan menguasai metode pembelajaran yang tepat
2) Guru menggunakan pendekatan dan metode yang tepat menyesuaikan karakter mata
pelajaran & siswa
3) Guru menggunakan pendekatan dan metode dengan tetap memperhatikan
kemampuannya
4) Penggunaan pendekatan SAVI dan metode demonstrasi melalui persiapan dan tahapan
yang matang
5) Pendekatan SAVI dan metode demonstrasi tidak hanya sekedar mengaktifkan siswa tetapi
juga membangun konsep keilmuan siswa secata sistematis dan sistemik.
12
6) Guru senantiasa melakukan pengembangan dan modifikasi terhadap metode pembelajaran
sehingga tercipta metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Wallahu A lam
13
DAFTAR PUSTAKA
Henny, S. Pendekatan Somatic, Auditory, Visually, Intelectually (SAVI) Terhadap Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi Anak Tunarungu Di SDLB Bina Bangsa Sidoarjo , Jurnal Pendidikan
Khusus. 2014
Kurnia, Ingridwati. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Lapono, Nabisi. Belajar dan Pembelajaran SD. Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Meier, Dave. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program
Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa. 2005.
Munawaroh, Isniatun & Sungkono. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD . Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Natih, Nena dkk. Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual And Intellectual (SAVI)
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No.1 Kuta . Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja: tth.
Nova, Kusmayuda dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Savi Berorientasi Keterampilan Proses Sains
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula . Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja: tth.
Nur Azizah, dkk. Penerapan Pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual Pada Materi
Sumber Energi Bunyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa , Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.
1,2016.
Rika, M.K.
Penerapan Pendekatan Savi (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Pada Materi
Pencemaran Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII di SMP Wahidin Kota Cirebon . IAIN
Syekh Nurjati Cirebon: 2013.
Riyanto. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas
V di MI Al-Hidayah Ngadirojo Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 . STAIN
Salatiga: 2014.
Slamet, Adeng. Praktikum IPA . Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
14
Sugiyanto. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. 2008.
Sutrisno, Leo & Kartono. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Departemen Pendidikan Nasional,
2008.
Warta&Riana. Alternatif Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa SD/MI Jurnal Pendidikan Dasar UPI, Nomor: 14 - Oktober 2010.
15
DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATAN HASIL
PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPA
Dosen Pengampu : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd
Disusun oleh :
Munari, S.Pd.I
12020160006
PROGRAM PASCASARJANA
ILMU PENDIDIKAN DASAR ISLAM
IAIN SALATIGA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kenyataan sehari
hari sering kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan
metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya,
hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan
keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu.
Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan
sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian
tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Fakta lapangan para guru hanya memberikan materi
secara konvensional atau dengan metode ceramah saja sehingga pembelajaran sangat monoton.
Hal inilah yang membuat siswa sering merasa jenuh di kelas ketika belajar. Sehingga guru
harus dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dengan menggunakan berbagai teknik yang
didasari pengertian yang mendalam dari guru agar dapat memperbesar motivasi dan minat belajar
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Usaha meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya IPA maka setiap guru harus berusaha menerapkan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan pokok
bahasan
sehingga
suasana
belajar
akan
menyenangkan dan menarik minat siswa, sehingga informasi yang diberikan guru akan terekam
dengan baik dalam memori setiap siswa.
Salah satu pendekatan
pembelajaran yang mencoba mengoptimalkan semua indera
peserta didik berdasarkan aktivitas dan berpusat pada siswa adalah pendekatan SAVI. Meier
menyatakan, pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan semua penggunaan alat indra.
Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI adalah somatik, auditori, visual, dan intelektual. (Rika :
2013, hal. 3)
Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji pendekatan SAVI dan
mencoba mengintegrasikannya dengan dengan metode pembelajaran, maka penulis membuat
makalah dengan judul: Integrasi Pendekatan SAVI Melalui Metode Demonstrasi Untuk
Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar .
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.
Hakikat Belajar dan Mengajar IPA
Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu, yang
disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan, tanggapan, bawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat.
Pendapat lain diungkapkan oleh Piaget yang dikutip Darmodjo (2008:14), piaget mengemukakan
bahwa, tidak ada belajar tanpa perbuatan. Hal ini disebabkan perkembangan intelektual anak
yang perkembangannya dipengaruhi langsung oleh keterlibatannya secara fisik dan mental
dengan lingkungannya.
Hal ini sesuai dengan beberapa prinsip umum tentang belajar yang bertujuan agar siswa dapat
belajar secara optimal dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
2.
Pengertian mengajar
Engkoswara (1984:1) mengemukakan bahwa: (1) Mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan atau ilmu pengetahuan dari seseorang guru kepada murid-muridnya. (2) Mengajar
ialah menanamkan sikap dan nilai nilai, pengetahuan dan keterampilan dasar diri seseorang
yang telah mengetahui dan menguasainya kepada seseorang. (3) Mengajar adalah membimbing
seseorang atau kelompok orang supaya belajar berhasil.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pada prinsipnya mengajar adalah
membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau usaha dalam proses kependidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta rancangan untuk
mempermudah belajar.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa membutuhkan kesempatan untuk
berkomunikasi, baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya oleh karena itu
seyogianya guru sebagai penyelenggara pembelajaran atau kegitan belajar mengajar dapat
memikirkan dan mengupayakan terjadinya interaksi siswa dengan komponen-komponen lain
yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti tujuan, materi, metode alat/media pembelajaran,
siswa dan guru, maupun dengan lingkungan sekitar secara optimal.
Selain itu guru juga berkewajiban umtuk memikirkan bagaimana cara atau teknik penyajian
materi pelajaran supaya dapat diserap dan diterima siswa secara optimal pula. Salah satu cara atau
2
teknik penyajian materi pelajaran supaya dapat diserap dan terima secara optimal yaitu dengan
cara pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta materi yang disampaikan
dalam kegiatan belajar mengajar.
3.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dasar yang sudah
berkembang pesat, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mendasari untuk
mencari tau tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep,
prinsip-prinsip, dan memiliki sifat ilmiah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah
dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, oleh karena itu
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat berhasil dengan optimal apabila nilai
profesionalisme guru dalam pembelajaran dianggap cukup memadai. Didalam prakteknya
pembelajaran di sekolah dasar setiap guru seyogianya menguasai berbagai bahan ajar, mengetahui
secara utuh kurikulum mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar dan
menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena
itu seyogianya seorang guru dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang
mampu memanfaatkan lingkungan terutama yang ada di kelas yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar.
B.
Pengertian Metode dan Pendekatan
Metode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam
perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu
pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses
tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran
lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari
beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan.
Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan
lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode
didkusi dan metode ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang
guru ketika akan memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut. Pada awalnya ia
memilih pendekatan lingkungan, berarti ia akan menggunakan lingkungan sebagai fokus
pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran lingkungan siswa akan
memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah tercemar atau tidak. Untuk
merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam
pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan
3
mengakhiri pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk
mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.
C.
1.
Pendekatan SAVI
Pengertian Pendekatan SAVI
Pendekatan SAVI adalah pendekatan berbasis kontruktivis yang menekankan bahwa belajar
harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Dikatakan berbasis konstruktivis
karena bersifat membangun. Tujuan dari pembelajaran konstruktivis ini ditentukan pada
bagaimana belajar,
yaitu
menciptakan
pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif
produk dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk berpikir dan berpikir ulang lalu
mendemonstrasikan (Riyanto; 2010). Sehingga tidak berlebihan kalau logo dari pendekatan
SAVI tampak seperti di bawah ini.
Istilah SAVI adalah kependekan dari, Somatic artinya gerakan tubuh (aktivitas fisik)
dimana
belajar
dengan
mengalami dan melakukan; Auditory bermakna belajar melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan
menanggapi; Visualization berarti belajar menggunakan
membaca,
indra
mata
melalui mengamati,
menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy bermakna belajar menggunakan kemampuan berpikir, menggunakan konsentrasi
pikiran
dan berlatih menggunakannya
melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Unsurunsur SAVI di atas sangat berpotensi untuk melatih keterampilan IPA, karena di dalam
pembelajaran SAVI tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), tetapi juga
memanfaatkan gerak tubuh (hands-on). Pendekatan SAVI juga berpotensi mengatasi keragaman
tipe belajar siswa yang ada di kelas. Masing- masing peserta didik dalam suatu kelas pada
dasarnya
memiliki
kecenderungan gaya belajar berbeda-beda dalam memahami materi
pelajaran. Melalui pendekatan SAVI siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains
siswa dengan gaya belajar mereka seperti somatic, auditory, visual, dan intelektual (Meier; 2002).
4
Untuk memperjelas dapat melihat bagan di bawah ini;
Sedangkan menurut Suyatno, pendekatan pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki peserta
didik. Dalam pendekatan pembelajaran SAVI terdapat 4 komponen sebagai ciri khas dari
pendekatan pembelajaran ini yaitu Somatic, Auditory, Visual dan Intelektual.
Somatic adalah gerakan
tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan
melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam
proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi.
Visual adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui
mengamati, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga.
Intelectual adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui
bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan. (Suyatno: 2010,
hal.65)
2.
Kerangka Pembelajaran SAVI
Berbeda dengan model pembelajaran konvensional, pembelajaran model SAVI sangat
mengutamakan aktivitas dan peran siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran SAVI dinyatakan
belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalaman serta keluasan pribadi. (Hardian: 2009)
Tahapan dalam pendektan SAVI dibagi menjadi 4 tahap, yaitu;
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar. Secara spesifik meliputi hal:
5
a) memberikan sugesi positif
g) menciptakan lingkungan sosial yang
positif
memberi h) menenangkan rasa takut
b)memberikan pernyataan yang
manfaat kepada siswa
c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna i) menyingkirkan hambatan-hambatan
belajar
d) membangkitkan rasa ingin tahu
k) merangsang rasa ingin tahu siswa
e) menciptakan lingkungan fisik yang positif
j) banyak bertanya dan mengemukakan
berbagai masalah
f) menciptakan lingkungan emosional yang l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak
positif
awal.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan
cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya
belajar.
Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a) uji coba kolaboratif dan berbagi f) aneka macam cara untuk disesuaikan
pengetahuan
dengan seluruh gaya belajar
b) pengamatan fenomena dunia nyata
g) proyek belajar berdasar kemitraan dan
berdasar tim
c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan,
berkelompok)
d) presentasi interaktif
i) pengalaman belajar di dunia nyata yang
kontekstual
e) grafik dan sarana yang presentasi berwarna- j) pelatihan memecahkan masalah
warni
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan
dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a) aktivitas pemrosesan siswa
g) refleksi dan artikulasi individu
b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan h) dialog berpasangan atau berkelompok
atau usaha kembali
c) simulasi dunia-nyata
i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif
e) pelatihan aksi pembelajaran
k) mengajar balik
d) permainan dalam belajar
f) aktivitas pemecahan masalah
j) aktivitas praktis membangun keterampilan
6
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat.
Hal hal yang dapat dilakukan adalah:
a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang e) pelatihan terus menerus
segera
b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
f) umpan balik dan evaluasi kinerja
d) materi penguatan prsesi
h) perubahan organisasi dan lingkungan yang
c) aktivitas penguatan penerapan
D.
1.
g) aktivitas dukungan kawan
mendukung
Metode Demonstrasi
Pengertian Metode Demonstrasi
Winarno (1980: 87) mengemukakan bahwa, metode demonstrasi adalah adanya seorang
guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperhatikan suatu proses kepada seluruh kelas.
Moedjiono dan Mohamad (1992: 72) mengemukakan bahwa, demonstrasi adalah suatu
penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau
prosedur yang digunakan. Selanjutnya Canei, (1986: 38) mengungkapkan bahwa, metode
demonstrasi ditandai dengan penjelasan, ilustrasi dan pernyataan lisan (oral), atau
peragaan (visual) secara tepat. Dari batasan ini nampak bahwa metode ini ditandai adanya
kesengajaan untuk mempertunjukan tindakan atau penggunaan prosedur yang ditandai
penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan maupun visual. Syaiful dan Aswan (2006:90)
memberikan definisi tentang metode demonstrasi yaitu, Cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan.
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan
metode-metode mengajar lainnya. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan
agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata atau tiruan.
Metode demonstrasi ini sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu
gerakan-gerakan, suatu proses maupum hal-hal yang bersifat rutin. Metode demonstrasi
memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu 30% dalam proses penerimaan materi oleh siswa,
seperti terlihat pada bagan di bawah ini.
7
Dengan metode demonstrasi siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati
segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan
yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal hal yang
didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah dan melalui prosdur yang benar dan dapat
pula dimengerti materi yang diajarkan.
2.
Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran, untuk ikut mempraktikan atau memperagakan materi yang sedang dibahas.
Dengan penerapan metode demonstrasi diharapkan siswa lebih memahami konsep pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan melekat dalam daya pikir dan daya nalar mereka. Hal ini
sesuai dengan pendapat rusffendi (1993:304 ) yang mengungkapkan bahwa, orang dapat
menerima materi hanya 20 % dari apa yang yang didengar, 50 % dari apa yang dilihat, dan 75 %
dari apa yang dilakukan atau diperbuat. Selain itu juga dikuatkan oleh bagan di bawah ini.
Dari pernyataan tersebut diatas belajar dari berbuat dan melakukan akan lebih berhasil
dibandingkan dengan hanya melihat atau mendengarkan saja, hal ini yang menjadi sebab dan
alasan penerapan metode demonstrasi dipergunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di Sekolah Dasar. alasan lain penerapan metode demonstrasi diterapkan di sekolah
dasar adalah sebagai berikut:
a) Tingkat perkembangan berpikir anak berbeda
Karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode demonstrasi dapat
memperkecil kemungkinan kesalahan bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau
8
mendengar penjelasan saja. Karena dengan penerapan metode demonstrasi dapat memberikan
gambaran konkret yang memperjelas perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya.
b) Materi yang dipelajari tidak semua sama
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak lepas dari kegiatan praktikum, sehingga siswa
seyogianya mampu mempraktikan atau memperagakan materi yang dipelajari untuk lebih
memperjelas, berbeda dengan materi pelajaran lainnya, yang tidak tergantung dalam kegiatan
parktikum. Oleh kerena itu penerapan metode demonstrasi sangat di butuhkan untuk
menunjang keberhasilan belajar siswa.
c)
Tipe belajar individu yang berbeda-beda
Tipe visual: orang yang bertipe ini lebih
mudah belajar dengan melihat dan
menyaksikan, baik secara langsung maupun
melalui alat, dalam hal ini penerapan metode
demonstrasi sebaiknya dapat digunakan.
Tipe motorik : orang yang bertipe ini lebih
mudah belajar dengan melakukan langsung.
Dalam hal ini penerapan metode
demonstrasi, latihan atau praktikum
sebaiknya banyak digunakan
Tipe Auditif: orang yang bertipe ini lebih Tipe campuran : tipe ini belajar memerlukan
mudah belajar dengan mendengarkan, dalam kombinasi atau campuran dan tipe-tipe
hal ini siswa yang bertipe auditif tidak perlu belajar tersebut di atas.
terlalu banyak menggunakan metode
demonstrasi, akan tetapi siswa akan lebih
memahami lagi dan lebih melekat kedalam
daya pikir anak ketika menggunakan
penerapan metode demonstrasi.
Hal ini sangat sejalan dengan konsep pendekatan pembelajaran SAVI sehingga keduanya saling
menguatkan dan sinergitas.
3.
Kelebihan Metode Demonstrasi
Dengan penerapan metode demonstrasi siswa akan terhindar dari kesalah pahaman konsep
dari hasil membaca atau mendengarkan saja, adapun kelebihan metode demonstarasi antara lain;
a. Melibatkan siswa dalam kegiatan demonstrasi, sehingga memberikan kemungkinan yang besar
bagi para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung.
b. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para
siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepada hal tersebut. Dengan kata lain,
perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.
c. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui
selama penerapan metode demonstrasi berjalan.
9
4.
Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui peningkatan metode demonstrasi
membantu siswa untuk aktif dan kreatif sejalan dengan pendekatan SAVI. Oleh karena itu
penerapan metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarakan keterampilan tangan dimana
gerakan-gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari ataupun untuk mengajarkan
hal-hal yang bersifat runut kepada siswa sekolah dasar, dengan kata lain metode demonstrasi
bertujuan unuk mengajarkan keterampilan-fisik yang sesuai dengan perkembangan berpikir siswa
sekolah dasar.
Berangkat dari pemikiran di atas dapat didefinisikan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) melalui penerapan metode demonstrasi bagi siswa sekolah dasar adalah untuk
mengaktifkan semua indera peserta didik (SAVI), antara lain:
a) Untuk membangkitkan kreativitas anak, seorang guru perlu memberikan kebebasan dan
pengawasan dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) guru dapat mengajar siswa sekolah dasar tentang suatu tindakan, proses atau
prosdur keterampilan-keterampilan fisik atau motorik (somatik).
b) Mengembangkan kemampuan pengamatan (visual) pendengaran dan penglihatan (auditory)
para siswa secara bersama-sama.
c) Mengkonkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa (intelectual).
5.
Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakai metode demonstrasi adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan penerapan metode demonstrasi, meliputi :
1) Mengkaji kesesuaian metode terhadap 2) Mencoba
peralatan
dan
analisis
tujuan yang akan dicapai
kebutuhan waktu
3) Menganalisis kebutuhan peralatan untuk 4) Merancang garis-garis besar demonstrasi
demonstrasi
b. Pelaksanaan penerapan metode demonstrasi meliputi :
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi
2) Memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa mengikuti
demostrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan intruksi keamanan demonstrasi
3) Memeragakan tindakan, proses, atau prosedur yang disertai penjelasan, Ilustrasi, dan
pernyataan
10
c. Tindak lanjut penerapan metode demonstrasi meliputi :
1) Diskusi tentang tindakan, proses, atau prosedur yang baru saja didemonstrasikan
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah
didemonstrasikan
Dalam proses pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi, siswa perlu mendapat
waktu yang cukup lama untuk memperhatikan suatu yang didemonstrasikan itu. Dalam
demonstrasi, terutama dalam rangka mengebangkan sikap, guru perlu merencanakan pendekatan
secara lebih berhati-hati dan ia memerlukan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan
berpikir siswa.
Maka dari pembahasan diatas dapat kita pahami bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di tingkat sekolah dasar pada hampir semua materi lebih efektif dengan pendekatan SAVI
melalui metode demonstrasi, dimana kegiatan belajar yang dilakukan guru tidak hanya bersifat
pada aktivitas guru semata, melainkan seperangkat aktivitas yang memungkinkan peserta didik
aktif di dalamnya. Sehingga diharapkan siswa tidak hanya mampu memahami pelajaran tetapi
juga memahami tahapan konsep keilmuan dalam demonstrasi yang meliputi; mengamati,
menanya, mencoba/mendemontrasikan, menalar dan mengkomunikasikan. Selain itu
pendekatan SAVI (somatic, auditory, visual, dan intelektual ) sangat linear jika diterapkan melalui
metode demontrasi, karena metode pembelajaran demonstrasi menyentuh ke-empat aspek yang
ada pada konsep SAVI. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan pembelajaran IPA di sekolah
dasar akan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran jika menerapkan pendekatan
SAVI melalui metode demonstrasi, meskipun tentunya akan selalu membutuhkan evaluasi untuk
perbaikan kedepannya.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran memegang peranan penting dalam
keberhasilan pembelajaran. Tidak semestinya siswa selalu menjadi objek kambing hitam ketika
terjadi kegagalan pembelajaran, karena bisa jadi guru memegang peranan dalam kegagalan
tersebut. Kegagalan pembelajaran selama ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal dapat
disebabkan karena penggunaan metode yang tidak tepat oleh guru.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang cenderung konvensional dan verbalism
membuat siswa kurang maksimal dalam memahami materi bahkan tidak jarang terjadi miss
understanding sehingga berbuah kesalah pahaman konsep keilmuan. Salah satu pendekatan dan
metode yang sepatutnya dipahami dan diketahui seorang pendidik untuk meningkatkan hasil
pembelajaran siswa adalah pendekatan SAVI melalui metode demonstrasi, karena selain sesuai
dengan tahap perkembangan siswa, pendekatan SAVI sangat cocok dengan model pembelajar
para siswa yang multivariat. Masa usia sekolah dasar adalah masa aktif dan siswa belum matang
konsep bahasa-nya, sehingga pembelajaran yang cenderung verbalism dan pasif akan
memungkinkan munculnya kebosanan dan miss conception selama pembelajaran. Yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Maka pendekatan SAVI melalui metode
demonstrasi memberikan jalan pilihan sebagai solusi agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan
efisen.
Saran
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka seyogianya ;
1) Guru memahami dan menguasai metode pembelajaran yang tepat
2) Guru menggunakan pendekatan dan metode yang tepat menyesuaikan karakter mata
pelajaran & siswa
3) Guru menggunakan pendekatan dan metode dengan tetap memperhatikan
kemampuannya
4) Penggunaan pendekatan SAVI dan metode demonstrasi melalui persiapan dan tahapan
yang matang
5) Pendekatan SAVI dan metode demonstrasi tidak hanya sekedar mengaktifkan siswa tetapi
juga membangun konsep keilmuan siswa secata sistematis dan sistemik.
12
6) Guru senantiasa melakukan pengembangan dan modifikasi terhadap metode pembelajaran
sehingga tercipta metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Wallahu A lam
13
DAFTAR PUSTAKA
Henny, S. Pendekatan Somatic, Auditory, Visually, Intelectually (SAVI) Terhadap Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi Anak Tunarungu Di SDLB Bina Bangsa Sidoarjo , Jurnal Pendidikan
Khusus. 2014
Kurnia, Ingridwati. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Lapono, Nabisi. Belajar dan Pembelajaran SD. Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Meier, Dave. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program
Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa. 2005.
Munawaroh, Isniatun & Sungkono. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD . Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Natih, Nena dkk. Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual And Intellectual (SAVI)
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No.1 Kuta . Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja: tth.
Nova, Kusmayuda dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Savi Berorientasi Keterampilan Proses Sains
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula . Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja: tth.
Nur Azizah, dkk. Penerapan Pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual Pada Materi
Sumber Energi Bunyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa , Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.
1,2016.
Rika, M.K.
Penerapan Pendekatan Savi (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Pada Materi
Pencemaran Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII di SMP Wahidin Kota Cirebon . IAIN
Syekh Nurjati Cirebon: 2013.
Riyanto. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas
V di MI Al-Hidayah Ngadirojo Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 . STAIN
Salatiga: 2014.
Slamet, Adeng. Praktikum IPA . Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
14
Sugiyanto. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. 2008.
Sutrisno, Leo & Kartono. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Departemen Pendidikan Nasional,
2008.
Warta&Riana. Alternatif Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa SD/MI Jurnal Pendidikan Dasar UPI, Nomor: 14 - Oktober 2010.
15