PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENING

PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI PADA ANAK KELOMPOK A
TAMAN KANAK-KANAK NUR RAHIMAH BANJARBARU
TAHUN AJARAN 2013/2014

PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
FEBRI YURIDNIR RAHIMAH
NIM. K8110017
KELAS 6A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

1

TUGAS I : Membuat judul penelitian tindakan kelas.
1. Permasalahan (y)

Kemampuan berkomunikasi
2. Cara mengatasi masalah (x)
Penerapan metode read aloud
Judul x  y
No Penganta
.
r
1.
Penerapan

X
Metode
read
aloud

Konjung
Y
si
Untuk
Meningkatkan

kemampuan
berkomunikasi

Konju
ngsi
Pada

S

Lokasi

Anak
kelompok A
TK Nur
Rahimah

Banjarbaru

Tahun


2013/
2014

PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI PADA ANAK KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAK
NUR RAHIMAH BANJARBARU TAHUN AJARAN 2013/2014

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KOLOM JUDUL.........................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penelitian..............................................................................3

D. Manfaat Penelitian............................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori......................................................................................5
B. Penelitian yang Relevan...................................................................8
C. Kerangka Berpikir..........................................................................10
D. Hipotesis.........................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian...........................................................................13
B. Waktu Penelitian.............................................................................13
C. Subjek Penelitian............................................................................14
D. Sumber Data...................................................................................14
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................15
F. Validitas Data.................................................................................17
G. Analisis Data..................................................................................18
H. Indikator Kinerja............................................................................19
I. Prosedur Penelitian.........................................................................20
Daftar Pustaka............................................................................................23
Lampiran

3


DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Skema Kerangka berpikir.............................................................................11
2. Skema Triangulasi Sumber...........................................................................17
3. Skema Triangulasi Teknik............................................................................17
4. Skema Analisis Data Model Interaktif..........................................................18
5. Skema Prosedur Penelitian...........................................................................20

4

DAFTAR TABEL
Gambar

Halaman

1. Jadwal Penelitian..........................................................................................14

2. Indikator Kinerja...........................................................................................19

5

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Indokator Ketercapaian Tujuan.....................................................................24
2. Deskripsi Pedoman Penilaian kemampuan berkomunikasi..........................25
3. Format Penilaian Kemampuan Berkomunikasi............................................27
4. Daftar Penilaian Anak...................................................................................28
5. Lembar Observasi Kinerja Guru...................................................................29
6. Lembar Observasi Aktivitas Anak................................................................32
7. Pedoman Wawancara Semiterstruktur Untuk Guru
Setelah Diterapkan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi
Melalui Metode Read Aloud.........................................................................34
8. Pedoman Wawancara Semiterstruktur Untuk Guru
Sebelum Diterapkan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi

Melalui Metode Read Aloud.........................................................................35
9. Kualitas Proses Pembelajaran.......................................................................36

6

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi setiap orang. Melalui
berbahasa, seorang anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social
skill) dengan orang lain. Seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang
lain tanpa adanya bahasa. Anak dapat mengekspresikan hal yang dipikirkannya
menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat memahami jalan pikiran dan
mengerti perasaan yang dialami anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin
dengan baik dengan bahasa. Maka dari itu tidak mengherankan jika bahasa
dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang

dianggap banyak bicara kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Menurut Ramli (2005 : 50) Anak prasekolah mengembangkan strategi
menjadi melek literasi melalui pengembangan bahasa oral dengan buku-buku dan
bahan cetakan yang ada di lingkungannya. Melaui interaksi percakapan dengan
orang tua, pengasuh, dan guru, anak berhadapan dengan pengalaman dan
informasi baru yang dapat membantu anak membangun landasan konseptual dan
bahasa yang kemudian digunakan dalam kegiatan membaca dan menulis.
Jim Trelease dalam bukunya “The Handbook of Read Aloud” menjelaskan
hanya ada dua cara membuat kata-kata masuk ke dalam otak, yakni melalui
penglihatan atau pendengaran. Read aloud mengaitkan aktvitas dongeng yang
menyenangkan dengan buku, sebab dari sanalah berbagai cerita yang menarik itu
berasal. Layaknya mendongeng, dalam read aloud juga diperlukan komunikasi
antara pendongeng dan audiens.
Metode Read Aloud terdiri dari dua kata yaitu "read" dan "aloud". Read
adalah membaca atau melihat catatan dan aloud adalah suara keras atau suka
membaca dengan keras. Read Aloud merupakan bentuk strategi membacakan teks
di buku dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara

1


2

mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Strategi ini
mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang
kohesif. Jadi metode Read Aloud adalah teknik pembelajaran yang mengarahkan
pada pemahaman materi dengan menggunakan kekuatan membaca dengan keras.
Anak-anak di taman kanak-kanak Nur Rahimah memiliki kendala dalam
berkomunikasi pada pembelajaran di kelas. Hal ini ditandai dengan kurang
aktifnya anak dalam merespon pembelajaran di kelas. Selain itu, anak belum bisa
mengungkapkan pikirannya saat diberikan pertanyaan tentang hal-hal yang baru.
Sekitar 65% anak dalam kondisi berkomunikasi rendah. Kondisi tersebut
membuat guru kesulitan untuk menyampaikan pembelajaran secara maksimal dan
mengevaluasi secara keseluruhan perkembangan anak.
Berdasarkan uraian di atas, pada kesempatan ini penulis mengambil judul
“Penerapan

Metode

Read


Aloud

untuk

Meningkatkan

Kemampuan

Berkomunikasi Pada Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Nur Rahimah
Banjarbaru Tahun Ajaran 2013/2014” agar tercipta suatu peningkatan kualitas
pembelajaran bagi anak, khususnya anak kelompok A. Selain itu, melalui metode
read aloud ini diharapkan kemampuan berkomunikasi anak kelompok A dapat
berkembang secara optimal.
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Apakah


metode

read

aloud

dapat

meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi pada Anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur
Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah cara mengatasi kendala yang ada dalam penerapan
metode read aloud dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi
pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru
tahun ajaran 2013/2014?

3

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah.
1. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui metode read
aloud pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah
Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.
2. Untuk mengatasi kendala penerapan metode read aloud dalam
meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A
Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti
untuk meneliti hal yang sama dimasa yang akan datang.
b. Hasil penelitian ini sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang akan
menambah wawasan dalam penelitian yang berkaitan dengan
penerapan metode read aloud di Taman Kanak-kanak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak
1) Meningkatnya kemampuan berkomunikasi melalui metode read
aloud pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah.
2) Memberikan metode pembelajaran baru pada anak kelompok A
Taman Kanak-kanak Nur Rahimah.
3) Meningkatnya kepercayaan diri anak di lingkungan sosial.
b. Bagi guru
1) Memudahkan

pelaksanaan

pengembangan

kemampuan

berkomunikasi dan bahasa lisan melalui metode read aloud pada
anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah.

4

2) Memberikan metode pembelajaran yang baru dalam kegiatan
belajar-mengajar.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan perbaikan dari proses dan hasil belajar siswa.
2) Meingkatknya mutu lulusan anak pada lembaga.
3) Memberikan

sumbangan

kemampuan profesional guru.

positif

terhadap

peningkatan

BAB II
LANDASAN TEORI
A.
1.

Kajian Teori

Pengertian Komunikasi
Menurut Hurlock (1978:176) mengatakan bahwa komunikasi dapat

diartikan sebagai suatu pertukaran pikiran dan perasaan. Pertukaran tersebut dapat
dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti isyarat, ungkapan perasaan,
bicara, atau bahasa tulisan, tetapi komunikasi yang paling umum dan paling
efektif dilakukan adalah berbicara. Pada masa kanak-kanak, tidak semua kegiatan
berbicara merupakan bentuk komunikasi. Anak-anak sering kali berbicara dengan
diri sendiri dan mainannya. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu dan
perkembangannya, anak akan memiliki minat dalam kelompok sosial untuk
berkomunikasi. Seperti hal itu pula semakin berkurangnya intensitas anak-anak
untuk berbicara dengan diri sendiri dan mainannya.
Menambahkan pernyataan di atas, Direktorat Pembinaan Taman Kanakkanak dan Sekolah Dasar (2007:5) menyatakan bahwa fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi antara lain (1) keterampilan berbahasa, (2) keterampilan mendengar,
(3) keterampilan berbicara, dan (4) keterampilan membaca. Keterampilan
berbahasa dapat dilihat dari perilaku anak yang menunjukkan perilaku menyapa
teman, memperkenalkan diri, memberi jawaban menerima atau menolak, dan
meminta ijin. Selanjutnya keterampilan menderngar pada anak dapat dilihat dari
perilaku yang ditunjukkan dalam mendengarkan orang lain pada saat berbicara,
bercerita, dan memberikan perintah terhadapnya. Ketiga, keterampilan berbicara
dapat dilihat dari perilaku anak dalam bertanya, menciptakan suasana aktif, dan
menyenangkan di kelas. Terakhir, keterampilan membaca merupakan integrasi
antara keterampilan auditif (pendengaran) dengan visual (pengamatan).
Menurut Onong Uchjana (2006) kalau dua orang terlibat dalam
komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu
menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum

5

6

tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelaslah bahwa percakapan
dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya saling mengerti makna dari
bahan percakapan.
Pada kompetensi dasar perkembangan berbahasa anak kelompok A
dinyatakan bahwa anak mampu mendengarkan berkomunikasi secara lisan,
memiliki

perbendaharaan

kata

dan

mengenal

simbol-simbol

yang

melambangkannya. Dari pernyataan-pernyataan yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam kehidupan anak.
Selain sebagai sarana penyamaan makna dari percakapan sehari-hari, kemampuan
komunikasi merupakan sarana anak untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya kepada orang lain yang umumnya tersampaikan secara lisan
(berbicara).
2.

Komunikasi pada Anak Kelompok A
Anak-anak usia kelompok A adalah rentang usia antara empat sampai

dengan lima tahun. Pada usia tersebut anak dapat mengikuti arahan-arahan yang
kompleks secara antusias apabila berbicara tentang hal yang sering mereka
kerjakan. Umumnya mereka mampu mendengarkan cerita, membuat cerita,
bahkan mampu bercerita ulang.
Kosakata yang mereka kuasai mencapai 1.000 sampai dengan 2.000 kata.
Pembicaraan sebagian besar anak sudah dapat dimengerti pada usia ini. Meskipun
demikian, masih terdapat masalah pada komunikasinya antara lain (1) kesalahan
bunyi (cadel), (2) gagap dalam berbicara. Kedua hal tersebut banyak dijumpai
pada kasus anak laki-laki.
Terdapat dua lingkup perkembangan bahasa anak dalam standar pendidikan
anak usia dini. Hal tersebut adalah menerima bahasa dan mengungkapkan bahasa.
Menerima bahasa memiliki tiga tingkat perkembangan, antara lain (1) mengerti
beberapa perintah secara bersamaan, (2) mengulang kalimat yang lebih kompleks,
(3) memahami aturan dalam suatu permainan. Pada kemampuan mengungkapkan
bahasa terdapat enam tingkat pencapaian perkembangan yaitu (1) menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks, (2) menyebutkan kelompok gambar yang
memiliki bunyi sama, (3) berkomunikasi secara lisan, perbendaharaan kata, serta
mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, (4) menyusun kalimat

7

sederhana dalam struktur lengkap, (5) memiliki lebih banyak kata-kata untuk
mengekspresikan ide pada orang lain, dan (6) melanjutkan sebagian cerita atau
dongeng yang telah diperdengarkan.
Dari hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia kelompok A
mampu untuk diberikan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan
komunikasi. Pada umumnya tingkat pencapaian anak kelompok A yang normal
mampu menerima pembelajaran dalam suasana komunikatif dan selanjutnya dapat
dilakukan secara berkesinambungan. Maka dari itu, hal-hal yang dinilai dari
kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A taman kanak-kanak Nur
Rahimah

adalah

kemampuan

mengungkapkan

bahasa

yang

meliputi

berkomunikasi secara lisan, perbendaharaan kata, mengenal simbol-simbol untuk
persiapan membaca, dan memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide
pada orang lain.
3.

Metode Read Aloud
Pada kegiatan mendongeng memang harus memperhatikan aspek-aspek

teknis seperti, suara yang baik (termasuk nada suara, intonasi dan tinggi
rendahnya suara), kontak mata antara pendongeng dengan audiens sehingga
audiens merasa diajak berinteraksi, ekspresi dan raut wajah yang mampu
menggambarkan suasana dan karakter dalam cerita, dan gerak tubuh yang dapat
merefleksikan apa yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Saat menyampaikan
dongeng kepada audiens, butuh persiapan dan latihan khusus.
Pertama, pendongeng tentu harus hafal isi cerita. Tidak perlu kata per kata,
cukup garis besar cerita berikut tokoh-tokohnya. Kedua, pendongeng tentu harus
bisa memainkan intonasi dan nada suara, ekspresi wajah dan gerak tubuh. tidak
semua orang mampu terampil mendongeng. Hal ini dikarenakan cukup sulitnya
menceritakan cerita tanpa teks bacaan, sehingga tidak semua orang mampu
mengaplikasikannya pada pembelajaran.
Oleh karena itu solusi yang paling praktis dan memberi edukasi adalah
dengan menggunakan metode read aloud. Read aloud memiliki berasal dari read
yang artinya membaca dan aloud yang artinya nyaring. Metode read aloud telah
lama berkembang di negara-negara maju dan mengalami penyempurnaan dari
waktu ke waktu.

8

Penggunaan metode read aloud adalah dengan buku cerita bergambar,
kemudian teks ataupun ceita di dalam buku dibacakan dengan nyaring disertai
dengan ekspresi wajah sesuai karakter pada buku. Hal ini akan menarik perhatian
akan agar mampu menyimak dengan baik. Setelah anak-anak menyimak, dapat
dilakukan sesi tanya jawab dengan anak, sehingga terjadi interaksi dan akhirnya
terjalin suatu komunikasi yang baik.
Thorne – Thomson, tokoh yang mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan kegiatan mendongeng di perpustakaan, meyakini bahwa latihan
berimajinasi

dan

mendengarkan

“cerita

yang

dibacakan”

kelak

dapat

mempersiapkan anak untuk membaca. Read aloud mengaitkan aktvitas dongeng
yang menyenangkan dengan buku, sebab dari sanalah berbagai cerita yang
menarik itu berasal. Semakin sering anak diperkenalkan terhadap buku, semakin
cepat anak belajar membaca, dan ingin mendapat berbagai pengalaman lewat
buku. Pada akhirnya anak juga akan meningkatkan keluwesan anak dalam
berkomunikasi sehari-hari.
B.

Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya dan penelitian yang relevan dengan penelitian yang berjudul
“Penerapan

Metode

Read

Aloud

Untuk

Meningkatkan

Kemampuan

Berkomunikasi Pada Siswa Kelompok A Taman Kanak-kanak (PTK Di TK Nur
Rahimah Laweyan Surakarta Tahun 2013/2014)” adalah sebagai berikut:
Penelitian oleh Derry Koralek dengan judul “Reading Aloud with Children
of All Ages” dengan hasil reading aloud dapat mengarahkan anak untuk belajar
kata dan bahasa dan meningkatkan kemampuan mendengar. Reading aloud juga
memberikan perhatian pada bahasa buku dimulai dengan menyebutkannya dalam
bahasa lisan. Membangun pembendaharaan kata pada anak-anak dengan
menggunakan kata-kata yang mereka pahami dan bisa mereka gunakan. Dari
kegiatan reading aloud ini, anak-anak dapat belajar tentang bunyi dari huruf-huruf
dan kata-kata. Hal ini karena reading aloud sendiri membacakan dengan keras
bunyi huruf dan kata-kata yang ada dalam buku bergambar.

9

Penelitian tersebut memiliki letak relevansi dengan variabel bebas
atau variabel x bahwa read aloud mampu meningkatkan kemampuan
berkomunikasi (communication skill) yang masuk ke dalam ranah bahasa
anak. Sehingga anak mampu berkomunikasi secara baik dengan
pembelajaran mendengar dan melihat yang terdapat pada metode read
aloud.
Penelitian yang relevan berikutnya yaitu Umi Latifah (2012) dengan
judul “Implementasi Metode Bercerita untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Anak Usia Dini TK Kartini 2 Kratonan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012. Penelitian ini memiliki letak relevansi pada variabel y yaitu
keterampilan berbicara yang serupa dengan kemampuan berkomunikasi.
Keduanya sama-sama menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan melalui
bahasa lisan.

C.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian kajian pustaka dan penelitian yang relevan di atas
maka dapat disusun suatu kerangka berpikir. Pada kondisi awal, guru belum
pernah memberikan metode read aloud pada situasi pembelajaran. Guru hanya
memberikan pembelajaran yang bersifat konvensional. Pembelajaran ini bersifat
sekedar tanya jawab tanpa memberikan media yang mendukung.
Akibatnya kemampuan bekomunikasi anak menjadi rendah. Anak belum
berani untuk mengungkapkan gagasannya secara lisan. Hal ini disebabkan karena

10

kurangnya minat anak terhadap metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Faktor ini pula lah menghambat stimulus berkomunikasi pada anak di kelas.
Dari permasalahan di atas dapat dilakukan tindakan berupa pemberian
metode read aloud yakni membacakan buku cerita bergambar dengan suara yang
lantang disertai tanya jawab pada anak. Selain penyampaiannya lebih dekat
dengan anak, metode read aloud juga mudah untuk dipraktekan oleh guru. Hal ini
dikarenakan metode read aloud menyertakan buku cerita bergambar yang
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada anak.
Pada kondisi akhir penerapan metode read aloud dapat diambil
kesimpulan bahwa metode ini mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi
anak. Kemampuan berkomunikasi anak yang tadinya rendah akibat penerapan
metode pembelajaran yang konvensional melalui metode read aloud akan
meningkat secara signifikan.

Kondisi Awal

Guru tanpa
menggunakan
metode read aloud.
Masih
menggunakan cara
konvensional
(Tanya jawab)

Kemampuan
berkomunikasi
anak rendah
Perencanaan

Tindakan
Siklus
I
Dari uraian kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dengan
Pengamatan
Tindakan
Penggunaan
bagan dalam penelitian
ini
sebagai
berikut.
metode read
Refleksi
aloud. Anak
diberikan
pembelajaran
Siklus II
Perencanaan
menggunakan
buku cerita
Tindakan
bergambar yang
dibacakan
Pengamatan
dengan nyaring.
Refleksi

Kondisi akhir

Kemampuan berkomunikasi anak
semakin meningkat dengan metode
read aloud.

11

12

D.

Hipotesis

Berdasarkan uraian dari kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah penerapan metode read aloud dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur
Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Tempat Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilaksanakan di TK Nur Rahimah Kota
Banjarbaru. TK Nur Rahimah merupakan TK yang berada dalam naungan
yayasan pendidikan Islam Ayah Bunda yang berdiri sejak 1 Juli 2009. Letak TK
Nur Rahimah berada di tengah-tengah perkebunan warga sekitar.
TK Nur Rahimah merupakan TK yang baru berdiri sejak empat tahun lalu.
Kemampuan berkomunikasi anak di TK tersebut rata-rata masih belum baik
sebanyak 65 %. Padahal salah satu penentu kesuksesan dalam pembelajaran
adalah melalui komunikasi yang baik antara guru dengan anak, sehingga
pembelajaran di kelas dapat tersampaikan dan tujuannya dapat tercapai.
Oleh karena kondisi inilah, peneliti melakukan penelitian tentang metode
yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak kelompok A di
TK Nur Rahimah. Metode yang akan peneliti lakukan adalah read aloud yang
belum pernah diberikan oleh guru dan masih belum banyak penelitian tentang
metode read aloud ini di Indonesia, khususnya di Kota Banjarbaru.
B.

Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014 yaitu selama 5 bulan mulai dari bulan Januari hingga Mei 2014.
Jadwal penelitian langsung ke Taman Kanak-kanak Nur Rahimah akan
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Setiap satu
siklus terdapat tiga kali pertemuan yang terbagi atas satu kali pertemuan tiap
pekan. Durasi waktu yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini sekitar 60
sampai dengan 90 menit. Adapun rincian jadwal penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No

Kegiatan
Jan 2014

Feb 2014

13

Bulan
Mar 2014

Apr 2014

Mei 2014

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Penyusunan
dan pengajuan
proposal.
Mengurus ijin
penelitian.
Persiapan
penelitian.
Pelaksanaan
siklus I
Pelaksanaan
siklus II.
Analisis data.
Penyusunan
laporan.
Ujian.
Revisi.
Pengumpulan
skripsi

C.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A Taman Kanak-kanak
Nur Rahimah. Kelompok A di TK ini hanya memiliki satu kelas yang di dalamnya
terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, sehingga jumlah
keseluruhan anak di kelompok ini adalah sebanyak 20 anak. Tanpa ada anak yang
terindikasi berkebutuhan khusus.

D.

Sumber Data

Sumber data merupakan subjek yang memberikan data penelitian. Data dan
informasi yang diperoleh sebagian besar bersifat kualitatif. Data yang digunakan
untuk memenuhi penelitian ini antara lain :
1. Sumber primer
a) Kepala Taman Kanak-kanak Nur Rahimah
b) Guru kelas A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah.
c) Anak Kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah
2. Sumber sekunder
a) Arsip
: KTSP, RKM, RKH kelompok A.
b) Dokumen : Daftar skor hasil pembelajaran, presensi, video, dan foto.
E.

Teknik Pengumpulan Data

15

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen yang diuraikan sebagai berikut:
1. Obervasi
Observasi merupakan proses sistematis dalam pengumpulan data
tentang anak dan lingkungannya. Di dalam hal ini mengamati secara
seksama untuk memperoleh gambaran umum sekaligus hal detai yang
signifikan. Proses observasi yang akan digunakan meliputi observing
(mengumpulkan informasi), recording (mendokumentasikan hal yang kita
amati dengan berbagai cara), dan interpreting (merefleksikan makna hal
yang kita observasi).
Observasi pada kegiatan pembelajaran anak kelompok A Taman Kanakkanak Nur Rahimah akan dilaksanakan pada situasi sebagai berikut:
a) Tanya jawab
b) Presentasi lisan: penggunaan kosa kata, organisasi kalimat, kontak
mata, dan konsentrasi.
c) Posisi fisik anak saat duduk dan memperhatikan penjelasan guru.
Pada kegiatan observasi ini, peneliti dan guru akan menilai
komunikasi anak secara lisan, perbendaharaan kata yang diperoleh anak,
pengenalan anak terhadap simbol-simbol untuk persiapan membaca, dan
memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain.
Proses yang berlangsung dan hasil dari tanya jawab dari guru akan
menjadi patokan penilaian observasi ini.
2. Wawancara Semiterstruktur
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dapat
dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi tentang keberlangsungan
kegiatan pembelajaran. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Menurut Sugiyono (2012)
wawancara semitrestruktur sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, pada pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan wawancara
terstruktur. Wawancara jenis ini bertujuan menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan
idenya.

16

Pada kegiatan wawancara semiterstruktur ini peneliti akan
mengambil data dari sumber berupa pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan kegiatan pembelajaran. Wawancara semiterstruktur ini diberikan
kepada anak tentang responnya terhadap keberlangsungan pembelajaran
melalui metode read aloud, bagi guru untuk responnya terhadap kendala
dalam menerapkan metode yang dilakukan, dan bagi kepala TK unruk
responnya terhadap keberlangsungan metode read aloud menjadi salah
satu metode pembelajaran baru yang siap diterapkan di lembaga tersebut.
3. Pencatatan Dokumen
Pencatatan dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya yang monumental
dari seseorang. Menurut Sugiyono (2012) Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
Pencatatan dokumen dilakukan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Kegiatan pencatatan
dokumen

mengumpulkan

data

dalam

menggali

data

mengenai

kemampuaan berkomunikasi sebelum dan sesudah menggunakan metode
read aloud. Dokumen yang diperlukan meliputi kurikulum, RKH, foto,
video, presensi, dan daftar nilai anak.

F.

Validitas Data

1. Triangulasi Sumber
Menurut Sugiyono (2012) triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber. Dari ketiga data tersebut tidak bisa dirataratakan dalam penelitian kuantitatif. Melainkan dideskripsikan,
dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan mana yang bebeda
serta mana yang spesifik dari tiga sumber tersebut. Data yang

17

dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya
dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut. Hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

Kepala TK
Guru

Wawancara

Gambar 3.1. Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Teknik
Menurut Sugiyono

(2012) Triangulasi

Anak

teknik

untuk

menguji

kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber data
yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Observasi

Wawancara

Sumber
data yang
sama

Gambar 3.2. Triangulasi Teknik
Pencatatan Dokumen G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data dalam
penelitian kualitatif model Miles dan Huberman. Analisis data model Miles dan
Huberman ini terdiri atas beberapa komponen yang meliputi : reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpilan atau verifikasi. Pada kegiatan analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus-menerus sampai pada tahap
data jenuh. Berikut langkah-langkah yang digunakan :

Pengumpulan
data
Penyajian data

Reduksi data
Kesimpulan/
verifikasi

18

Gambar 3.3 Analisis data model interaktif

Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang komponen analisis data
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Pada proses mereduksi data berarti bahwa peneliti merangkum dan
memilih hal-hal pokok serta memfokuskan data pada hal-hal yang penting.
Kegiatan mereduksi ini juga berarti membuang hal-hal yang tidak perlu
dari data peneliti. Oleh karena itu data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Dengan cara menyajikan data, akan memudahkan peneliti untuk
memahami situasi yang terjadi dan mudah dalam merencanakan kerja
selanjutnya. Penyajian data dalam bentuk kualitatif dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori serta teks yang
bersifat naratif.
3. Kesimpulan atau Verifikasi
Setelah data-data yang telah direduksi dan disajikan, maka dalam
tahap ini akan diuji dan dibuktikan kebenarannya agar valid dan kredibel.
Dari kegiatan penarikan kesimpulan ini akan dicocokkan antara dugaan
sementara pada awal penelitian yang berupa hipotesis dengan bukti-bukti
yang valid pada tahap analisis. Apabila hipotesis maupun rumusan
masalah terjawab positif dengan bukti konkret dari hasil analisis data,
maka dapat disimpulkan penelitian ini berhasil membuat peningkatan.
H.
Penerapan

metode

read

Indikator Kerja
aloud

dapat

meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi pada anak kelompok A Taman kanak-kanak Nur Rahimah. Hal ini
ditandai dengan 80% dari 20 anak dapat terampil berkomunikasi. Dari data

Tabel 3.2 Indikator Kinerja

19

tersebut, dapat ditargetkan 16 orang anak sudah mampu berkomunikasi dengan
baik. Rincian indikator kinerja adalah sebagai berikut :

Aspek yang diukur

Persentase ketercapaian

Cara mengukur

keterampilan
Kemampuan anak dalam

80% siswa memiliki

Diamati dalam kegiatan

seluruh aspek

pemberian cerita dengan

kata

kemampuan

menggunakan

anak,

berkomunikasi yang

anak

baik.

berkomunikasi,
perbendaharaan
yang

diperoleh

pengenalan

read

metode

aloud

kemampuan

pada
merespon

terhadap simbol-simbol

pertanyaan dan perintah

untuk

dari guru saat pemberian

persiapan

membaca, dan memiliki

pembelajaran

lebih banyak kata untuk

berlangsung.

mengekspresikan

ide

pada orang lain.
I.

Prosedur Penelitian

Permasalahan
Perencanaan
Prosedur penelitian terdiri dari
awalnya permasalahan, perencanaan
kegiatan penelitian, tindakan yang dilakukan dalam penelitian, observasi terhadap
I penelitian yang dilakukan.
Tindakan Dari
kegiatan, dan refleksi atau evaluasi dari Siklus
kegiatan
permasalahan
yang ditemukan di kelas, maka peneliti merancang sebuah prosedur
Refleksi
penelitian yang relevan dengan solusinya, sehingga dapat digambarkan dengan
pola sebagai berikut.

Observasi
Perencanaan
Siklus II
Tindakan

Refleksi

Observasi
Siklus n

20

Gambar 3.4. Skema Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut.
1.

Permasalahan meliputi kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A
TK Nur Rahimah. Permasalahan ini ditemukan saat observasi awal di TK.

2.

Perencanaan
a. Menyusun RKH untuk pelaksanaan kegiatan.
b. Mempersiapkan media buku yang digunakan untuk menerapkan metode
read aloud.
c. Menyusun skenario pembelajaran.
d. Menyusun lembar penilaian atau evaluasi dan lembar observasi
e. Menyusun kriteria penilaian untuk anak.
f. Mempersiapkan lembar kinerja guru.
g. Mempersiapkan lembar absensi.

3.

Tindakan
a. Mengabsen anak saat akan melaksanakan kegiatan.
b. Memberikan

kegiatan

apersepsi

sebagai

pembukaan

dan

mengkondisikan anak.
c. Melakukan kegiatan tanya jawab
d. memberikan cerita pada anak disertai dengan buku cerita sebagai media
yang menarik.

21

e. Melakukan percakapan maupun tanya jawab terkait dengan buku cerita
yang sedang diceritakan.
f. Memberikan reward dalam bentuk pujian pada semua anak.
g. Memberikan kegiatan penutup
4.

Observasi
Dari kegiatan tadi dilakukan pengamatan antara perlakuan guru terhadap
anak, kemahiran anak dalam menjawab pertanyaan guru, dan keseriusan
dalam mengikuti pembelajaran.

5.

Refleksi
a. Guru memberikan penilaian pada masing-masing anak pada lembar
penilaian yang telah tersedia.
b. Observer memberikan penilaian pada masing-masing anak dan
memberikan penilaian kinerja guru pada lembar penilaian khusus.
c. Peneliti menerima masukan dan saran serta menerima data dari hasil
penilaian guru dan observer.

Keterangan tambahan :
1.

Pelaksanaan siklus I dan siklus II sama saja, yang membedakan hanya
terletak pada jenis buku cerita yang disajikan.

2.

Apabila siklus I telah mampu memenuhi target ketercapaian 80%, maka
penelitian dihentikan. Namun apabila sudah sampai pada siklus II belum
memenuhi target, kemungkinan besar akan dilakukan siklus ke III.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : Depdiknas.
Ernawulan Syaodih, dan Mubiar Agustin. 2008. Bimbingan Konseling untuk Anak
Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Lara Faradani, dkk. 2009. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta :
Universitas Terbuka.
M. Ramli. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta :
Depdiknas.
Onong Uchjana E. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rose Mini. 2007. Panduan Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak.
Jakarta : Indocamprima.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk
Anak Usia Dini. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Trelease, Jim. 2009. The Handbook of Read Aloud. Jakarta: Gramedia.
Tanpa
nama.
http://www.goodreads.com/topic/show/91013-rossie-setiawanmenyebarkan-virus-membaca
Tanpa
nama.
http://loveburgundy.wordpress.com/2011/04/20/read-aloudmendongeng-sekaligus-membacakan-cerita/
journal.naeyc.org/btj/200303/readingaloud.pdf

22