10 pyndick monopoli monopsoni .doc
MONOPOLI DAN MONOPSONI
By: Pyndick
Monopoli dan monopsoni, adalah subyek dari pembahasan bagian ini,
keduanya dikenal sebagai sesuatu yang berbalikan (berlawanan) dengan pasar
persaingan sempurna. Monopoli adalah pasar dimana terdapat hanya satu penjual
akan tetapi dengan banyak pembeli1. Monopsoni adalah kebalikannya, yaitu pasar
dimana terhadap banyak penjual akan tetapi hanya satu pembeli. Monopoli dan
monopsoni keduanya adalah terkait erat, sehingga hal inilah yang menjadi alasan
keduanya dibahas dalam bagian ini.
Bagian pertama akan didiskusikan perilaku monopoli (perusahaan yang
melakukan monopoli)2. Hal ini perlu diperhatikan karena monopolis adalah titik
asal dari produk, di sisi lain hal ini akan menentukan kurva permintaan yang
terjadi pasar. Kurva permintaan pasar ini berhubungan dengan tingkat harga,
dimana tingkat harga tersebut ditentukan oleh monopolis dgn mengatur jumlah
produk yang dijual. Ulasan selanjutnya akan dapat dicermati bagaimana
monopolis dapat memiliki keuntungan untuk mengontrol harga pada tingkat harga
yang lebih tinggi, bagaimana tingkat keuntungan maksimum yang akan diperoleh
dan jumlah yang akan dijual, dimana hal ini berbeda dengan yang berlaku (terjadi)
di pasar persaingan sempurna.
Umumnya, jumlah yang ditawarkan pelaku monopoli akan lebih sedikit
dan harga harganya lebih tinggi daripada jumlah dan harga dalam pasar
persaingan. Dalam hal ini masyarakat akan terbebani biaya karena lebih sedikit
konsumen membeli produk tersebut dan bagi konsumen yang membeli harus
membayar lebih tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan hukum (undang-undang
anti monopoli) menentang (melarang) perusahaan-perusahaan melakukan pratikpraktik monolopi di pasar3.
1
Pasar monopoli (monopoly) adalah pasar dengan pengusaha tunggal, sehingga tidak
dimungkinkan terjadinya substitusi yang sempurna terhadap komoditas yang ditawarkan oleh si
pengusaha monopoli (monopolis).
2
Di dalam hal ini yang perlu menjadi catatan penting adalah, perlu dibedakan akan antara
pengusaha (monopolist) dengan penjual (seller). Bahwasanya pada pasar monopoli
pengusahasanya adalah tunggal, akan tetapi penjualnya bisa banyak. Oleh karena itu monopolis
tersebut tidak memiliki pesaing, dimana ia akan menetapkan kebijakan harga jual (price maker)
komoditas yang dihasilkan, kuantitas produksi komoditas yang dihasilkan, serta kebijakankebijakan lainnya terkait dengan pasar.
3
Secara umum perusahaa monopoli dikonotasikan menyandang predikat jelek, karena
dikonotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal, serta penawaran (supply)
komoditas yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan (demand) yang
sebenarnya ada, walaupun di dalam praktiknya tidak selalu demikian.
1
Monopoli murni4 (pure monopoly) jarang terjadi, tetapi dalam banyak
pasar hanya sedikit perusahaan bersaing satu sama lain. Interaksi perusahaanperusahaan dalam pasar seperti itu dapat menjadi rumit dan sering melibatkan
segi-segi permintaan strategi. Bagaimanapun perusahaan-perusahaan tersebut
mungkin akan dapat memengaruhi harga dan mungkin yang menguntungkan
adalah dengan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga marjinal.
Perusahaan-perusahaan ini memiliki kekuatan monopoli.
Monopsoni berbeda pembeli yang bersaing harga yang dibayar oleh pelaku
monopsoni bergantung pada jumlah yang dibelinya. Masalah yang dihadapi para
pelaku monopsoni adalah bagaimana menentukan jumlah yang tepat untuk
memaksimalkan keuntungan bersih dari pembelian tersebut yaitu nilai yang
diperolah dari barang dikurangi dengan uang yang dikeluarkan untuk membayar
barang tersebut.
Monopsoni murni (pure monopsoni) juga hampir tidak biasa terjadi
(ditemui), akan tetapi pada kenyataannya di sejumlah pasar dapat dijumpai sedikit
(sejumlah) pembeli dimana mereka dapat membeli barang yang lebih rendah dari
pada yang seharusnya dibayar di dalam pasar yang kompetitif. Sejumlah pembeli
yang demikian ini disebut memiliki kekuatan monopsoni (monopsony power).
Tipologinya, kondisi ini sering terjadi di pasar-pasar input produksi. Contohnya,
General Motors, sebuah perusahaan mobil raksasa di USA, memiliki kekuatan
monopoli pada pasar ban mobil, accu mobil, dan komponen perakitan lainnya.
Pada ulasan selanjutnya akan mendiskusikan terminologi dari kekuatan
monopsoni ini, ukuran-ukurannya, dan iplikasinya terhadap penetapan harga.
Kekuatan monopoli dan monopsoni adalah dua bentuk kekuatan pasar
kemampuan dari penjual atau pembeli guna mempengaruhi harga barang di pasar.
Oleh karena para penjual dan para pembeli setidaknya memiliki beberapa
kekuatan pasar (sebagaimana kenyataan yang ada/terjadi di pasar dunia), maka
diperlukan pemahaman bagaimana kekuatan pasar demikian bekerja dan
bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi para produsen dan para konsumen.
4
Bentuk pasar monopoli dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (a) pasar monopoli
murni (pure monopoly), dan (b) pasar mendekati monopoli (near monopoly). Bentuk pasar
monopoli murni adalah bentuk pasar yang monopoli yang ekstrim. Contoh di dalam konteks
Indonesia adalah: PT. PLN, Pertamina, PT. Kereta Api. Bentuk pasar yang mendekati monopoli
adalah suatu pasar yang hanya terdiri dari satu pengusaha (single producer) atau satu perusahaan
dalam suatu lokasi tertentu (daerah yang membatasi wilayah penjualan komoditas). Contoh di
dalam konteks Indonesia adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
2
10.1 Monopoli
Sebagai produsen tunggal suatu produk, pelaku monopoli berada dalam
posisi unik. Apabila pelaku monopoli memutuskan untuk menaikkan harga
produknya, ia tidak perlu kuatir mengenai pesaing yang mengenakan harga lebih
rendah, akan merebut pangsa pasar yang lebih besar dengan biaya yang
dibebankan pada pelaku monopoli tersebut. Pelaku monopoli adalah pasar dan
secara keseluruhan mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk dijual.
Akan tetapi hal ini bukan berarti perusahaan monopoli (monopolis) dapat
membebankan (menetapkan) beberapa tingkat harga yang diinginkan atau paling
tidak jika hal itu obyektif guna memaksimumkan keuntungan. Produk buku ini
sebagai sebuah contoh kasus. Prentice Hall Inc, adalah pemagang hak cetak buku
ini, dan selanjutnya memonopoli produk buku ini. Kemudian mengapa Prentice
Hall Inc menetapkan harga jual buku ini sebesar US$ 500 per eksemplar (cat.:
maksudnya adalah harganya tunggal dan mahal) ? Hal ini disengaja karena hanya
sedikit orang yang akan membelinya, dan Prentice Hall Inc bermaksud dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar (berlebih).
Guna memaksimumkan keuntungan, monopolis harus terlebih dahulu
menentukan biaya yang ditanggungnya dan karakteristik dari permintaan
pasarnya. Pengetahuan (pencermatan) terkait dengan permintaan pasar dan biaya
adalah krusial (penting) bagi keputusan secara ekonomi sebuah perusahaan
(monopolis). Melalui pengetahuan tersebut, monopolis selanjutnya memutuskan
berapa besar harus memproduksi dan menjualnya. Harga yang per unit dimana
monopolis memiliki daftarnya selanjutnya mengikuti secara langsung membentuk
kurva permintaan pasar. Setara dengan pengertian, bahwa monopolis dapat
menentukan harga, dan jumlah yang akan dijual pada harga tersebut mengikuti
bentuk kurva permintaan pasar.
Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Penerimaan rata-rata (avarege renenue) perusahaan monopoli
(monopolis)----adalah harga yang diterima dari per unit penjualan----adalah
dengan tepat terletak pada kurva permintaan pasar. Guna memilih keuntungan
maksimum dari tingkat output yang dihasilkan, monopolis perlu selalu
mengetahui penerimaan marginal-nya: tambahan penerimaan yang dihasilkan dari
penembahan 1 (satu) unit output. Guna melihat keterkaitan hubungan antara
penerimaan total, penerimaan rata-rata, dan penerimaan marginal, dapat diikuti
keberadaan performen kurva permintaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
3
Tabel 10.1
Penerimaan Total, Penerimaan Marginal, dan Penerimaan Rata-Rata
Harga
(P)
$6
5
4
3
2
1
Jumlah
Produk
(Q)
0
1
2
3
4
5
Total
Penerimaan
(R)
$0
5
8
9
8
5
Penerimaan
Marginal
(MR)
---$5
3
1
-1
-3
Penerimaan
Rata-Rata
(AR)
---$5
4
3
2
1
Terdapat pola hubungan keterkaitan: P = 6 - Q
Tabel 10.1 memperlihatkan perilaku dari penerimaan total, penerimaan
rata-rata, dan penerimaan marginal pada suatu kurva permintaan. Tercatat
penerimaan akan nol ketika harga $6: pada harga ini tidak ada yang terjual. Pada
tingkat harga $5, satu unit terjual, sehingga penerimaan total dan juga penerimaan
marginal adalah sebesar $5. Pada saat ada peningkatan jumlah yang terjual dari 1
unit ke 2 unit, penerimaan total meningkat dari $5 ke $8, penerimaan marginal
pada saat ini adalah $5. Pada saat jumlah yang terjual meningkat dari 2 unit ke 3
unit, penerimaan marginal turun menjadi $1. Ketika jumlah yang terjual
meningkat dari 3 unit ke 4 unit, penerimaan marginial menjadi negatif. Ketika
penerimaan marginal bernilai positif, penerimaan (penerimaan total) meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah output yang terjual. Akan tetapi ketika
penerimaan marginal bernilai negatif, penerimaan (penerimaan total) mengalami
penurunan dengan semakin ditambahnya output yang terjual.
Apabila slop kurva permintaan mengarah ke bawah, harga (=penerimaan
rata-rata) adalah ’lebih besar’ dari pada penerimaan marginal, karena seluruh unit
output terjual pada tingkat harga yang sama. Jika penjualan ditingkatkan 1 unit,
harga boleh jadi akan turun. Pada kasus ini, apabila seluruh unit terjual, tidak
masuk akal apabila menambah unit output untuk dijual, dimana hal ini justru akan
menurunkan penerimaan. Dapat dicatat sebagai contoh, apa yang terjadi pada
Tabel 10.1 pada saat output yang terjual meningkat dari 1 unit ke 2 unit dan harga
turun menjadi $4. Penerimaan marginal yang sebesar $3:$4 ((penerimaan dari
penjualan ($8) dari penambahan unit output (2) = penerimaan rata-rata) adalah
lebih rendah $1 (merupakan kerugian penerimaan dari penjualan dengan harga $5
per unit yang digantikan menjadi harga $4 per unit). Dengan demikian,
penerimaan marginal ($3) adalah lebih rendah dari pada harga ($4).
4
Gambar 10.1 mengetengahkan plot penerimaan rata-rata dan penerimaan
marginal dari data pada Tabel 10.1. Kurva permintaan membentuk garis lurus, dan
di dalam kasus ini, kurva penerimaan marginal memiliki slop dua kali dari kurva
permintaan (dengan intersep yang sama)5.
Gambar 10.1 Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Perimaan rata-rata dan penerimaan marginal yang keduannya dapat ditunjukkan
oleh kurva perminaaan P = 6 – Q.
Keputusan Output Monopolis
Berapa jumlah output yang akan diproduksikan oleh perusahaan monopoli
(monopolis). Pada bagian 8 sebelumnya telah diulas guna memaksimumkan
kuntungan, sebuah perusahaan harus memformulasikan output pada tingkat
dimana penerimaan marginal adalah sama dengan biaya marginal. Inilah yang
menjadi masalah bagi monopolis. Pada Gambar 10.2, kurva permintaan pasar (D)
monopolis adalah kurva penerimaan rata-rata monopolis tersebut (AR). Hal ini
5
Jika kurva permintaan ditulis dalam bentuk fungsi harga, dimana persamaannya adalah
P = a –bQ. Total penerimaan adalah PQ = (a – bQ)Q, atau PQ = aQ – bQ2. Penerimaan marginal
(menggunakan kalkulus) adalah d(pQ)/d(Q) = a – 2bQ. Pada contoh yang telah diulas
sebelumnya P = 6 – Q dan penerimaan marginal adalah MR = 6 - 2Q. (Ini hanya sebagai
gambaran untuk perubahan kecil di dalam Q dan oleh karena itu bukanlah bukan exacly
matematika dari data Tabel 10.1).
5
menunjukkan bahwa harga per unit yang diterima oleh monopolis sebagai
(merupakan) fungsi dari tingkat output monopolis tersebut. Demikian juga tampak
kurva penerimaan marginal dengan kurva biaya rata-rata dan kurva biaya
marginal, AC dan MR, adalah berpaduan. Penerimaan marginal (AR) dan biaya
marginal (MC) keduanya berpotongan (memiliki nilai sama) ketika jumlah output
= Q*. Selanjutnya dengan mengikuti kurva permintaan, akan didapatkan tingkat
harga P* yang bersesuaian dengan jumlah output Q* tersebut.
Gambar 10.2.
Keuntungan Akan Maksimum
Jika Penerimaan Marginal (MR) = Biaya Marginal (MC)
Pada titik Q* adalah tingkat output dimana penerimaan marginal (MR) = biaya
marginal (MC). Jika perusahaan memproduksi lebih kecil output, katakanlah pada
tingkat Q1, hal ini akan mengorbankan sejumlah keuntungan. Oleh karena pada
kenyatannya masih ada penerimaan ektra (extra revenue) yang bisa didapatkan dari
tambahan setiap unit yang diproduksikan dan dijual, yaitu antara Q1 sampai dengan
Q*, walaupun biaya produksi per unitnya dari tambahan output tersebut lebih tinggi
dari tambahan penerimaan yang didapatkan dari tiap unit output tersebut.
Penambahan tingkat output dari Q* ke Q2 akan menurunkan keuntungan, karena
tambahan biaya produksi lebih tinggi dari tambahan keuntungan yang didapatkan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Q* adalah jumlah output dimana dicapai
keuntungan maksimum ? Diumpamakan monopolis berproduksi dalam jumlah
6
yang lebih kecil dari Q1 dan pada saat ini tentunya akan mendapatkan harga yang
tinggi P1. Pada Gambar 10.2 tampak penerimaan marginal (MR) melebihi biaya
marginal (MC). Apabila monopolis memproduksi lebih kecil dari Q1, maka akan
mendapatkan extra profit/keuntungan ektra (MR - MC) dan kemudian akan
meningkatkan total keuntungannya. Di dalam fakta, monopolis dapat
meningkatkan output-nya, terus-menerus menambahnya lebih banyak guna
memperoleh keuntungan sampai dengan tingkat ouput-nya di titik Q*, dimana
pada titik ini apabila terjadi tambahan 1 (satu) unit output maka tambahan
keuntungan yang didapatkan sama dengan 0 (nol). Jika output lebih kecil dari Q1
keuntungan yang diperoleh tidak maksimum, oleh karenanya monopolis akan
mengatasinya dengan mengenakan harga sangat tinggi. Apabila monopolis
memproduksi pada titik Q1 untuk menggantikan produksi pada titik Q* (semula),
pada kondisi demikian akan didapatkan total keuntungan lebih kecil, dimana
jumlah penurunannya equivalen dengan bidang (kerucut) yang dibentuk oleh
kurva penerimaan marginal (MR) yang bergerak ke bawah dan kurva biaya
marginal (MC) yang bergerak ke atas.
Gambar 10.2 menunjukkan bahwa ketika monopolis berproduksi lebih
besar dari titik Q2 juga tidak akan mendapatkan profit maksimum. Pada saat ini
biaya marginal (MC) melebihi penerimaan marginal (MR). Jika monopolis
memproduksi lebih kecil dari titik Q2, hal ini akan dapat meningkatkan total
keuntungan (oleh MC - MR). Keadaan ini disebut upaya meningkatkan
keuntungan dengan cara mengurangi (menurunkan) output, sampai dengan ouput
sebesar Q*. Meningkatnya keuntungan dengan cara menggantikan tingkat
produksi sebesar Q* dari sebelumnya sebesar Q2 adalah sebesar bidang (kerucut)
yang dibentuk oleh kurva MR yang bergerak turun ke bawah dan kurva MC yang
bergerak naik ke atas.
Secara aljabarnya, bahwa ketika Q* mencapai adalah keuntungan
maksimum didapatkan. Keuntungan π adalah berbeda dengan penerimaan dan
biaya, dimana keduanya (penerimaan dan biaya) tergantung pada Q:
π(Q) = R(Q) – C(Q)
Apabila Q meningkat mulai dari titik nol, keuntungan akan meningkat
sampai keuntungan tersebut mencapai maksimum dan selanjutnya keuntungan
mulai menurun. Kemudian upaya memaksimumkan keuntungan adalah dengan
menambah/meningkatkan Q sedikit demi sedikit sampai dengan ratio
perbadingan pertambahan keuntungan terhadap pertambahan Q mendekati nol
(i.e., ∆π/∆Q = 0). Selanjutnya;
7
∆π/∆Q = ∆R/∆Q - ∆C/∆Q = 0
Dengan demikian ∆R/∆Q adalah penerimaan marginal dan ∆C/∆Q
adalah biaya marginal. Selanjutnya kondisi keuntungan maksimum dapat diraih
atau dapat dicapai pada saat MR – MC = O, atau MR = MC.
Contoh:
Dimisalkan biaya produksi adalah:
C(Q) = 50 + Q2
Persamaan tersebut menunjukkan pengertian besarnya biaya tetap adalah
$50 dan besarnya biaya variabel adalah Q2. Diumpamakan persamaan permintaan
yang dimiliki adalah:
P(Q) = 40 – Q
Dengan menggunakan persamaan penerimaan marginal terhadap biaya
marginal maka akan dapat dibuktikan bahwa keuntungan maksimum tercapai pada
saat
Q = 10, dimana pada saat tersebut harga adalah sebesar $30.
Penyelesaian:
Persamaan Biaya: C(Q) = 50 + Q2
Persamaan Permintaan: P(Q) = 40 – Q
Biaya rata-rata: AC = C(Q)/Q = 50/Q + Q
Biaya Marginal: MC = ∆C/∆Q = 2Q
Penerimaan: R(Q) = P(Q)Q = 40Q – Q2
Penerimaan marginal: MR = ∆R/∆Q = 40 – 2Q
Keuntungan maksimum tercapai pada saat:
MR – MC = 0,
atau MR = MC
40 – 2Q = 2 Q
4Q = 40
Q = 10 unit
Harga yang terjadi: P(Q) = 40 – Q = 40 – 10 = 30
Keuntungan pada saat maksimum:
π(Q) = R(Q) – C(Q)
R(Q) = 40Q – Q2 = 40(10) – (102) = 400 – 100 = $ 300
C(Q) = 50 + Q2 = 50 + (102) = 50 +100 = $ 150
π(Q) = $ 150
8
Gambar 10.3(a) menunjukkan plot biaya, penerimaan, dan keuntungan.
Ketika suatu perusahaan memproduksi sedikit output atau tidak memproduksi
output, keuntungan adalah negatif, karena adanya biaya tetap yang dikeluarkan.
Keuntungan akan meningkat dengan meningkatnya Q, terus menerus sampai
dengan keuntungan maksimum tercapai yaitu $ 150, dimana pada saat keuntungan
maksimum tercapai ini jumlah Q* = 10 unit. Apabila ada penambahan Q setelah
tercapainya keuntungan maksimum tersebut, justru akan menurunkan keuntungan
yang dicapai. Pada titik dimana keuntungan maksimum tercapai, slop dari kurva
penerimaan dengan kurva biaya adalah ’sama’ (cat.: tangen pada garis rr’ dan cc’
keduanya pararel). Slop dari kurva penerimaan adalah ∆R/∆Q atau sebesar
penerimaan marginal,dan slop dari kurva biaya adalah ∆C/∆Q atau sebesar biaya
marginal. Oleh karena pada saat tercapai keuntungan maksimum penerimaan
marginal ’sama dengan’ biaya marginal, maka kedua slop adalah ’sama’.
Gambar 10.3(b) menunjukan hubungan antara kurva penerimaan rata-rata
dengan kurva penerimaan marginal serta kurva biaya rata-rata dan kurva biaya
marginal. Penerimaan marginal dengan biaya marginal berpotongan pada Q* =
10. Pada saat ini biaya rata-rata adalah $15 per unit dan harga adalah $ 30 per
unit. Dengan demikian keuntungan rata-rata adalah $ 30 - $ 15 = $ 15 per unit.
Oleh karena terjual 10 unit, maka keuntungan yang didapatkan sebesar (10)($ 15)
= $ 150, ditunjukkan oleh area segi empat.
Gambar 10.3
Contoh Kasus Kondisi Tercapainya Keuntungan Maksimum
Grafik bagian (a) memperlihatkan total penerimaan, biaya total, dan
keuntungan. Grafik bagian (b) menunjukkan penerimaan rata-rata dan
penerimaan marginal serta biaya rata-rata dan biaya marginal. Penerimaan
marginal adalah slop dari kurva penerimaan total dan biaya marginal adalah
slop dari kurva biaya total. Keuntungan maksimum terhadi pada saat Q* = 10
unit, pada titik dimana penerimaan marginal ’sama dengan’ biaya marginal.
Output pada titik Q* tersebut, slop dari kurva keuntungan adalah 0 (nol), dan 9
slop kurva total penerimaan dan kurva tital biaya adalah ’sama’.
Aturan (Ketatapan) sebagai Dasar Penetapan Harga
10
Telah diketahui (dari uraian sebelumnya) bahwa harga (P) dan output (Q)
akan mengalami perubahan apabila penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’
biaya marginal (MC), akan tetapi bagaimanakah menejer perusahaan dapat
memperkirakan harga (P) dan tingkat output (Q) di dalam praktiknya?
Kebanyakan menejer memiliki pengetahuan yang terbatas tetang kurva
penerimaan rata-rata (kurva-AR) dan kurva penerimaan marginal (kurva-MR)
yang ada di perusahaannya. Berkaitan dengan hal ini, mereka dapat (boleh)
menggunakan pengetahuannya tentang biaya marginal (MC) yang dimiliki oleh
perusahaan guna menghitung batas tingkat ouput tersebut (tingkat output pada
saat keuntungan maksimum). Selanjutnya terminologi tersebut dipergunakan
memperkirakan suatu kondisi dimana penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’
biaya marginal (MC) sebagai dasar aturan (ketetapan) yang dapat dipergunakan
secara mudah di dalam praktiknya.
Langkah pertama menulis kembali terminologi (ungkapan) dari
penerimaan marginal (MR);
∆R
MR =
∆(PQ)
=
∆Q
∆Q
Penerimaan ekstra (extra revenue) berasal dari peningkatan setiap unit dari
kuantitas output, ∆(PQ)/∆Q, memiliki 2 (dua) komponen (muatan):
(1) Memproduksi 1 (satu) ekstra unit dan menjualnya pada harga P memberikan
di dalam penerimaan sebesar (1)(P) = P.
(2) Akan tetapi oleh karena perusahaan memiliki slop kurva permintaan yang
mengarah ke bawah, produksi dan penjualan ekstra unit juga menghasilkan
harga yang menurun sedikit demi sedikit, ∆P/∆Q, dimana hal ini akan
menurunkan penerimaan dari semua unit yang terjual (i.e, terjadi perubahan
dalam penerimaan Q(∆P/∆Q)).
Selanjutnya;
∆P
MR = P + Q
Q
∆P
P
∆Q
= P+ P
∆Q
Diperoleh suatu kebenaran di sisi kanan persamaan dengan meletakkan
terminologi Q(∆P/∆Q) dimana pembilang dan penyebutnya sama-sama dikalikan
dengan P. Apabila diingat-ingat tentang definsi elastisitas permintaan (Ed) adalah
Ed = (P/Q) (∆Q/∆P). Selanjutnya (terkait dengan hal ini) pada dasarnya
11
(Q/P) (∆Q/∆P) tersebut ’merupakan kebalikan’ dari terminologi elastisitas
permintaan, yaitu 1/Ed, dimana terminologi ini dipergunakan pada perhitungan
tingkat output pada keuntungan maksimum:
MR = P + P(1/Ed)
Dengan demikian perusahaan secara obyektif akan memaksimumkan
keuntungan, dapat ditetapkan terminologi penerimaan marginal (MR) ’sama
dengan’ biaya marginal (MC);
P + P (1/Ed) = MC
Berdasarkan rumusan ini, akan dapat disusun rumusan sebagai berikut;
P - MC
1
= -
P
....................................................... (10.1)
Ed
Hubungan yang didapatkan ini sebagai dasar aturan penatapan harga
(cat.: penetapan harga oleh perusahaan monopolis yang dapat dipandang dalam
batas-batas yang wajar atau seharusnya). Di sebelah kiri tanda sama dengan,
(P – MC)/P, adalah besarnya nilai ’markup’ harga (kenaikan harga) yang
diberlakukan diatas biaya marginal (MC). Hubungan tersebut menyatakan bahwa
besarnya ’markup’ tersebut nilainya sama dan berbanding terbalik dengan nilai
elastisitas permintaan.. (di sini besarnya ’markup’ harga adalah bernilai positif
dan nilai elatisitas permintaan adalah negatif). Ekuivalen dengan hal tersebut,
dapat dirumuskan persamaan yang mengekspresikan kenaikan harga (P) yang dimarkup melebihi biaya marginal (MC):
MC
P =
....................................................... (10.2)
1 + (1/Ed)
Sebagai contoh, jika elastisitas permintaan (Ed) diketahui = -4 dan biaya
marginal (MC) sebesar $9 per unit, harga (P) yang seharusnya dikenakan (dalam
batas-batas wajar atau seharusnya) adalah sebesar $9/(1 – ¼) = $9/0.75 = $12 per
12
unit--------(cat.: atau dapat dikatakan harga yang dikenakan lebih tinggi 25% dari
nilai biaya marginalnya)
Pergeseran Permintaan
Pada pasar yang kompetitif, terjadi hubungan yang clear antara harga dan
jumlah penawaran. Hubungan tersebut dapat dilicermati pada Chapter 8
sebelumnya, merepresentasikan biaya marginal produksi untuk industri sebagai
sesuatu yang utuh (kompak). Kurva penawaran menyatakan berapa akan
diproduksi pada setiap tingkatan harga.
Pasar monopoli tidak memiliki kurva penawaran yang demikian. Dengan
kalimat lain dapat dikatakan, hubungan yang terjadi antara harga dan jumlah yang
diproduksi tidaklah ’one by one’ (tidak utuh/tidak kompak). Alasannya keputusan
jumlah output perusahaan monopoli (monopolis) tergantung tidak hanya pada
biaya marginal (MC) akan tetapi juga pada bentuk dari kurva permintaannya.
Sebagai hasilnya, pergeseran (shift) di dalam kurva permintaan terjadi dengan
tidak mengkuti jejak serial harga dan jumlah output dimana sebagaimana sesuai
dengan yang terjadi pada kurva penawaran yang kompetitif. Sebagai gantinya,
shift di dalam kurva permintaan dapat mempengaruhi perubahan harga dengan
tanpa ada perubahan dalam output, atau mempengaruhi perubahan output yang
terjadi dengan tanpa ada perubahan harga, atau perubahan terjadi pada keduaduanya.
Prinsip yang demikian ini sebagaimana dapat dicermati pada Gambar
10.4(a) dan 10.4(b). Di dalam kedua bagian dari gambar, kurva permintaan
diinisialkan D1, bersesuaian dengan kurva penerimaan marginal yaitu MR1, serta
initial harga dan kuantitas monopolis adalah P1 dan Q1. Di dalam Gambar 10.4(a),
kurva permintaan bergeser ke bawah dan berotasi (berputar). Kurva permintaan
dan kurva penerimaan baru yang terbentuk adalah D2 dan MR2.
Gambar 10.4 Pergeseran dalam Permintaan
Pergeseran kurva permintaan menampakkan bahwa suatu pasar monopoli
tidak memiliki kurva penawaran---i.e, dimana di sini tidak ada hubungan ’one
by one’ antara harga (P) dengan kuantitas (Q) yang diproduksi. Pada bagian
(a), kurva permintaan D1 bergeser menjadi kurva permintaan baru D2. Akan
tetapi kurva penerimaan marginal yang baru MR2 memotong kurva biaya
marginal (MC) ’pada titik yang sama’ saat marginal penerimaan yang
sebelumnya MR1 memotong kurva biaya marginal (MC). Output pada saat
keuntungan maksimum adalah tidak berubah (tetap seperti semula), walaupun
harga turun dari P1 ke P2. Pada bagian (b), kurva penerimaan marginal yang13
baru MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) pada tingkat output yang
lebih tinggi, yaitu Q2. Akan tetapi permintaan yang terjadi lebih elastis, harga
Dapat dicatat bahwa MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) pada
’titik yang sama’ dengan kurva MR1 saat memotong kurva biaya marginal (MC)
tersebut. Sebagai hasilnya, jumlah yang diproduksikan tetap sama. Akan tetapi
harga (P), turun menjadi P2.
Gambar 10.4(b), menunjukkan kurva permintaan bergeser (shift) ke atas
dan memutar (berotasi). Kurva penerimaan marginal baru MR2 memotong kurva
biaya marginal (MC), kuantitas yang lebih besar, dari Q1 menjadi Q2. Akan tetapi
shift di dalam kurva permintaan itu tidak menyebabkan harga berubah (harga tetap
sama, P1 = P2).
14
Shift kurva permintaan biasanya (pada umumnya) menyebabkan adanya
perubahan harga dan quantitas. Akan tetapi pada kasus spesial sebagai tampak
dalam Gambar 10.4 diilustrasikan sebagai perbedaan penting antara penawaran
pada monopoli dengan penawaran pada persaingan (persaingan sempurna). Suatu
industri (perusahaan) yang kompetitif akan menawarkan kuantitas yang spesifik
(tertentu pasti) pada setiap tingkatan harga. Tidak seperti hubungan untuk
monopoli, dimana tergantung pada bagaimana permintaan bergeser, boleh jadi
menyebabkan sejumlah perbedaan kuantitas pada tingkat harga yang sama, atau
kuantitas yang sama dengan harga yang berbeda.
Pengaruh Pajak
Pengenaan pajak pada output dapat juga memiliki dampak yang berbeda
pada perusahaan monopoli (monopolis) apabila dibandingkan dengan industri
yang kompetitif. Pada Chapter 9, dapat dilihat ketika suatu pajak spesifik (i.e., per
unit) dikenakan pada industri yang kompetitif, harga pasar akan naik, dimana
penambahan tingkat kenaikan harga tersebut ’lebih kecil’ dibandingkan dengan
besarnya tingkat pajak yang dibebankan tersebut, dan pembebanan pajak tersebut
dibagi (di-share) kepada produsen dan koneumen. Dibawah kendali monopoli,
bagaimanapun, harga dapat sewaktu-waktu meningkat dengan penambahan
tingkat kenaikan harga ’lebih besar’ dari tingkat nilai beban pajak yang dikenakan.
Menganalisis dampak pengenaan pajak pada perusahaan monopoli
(monopolis) adalah secara langsung. Misalnya pengenaan suatu pajak spesifik
yaitu t dollar per unit diberlakukan, maka monopilis akan memberikan t dollar per
unit tersebut kepada pemerintah dari setiap unit yang terjual. Selanjutnya, biaya
marginal (dan biaya rata-rata) akan ditingkatkan sebesar jumlah pajak yang
dikenakan tersebut.
Jika biaya marginal (MC) monopolis adalah biaya marginal yang
sebenarnya, hal tersebut akan menjadikan keputusan produksi optimal sekarang
menjadi:
MR = MC + t
Secara grafik, kurva biaya marginal (MC) bergeser (shift) ke atas sebesar
jumlah t yang dikenakan, dan mendapatkan titik perpotongan baru dengan kurva
penerimaan marginal (MR). Gambar 10.5 mengilustrasikan hal ini. Di sini P0 dan
Q0 adalah kuantitas dan harga sebelum pajak dikenakan, dan Q1 dan P1 adalah
kuantitas dan harga setelah pajak dikenakan.
15
Gambar 10.5 Dampak dari Peningakatan Pajak pada Monopolis
Dengan adanya pajak t per unit, perusahaan secara efektif akan meningkatkan
biaya marginal sebesar tambahan pengenaan pajak t tersebut menjadi MC + t.
Sebagai contoh, peningkatan pada harga sebesar ∆P yang ada adalah lebih
besar dari nilai pajak yang dikenakan.
Pergeseran kurva biaya marginal (MC) ke atas menghasilkan kuantitas
yang berkurang (lebih sedikit) dan harga yang lebih tinggi. Suatu saat harga
tingkat tambahan peningkatan harga lebih rendah dari tingkat nilai pajak yang
dikenakan, akan tetapi tidak selalu demikian ---- pada Gambar 10.5, tambahan
peningkatan harga lebih besar dari tingkat nilai pajak yang dikenakan. Kondisi
yang demikian ini tidak mungkin ada (berlangsung) di dalam pasar yang
kompetitif, akan tetapi hal ini dapat terjadi pada monopoli karena hubungan harga
(P) dan biaya marginal (MC) tergantung pada elastisitas kurva permintaan (Ed).
Diumpamakan sebagai contoh, suatu monopolis memiliki bentuk kurva
permintaan yang konstan, yaitu nilai elastisitasnya -2, dan memiliki biaya
marginal (MC) yang konstan. Persamaan (10.2) sebelumnya menyatakan bahwa
harga (P) akan sama dengan 2 (dua) kali biaya marginalnya (MC). Dengan pajak
sebesar t, biaya marginal akan meningkat menjadi MC + t, demikian pula harga
meningkat menjadi 2(MC + t) = 2MC + 2t; dimana hal ini meningkatkan 2 (dua)
16
kali nilai pajak yang dikenakan (namun bagaimanapun, keuntungan monopolis
akan turun dengan adanya pengenaan pajak).
Perusahaan dengan Banyak Pabrik
Perusahaan monopoli (monopolis) akan memaksimumkan keuntungan
melalui penentuan output pada tingkat dimana penerimaan marginal (MR) ’sama
dengan’ biaya marginal (MC). Pada beberapa perusahaan, tataran produksi
diletakkan di dalam 2 (dua) atau lebih pabrik (kegiatan produksi) yang berbeda,
dimana biaya operasionalnya juga akan dapat berbeda. Bagaimanapun, logika
akan dipergunakan untuk memilih tingkat output yang serupa (yang dapat
memberikan keuntungan maksimum) apabila diperbandingkan dengan jika
perusahaan hanya mengoperasikan satu pabrik.
Umpamanya suatu perusahaan memiliki 2 (dua) pabrik. Apa yang
sebaiknya dilakukan terhadap total output, dan berapa banyak output akan
diproduksikan pada tiap pabrik tersebut? Akan bisa didapatkan jawabannya
secara intutif dalam 2 (dua) tahap.
Tahap-1. Apapun total output, akan dibagi diantara 2 (dua) pabrik sehingga
biaya marginal (MC) adalah sama pada setiap pabrik. Apabila tidak,
perusahaan dapat menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan dengan
cara merelokasi produksinya. Sebagi contoh, apabila biaya marginal (MC)
pada pabrik-1 adalah lebih besar dari pada biaya marginal pada pabrik-2,
perusahaan dapat memproduksi output yang sama dengan total biaya yang
lebih rendah dengan cara memproduksi lebih sedikit pada pabrik-1 dan lebih
banyak pada pabrik-2.
Tahap-2. Dapat diketahui bahwa total output (dimana tercapai keuntungan
maksimum) harus pada kondisi dimana penerimaan marginal (MR) ’sama
dengan’ biaya marginal (MC). Akan tetapi, perusahaan dapat meningkatkan
keuntungannya dengan cara meningkatkan atau menurunkan total output.
Sebagai suatu contoh, dimisalkan biaya marginal (MC) adalah sama
besarnya pada pabrik-1 dan pabrik-2, akan tetapi pada kedua pabrik tersebut
penerimaan marginal (MR) ’lebih besar’ dari biaya marginalnya. Pada kasus
demikian ini, perusahaan akan memproduksi lebih banyak baik pada pabrik1 maupun pabrik-2, karena penerimaan akan didapatkan dari panambahan
tiap unit output. Ketika biaya marginal sama pada masing-masing pabrik,
dan penerimaan marginal sama denga marginal biaya marginal, dimana akan
didapatkan keuntungan maksimum, ketika penerimaan marginal ’sama
dengan’ biaya marginal pada tiap pabrik.
17
Kondisi tersebut juga dapat diturunkan dalam bentuk aljabar. Diketahui Q1
dan C1 adalah output dan biaya produksi dari pabrik-1 (kegiatan produksi-1), Q2
dan C2 adalah output dan biaya produksi untuk pabrik-2, dan Qr = Q1 + Q2
menjukkan total output perusahaan. Sehingga keuntungan adalah:
π = PQr - C1(Q1) -C2(Q2)
Perusahaan akan meningkatkan output dari tiap pabrik sampai tambahan
keuntungan dari penambahan setiap unit produksi adalah sama dengan 0 (nol).
Dimulai dengan penentuan tambahan keuntungan dari penambahan output pada
pabrik-1 sampai tambahan unit terakhir output tersebut menghasilkan keuntungan
sama dengan 0 (nol).
∆π
∆(PQr)
=
∆Q1
∆C1
-
∆Q1
= 0
∆Q1
Di sini ∆(PQr)/∆Q1 adalah penerimaan dari produksi dan penjualan lebih
dari satu unit, i.e. penerimaan marginal, MR, untuk semua output perusahaan.
Terminologi selanjutnya, ∆C1/∆Q1, biaya marginal pada pabrik-1, MC1.
Selanjutnya;
MR – MC1 = 0,
atau;
MR = MC1
Dengan cara yang sama, penentuan tambahan keuntungan dari
penambahan output pada pabrik-2 sampai tambahan unit terakhir output tersebut
menghasilkan keuntungan sama dengan 0 (nol);
MR = MC2
Dengan cara menghubungkan keduanya, dapat dicermati perusahaan akan
berproduksi pada;
MR = MC1 = MC2 ……………………………………….10.3
Gambar 10.6 mengilustrasikan suatu prinsip perusahaan dengan 2 pabrik
(atau 2 kegiatan produksi). MC1 dan MC2 adalah kurva biaya marginal dari kedua
18
pabrik tersebut. (Perlu dicatat bahwa pabrik-1 memiliki biaya marginal lebih
tinggi dari pada pabrik-2). Juga dapat dilihat ada sebuah kurva dengan label MCT.
Ini adalah total biaya marginal perusahaan dan hal ini diperoleh dengan penjumlah
secara horizontal MC1 dan MC2. Sekarang kita dapat menemukan cara
memaksimumkan keuntungan dari tingkat output Q1, Q2, dan Q2. Pertama,
ditemukan titik perpotongan dari MCT dengan MR; titik ini menunjuk pada
output total, Qr. Selanjutnya, garis horizontal dari titik yang ada pada kurva
penerimaan marginal ke arah vertikal aksis, adalah titik MR* yang merupakan
penerimaan marginal perusahaan. Perpotongan antara garis penerimaan marginal
perusahaan dengan MC1 dan MC2 akan memberikan output Q1 dan Q2, untuk 2
pabrik, sebagaimana diterminologikan pada persamaan (10.3).
Total output Qr ditentukan oleh penerimaan marginal perusahaan (dan
harga adalah P*). Q1 dan Q2, bagaimanapun, menentukan biaya marginal pasa
setiap pabrik. Oleh karenanya MCT ditentukan oleh penjumlahan secara
horizontal MC1 dan MC2, dimana dapat diketahui bahwa Q1 + Q2 = Qr.
Kemudian tingkat output akan dapat mencukupi kondisi dimana
MR = MC1 = MC2.
Gambar 10.6 Produksi dengan Dua Pabrik
Sebuah perusahaan dengan dua pabrik (kegiatan produksi) memaksimumkan
keuntungan dengan memilih tingkat output Q1 dan Q2 so dimana penerimaan
10.2
Kekuatan
marginal
MR Monopoli
(yang tergantung pada total output) ’sama dengan’ biaya
marginal setiap pabrik, MC1 dan MC2.
19
Monopoli murni jarang dijumpai. Pada umumnya di pasar tetap ada
beberapa perusahaan yang bersaing dengan lainnya. Terkait tentang bentuk-bentuk
kompetisi yang terjadi di pasar sebagaimana hal tersebut, akan diulas pada
Chapter 12 dan Chapter 13. Akan tetapi pada bagian ini (Cahpter 10), akan
dijelaskan pada Chapter 10 ini mengapa setiap perusahaan yang ada di pasar
dengan sejumlah perusahaan sepertinya memiliki bentuk slop kurva permintaan
yang miring ke bawah, dan, sebagai hasilnya, harga produk melebihi biaya
marginal.
Sebagai contoh, terdapat 4 (empat) buah perusahaan yang memproduksi
sikat gigi, dimana memiliki kurva permintaan pasar sebagaimana tampak pada
Gambar 10.7(a). Diasumsikan ke-empat perusahaan tersebut memproduksi
sejumlah 20.000 sikat gigi per hari (5000 sikat gigi per perusahaan) dan
menjualnya pada harga $ 1.50 per unit. Sebagai catatan, permintaan pasar relatif
elastis, selanjutnya dapat diverifikasi bahwa pada harga sikat gigi tersebut sebesar
$ 1.50 per unit, maka nilai elastisitas permintaan akan sebesar -1,5.
Gambar 10.7 Permintaan Sikat Gigi
Bagian (a) memperlihatkan permintaan pasar dari sikat gigi. Bagian (b)
memperlihatkan permintaan sikat gigi dari perusahaan-A. Pada tingkat harga
$ 1.50, elastisitas permintaan adalah -1,5. Perusahaan-A, bagaimanapun,
kelihatan memiliki kurva deman DA lebih elastis karena berkompetisi dengan
perusahaan yang lainnya. Pada saat harga $ 1.50, elastisitas permintaan
perusahaan-A
adalah
sebesar -6. memutuskan
Oleh karenanya
perusahaanharga
memiliki
Dimisalkan
perusahaan-A
menurunkan
guna
sejumlah kekuatan monopoli (monopoly power): Harga $ 1.50 adalah harga
meningkatkan penjualannya, apa yang akan terjadi? Guna menjawab hal ini
pada tingkat keuntungan maksimum (yang terjadi di pasar), harga tersebut
lebih besar dari biaya marginalnya (biaya marginal perusahaan-A).
20
diperlukan perncermatan bagaimana penjualan (jumlah yang dijual) akan
mempengaruhi perubahan pada harga. Dengan kata lain dapat dikatakan, perlu
diperhatikan bentuk kurva permintaannya (kurva permintaan individual
perusahaan-A), dibandingkan dengan kurva permintaan pasar sikat gigi. Suatu
ganbaran tentang kemungkinan ini dapat diicermati pada Gambar 10.7(b), dimana
kurva permintaan (indivual) DA lebih elastis dari pada kurva permintaan pasarnya.
(Pada tingkat harga $ 1.50 nilai elastisitasnya adalah -6). Perusahaan (perusahaanA) memprediksikan apabila harga ditingkatkan dari $ 1.50 menjadi $ 1.60, maka
penjualan akan turun ---- dari 5.000 menjadi 3.000 unit sikat gigi ---- karena
konsumen akan lebih banyak membeli sikat gigi dari perusahaan lain. (Apabila
semua perusahaan meningkatkan harga dari $ 1.50 menjadi $ 1.60, penjualan dari
perusahaan-A akan turun menjadi 4.500). Sebagai pertimbangannya (apabila
perusahaan-A tersebut tetapakan meningkatkan harga produknya), penjualannya
tidak akan pernah mencapai 0 (nol) sebagaimana apabila perusahaan tersebut
berada di dalam pasar persaingan sempurna (pada pasar persaingan sempurna
jumlah penjualan turun sampai dengan nol dapat saja terjadi). Dasar
pertimbangannya sebagai berikut:
Pertama, oleh karena sikat gigi yang diproduksikan oleh perusahaan-A
berbeda (lebih memiliki kekhas-an) dari pada yang diproduksikan oleh
kompetitornya, tetap banyak konsumen lebih tertarik untuk membelinya. Kedua,
apabila perusahaan lain meningkatkan harga produknya, maka perusahaan-A akan
mengantisipasi dengan cara menurunkan harga produknya dari $1.50 menjadi
$ 1.40, dimana perusahaan-A tersebut akan dapat lebih banyak menjual sikat gigit,
mencapai 7.000 sikat gigi, meningkat dari 5.000 sebelumnya. Akan tetapi
bagaimanapun hal ini juga tidak akan dapat menangkap keseluruhan pangsa pasar.
Sejumlah konsumen tetap akan memilih sikat gigi yang diproduksikan oleh
perusahaan kompetitor, dan terutama kompetitor tersebut akan menjual produknya
dengan harga yang lebih rendah.
Kurva permintaan perusahaan-A tergantung tergantung pada 2 (dua) hal,
yaitu: pada sejauh mana perbedaa produk sikat giginya dengan produk sikat gigi
kompetitornya dan pada sejauh mana keempat perusahaan sikat gigi tersebut
saling berkompetisi. Diskusi terkait dengan perbedaan produk (product
defferentiation) dan persaingan antar perusahaan ini akan dibahas pada Chapter 12
dan Chapter 19 selanjutnya. Akan tetapi sebagai poin penting di sini adalah:
Perusahaan-A memiliki bentuk kurva permintaan (kurva permintaan individual)
yang lebih elastis dari pada kurva permintaan pasarnya, akan tetapi tidak seelastis
bentuk kurva permintaan perusahaan yang berada di dalam pasar pesaingan
sempurna.
21
Dengan mengetahui kurva permintaan, berapa banyak perusahaan-A akan
memproduksi sikat gigi tersebut ? Dengan melalui prinsip yang sama: jumlah
produksi pada saat keuntungan maksimun tercapai apabila penerimaan marginal
(MR) sama dengan biaya marginal (MC). Pada Gambar 10.7(b), jumlah produksi
pada saat keuntungan maksimum tersebut tercapai adalah 5.000 unit sikat gigi.
Harga (P) yang berlaku adalah $ 1.50, dimana hal ini lebih besar dari biaya
marginalnya (MC). Di sini dapat dilihat bahwa perusahaan-A bukanlah
perusahaan monopoli murni, akan dia hanya memiliki kekuatan monopoli----hal
ini sangat menguntungkan mengingat harga yang berlaku lebih tinggi dari pada
biaya marginal yang harus dikeluarkan. Oleh sebab itu, kekuatan monopoli lebih
rendah dibandingkan jika perusahaan digerakkan oleh kompetisi dan monopoli
yang substansial.
Di sini dapat diajukan 2 (dua) pertanyaan:
(1) Bagaimana kita dapat mengukur kekuatan monopoli suatu perusahaan yang
keberadaannya berkompetisi dengan perusahaan lain? (Sejauh ini kita telah
membicarakan terkait kekuatan monopoli hanya pada batas terminologi
kualitatif).
(2) Apa saja yang menjadi sumber kekuatan monopoli, dan mengapa hal ini
membuat semua perusahaan ingin memiliki kekuatan monopoli tersebut
dihadapan perusahaan lainnya ?
Kedua pertanyaaan ini akan dijawab pada penjelasan selanjutnya, kemudian
untuk jawaban pertanyaan kedua akan lebih dapat dijawab dengan lengkap pada
Chapter 12 dan Chapter 13 selanjutnya.
Mengukur Kekuatan Monopoli
Perbedaan antara perusahaan dalam pasar persaingan dengan perusahaan
yang memiliki kekuatan monopoli: Untuk perusahaan pada pasar persaingan,
harga sama dengan biaya marginal (P = MC), akan tetapi perusahaan yang
memiliki kekuatan monopoli, harga lebih besar dari pada biaya marginal (P >
MC). Selanjutnya, sebuah cara natural guna mengukur kekuatan monopoli adalah
sebarapa besar jarak (selisih) antara tingkat harga pada keuntungan maksimum
dengan biaya marginalnya. Di dalam praktiknya, dapat dipergunakan ratio
markup harga dikurangi biaya marginal terhadap harga (dimana hal ini telah
dibicarakan pada bahasan sebelumnya). Cara pengukuran kekuatan monopoli
demikian ini diperkenalkan oleh seorang pakar ekonomi, Abba Lenner pada tahun
22
1934, selanjutnya disebut dengan index Lenner. Secara matematik dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L = (P – MC)/P
Indeks Lenner selalu memiliki nilai antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu).
Untuk perusahaan persaingan sempurna, P = MC, sehingga nilai L = 0. Oleh
karenanya semakin besar nilai L, adalah menunjukkan derajad dari kekuatan
monopoli tersebut.
Indeks kekuatan monopoli ini dapat juga mengekspresikan elastisitas
permintaan suatu perusahaan. Dengan menggunkan persamaan (10.1) dapat
diketahui:
L = (P - MC)/P = -1/Ed
Perlu diingat, bagaimanapun, bahwa Ed adalah elastisitas dari kurva
permintaan perusahaan (elastisitas dari kurva permintaan perusahaan secara
individual) dan bukanlah elastisitas kurva permintaan pasar. Pada contoh kasus
perusahaan sikat gigi sebagaimana telah dibahas sebelumnya, elastisitas
permintaan perusahaan (perusahaan-A) adalah -6,0, dan derajad kekuatan
monopoli adalah 1/6 = 0,167.
Sebagai catatan, bahwa kekuatan monopoli tidak berimplikasi kepada
besarnya keuntungan (besarnya perolehan keuntungan). Keuntungan tergantung
pada biaya rata-rata relatif terhadap harga. Perusahaan-A memiliki lebih besar
kekuatan monopoli dibanding dengan perusahaan-B akan tetapi bisa jadi memiliki
keuntungan lebih rendah oleh karena memiliki biaya rata-rata lebih tinggi.
Suatu Aturan Penetapan Harga
Pada sesi sebelumnya, kita menggunakan persamaan (10.2) untuk
menghitung harga sebagai bentuk sederhana markup diatas biaya marginal:
MC
P =
1 + (1/Ed)
Bentuk hubungan yang didapatkan ini adalah suatu aturan penetapan harga
bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli. Akan tetapi yang
perlu diingat adalah, bahwa Ed adalah elastisitas permintaan dari perusahaan dan
bukanlah elastisitas permintaan pasar.
23
Kekuatan ini untuk memantapkan elastisitas permintaan perusahaan
dibandingkan
dengan
elastisitas
pasar
karena
perusahaan
akan
mempertimbangkan bagaimana kompetitor akan bereaksi terhadap perubahan
harga. Utamanya, manager harus mengestimasi persentase perubahan unit
penjualan perusahaan akan berubah berapa persen apabila harga berubah 1(satu)
persen. Estimasi ini dapat menjadi dasar pada model formal atau pengetahuan dan
pengalaman menejer.
Dengan menggunakan estimasi elastisitas permintaan perusahaan, menejer
dapat menghitung markup yang tepat. Apabila elastisitas permintaan nilainya
relatif besar, maka markup akan relatif kecil, dan kita dapat mengatakan bahwa
perusahaan memiliki kekuatan monopoli yang relatif kecil. Sebaliknya, apabila
elastistas permintaan relatif kecil, maka markup akan relatif besar, dan perusahaan
memiliki kekuatan monopoli relatif besar. Gambar 10.8(a) dan 10.8(b)
mengilustrasikan kedua hal ini.
Gambar 10. 8 Elastsitas Permintaan dan Harga Markup
Markup (P-MC)/P sama dan berbanding terbalik dengan elastisitas
permintaan dari perusahaan. Jika elastisitas permintaan perusahaan adalah
elastis sebagaimana 10.8(a), maka markup kecil dan perusahaan memiliki
kekuatan monopoli yang kecil juga. Sebaliknya 10.8(b), elastisitas permintaan
perusahaan tidak elastis, sehingga markup besar dan perusahaan memiliki
kekuatan monopoli yang besar.
10.3 Sumber Kekuatan Monopoli
24
Mengapa beberapa perusahaan memiliki kekuatan monopoli yang besar
sedangkan yang lainnya memiliki kekuatan monopoli yang kecil atau bahkan
tidak memiliki? Apabila diingat ulasan sebelumnya, kekuatan monopoli adalah
kemampuan menetapkan harga diatas biaya marginal dan besarnya selisih antara
harga dengan biaya marginalnya tergantung pada elastistas permintaan
perusahaan. Pada persamaan (10.3) dapat dilihat bahwa, apabila kurva permintaan
memiliki elastisitas yang kecil, maka akan memiliki kekuatan monopoli yang
besar. Sebagai kesimpulan, sesuatu yang dapat menjadi faktor penentu kekuatan
monopoli perusahaan adalah elastisitas permintaan.
Ada 3 (tiga) faktor penentu elastisitas permintaan perusahaan:
(1) Elastitas permintaan pasar.
Karena elastisitas permintaan perusahaan akan cenderung sama dengan
elastisitas permintaan pasarnya, sehingga elastisitas permintaan pasar dapat
menjadi pembatas potensi kekuatan monopoli.
(2) Jumlah perusahaan di dalam pasar.
Jika terdapat sejumlah perusahaan, dimana beberapa atau satu diantaranya
dapat mempengaruhi harga secara signifikan.
(3) Interaksi antar perusahaan.
Jika hanya 2 (dua) atau 3 (tiga) perusahaan ada di pasar, setiap perusahaan
tidak mampu memiliki peluang untuk menaikkan harga cukup besar mereka
bersaing cukup agresif dan menguasai pasar sama besarnya, serta masingmasing berusaha menangkap peluang pasar sama besarnya. Maka setiap
perusahaan menjadi faktor penentu kekuatan monopoli bagi perusahaan
lainnya.
10.4 Biaya Sosial Monopoli
Pada pasar yang kompetitif, harga sama dengan biaya marginal. Sementara
itu kekuatan monopoli menetapkan harga lebih tinggi dari biaya marginal. Karena
kekuatan monopoli menghasilkan harga tinggi dan jumlah produksi kecil, hal ini
akan berdampak menurunkan konsumen surplus dan meningkatkan produsen
surplus. Kekuatan monopoli akan menyebabkan dead weigh loss (DWL) atau
menghilangkan kemakmuran yang seharusnya dapat dinikmati (terjadi karena
harga yang tinggi dan jumlah output yang kecil). Terkait dengan hal ini dapat
disimak Gambar 10.10. Besaran nilai DWL inilah yang disebut dengan biaya
sosial monopoli.
25
Gambar 10.10. Dead Weigh Loss Karena Kekuatan Monopoli
Rent Seeking
Secara praktis, biaya sosial akibat kekuatan monopoli adalah sebesar dead
weigh loss (DWL). Adanya biaya sosial yang harus ditanggung inilah, kemudian
menjadi sebuah alasan bagi perusahaan monopoli melibatkan upaya rent seeking:
yaitu membelanjakan uang dalam jumlah besar dengan tujuan untuk memelihara
atau meningkatkan kekuatan monopolinya. Rent seeking dapat dilakukan dengan
cara aktif melobi (dan melakukan kampanye) guna mendapatkan regulasi
pemerintah, dengan tujuan untuk membuat kompetitor yang potensial mengalami
kesulitan bersaing. Reen seeking yang aktif dapat dilakukan melibatkan periklanan
dan usaha legal guna menghindari kecurigaan pihak-pihak yang anti praktikpraktik monopoli.
Regulasi Harga
26
Adanya beban biaya sosial, bertentangan dengan undang-undang
persaingan, banyak merugikan masyarakat, maka pemerintah berkepantingan
untuk membuat pembatasan-pembatasan terhadap praktik-pratik monopoli.
Bentuk campur tangan pemerintah tersebut adalah berupa pengendalian dan
penetapan harga output perusahaan monopoli. Akan tetapi dalam menetapkan
tingkat harga tersebut, pemerintah juga tetap menjaga agar agar monopolis juga
tidak mengalami kerugian.
Gambar 10.11. Regulasi Harga
Sebelum ada regulasi harga monopolis berproduksi pada Qm dengan tingkat
harga Pm. Ketika pemerintah memberlakukan regulasi dengan kebijakan
ceiling price yaitu memaksakan tingkat harga pada P1 penerimaan rata-rata
dan penerimaan marginal perusahaan adalah konstan dan sama dengan P1
sebagai akibatnya output naik dari Qm ke Q1. Ketika harga turun menjadi
lebih rendah dari Pc, pada titik dimana biaya marginal berpotongan dengan
penerimaan rata-rata, maka output meningkat menjadi Qc. Pada saat Qc inilah
layaknya perudahaan berproduksi pada industri yang kompetitif.
Monopoli Alamiah
27
Regulasi harga yang sering dilakukan oleh pemerintah adalah sampai batas
monopoli alamiah. Monopoli alamiah: perusahaan dapat memproduksi
keseluruhan output yang ada di pasar dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan jika harus diproduksi oleh beberapa perusahaan kecil-kecil
(beban biaya tinggi).
Gambar 10.12 Regulation the Price of a Natural Monopoli
Sebuah perusahaan memiliki monopoli alamiah disebabkan oleh karena
memiliki sekala ekonomi (biaya rata-rata dan biaya marginal menurun) untuk
semua tingkatan output. Jika harga diregulasi menjadi Pc, perusahaan akan
merugi dan menutup bisnis. Penetapan harga pada Pr, dapat menghasilkan
keuntungan yang layak.
10.5
Monopsoni
Sejauh ini telah didiskusikan kekuatan pasar yang terfokus pada sisi
penjual. Pada bahasan ini akan diulas kekuatan pasar dari sisi pembeli. Dimana
pada dasarnya jika tidak ada banyak pembeli di dalam pasar, maka akan bisa
didapatkan kekuatan pasar yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan
keuntungan dari harga pembelian produk tersebut.
Monopsoni adalah pasar dengan hanya satu pembeli.
28
Oligopsoni adalah pasar dengan beberapa pembeli.
Kekuatan monopoli adalah kekuatan dari pembeli untuk mempengaruhi harga
barang.
Diumpamakan kita akan memutuskan berapa banyak barang untuk dibeli.
Kita dapat mengaplikasikan (menggunakan) prinsip dasar marginal ---- yaitu
membeli sejumlah unit barang sampai dengan unit terakhir barang yang dibeli
tersebut memberikan tambahan nila
By: Pyndick
Monopoli dan monopsoni, adalah subyek dari pembahasan bagian ini,
keduanya dikenal sebagai sesuatu yang berbalikan (berlawanan) dengan pasar
persaingan sempurna. Monopoli adalah pasar dimana terdapat hanya satu penjual
akan tetapi dengan banyak pembeli1. Monopsoni adalah kebalikannya, yaitu pasar
dimana terhadap banyak penjual akan tetapi hanya satu pembeli. Monopoli dan
monopsoni keduanya adalah terkait erat, sehingga hal inilah yang menjadi alasan
keduanya dibahas dalam bagian ini.
Bagian pertama akan didiskusikan perilaku monopoli (perusahaan yang
melakukan monopoli)2. Hal ini perlu diperhatikan karena monopolis adalah titik
asal dari produk, di sisi lain hal ini akan menentukan kurva permintaan yang
terjadi pasar. Kurva permintaan pasar ini berhubungan dengan tingkat harga,
dimana tingkat harga tersebut ditentukan oleh monopolis dgn mengatur jumlah
produk yang dijual. Ulasan selanjutnya akan dapat dicermati bagaimana
monopolis dapat memiliki keuntungan untuk mengontrol harga pada tingkat harga
yang lebih tinggi, bagaimana tingkat keuntungan maksimum yang akan diperoleh
dan jumlah yang akan dijual, dimana hal ini berbeda dengan yang berlaku (terjadi)
di pasar persaingan sempurna.
Umumnya, jumlah yang ditawarkan pelaku monopoli akan lebih sedikit
dan harga harganya lebih tinggi daripada jumlah dan harga dalam pasar
persaingan. Dalam hal ini masyarakat akan terbebani biaya karena lebih sedikit
konsumen membeli produk tersebut dan bagi konsumen yang membeli harus
membayar lebih tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan hukum (undang-undang
anti monopoli) menentang (melarang) perusahaan-perusahaan melakukan pratikpraktik monolopi di pasar3.
1
Pasar monopoli (monopoly) adalah pasar dengan pengusaha tunggal, sehingga tidak
dimungkinkan terjadinya substitusi yang sempurna terhadap komoditas yang ditawarkan oleh si
pengusaha monopoli (monopolis).
2
Di dalam hal ini yang perlu menjadi catatan penting adalah, perlu dibedakan akan antara
pengusaha (monopolist) dengan penjual (seller). Bahwasanya pada pasar monopoli
pengusahasanya adalah tunggal, akan tetapi penjualnya bisa banyak. Oleh karena itu monopolis
tersebut tidak memiliki pesaing, dimana ia akan menetapkan kebijakan harga jual (price maker)
komoditas yang dihasilkan, kuantitas produksi komoditas yang dihasilkan, serta kebijakankebijakan lainnya terkait dengan pasar.
3
Secara umum perusahaa monopoli dikonotasikan menyandang predikat jelek, karena
dikonotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal, serta penawaran (supply)
komoditas yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan (demand) yang
sebenarnya ada, walaupun di dalam praktiknya tidak selalu demikian.
1
Monopoli murni4 (pure monopoly) jarang terjadi, tetapi dalam banyak
pasar hanya sedikit perusahaan bersaing satu sama lain. Interaksi perusahaanperusahaan dalam pasar seperti itu dapat menjadi rumit dan sering melibatkan
segi-segi permintaan strategi. Bagaimanapun perusahaan-perusahaan tersebut
mungkin akan dapat memengaruhi harga dan mungkin yang menguntungkan
adalah dengan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga marjinal.
Perusahaan-perusahaan ini memiliki kekuatan monopoli.
Monopsoni berbeda pembeli yang bersaing harga yang dibayar oleh pelaku
monopsoni bergantung pada jumlah yang dibelinya. Masalah yang dihadapi para
pelaku monopsoni adalah bagaimana menentukan jumlah yang tepat untuk
memaksimalkan keuntungan bersih dari pembelian tersebut yaitu nilai yang
diperolah dari barang dikurangi dengan uang yang dikeluarkan untuk membayar
barang tersebut.
Monopsoni murni (pure monopsoni) juga hampir tidak biasa terjadi
(ditemui), akan tetapi pada kenyataannya di sejumlah pasar dapat dijumpai sedikit
(sejumlah) pembeli dimana mereka dapat membeli barang yang lebih rendah dari
pada yang seharusnya dibayar di dalam pasar yang kompetitif. Sejumlah pembeli
yang demikian ini disebut memiliki kekuatan monopsoni (monopsony power).
Tipologinya, kondisi ini sering terjadi di pasar-pasar input produksi. Contohnya,
General Motors, sebuah perusahaan mobil raksasa di USA, memiliki kekuatan
monopoli pada pasar ban mobil, accu mobil, dan komponen perakitan lainnya.
Pada ulasan selanjutnya akan mendiskusikan terminologi dari kekuatan
monopsoni ini, ukuran-ukurannya, dan iplikasinya terhadap penetapan harga.
Kekuatan monopoli dan monopsoni adalah dua bentuk kekuatan pasar
kemampuan dari penjual atau pembeli guna mempengaruhi harga barang di pasar.
Oleh karena para penjual dan para pembeli setidaknya memiliki beberapa
kekuatan pasar (sebagaimana kenyataan yang ada/terjadi di pasar dunia), maka
diperlukan pemahaman bagaimana kekuatan pasar demikian bekerja dan
bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi para produsen dan para konsumen.
4
Bentuk pasar monopoli dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (a) pasar monopoli
murni (pure monopoly), dan (b) pasar mendekati monopoli (near monopoly). Bentuk pasar
monopoli murni adalah bentuk pasar yang monopoli yang ekstrim. Contoh di dalam konteks
Indonesia adalah: PT. PLN, Pertamina, PT. Kereta Api. Bentuk pasar yang mendekati monopoli
adalah suatu pasar yang hanya terdiri dari satu pengusaha (single producer) atau satu perusahaan
dalam suatu lokasi tertentu (daerah yang membatasi wilayah penjualan komoditas). Contoh di
dalam konteks Indonesia adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
2
10.1 Monopoli
Sebagai produsen tunggal suatu produk, pelaku monopoli berada dalam
posisi unik. Apabila pelaku monopoli memutuskan untuk menaikkan harga
produknya, ia tidak perlu kuatir mengenai pesaing yang mengenakan harga lebih
rendah, akan merebut pangsa pasar yang lebih besar dengan biaya yang
dibebankan pada pelaku monopoli tersebut. Pelaku monopoli adalah pasar dan
secara keseluruhan mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk dijual.
Akan tetapi hal ini bukan berarti perusahaan monopoli (monopolis) dapat
membebankan (menetapkan) beberapa tingkat harga yang diinginkan atau paling
tidak jika hal itu obyektif guna memaksimumkan keuntungan. Produk buku ini
sebagai sebuah contoh kasus. Prentice Hall Inc, adalah pemagang hak cetak buku
ini, dan selanjutnya memonopoli produk buku ini. Kemudian mengapa Prentice
Hall Inc menetapkan harga jual buku ini sebesar US$ 500 per eksemplar (cat.:
maksudnya adalah harganya tunggal dan mahal) ? Hal ini disengaja karena hanya
sedikit orang yang akan membelinya, dan Prentice Hall Inc bermaksud dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar (berlebih).
Guna memaksimumkan keuntungan, monopolis harus terlebih dahulu
menentukan biaya yang ditanggungnya dan karakteristik dari permintaan
pasarnya. Pengetahuan (pencermatan) terkait dengan permintaan pasar dan biaya
adalah krusial (penting) bagi keputusan secara ekonomi sebuah perusahaan
(monopolis). Melalui pengetahuan tersebut, monopolis selanjutnya memutuskan
berapa besar harus memproduksi dan menjualnya. Harga yang per unit dimana
monopolis memiliki daftarnya selanjutnya mengikuti secara langsung membentuk
kurva permintaan pasar. Setara dengan pengertian, bahwa monopolis dapat
menentukan harga, dan jumlah yang akan dijual pada harga tersebut mengikuti
bentuk kurva permintaan pasar.
Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Penerimaan rata-rata (avarege renenue) perusahaan monopoli
(monopolis)----adalah harga yang diterima dari per unit penjualan----adalah
dengan tepat terletak pada kurva permintaan pasar. Guna memilih keuntungan
maksimum dari tingkat output yang dihasilkan, monopolis perlu selalu
mengetahui penerimaan marginal-nya: tambahan penerimaan yang dihasilkan dari
penembahan 1 (satu) unit output. Guna melihat keterkaitan hubungan antara
penerimaan total, penerimaan rata-rata, dan penerimaan marginal, dapat diikuti
keberadaan performen kurva permintaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
3
Tabel 10.1
Penerimaan Total, Penerimaan Marginal, dan Penerimaan Rata-Rata
Harga
(P)
$6
5
4
3
2
1
Jumlah
Produk
(Q)
0
1
2
3
4
5
Total
Penerimaan
(R)
$0
5
8
9
8
5
Penerimaan
Marginal
(MR)
---$5
3
1
-1
-3
Penerimaan
Rata-Rata
(AR)
---$5
4
3
2
1
Terdapat pola hubungan keterkaitan: P = 6 - Q
Tabel 10.1 memperlihatkan perilaku dari penerimaan total, penerimaan
rata-rata, dan penerimaan marginal pada suatu kurva permintaan. Tercatat
penerimaan akan nol ketika harga $6: pada harga ini tidak ada yang terjual. Pada
tingkat harga $5, satu unit terjual, sehingga penerimaan total dan juga penerimaan
marginal adalah sebesar $5. Pada saat ada peningkatan jumlah yang terjual dari 1
unit ke 2 unit, penerimaan total meningkat dari $5 ke $8, penerimaan marginal
pada saat ini adalah $5. Pada saat jumlah yang terjual meningkat dari 2 unit ke 3
unit, penerimaan marginal turun menjadi $1. Ketika jumlah yang terjual
meningkat dari 3 unit ke 4 unit, penerimaan marginial menjadi negatif. Ketika
penerimaan marginal bernilai positif, penerimaan (penerimaan total) meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah output yang terjual. Akan tetapi ketika
penerimaan marginal bernilai negatif, penerimaan (penerimaan total) mengalami
penurunan dengan semakin ditambahnya output yang terjual.
Apabila slop kurva permintaan mengarah ke bawah, harga (=penerimaan
rata-rata) adalah ’lebih besar’ dari pada penerimaan marginal, karena seluruh unit
output terjual pada tingkat harga yang sama. Jika penjualan ditingkatkan 1 unit,
harga boleh jadi akan turun. Pada kasus ini, apabila seluruh unit terjual, tidak
masuk akal apabila menambah unit output untuk dijual, dimana hal ini justru akan
menurunkan penerimaan. Dapat dicatat sebagai contoh, apa yang terjadi pada
Tabel 10.1 pada saat output yang terjual meningkat dari 1 unit ke 2 unit dan harga
turun menjadi $4. Penerimaan marginal yang sebesar $3:$4 ((penerimaan dari
penjualan ($8) dari penambahan unit output (2) = penerimaan rata-rata) adalah
lebih rendah $1 (merupakan kerugian penerimaan dari penjualan dengan harga $5
per unit yang digantikan menjadi harga $4 per unit). Dengan demikian,
penerimaan marginal ($3) adalah lebih rendah dari pada harga ($4).
4
Gambar 10.1 mengetengahkan plot penerimaan rata-rata dan penerimaan
marginal dari data pada Tabel 10.1. Kurva permintaan membentuk garis lurus, dan
di dalam kasus ini, kurva penerimaan marginal memiliki slop dua kali dari kurva
permintaan (dengan intersep yang sama)5.
Gambar 10.1 Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Perimaan rata-rata dan penerimaan marginal yang keduannya dapat ditunjukkan
oleh kurva perminaaan P = 6 – Q.
Keputusan Output Monopolis
Berapa jumlah output yang akan diproduksikan oleh perusahaan monopoli
(monopolis). Pada bagian 8 sebelumnya telah diulas guna memaksimumkan
kuntungan, sebuah perusahaan harus memformulasikan output pada tingkat
dimana penerimaan marginal adalah sama dengan biaya marginal. Inilah yang
menjadi masalah bagi monopolis. Pada Gambar 10.2, kurva permintaan pasar (D)
monopolis adalah kurva penerimaan rata-rata monopolis tersebut (AR). Hal ini
5
Jika kurva permintaan ditulis dalam bentuk fungsi harga, dimana persamaannya adalah
P = a –bQ. Total penerimaan adalah PQ = (a – bQ)Q, atau PQ = aQ – bQ2. Penerimaan marginal
(menggunakan kalkulus) adalah d(pQ)/d(Q) = a – 2bQ. Pada contoh yang telah diulas
sebelumnya P = 6 – Q dan penerimaan marginal adalah MR = 6 - 2Q. (Ini hanya sebagai
gambaran untuk perubahan kecil di dalam Q dan oleh karena itu bukanlah bukan exacly
matematika dari data Tabel 10.1).
5
menunjukkan bahwa harga per unit yang diterima oleh monopolis sebagai
(merupakan) fungsi dari tingkat output monopolis tersebut. Demikian juga tampak
kurva penerimaan marginal dengan kurva biaya rata-rata dan kurva biaya
marginal, AC dan MR, adalah berpaduan. Penerimaan marginal (AR) dan biaya
marginal (MC) keduanya berpotongan (memiliki nilai sama) ketika jumlah output
= Q*. Selanjutnya dengan mengikuti kurva permintaan, akan didapatkan tingkat
harga P* yang bersesuaian dengan jumlah output Q* tersebut.
Gambar 10.2.
Keuntungan Akan Maksimum
Jika Penerimaan Marginal (MR) = Biaya Marginal (MC)
Pada titik Q* adalah tingkat output dimana penerimaan marginal (MR) = biaya
marginal (MC). Jika perusahaan memproduksi lebih kecil output, katakanlah pada
tingkat Q1, hal ini akan mengorbankan sejumlah keuntungan. Oleh karena pada
kenyatannya masih ada penerimaan ektra (extra revenue) yang bisa didapatkan dari
tambahan setiap unit yang diproduksikan dan dijual, yaitu antara Q1 sampai dengan
Q*, walaupun biaya produksi per unitnya dari tambahan output tersebut lebih tinggi
dari tambahan penerimaan yang didapatkan dari tiap unit output tersebut.
Penambahan tingkat output dari Q* ke Q2 akan menurunkan keuntungan, karena
tambahan biaya produksi lebih tinggi dari tambahan keuntungan yang didapatkan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Q* adalah jumlah output dimana dicapai
keuntungan maksimum ? Diumpamakan monopolis berproduksi dalam jumlah
6
yang lebih kecil dari Q1 dan pada saat ini tentunya akan mendapatkan harga yang
tinggi P1. Pada Gambar 10.2 tampak penerimaan marginal (MR) melebihi biaya
marginal (MC). Apabila monopolis memproduksi lebih kecil dari Q1, maka akan
mendapatkan extra profit/keuntungan ektra (MR - MC) dan kemudian akan
meningkatkan total keuntungannya. Di dalam fakta, monopolis dapat
meningkatkan output-nya, terus-menerus menambahnya lebih banyak guna
memperoleh keuntungan sampai dengan tingkat ouput-nya di titik Q*, dimana
pada titik ini apabila terjadi tambahan 1 (satu) unit output maka tambahan
keuntungan yang didapatkan sama dengan 0 (nol). Jika output lebih kecil dari Q1
keuntungan yang diperoleh tidak maksimum, oleh karenanya monopolis akan
mengatasinya dengan mengenakan harga sangat tinggi. Apabila monopolis
memproduksi pada titik Q1 untuk menggantikan produksi pada titik Q* (semula),
pada kondisi demikian akan didapatkan total keuntungan lebih kecil, dimana
jumlah penurunannya equivalen dengan bidang (kerucut) yang dibentuk oleh
kurva penerimaan marginal (MR) yang bergerak ke bawah dan kurva biaya
marginal (MC) yang bergerak ke atas.
Gambar 10.2 menunjukkan bahwa ketika monopolis berproduksi lebih
besar dari titik Q2 juga tidak akan mendapatkan profit maksimum. Pada saat ini
biaya marginal (MC) melebihi penerimaan marginal (MR). Jika monopolis
memproduksi lebih kecil dari titik Q2, hal ini akan dapat meningkatkan total
keuntungan (oleh MC - MR). Keadaan ini disebut upaya meningkatkan
keuntungan dengan cara mengurangi (menurunkan) output, sampai dengan ouput
sebesar Q*. Meningkatnya keuntungan dengan cara menggantikan tingkat
produksi sebesar Q* dari sebelumnya sebesar Q2 adalah sebesar bidang (kerucut)
yang dibentuk oleh kurva MR yang bergerak turun ke bawah dan kurva MC yang
bergerak naik ke atas.
Secara aljabarnya, bahwa ketika Q* mencapai adalah keuntungan
maksimum didapatkan. Keuntungan π adalah berbeda dengan penerimaan dan
biaya, dimana keduanya (penerimaan dan biaya) tergantung pada Q:
π(Q) = R(Q) – C(Q)
Apabila Q meningkat mulai dari titik nol, keuntungan akan meningkat
sampai keuntungan tersebut mencapai maksimum dan selanjutnya keuntungan
mulai menurun. Kemudian upaya memaksimumkan keuntungan adalah dengan
menambah/meningkatkan Q sedikit demi sedikit sampai dengan ratio
perbadingan pertambahan keuntungan terhadap pertambahan Q mendekati nol
(i.e., ∆π/∆Q = 0). Selanjutnya;
7
∆π/∆Q = ∆R/∆Q - ∆C/∆Q = 0
Dengan demikian ∆R/∆Q adalah penerimaan marginal dan ∆C/∆Q
adalah biaya marginal. Selanjutnya kondisi keuntungan maksimum dapat diraih
atau dapat dicapai pada saat MR – MC = O, atau MR = MC.
Contoh:
Dimisalkan biaya produksi adalah:
C(Q) = 50 + Q2
Persamaan tersebut menunjukkan pengertian besarnya biaya tetap adalah
$50 dan besarnya biaya variabel adalah Q2. Diumpamakan persamaan permintaan
yang dimiliki adalah:
P(Q) = 40 – Q
Dengan menggunakan persamaan penerimaan marginal terhadap biaya
marginal maka akan dapat dibuktikan bahwa keuntungan maksimum tercapai pada
saat
Q = 10, dimana pada saat tersebut harga adalah sebesar $30.
Penyelesaian:
Persamaan Biaya: C(Q) = 50 + Q2
Persamaan Permintaan: P(Q) = 40 – Q
Biaya rata-rata: AC = C(Q)/Q = 50/Q + Q
Biaya Marginal: MC = ∆C/∆Q = 2Q
Penerimaan: R(Q) = P(Q)Q = 40Q – Q2
Penerimaan marginal: MR = ∆R/∆Q = 40 – 2Q
Keuntungan maksimum tercapai pada saat:
MR – MC = 0,
atau MR = MC
40 – 2Q = 2 Q
4Q = 40
Q = 10 unit
Harga yang terjadi: P(Q) = 40 – Q = 40 – 10 = 30
Keuntungan pada saat maksimum:
π(Q) = R(Q) – C(Q)
R(Q) = 40Q – Q2 = 40(10) – (102) = 400 – 100 = $ 300
C(Q) = 50 + Q2 = 50 + (102) = 50 +100 = $ 150
π(Q) = $ 150
8
Gambar 10.3(a) menunjukkan plot biaya, penerimaan, dan keuntungan.
Ketika suatu perusahaan memproduksi sedikit output atau tidak memproduksi
output, keuntungan adalah negatif, karena adanya biaya tetap yang dikeluarkan.
Keuntungan akan meningkat dengan meningkatnya Q, terus menerus sampai
dengan keuntungan maksimum tercapai yaitu $ 150, dimana pada saat keuntungan
maksimum tercapai ini jumlah Q* = 10 unit. Apabila ada penambahan Q setelah
tercapainya keuntungan maksimum tersebut, justru akan menurunkan keuntungan
yang dicapai. Pada titik dimana keuntungan maksimum tercapai, slop dari kurva
penerimaan dengan kurva biaya adalah ’sama’ (cat.: tangen pada garis rr’ dan cc’
keduanya pararel). Slop dari kurva penerimaan adalah ∆R/∆Q atau sebesar
penerimaan marginal,dan slop dari kurva biaya adalah ∆C/∆Q atau sebesar biaya
marginal. Oleh karena pada saat tercapai keuntungan maksimum penerimaan
marginal ’sama dengan’ biaya marginal, maka kedua slop adalah ’sama’.
Gambar 10.3(b) menunjukan hubungan antara kurva penerimaan rata-rata
dengan kurva penerimaan marginal serta kurva biaya rata-rata dan kurva biaya
marginal. Penerimaan marginal dengan biaya marginal berpotongan pada Q* =
10. Pada saat ini biaya rata-rata adalah $15 per unit dan harga adalah $ 30 per
unit. Dengan demikian keuntungan rata-rata adalah $ 30 - $ 15 = $ 15 per unit.
Oleh karena terjual 10 unit, maka keuntungan yang didapatkan sebesar (10)($ 15)
= $ 150, ditunjukkan oleh area segi empat.
Gambar 10.3
Contoh Kasus Kondisi Tercapainya Keuntungan Maksimum
Grafik bagian (a) memperlihatkan total penerimaan, biaya total, dan
keuntungan. Grafik bagian (b) menunjukkan penerimaan rata-rata dan
penerimaan marginal serta biaya rata-rata dan biaya marginal. Penerimaan
marginal adalah slop dari kurva penerimaan total dan biaya marginal adalah
slop dari kurva biaya total. Keuntungan maksimum terhadi pada saat Q* = 10
unit, pada titik dimana penerimaan marginal ’sama dengan’ biaya marginal.
Output pada titik Q* tersebut, slop dari kurva keuntungan adalah 0 (nol), dan 9
slop kurva total penerimaan dan kurva tital biaya adalah ’sama’.
Aturan (Ketatapan) sebagai Dasar Penetapan Harga
10
Telah diketahui (dari uraian sebelumnya) bahwa harga (P) dan output (Q)
akan mengalami perubahan apabila penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’
biaya marginal (MC), akan tetapi bagaimanakah menejer perusahaan dapat
memperkirakan harga (P) dan tingkat output (Q) di dalam praktiknya?
Kebanyakan menejer memiliki pengetahuan yang terbatas tetang kurva
penerimaan rata-rata (kurva-AR) dan kurva penerimaan marginal (kurva-MR)
yang ada di perusahaannya. Berkaitan dengan hal ini, mereka dapat (boleh)
menggunakan pengetahuannya tentang biaya marginal (MC) yang dimiliki oleh
perusahaan guna menghitung batas tingkat ouput tersebut (tingkat output pada
saat keuntungan maksimum). Selanjutnya terminologi tersebut dipergunakan
memperkirakan suatu kondisi dimana penerimaan marginal (MR) ’sama dengan’
biaya marginal (MC) sebagai dasar aturan (ketetapan) yang dapat dipergunakan
secara mudah di dalam praktiknya.
Langkah pertama menulis kembali terminologi (ungkapan) dari
penerimaan marginal (MR);
∆R
MR =
∆(PQ)
=
∆Q
∆Q
Penerimaan ekstra (extra revenue) berasal dari peningkatan setiap unit dari
kuantitas output, ∆(PQ)/∆Q, memiliki 2 (dua) komponen (muatan):
(1) Memproduksi 1 (satu) ekstra unit dan menjualnya pada harga P memberikan
di dalam penerimaan sebesar (1)(P) = P.
(2) Akan tetapi oleh karena perusahaan memiliki slop kurva permintaan yang
mengarah ke bawah, produksi dan penjualan ekstra unit juga menghasilkan
harga yang menurun sedikit demi sedikit, ∆P/∆Q, dimana hal ini akan
menurunkan penerimaan dari semua unit yang terjual (i.e, terjadi perubahan
dalam penerimaan Q(∆P/∆Q)).
Selanjutnya;
∆P
MR = P + Q
Q
∆P
P
∆Q
= P+ P
∆Q
Diperoleh suatu kebenaran di sisi kanan persamaan dengan meletakkan
terminologi Q(∆P/∆Q) dimana pembilang dan penyebutnya sama-sama dikalikan
dengan P. Apabila diingat-ingat tentang definsi elastisitas permintaan (Ed) adalah
Ed = (P/Q) (∆Q/∆P). Selanjutnya (terkait dengan hal ini) pada dasarnya
11
(Q/P) (∆Q/∆P) tersebut ’merupakan kebalikan’ dari terminologi elastisitas
permintaan, yaitu 1/Ed, dimana terminologi ini dipergunakan pada perhitungan
tingkat output pada keuntungan maksimum:
MR = P + P(1/Ed)
Dengan demikian perusahaan secara obyektif akan memaksimumkan
keuntungan, dapat ditetapkan terminologi penerimaan marginal (MR) ’sama
dengan’ biaya marginal (MC);
P + P (1/Ed) = MC
Berdasarkan rumusan ini, akan dapat disusun rumusan sebagai berikut;
P - MC
1
= -
P
....................................................... (10.1)
Ed
Hubungan yang didapatkan ini sebagai dasar aturan penatapan harga
(cat.: penetapan harga oleh perusahaan monopolis yang dapat dipandang dalam
batas-batas yang wajar atau seharusnya). Di sebelah kiri tanda sama dengan,
(P – MC)/P, adalah besarnya nilai ’markup’ harga (kenaikan harga) yang
diberlakukan diatas biaya marginal (MC). Hubungan tersebut menyatakan bahwa
besarnya ’markup’ tersebut nilainya sama dan berbanding terbalik dengan nilai
elastisitas permintaan.. (di sini besarnya ’markup’ harga adalah bernilai positif
dan nilai elatisitas permintaan adalah negatif). Ekuivalen dengan hal tersebut,
dapat dirumuskan persamaan yang mengekspresikan kenaikan harga (P) yang dimarkup melebihi biaya marginal (MC):
MC
P =
....................................................... (10.2)
1 + (1/Ed)
Sebagai contoh, jika elastisitas permintaan (Ed) diketahui = -4 dan biaya
marginal (MC) sebesar $9 per unit, harga (P) yang seharusnya dikenakan (dalam
batas-batas wajar atau seharusnya) adalah sebesar $9/(1 – ¼) = $9/0.75 = $12 per
12
unit--------(cat.: atau dapat dikatakan harga yang dikenakan lebih tinggi 25% dari
nilai biaya marginalnya)
Pergeseran Permintaan
Pada pasar yang kompetitif, terjadi hubungan yang clear antara harga dan
jumlah penawaran. Hubungan tersebut dapat dilicermati pada Chapter 8
sebelumnya, merepresentasikan biaya marginal produksi untuk industri sebagai
sesuatu yang utuh (kompak). Kurva penawaran menyatakan berapa akan
diproduksi pada setiap tingkatan harga.
Pasar monopoli tidak memiliki kurva penawaran yang demikian. Dengan
kalimat lain dapat dikatakan, hubungan yang terjadi antara harga dan jumlah yang
diproduksi tidaklah ’one by one’ (tidak utuh/tidak kompak). Alasannya keputusan
jumlah output perusahaan monopoli (monopolis) tergantung tidak hanya pada
biaya marginal (MC) akan tetapi juga pada bentuk dari kurva permintaannya.
Sebagai hasilnya, pergeseran (shift) di dalam kurva permintaan terjadi dengan
tidak mengkuti jejak serial harga dan jumlah output dimana sebagaimana sesuai
dengan yang terjadi pada kurva penawaran yang kompetitif. Sebagai gantinya,
shift di dalam kurva permintaan dapat mempengaruhi perubahan harga dengan
tanpa ada perubahan dalam output, atau mempengaruhi perubahan output yang
terjadi dengan tanpa ada perubahan harga, atau perubahan terjadi pada keduaduanya.
Prinsip yang demikian ini sebagaimana dapat dicermati pada Gambar
10.4(a) dan 10.4(b). Di dalam kedua bagian dari gambar, kurva permintaan
diinisialkan D1, bersesuaian dengan kurva penerimaan marginal yaitu MR1, serta
initial harga dan kuantitas monopolis adalah P1 dan Q1. Di dalam Gambar 10.4(a),
kurva permintaan bergeser ke bawah dan berotasi (berputar). Kurva permintaan
dan kurva penerimaan baru yang terbentuk adalah D2 dan MR2.
Gambar 10.4 Pergeseran dalam Permintaan
Pergeseran kurva permintaan menampakkan bahwa suatu pasar monopoli
tidak memiliki kurva penawaran---i.e, dimana di sini tidak ada hubungan ’one
by one’ antara harga (P) dengan kuantitas (Q) yang diproduksi. Pada bagian
(a), kurva permintaan D1 bergeser menjadi kurva permintaan baru D2. Akan
tetapi kurva penerimaan marginal yang baru MR2 memotong kurva biaya
marginal (MC) ’pada titik yang sama’ saat marginal penerimaan yang
sebelumnya MR1 memotong kurva biaya marginal (MC). Output pada saat
keuntungan maksimum adalah tidak berubah (tetap seperti semula), walaupun
harga turun dari P1 ke P2. Pada bagian (b), kurva penerimaan marginal yang13
baru MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) pada tingkat output yang
lebih tinggi, yaitu Q2. Akan tetapi permintaan yang terjadi lebih elastis, harga
Dapat dicatat bahwa MR2 memotong kurva biaya marginal (MC) pada
’titik yang sama’ dengan kurva MR1 saat memotong kurva biaya marginal (MC)
tersebut. Sebagai hasilnya, jumlah yang diproduksikan tetap sama. Akan tetapi
harga (P), turun menjadi P2.
Gambar 10.4(b), menunjukkan kurva permintaan bergeser (shift) ke atas
dan memutar (berotasi). Kurva penerimaan marginal baru MR2 memotong kurva
biaya marginal (MC), kuantitas yang lebih besar, dari Q1 menjadi Q2. Akan tetapi
shift di dalam kurva permintaan itu tidak menyebabkan harga berubah (harga tetap
sama, P1 = P2).
14
Shift kurva permintaan biasanya (pada umumnya) menyebabkan adanya
perubahan harga dan quantitas. Akan tetapi pada kasus spesial sebagai tampak
dalam Gambar 10.4 diilustrasikan sebagai perbedaan penting antara penawaran
pada monopoli dengan penawaran pada persaingan (persaingan sempurna). Suatu
industri (perusahaan) yang kompetitif akan menawarkan kuantitas yang spesifik
(tertentu pasti) pada setiap tingkatan harga. Tidak seperti hubungan untuk
monopoli, dimana tergantung pada bagaimana permintaan bergeser, boleh jadi
menyebabkan sejumlah perbedaan kuantitas pada tingkat harga yang sama, atau
kuantitas yang sama dengan harga yang berbeda.
Pengaruh Pajak
Pengenaan pajak pada output dapat juga memiliki dampak yang berbeda
pada perusahaan monopoli (monopolis) apabila dibandingkan dengan industri
yang kompetitif. Pada Chapter 9, dapat dilihat ketika suatu pajak spesifik (i.e., per
unit) dikenakan pada industri yang kompetitif, harga pasar akan naik, dimana
penambahan tingkat kenaikan harga tersebut ’lebih kecil’ dibandingkan dengan
besarnya tingkat pajak yang dibebankan tersebut, dan pembebanan pajak tersebut
dibagi (di-share) kepada produsen dan koneumen. Dibawah kendali monopoli,
bagaimanapun, harga dapat sewaktu-waktu meningkat dengan penambahan
tingkat kenaikan harga ’lebih besar’ dari tingkat nilai beban pajak yang dikenakan.
Menganalisis dampak pengenaan pajak pada perusahaan monopoli
(monopolis) adalah secara langsung. Misalnya pengenaan suatu pajak spesifik
yaitu t dollar per unit diberlakukan, maka monopilis akan memberikan t dollar per
unit tersebut kepada pemerintah dari setiap unit yang terjual. Selanjutnya, biaya
marginal (dan biaya rata-rata) akan ditingkatkan sebesar jumlah pajak yang
dikenakan tersebut.
Jika biaya marginal (MC) monopolis adalah biaya marginal yang
sebenarnya, hal tersebut akan menjadikan keputusan produksi optimal sekarang
menjadi:
MR = MC + t
Secara grafik, kurva biaya marginal (MC) bergeser (shift) ke atas sebesar
jumlah t yang dikenakan, dan mendapatkan titik perpotongan baru dengan kurva
penerimaan marginal (MR). Gambar 10.5 mengilustrasikan hal ini. Di sini P0 dan
Q0 adalah kuantitas dan harga sebelum pajak dikenakan, dan Q1 dan P1 adalah
kuantitas dan harga setelah pajak dikenakan.
15
Gambar 10.5 Dampak dari Peningakatan Pajak pada Monopolis
Dengan adanya pajak t per unit, perusahaan secara efektif akan meningkatkan
biaya marginal sebesar tambahan pengenaan pajak t tersebut menjadi MC + t.
Sebagai contoh, peningkatan pada harga sebesar ∆P yang ada adalah lebih
besar dari nilai pajak yang dikenakan.
Pergeseran kurva biaya marginal (MC) ke atas menghasilkan kuantitas
yang berkurang (lebih sedikit) dan harga yang lebih tinggi. Suatu saat harga
tingkat tambahan peningkatan harga lebih rendah dari tingkat nilai pajak yang
dikenakan, akan tetapi tidak selalu demikian ---- pada Gambar 10.5, tambahan
peningkatan harga lebih besar dari tingkat nilai pajak yang dikenakan. Kondisi
yang demikian ini tidak mungkin ada (berlangsung) di dalam pasar yang
kompetitif, akan tetapi hal ini dapat terjadi pada monopoli karena hubungan harga
(P) dan biaya marginal (MC) tergantung pada elastisitas kurva permintaan (Ed).
Diumpamakan sebagai contoh, suatu monopolis memiliki bentuk kurva
permintaan yang konstan, yaitu nilai elastisitasnya -2, dan memiliki biaya
marginal (MC) yang konstan. Persamaan (10.2) sebelumnya menyatakan bahwa
harga (P) akan sama dengan 2 (dua) kali biaya marginalnya (MC). Dengan pajak
sebesar t, biaya marginal akan meningkat menjadi MC + t, demikian pula harga
meningkat menjadi 2(MC + t) = 2MC + 2t; dimana hal ini meningkatkan 2 (dua)
16
kali nilai pajak yang dikenakan (namun bagaimanapun, keuntungan monopolis
akan turun dengan adanya pengenaan pajak).
Perusahaan dengan Banyak Pabrik
Perusahaan monopoli (monopolis) akan memaksimumkan keuntungan
melalui penentuan output pada tingkat dimana penerimaan marginal (MR) ’sama
dengan’ biaya marginal (MC). Pada beberapa perusahaan, tataran produksi
diletakkan di dalam 2 (dua) atau lebih pabrik (kegiatan produksi) yang berbeda,
dimana biaya operasionalnya juga akan dapat berbeda. Bagaimanapun, logika
akan dipergunakan untuk memilih tingkat output yang serupa (yang dapat
memberikan keuntungan maksimum) apabila diperbandingkan dengan jika
perusahaan hanya mengoperasikan satu pabrik.
Umpamanya suatu perusahaan memiliki 2 (dua) pabrik. Apa yang
sebaiknya dilakukan terhadap total output, dan berapa banyak output akan
diproduksikan pada tiap pabrik tersebut? Akan bisa didapatkan jawabannya
secara intutif dalam 2 (dua) tahap.
Tahap-1. Apapun total output, akan dibagi diantara 2 (dua) pabrik sehingga
biaya marginal (MC) adalah sama pada setiap pabrik. Apabila tidak,
perusahaan dapat menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan dengan
cara merelokasi produksinya. Sebagi contoh, apabila biaya marginal (MC)
pada pabrik-1 adalah lebih besar dari pada biaya marginal pada pabrik-2,
perusahaan dapat memproduksi output yang sama dengan total biaya yang
lebih rendah dengan cara memproduksi lebih sedikit pada pabrik-1 dan lebih
banyak pada pabrik-2.
Tahap-2. Dapat diketahui bahwa total output (dimana tercapai keuntungan
maksimum) harus pada kondisi dimana penerimaan marginal (MR) ’sama
dengan’ biaya marginal (MC). Akan tetapi, perusahaan dapat meningkatkan
keuntungannya dengan cara meningkatkan atau menurunkan total output.
Sebagai suatu contoh, dimisalkan biaya marginal (MC) adalah sama
besarnya pada pabrik-1 dan pabrik-2, akan tetapi pada kedua pabrik tersebut
penerimaan marginal (MR) ’lebih besar’ dari biaya marginalnya. Pada kasus
demikian ini, perusahaan akan memproduksi lebih banyak baik pada pabrik1 maupun pabrik-2, karena penerimaan akan didapatkan dari panambahan
tiap unit output. Ketika biaya marginal sama pada masing-masing pabrik,
dan penerimaan marginal sama denga marginal biaya marginal, dimana akan
didapatkan keuntungan maksimum, ketika penerimaan marginal ’sama
dengan’ biaya marginal pada tiap pabrik.
17
Kondisi tersebut juga dapat diturunkan dalam bentuk aljabar. Diketahui Q1
dan C1 adalah output dan biaya produksi dari pabrik-1 (kegiatan produksi-1), Q2
dan C2 adalah output dan biaya produksi untuk pabrik-2, dan Qr = Q1 + Q2
menjukkan total output perusahaan. Sehingga keuntungan adalah:
π = PQr - C1(Q1) -C2(Q2)
Perusahaan akan meningkatkan output dari tiap pabrik sampai tambahan
keuntungan dari penambahan setiap unit produksi adalah sama dengan 0 (nol).
Dimulai dengan penentuan tambahan keuntungan dari penambahan output pada
pabrik-1 sampai tambahan unit terakhir output tersebut menghasilkan keuntungan
sama dengan 0 (nol).
∆π
∆(PQr)
=
∆Q1
∆C1
-
∆Q1
= 0
∆Q1
Di sini ∆(PQr)/∆Q1 adalah penerimaan dari produksi dan penjualan lebih
dari satu unit, i.e. penerimaan marginal, MR, untuk semua output perusahaan.
Terminologi selanjutnya, ∆C1/∆Q1, biaya marginal pada pabrik-1, MC1.
Selanjutnya;
MR – MC1 = 0,
atau;
MR = MC1
Dengan cara yang sama, penentuan tambahan keuntungan dari
penambahan output pada pabrik-2 sampai tambahan unit terakhir output tersebut
menghasilkan keuntungan sama dengan 0 (nol);
MR = MC2
Dengan cara menghubungkan keduanya, dapat dicermati perusahaan akan
berproduksi pada;
MR = MC1 = MC2 ……………………………………….10.3
Gambar 10.6 mengilustrasikan suatu prinsip perusahaan dengan 2 pabrik
(atau 2 kegiatan produksi). MC1 dan MC2 adalah kurva biaya marginal dari kedua
18
pabrik tersebut. (Perlu dicatat bahwa pabrik-1 memiliki biaya marginal lebih
tinggi dari pada pabrik-2). Juga dapat dilihat ada sebuah kurva dengan label MCT.
Ini adalah total biaya marginal perusahaan dan hal ini diperoleh dengan penjumlah
secara horizontal MC1 dan MC2. Sekarang kita dapat menemukan cara
memaksimumkan keuntungan dari tingkat output Q1, Q2, dan Q2. Pertama,
ditemukan titik perpotongan dari MCT dengan MR; titik ini menunjuk pada
output total, Qr. Selanjutnya, garis horizontal dari titik yang ada pada kurva
penerimaan marginal ke arah vertikal aksis, adalah titik MR* yang merupakan
penerimaan marginal perusahaan. Perpotongan antara garis penerimaan marginal
perusahaan dengan MC1 dan MC2 akan memberikan output Q1 dan Q2, untuk 2
pabrik, sebagaimana diterminologikan pada persamaan (10.3).
Total output Qr ditentukan oleh penerimaan marginal perusahaan (dan
harga adalah P*). Q1 dan Q2, bagaimanapun, menentukan biaya marginal pasa
setiap pabrik. Oleh karenanya MCT ditentukan oleh penjumlahan secara
horizontal MC1 dan MC2, dimana dapat diketahui bahwa Q1 + Q2 = Qr.
Kemudian tingkat output akan dapat mencukupi kondisi dimana
MR = MC1 = MC2.
Gambar 10.6 Produksi dengan Dua Pabrik
Sebuah perusahaan dengan dua pabrik (kegiatan produksi) memaksimumkan
keuntungan dengan memilih tingkat output Q1 dan Q2 so dimana penerimaan
10.2
Kekuatan
marginal
MR Monopoli
(yang tergantung pada total output) ’sama dengan’ biaya
marginal setiap pabrik, MC1 dan MC2.
19
Monopoli murni jarang dijumpai. Pada umumnya di pasar tetap ada
beberapa perusahaan yang bersaing dengan lainnya. Terkait tentang bentuk-bentuk
kompetisi yang terjadi di pasar sebagaimana hal tersebut, akan diulas pada
Chapter 12 dan Chapter 13. Akan tetapi pada bagian ini (Cahpter 10), akan
dijelaskan pada Chapter 10 ini mengapa setiap perusahaan yang ada di pasar
dengan sejumlah perusahaan sepertinya memiliki bentuk slop kurva permintaan
yang miring ke bawah, dan, sebagai hasilnya, harga produk melebihi biaya
marginal.
Sebagai contoh, terdapat 4 (empat) buah perusahaan yang memproduksi
sikat gigi, dimana memiliki kurva permintaan pasar sebagaimana tampak pada
Gambar 10.7(a). Diasumsikan ke-empat perusahaan tersebut memproduksi
sejumlah 20.000 sikat gigi per hari (5000 sikat gigi per perusahaan) dan
menjualnya pada harga $ 1.50 per unit. Sebagai catatan, permintaan pasar relatif
elastis, selanjutnya dapat diverifikasi bahwa pada harga sikat gigi tersebut sebesar
$ 1.50 per unit, maka nilai elastisitas permintaan akan sebesar -1,5.
Gambar 10.7 Permintaan Sikat Gigi
Bagian (a) memperlihatkan permintaan pasar dari sikat gigi. Bagian (b)
memperlihatkan permintaan sikat gigi dari perusahaan-A. Pada tingkat harga
$ 1.50, elastisitas permintaan adalah -1,5. Perusahaan-A, bagaimanapun,
kelihatan memiliki kurva deman DA lebih elastis karena berkompetisi dengan
perusahaan yang lainnya. Pada saat harga $ 1.50, elastisitas permintaan
perusahaan-A
adalah
sebesar -6. memutuskan
Oleh karenanya
perusahaanharga
memiliki
Dimisalkan
perusahaan-A
menurunkan
guna
sejumlah kekuatan monopoli (monopoly power): Harga $ 1.50 adalah harga
meningkatkan penjualannya, apa yang akan terjadi? Guna menjawab hal ini
pada tingkat keuntungan maksimum (yang terjadi di pasar), harga tersebut
lebih besar dari biaya marginalnya (biaya marginal perusahaan-A).
20
diperlukan perncermatan bagaimana penjualan (jumlah yang dijual) akan
mempengaruhi perubahan pada harga. Dengan kata lain dapat dikatakan, perlu
diperhatikan bentuk kurva permintaannya (kurva permintaan individual
perusahaan-A), dibandingkan dengan kurva permintaan pasar sikat gigi. Suatu
ganbaran tentang kemungkinan ini dapat diicermati pada Gambar 10.7(b), dimana
kurva permintaan (indivual) DA lebih elastis dari pada kurva permintaan pasarnya.
(Pada tingkat harga $ 1.50 nilai elastisitasnya adalah -6). Perusahaan (perusahaanA) memprediksikan apabila harga ditingkatkan dari $ 1.50 menjadi $ 1.60, maka
penjualan akan turun ---- dari 5.000 menjadi 3.000 unit sikat gigi ---- karena
konsumen akan lebih banyak membeli sikat gigi dari perusahaan lain. (Apabila
semua perusahaan meningkatkan harga dari $ 1.50 menjadi $ 1.60, penjualan dari
perusahaan-A akan turun menjadi 4.500). Sebagai pertimbangannya (apabila
perusahaan-A tersebut tetapakan meningkatkan harga produknya), penjualannya
tidak akan pernah mencapai 0 (nol) sebagaimana apabila perusahaan tersebut
berada di dalam pasar persaingan sempurna (pada pasar persaingan sempurna
jumlah penjualan turun sampai dengan nol dapat saja terjadi). Dasar
pertimbangannya sebagai berikut:
Pertama, oleh karena sikat gigi yang diproduksikan oleh perusahaan-A
berbeda (lebih memiliki kekhas-an) dari pada yang diproduksikan oleh
kompetitornya, tetap banyak konsumen lebih tertarik untuk membelinya. Kedua,
apabila perusahaan lain meningkatkan harga produknya, maka perusahaan-A akan
mengantisipasi dengan cara menurunkan harga produknya dari $1.50 menjadi
$ 1.40, dimana perusahaan-A tersebut akan dapat lebih banyak menjual sikat gigit,
mencapai 7.000 sikat gigi, meningkat dari 5.000 sebelumnya. Akan tetapi
bagaimanapun hal ini juga tidak akan dapat menangkap keseluruhan pangsa pasar.
Sejumlah konsumen tetap akan memilih sikat gigi yang diproduksikan oleh
perusahaan kompetitor, dan terutama kompetitor tersebut akan menjual produknya
dengan harga yang lebih rendah.
Kurva permintaan perusahaan-A tergantung tergantung pada 2 (dua) hal,
yaitu: pada sejauh mana perbedaa produk sikat giginya dengan produk sikat gigi
kompetitornya dan pada sejauh mana keempat perusahaan sikat gigi tersebut
saling berkompetisi. Diskusi terkait dengan perbedaan produk (product
defferentiation) dan persaingan antar perusahaan ini akan dibahas pada Chapter 12
dan Chapter 19 selanjutnya. Akan tetapi sebagai poin penting di sini adalah:
Perusahaan-A memiliki bentuk kurva permintaan (kurva permintaan individual)
yang lebih elastis dari pada kurva permintaan pasarnya, akan tetapi tidak seelastis
bentuk kurva permintaan perusahaan yang berada di dalam pasar pesaingan
sempurna.
21
Dengan mengetahui kurva permintaan, berapa banyak perusahaan-A akan
memproduksi sikat gigi tersebut ? Dengan melalui prinsip yang sama: jumlah
produksi pada saat keuntungan maksimun tercapai apabila penerimaan marginal
(MR) sama dengan biaya marginal (MC). Pada Gambar 10.7(b), jumlah produksi
pada saat keuntungan maksimum tersebut tercapai adalah 5.000 unit sikat gigi.
Harga (P) yang berlaku adalah $ 1.50, dimana hal ini lebih besar dari biaya
marginalnya (MC). Di sini dapat dilihat bahwa perusahaan-A bukanlah
perusahaan monopoli murni, akan dia hanya memiliki kekuatan monopoli----hal
ini sangat menguntungkan mengingat harga yang berlaku lebih tinggi dari pada
biaya marginal yang harus dikeluarkan. Oleh sebab itu, kekuatan monopoli lebih
rendah dibandingkan jika perusahaan digerakkan oleh kompetisi dan monopoli
yang substansial.
Di sini dapat diajukan 2 (dua) pertanyaan:
(1) Bagaimana kita dapat mengukur kekuatan monopoli suatu perusahaan yang
keberadaannya berkompetisi dengan perusahaan lain? (Sejauh ini kita telah
membicarakan terkait kekuatan monopoli hanya pada batas terminologi
kualitatif).
(2) Apa saja yang menjadi sumber kekuatan monopoli, dan mengapa hal ini
membuat semua perusahaan ingin memiliki kekuatan monopoli tersebut
dihadapan perusahaan lainnya ?
Kedua pertanyaaan ini akan dijawab pada penjelasan selanjutnya, kemudian
untuk jawaban pertanyaan kedua akan lebih dapat dijawab dengan lengkap pada
Chapter 12 dan Chapter 13 selanjutnya.
Mengukur Kekuatan Monopoli
Perbedaan antara perusahaan dalam pasar persaingan dengan perusahaan
yang memiliki kekuatan monopoli: Untuk perusahaan pada pasar persaingan,
harga sama dengan biaya marginal (P = MC), akan tetapi perusahaan yang
memiliki kekuatan monopoli, harga lebih besar dari pada biaya marginal (P >
MC). Selanjutnya, sebuah cara natural guna mengukur kekuatan monopoli adalah
sebarapa besar jarak (selisih) antara tingkat harga pada keuntungan maksimum
dengan biaya marginalnya. Di dalam praktiknya, dapat dipergunakan ratio
markup harga dikurangi biaya marginal terhadap harga (dimana hal ini telah
dibicarakan pada bahasan sebelumnya). Cara pengukuran kekuatan monopoli
demikian ini diperkenalkan oleh seorang pakar ekonomi, Abba Lenner pada tahun
22
1934, selanjutnya disebut dengan index Lenner. Secara matematik dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L = (P – MC)/P
Indeks Lenner selalu memiliki nilai antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu).
Untuk perusahaan persaingan sempurna, P = MC, sehingga nilai L = 0. Oleh
karenanya semakin besar nilai L, adalah menunjukkan derajad dari kekuatan
monopoli tersebut.
Indeks kekuatan monopoli ini dapat juga mengekspresikan elastisitas
permintaan suatu perusahaan. Dengan menggunkan persamaan (10.1) dapat
diketahui:
L = (P - MC)/P = -1/Ed
Perlu diingat, bagaimanapun, bahwa Ed adalah elastisitas dari kurva
permintaan perusahaan (elastisitas dari kurva permintaan perusahaan secara
individual) dan bukanlah elastisitas kurva permintaan pasar. Pada contoh kasus
perusahaan sikat gigi sebagaimana telah dibahas sebelumnya, elastisitas
permintaan perusahaan (perusahaan-A) adalah -6,0, dan derajad kekuatan
monopoli adalah 1/6 = 0,167.
Sebagai catatan, bahwa kekuatan monopoli tidak berimplikasi kepada
besarnya keuntungan (besarnya perolehan keuntungan). Keuntungan tergantung
pada biaya rata-rata relatif terhadap harga. Perusahaan-A memiliki lebih besar
kekuatan monopoli dibanding dengan perusahaan-B akan tetapi bisa jadi memiliki
keuntungan lebih rendah oleh karena memiliki biaya rata-rata lebih tinggi.
Suatu Aturan Penetapan Harga
Pada sesi sebelumnya, kita menggunakan persamaan (10.2) untuk
menghitung harga sebagai bentuk sederhana markup diatas biaya marginal:
MC
P =
1 + (1/Ed)
Bentuk hubungan yang didapatkan ini adalah suatu aturan penetapan harga
bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli. Akan tetapi yang
perlu diingat adalah, bahwa Ed adalah elastisitas permintaan dari perusahaan dan
bukanlah elastisitas permintaan pasar.
23
Kekuatan ini untuk memantapkan elastisitas permintaan perusahaan
dibandingkan
dengan
elastisitas
pasar
karena
perusahaan
akan
mempertimbangkan bagaimana kompetitor akan bereaksi terhadap perubahan
harga. Utamanya, manager harus mengestimasi persentase perubahan unit
penjualan perusahaan akan berubah berapa persen apabila harga berubah 1(satu)
persen. Estimasi ini dapat menjadi dasar pada model formal atau pengetahuan dan
pengalaman menejer.
Dengan menggunakan estimasi elastisitas permintaan perusahaan, menejer
dapat menghitung markup yang tepat. Apabila elastisitas permintaan nilainya
relatif besar, maka markup akan relatif kecil, dan kita dapat mengatakan bahwa
perusahaan memiliki kekuatan monopoli yang relatif kecil. Sebaliknya, apabila
elastistas permintaan relatif kecil, maka markup akan relatif besar, dan perusahaan
memiliki kekuatan monopoli relatif besar. Gambar 10.8(a) dan 10.8(b)
mengilustrasikan kedua hal ini.
Gambar 10. 8 Elastsitas Permintaan dan Harga Markup
Markup (P-MC)/P sama dan berbanding terbalik dengan elastisitas
permintaan dari perusahaan. Jika elastisitas permintaan perusahaan adalah
elastis sebagaimana 10.8(a), maka markup kecil dan perusahaan memiliki
kekuatan monopoli yang kecil juga. Sebaliknya 10.8(b), elastisitas permintaan
perusahaan tidak elastis, sehingga markup besar dan perusahaan memiliki
kekuatan monopoli yang besar.
10.3 Sumber Kekuatan Monopoli
24
Mengapa beberapa perusahaan memiliki kekuatan monopoli yang besar
sedangkan yang lainnya memiliki kekuatan monopoli yang kecil atau bahkan
tidak memiliki? Apabila diingat ulasan sebelumnya, kekuatan monopoli adalah
kemampuan menetapkan harga diatas biaya marginal dan besarnya selisih antara
harga dengan biaya marginalnya tergantung pada elastistas permintaan
perusahaan. Pada persamaan (10.3) dapat dilihat bahwa, apabila kurva permintaan
memiliki elastisitas yang kecil, maka akan memiliki kekuatan monopoli yang
besar. Sebagai kesimpulan, sesuatu yang dapat menjadi faktor penentu kekuatan
monopoli perusahaan adalah elastisitas permintaan.
Ada 3 (tiga) faktor penentu elastisitas permintaan perusahaan:
(1) Elastitas permintaan pasar.
Karena elastisitas permintaan perusahaan akan cenderung sama dengan
elastisitas permintaan pasarnya, sehingga elastisitas permintaan pasar dapat
menjadi pembatas potensi kekuatan monopoli.
(2) Jumlah perusahaan di dalam pasar.
Jika terdapat sejumlah perusahaan, dimana beberapa atau satu diantaranya
dapat mempengaruhi harga secara signifikan.
(3) Interaksi antar perusahaan.
Jika hanya 2 (dua) atau 3 (tiga) perusahaan ada di pasar, setiap perusahaan
tidak mampu memiliki peluang untuk menaikkan harga cukup besar mereka
bersaing cukup agresif dan menguasai pasar sama besarnya, serta masingmasing berusaha menangkap peluang pasar sama besarnya. Maka setiap
perusahaan menjadi faktor penentu kekuatan monopoli bagi perusahaan
lainnya.
10.4 Biaya Sosial Monopoli
Pada pasar yang kompetitif, harga sama dengan biaya marginal. Sementara
itu kekuatan monopoli menetapkan harga lebih tinggi dari biaya marginal. Karena
kekuatan monopoli menghasilkan harga tinggi dan jumlah produksi kecil, hal ini
akan berdampak menurunkan konsumen surplus dan meningkatkan produsen
surplus. Kekuatan monopoli akan menyebabkan dead weigh loss (DWL) atau
menghilangkan kemakmuran yang seharusnya dapat dinikmati (terjadi karena
harga yang tinggi dan jumlah output yang kecil). Terkait dengan hal ini dapat
disimak Gambar 10.10. Besaran nilai DWL inilah yang disebut dengan biaya
sosial monopoli.
25
Gambar 10.10. Dead Weigh Loss Karena Kekuatan Monopoli
Rent Seeking
Secara praktis, biaya sosial akibat kekuatan monopoli adalah sebesar dead
weigh loss (DWL). Adanya biaya sosial yang harus ditanggung inilah, kemudian
menjadi sebuah alasan bagi perusahaan monopoli melibatkan upaya rent seeking:
yaitu membelanjakan uang dalam jumlah besar dengan tujuan untuk memelihara
atau meningkatkan kekuatan monopolinya. Rent seeking dapat dilakukan dengan
cara aktif melobi (dan melakukan kampanye) guna mendapatkan regulasi
pemerintah, dengan tujuan untuk membuat kompetitor yang potensial mengalami
kesulitan bersaing. Reen seeking yang aktif dapat dilakukan melibatkan periklanan
dan usaha legal guna menghindari kecurigaan pihak-pihak yang anti praktikpraktik monopoli.
Regulasi Harga
26
Adanya beban biaya sosial, bertentangan dengan undang-undang
persaingan, banyak merugikan masyarakat, maka pemerintah berkepantingan
untuk membuat pembatasan-pembatasan terhadap praktik-pratik monopoli.
Bentuk campur tangan pemerintah tersebut adalah berupa pengendalian dan
penetapan harga output perusahaan monopoli. Akan tetapi dalam menetapkan
tingkat harga tersebut, pemerintah juga tetap menjaga agar agar monopolis juga
tidak mengalami kerugian.
Gambar 10.11. Regulasi Harga
Sebelum ada regulasi harga monopolis berproduksi pada Qm dengan tingkat
harga Pm. Ketika pemerintah memberlakukan regulasi dengan kebijakan
ceiling price yaitu memaksakan tingkat harga pada P1 penerimaan rata-rata
dan penerimaan marginal perusahaan adalah konstan dan sama dengan P1
sebagai akibatnya output naik dari Qm ke Q1. Ketika harga turun menjadi
lebih rendah dari Pc, pada titik dimana biaya marginal berpotongan dengan
penerimaan rata-rata, maka output meningkat menjadi Qc. Pada saat Qc inilah
layaknya perudahaan berproduksi pada industri yang kompetitif.
Monopoli Alamiah
27
Regulasi harga yang sering dilakukan oleh pemerintah adalah sampai batas
monopoli alamiah. Monopoli alamiah: perusahaan dapat memproduksi
keseluruhan output yang ada di pasar dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan jika harus diproduksi oleh beberapa perusahaan kecil-kecil
(beban biaya tinggi).
Gambar 10.12 Regulation the Price of a Natural Monopoli
Sebuah perusahaan memiliki monopoli alamiah disebabkan oleh karena
memiliki sekala ekonomi (biaya rata-rata dan biaya marginal menurun) untuk
semua tingkatan output. Jika harga diregulasi menjadi Pc, perusahaan akan
merugi dan menutup bisnis. Penetapan harga pada Pr, dapat menghasilkan
keuntungan yang layak.
10.5
Monopsoni
Sejauh ini telah didiskusikan kekuatan pasar yang terfokus pada sisi
penjual. Pada bahasan ini akan diulas kekuatan pasar dari sisi pembeli. Dimana
pada dasarnya jika tidak ada banyak pembeli di dalam pasar, maka akan bisa
didapatkan kekuatan pasar yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan
keuntungan dari harga pembelian produk tersebut.
Monopsoni adalah pasar dengan hanya satu pembeli.
28
Oligopsoni adalah pasar dengan beberapa pembeli.
Kekuatan monopoli adalah kekuatan dari pembeli untuk mempengaruhi harga
barang.
Diumpamakan kita akan memutuskan berapa banyak barang untuk dibeli.
Kita dapat mengaplikasikan (menggunakan) prinsip dasar marginal ---- yaitu
membeli sejumlah unit barang sampai dengan unit terakhir barang yang dibeli
tersebut memberikan tambahan nila