DAYA TARIK seksual pada LOVE

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia di dunia tentunya setiap individu tidak akan
pernah terlepas dengan orang lain atau berinteraksi dalam memenuhi
kebutuhannya. Sejalan dengan interaksi manusia dalam kehidupannya kerap kali
muncul suatu hubungan di antara individu, hubungan itu berawal dari sebuah
interaksi antar individu yang semakin lama sehingga menimbulkan sebuah
perasaan ketertarikan antar individu, berawal dari ketertarikan itu manusia akan
menjalani hubungan yang jauh yang berupa persahabatan, setelah masa
persahabatan berjalan baik dalam waktu yang lama atau pendek terkadang akan
menimbulkan perasaan yang lebih mendalam di antara individu, perasaan
berlebihan kepada seseorang itulah yang disebut cinta.
Tapi terkadang kita sebagai individu tak menyadari tentang segala fenomena
yang terjadi dalam kehidupan ini, termasuk rasa tertarik terhadap seseorang yang
dianggap memiliki sisi menarik dibandingkan dengan individu lainnya, sebagai
makhluk sosial hendaknya kita bisa memahami dan menyadari (peka) terhadap
berbagai hal tersebut apabila terjadi pada kehidupan nyata kita. Disamping itu,
realita dalam kehidupan kita saat ini pun tidak bisa dipisahkan dari berbagai likaliku pergaulan dan interaksi kita dengan orang lain, sehingga tidak menutup
kemungkinan kita memiliki rasa nyaman kepada orang tersebut, hingga pada
akhirnya menumbuhkan rasa cinta atau persahabatan diantara kita dengan orang

yang kita anggap memiliki pengaruh dengan kita.
Dalam makalah ini yang berjudul daya tarik (love), kami akan mengkaji
masalah mengenai ketertarikan, persahabatan dan cinta. Kami akan mencoba dan
berusaha mencari jawaban dari permasalahan tersebut dengan mencarinya lewat
telaah buku dan sumber-sumber lainnya, tentunya jawaban yang akan diperoleh
tidak akan menemui hasil yang sempurna, namun kami akan berusaha menyajikan
makalah mengenai daya tarik (love) ini dengan sebaik-baiknya.

1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan ketertarikan melalui persamaan?

Apa saja teori-teori ketertarikan?
Apa yang dimaksud dengan persahabatan?
Bagaimana ciri-ciri persahabatan?
Apa yang dimaksud dengan tertarik dan cinta?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketertarikan melalui
2.
3.
4.
5.

persamaan.
Untuk memahami teori-teori ketertarikan.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan persahabatan.
Untuk mengetahui ciri-ciri persahabatan.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tertarik dan cinta.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Ketertarikan Melalui Persamaan

2

Menurut Brigham (1991) ketertarikan merupakan suatu proses yang dengan
mudah dialami oleh setiap individu tetapi sukar untuk diterapkan. Kecenderungan
untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, untuk mendekatinya,
dan untuk berperilaku secara positif padanya.
Franzoi (2009: 338) menyatakan bahwa ketertarikan antar pribadi adalah
kebutuhan untuk mendekat kepada orang lain (The desire to aproach other
people). Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008: 230) ketertarikan antar
pribadi adalah penilaian yang kita buat untuk orang lain-sikap positif atau negatif
yang kita bentuk tentang mereka.
Ketertarikan adalah sebuah fenomena yang pasti dialami oleh setiap
individu di dalam kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah
proses interaksi antara satu individu dengan individu lainnya, di dalam proses itu
individu menemukan sesuatu yang menjadi faktor ketertarikan dalam menjalani
hubungan itu, berikut adalah beberapa asumsi mengenai faktor ketertarikan
menurut Ahmadi (1999):

1. Ketertarikan itu adalah berawal dari sesuatu yang nampak (appearance)
yang berupa fisik dari lawan kita.
2. Kesamaan di dalam sikap menjadi dasar untuk saling tertarik.
3. Kedekatan (Proximity), kedekatan antar personal dalam menjalani sebuah
hubungan tentunya akan membuat seseorang merasa tertarik dengan lawan
kita, karena dalam menjalin sebuah hubungan itu tentunya kita akan
mengtahui apa yang ada dalam diri lawan kita, sesuatu yang ada dalam diri
orang lain terkadang membuat kita merasa cocok dengannya sehingga
terjalinlah ketertarikan itu.
4. Hubungan yang menghasilkan keuntungan bagi kita tentunya akan membuat
kita betah berlama-lama menjalin hubungan itu, tentunya hubungan itu
timbul karena ketertarikan kita akan keuntungan yang kita dapatkan dari
hubungan itu.
5. Kesamaan dan pelengkap adalah sesuatu yang akan menjadi kodrat manusia
dalam dunia ini, manusia akan selalu membutuhkan pelengkap dalam
hidupnya seperti halnya tentang pendamping hidup yang bisa dikatakan
sebagai pelengkap dalam hidupnya, namun tak terlepas dari itu faktor

3


persamaaan baik itu agama, ataupun tujuan hidup adalah menjadi dua
bagian yang tak terpisahkan dari pelengkap itu sebagai salah satu faktor
ketertarikan.
Dari uraian di atas telah sedikit dibahas bahwa manusia mengalami rasa
ketertarikan terhadap manusia lainya karena adanya sebuah tujuan atau sebuah
usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.
B. Teori-Teori Ketertarikan
Berbeda dengan pendapat yang terdahulu, disini beberapa ahli yaitu Donald
E. Allen, Rebecca, F. Guy dan Charles K. Edgley dalam bukunya social
psychology as social process (dalam Ahmadi, 2009: 212) mencoba
mengembangkan beberapa teori yang akan menerangkan tentang terjadinya
ketertarikan. Ketertarikan adalah suatu proses yang dengan mudah dialami oleh
setiap individu tetapi sukar untuk diterangkan. Disini dikemukakan adanya tiga
orientasi teori utama yang saling berbeda dan masing-masing memandang tingkah
laku dengan cara yang berbeda. Tiga pendekatan ini yaitu (Ahmadi, 2009: 212214):
1. Teori Cognitive
Teori cognitive menekankan proses berfikir sebagai dasar yang
menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial dipandang sebagai suatu hasil
atau akibat dari proses akal. Pendekatan cognitive di kemukakan oleh ahli
psikologi sosial yang bernama Theodore Newcomb disebutnya sebagai teori

balanced, yaitu suatu kecenderungan untuk mengorganisasi konsepsi
tentang orang lain, dirinya sendiri, dan barang-barang lain di sekitarnya
dengan cara yang harmonis, balanced atau symetris. Hubungan yang pasti
adalah lebih memuaskan daripada yang lain. Jika seseorang menyukai
lainnya dan jika keduanya saling menyukai dapatlah dikatakan bahwa
hubungan itu mencerminkan adanya hubungan yang balanced atau
seimbang. Hubungan antar pribadi yang baik ditandai oleh adanya
persetujuan dasar dan kesamaan pandangan tentang orang lain, tempat atau
benda. Dengan kata lain ketertarikan kepada orang lain mungkin secara
sederhana apakah anda dan dia setuju untuk suka dan tidak suka.
4

Sebalikanya, hubungan yang paling tidak memuaskan menurut
Newcomb (dalam Ahmadi, 2009: 212) adalah kurangnya keseimbangan
antara persetujuan dan tidak. Bila ketidakseimbangan terjadi, seseorang
akan berusaha berhubungan menuju kondisi yang seimbang dengan
mencoba meyakinkan orang lain untuk berubah atau keseimbangan dapat
diperoleh dengan berubahnya akal pikiran seseoarang. Akhirnya situasi
tidak seimbang itu dapat terpecahkan secara sederhana, dan
ketidakseimbangan itu tidak terjadi lagi. Pada dasarnya setiap manusia

memiliki kapasitas untuk setuju dan tidak setuju, namun hubungan yang
bersifat erat atau intim tentu melibatkan adanya persetujuan.
2. Teori Reinforcement (Penguatan)
Peguatan atau stimulus/respon adalah teori yang berakar pada teori
belajar yang menginterpretasikan ketertarikan sebagai satu respons yang di
pelajari. Teori reinforcement berusaha menemukan bagaimana ketertarikan
datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana, orang ditarik
oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Kita semua lebih suka menjadi
tertarik kepada orang-orang yang menghadiahi atau menghargai kita
daripada orang yang menghukum dengan kritikan atau hinaan. Percobaan
teori ini telah dilakukan oleh Lott dan Lott (dalam Ahmadi, 2009: 213).
Namun muncul pertanyaan tentang teori ini bahwa bagaimana kita
mengukur kenyataan bahwa kita tetap memiliki ketertarikan yang kuat
terhadap seseorang, sementara orang tersebut menghukum kita?. Misalnya
hubungan antara orang tua dan anak, meskipun orang tua menghukum
anaknya tapi biasanya tetap saja hubungan diantara keduanya sangat kuat.
3. Teori Interactionist
Teori ini beranggapan bahwa setiap orang dirangsang untuk menyukai
orang lain. Ide tentang teori ini bukan dikembangkan dari penelitian
ketertarikan laboratorium dimana subyek merespon orang yang belum

mereka kenal, tetapi dalam situasi alamiah dimana suatu keputusan selalu
dihubungkan kepada situasi sosial dimana seseorang menemukan dirinya.
Levinger dan Snoek (dalam Ahmadi, 2009: 214) menekankan di dalam
penelitiannya bahwa faktor terpenting di dalam suatu hubungan berbeda dari

5

waktu ke waktu, diketahui bahwa seorang suami tertarik kepada istrinya
mula-mula karena sifat penurutnya, akhirnya diketahui bahwa sifat ini tidak
cukup menopang perkawinanya, suami ini mungkin menemukan ciri-ciri
lainnya yang ada pada istrinya yang menjadikan ia terus-menerus tertarik.
Teori interactionist lebih menitik beratkan pada ketertarikan antar pribadi
sebagai suatu konsep.
Itulah beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
ketertarikan yang melatarbelakangi interaksi antar manusia.
C. Persahabatan dan Ciri-Cirinya
Menurut Ahmadi (1999) persahabatan merupakan konsep sosial yang murni.
Persahabatan menuntut adanya pemeliharaan interaksi, kecenderungan adanya
persahabatan adalah karena adanya persamaan, persamaan ini dapat berupa
persamaan kesenangan atau hobby, berfikir, keinginan atau cita-cita, nasib dan

sebagainya.
Menurut Shaffer (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan
yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan
kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi. Persahabatan adalah suatu bentuk
hubungan yang dekat yang melibatkan kesenangan, penerimaan, percaya, respek,
saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, dan spontanitas (Santrock,
2002).
1. Persahabatan dan Hubungan Ketemanan
Seorang ahli psikologi sosial Zuzanne Kurth membedakan sebagai
berikut (Ahmadi 2009: 215): persahabatan adalah suatu hubungan antar
pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu menjadi suatu
kesatuan, sedangkan hubungan ketemanan adalah merupakan hasil dari
suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan
suatu persahabatan. Hubungan ketemanan dapat berkembang ke
persahabatan, berteman dengan seseorang biasanya merupakan tingkat
permulaan dari kukuhnya sebuah komunitas dalam suatu lingkungan
kemudian berubah menjadi suatu persahabatan.

6


Persahabatan dan hubungan ketemanan ini memiliki ciri umum,
walaupun setiap ciri umum memperlihatkan perbedaan kuliataif yang
penting misalnya (Ahmadi 2009: 215):
a. Keduanya, persahabatan dan pertemanan memerlukan beberapa
ukuran dimana interaksi disini bersifat sukarela, tetapi hal ini lebih
penting pada persahabatan dari pada dalam hubungan pertemanan.
b. Dalam berteman, hubungan ketemanan tidak memiliki cita rasa
keunikan dan individualitas yang merupakan ciri persahabatan.
c. Persahabatan dan hubungan ketemanan berbeda dalam hal keakraban
atau keintiman di antara anggotanya. Sebuah hubungan persahabatan
membutuhkan tingkat keintiman, tidak seperti hubungan pertemanan
yang tidak membutuhkan keintiman.
d. Persahabatan harus di pelihara agar tetap hidup, persahabatan halnya
seperti pertemanan, lahir, sementara hidup dan mungkin mati.
Hubungan ketemanan merupakan pendahuluan atau titik permulaan
dari pada persahabatan. Dengan berbagai alasan,seperti apabila
mereka suka satu sama lain atau memiliki perasaan senasib, mereka
kemudian akan cenderung memutuskan untuk membentuk
persahabatan.


2. Ciri-Ciri Persahabatan
Ada beberapa macam ciri-ciri persahabatan atau adanya beberapa
elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan, yaitu (Ahmadi, 1999):
a. Mereka mengangap persahabatan merupakan suatu tempat yang
nyaman untuk mereka saling bertukar pikiran dan berkeluh kesah satu
sama lain.
b. Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan
pada kualitas yang objektif satu sama lain.
c. Saling bertukar barang-barang diantara teman tidak didasarkan pada
nilai elektronik tetapi pada kesukaan, harapan, keinginan diantara
mereka.

7

d. Mereka saling bersahabat karena memiliki suatu ciri khas
(kesepahaman perasaan), dan hal ini sulit digantikan oleh orang lain
karena belum tentu memiliki kesepahaman perasaan tersebut.
D. Tertarik dan Cinta
1. Tertarik
Menurut Ahmadi (2009: 218) orang yang saling sering bertemu lebih
memiliki kecenderungan untuk tertarik daripada mereka yang jarang atau
bahkan tidak pernah bertemu. Perkawinan misalnya lebih banyak terjadi
diantara orang-orang yang tinggal saling berdekatan atau saling bertemu,
misalnya tetangga, teman kerja, teman sekolah, dan lain-lain. Dalam situasi
demikian mereka lebih memungkinkan berhubungan secara langsung,
berhadap-hadapan. Hubungan dekat dengan teman merupakan suatu kondisi
untuk tertarik atau menyukai karena disitu orang sering berhubungan secara
langsung bertatap muka. Dengan kata lain dapat berhubungan secara
langsung satu sama lain merupakan kemudahan untuk saling tertarik. Dalam
bahasa jawa dikatakan witing tresno jalaran soko kulino, artinya timbul
cinta karena seringnya berhubungan atau bertemu. Hubungan langsung
dapat berupa (Ahmadi, 2009: 218):
a. Berhadapan langsung secara fisik, misalanya teman kerja, sekolah dan
sebagainya.
b. Tidak berhadap-hadapan secara fisik, tetapi hubungan langsung itu tetap
terjadi, misalnya melalui telepon, SMS (Short Message Service) dan
lain-lain.
2. Cinta
Menurut Ahmadi (1999) cinta bersumber pada ungkapan perasaan
yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan
pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta
tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan. Belas kasihan dan
pengabdian. Cinta yang disertai rasa tanggung jawab menciptakan
keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara
manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
Apabila dirumuskan secara sederhana, cinta adalah perasaan kasih
sayang, kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan

8

dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya
akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan
keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.
Erich Fromm (dalam Ahmadi, 1999) menuliskan bahwa cinta itu
terutama memberi bukan menerima, dan memberi merupakan ungkapan
yang paling tinggi dari kemampuan. Yang terpenting dalam memberi adalah
hal-hal yang bersifat manusiawi bukan materi. Cinta selalu menyatakan
unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan
pengenalan. Dalam dunia ini, ada beragam bentuk dalam cinta itu atau lebih
spesifik dikatakan tingkatan cinta, cinta itu sendiri adalah perasaan antara
dua manusia yang berlainan jenis kelamin pada umumnya, dimana setiap
individu dapat memberikan kasih sayangnya kepada lawannya, kasih sayang
itu dapat berupa perhatian atau bahkan dengan sentuhan fisik. Cinta itu
memililiki 4 ciri umum yaitu: pengertian, kepercayaan, kerjasama, dan
pernyataan kasih sayang. Keempat elemen ini harus di miliki oleh kedua
pihak, bukan satu pihak saja, yaitu (Ahmadi, 2009: 219):
a. Pengertian: saling pengertian mempunyai arti yang cukup luas yaitu
mengerti kepada hal-hal yang disenangi maupun yang tidak disenangi
pasanganya. Pengertian disini kadang-kadang menuntut pengorbanan.
Orang menekankan keinginannya sendiri demi pengertiannya atas
pasangannya.
b. Kepercayaan: saling percaya merupakan salah satu elemen perwujudan
cinta. Kedua belah pihak harus selalu menjaga agar apa-apa dilakukan
maupun dikatakan menimbulkan kepercayaan pada pasangannya. Untuk
dapat dipercaya orang harus menunjukan dalam bentuk kata-kata dan
perbuatan. Jadi kepercayaan ini tidak berarti bahwa karena mereka
saling cinta, mereka harus saling percaya, tanpa mau berusaha agar apaapa yang dilakukan menimbulkan kepercayaan, dengan kata lain cinta
menuntut masing-masing pihak dalam hal kata dan perbuatan dapat di
percaya.
c. Kerjasama: mengandung arti bahwa hasil itu akan menjadi lebih baik
bila keduanya saling kerjasama jika dibandingkan mereka bekerja

9

sendiri-sendiri. Mereka dikatakan saling mencintai bila keduanya
memiliki kesediaan untuk saling kerjasama.
d. Pernyataan kasih sayang: ini menyempurnakan ketiga elemen di atas.
Pernyataan kasih sayang ini dapat berupa :
1) Kata-kata misalnya : sayangku, cintaku, manisku dan sebagainya.
2) Perbutan misalnya : menepuk bahu, menggandeng, mencium,
memeluk dan sebagainya.
Ada berbagai macam bentuk cinta diantaranya adalah (Ahmadi:
1999):
a. Passionate love yaitu perasaan kasih sayang yang diiringi keinginan
untuk senantiasa bersama dan bersatu dengan orang yang dikasihi.
Passionate lovers biasanya memiliki perasaan cinta yang begitu kuat,
merasa bahagia karena mendapatkan perhatian pasangannya dan merasa
putus asa atau kehilangan ketika ditinggalkan.
b. Companionate love yaitu kasih sayang yang kita rasakan terhadap
pasangan yang tinggal bersama karena adanya rasa saling menyayangi
yang begitu mendalam. Meskipun api cinta dalam jenis passionate love
begitu membara, tapi lama kelamaan bisa meredup. Memang biasanya
keromantisan dapat bertahan beberapa bulan bahkan hingga satu atau
dua tahun, namun cinta passionate love tidak dapat bertahan lama
bahkan semakin lama memudar. Sebaliknya, companionate love, jenis
cinta ini dapat bertahan lama, dalam keadaan apapun pasangan tetap
hangat meskipun badai menerpa karena memang sejak awal pasangan
telah bersepakat mencintai apapun yang terjadi.
E. Teori Segitiga Cinta (The Triangular Theory of Love) Sternberg
Teori ini menyatakan bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama: keintiman
(intimacy), hasrat (passion), dan komitmen (commitment), yang dijelaskan sebagai
berikut (Dariyo, 2003):
a. Intimacy
Merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan
kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini
menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai,

10

menghormati dan mempercayai pasangan yang dicintai. Seseorang merasa
intim dengan orang yang dicintai karena masing-masing individu merasa
saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala
hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan
kehadiran pasangan hidup di sisinya.
b. Passion
Merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin
dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan
hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Adanya passion ini
menyebabkan dinamika kehidupan cinta antara dua individu yang berbeda
jenis kelamin karena merasa bergairah secara seksual terhadap pasangan
hidupnya. Kebutuhan seksual merupakan salah satu unsur terpenting untuk
mempertahankan kelangsungan keutuhan cinta. Namun, bila dicermati
secara mendalam, passion meliputi sentuhan fisik, membelai rambut,
berpegangan tangan, merangkul, memeluk, mencium, atau hubungan
seksual.
c. Commitment
Merupakan dorongan kognitif yang mendorong individu tetap
mempertahankan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya.
Komitmen yang sejati ialah komitmen yang berasal dari dalam diri yang
tidak akan pernah pudar/luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan,
godaan, ataupun ujian berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya
rintangan, godaan, atau hambatan justru akan menjadi pemicu bagi masingmasing individu untuk membuktikan ketulusan cinta terhadap pasangan
hidupnya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan
cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa
diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai pasangan hidupnya. Dengan
demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta
sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta
tersebut.

11

Berdasarkan pada teori segitiga cinta (triangular theory of love), terdapat
delapan jenis hubungan percintaan yang masing-masing jenisnya memiliki ciriciri yang berbeda (Dariyo, 2003). Jenis-jenis cinta tersebut yaitu:
a. Nonlove (tidak ada cinta)
Merupakan hubungan antarindividu yang berbeda jenis kelamin, tanpa
disertai unsur intimasi, hawa nafsu biologis (passion) ataupun komitmen.
Hubungan tersebut sangat dangkal, bahkan cenderung antarindividu tidak
memiliki kepedulian ataupun perhatian yang mendalam. Hubungan jenis ini
hampir sama dengan individu-individu yang tidak saling kenal sehingga
tidak ada unsur yang mendorong keduanya untuk mempertahankan
hubungan tersebut.
b. Liking (menyukai)
Dua individu yang berbeda jenis kelamin sama-sama merasa terdorong
untuk saling memperhatikan satu sama lain. Hubungan mereka sangat akrab,
yaitu ditandai keinginan mengungkapkan pengalaman, perasaan ataupun
pemikirannya. Namun, keduanya tidak memiliki hasrat untuk melakukan
hubungan seksual dan tidak ada ikatan untuk melanjutkan ke jenjang
pernikahan. Hal ini lebih tepat diterapkan pada hubungan persahabatan.
c. Infatuation (infatuasi)
Terjadinya hubungan dua individu yang berbeda jenis kelamin yang hanya
didasari unsur nafsu biologis (passion) semata. Dalam hubungan tersebut,
tidak ada unsur keakraban (intimasi) ataupun komitmen untuk
mempertahakan hubungannya. Setelah kebutuhan biologisnya terpenuhi,
mereka tidak ada lagi hubungan pribadi. Hubungan ini ditemukan pada
individu yang menyalurkan kebutuhan seksualnya di tempat pelacuran,
diskotek, atau mereka yang melakukan pemerkosaan.
d. Empty love (cinta yang kosong)
Jenis cinta ini hanya didasarkan pada unsur komitmen, tetapi tidak ada
unsur nafsu biologis (passion) ataupun intimasi. Masing-masing individu
bertekad untuk mempertahankan hubungan tersebut, tetapi keduanya tidak
ada kemauan untuk melakukan hubungan seksual ataupun menjalin
komunikasi secara hangat, mesra, dan akrab. Jenis cinta ini dapat ditemukan

12

pada mereka yang melakukan hubungan cinta, tetapi dibatasi jarak yang
sangat jauh.
e. Romantic love (cinta romantis)
Merupakan dua individu yang berbeda jenis kelamin yang menjalin
hubungan cinta didasarkan atas unsur keakraban (intimasi) dan nafsu
seksual, tetapi tidak ada niat untuk meneruskan ke jenjang pernikahan.
Keduanya tampak akrab dan kadang dalam keakraban tersebut disertai
dengan perilaku seksual (pegangan tangan, pelukan, ciuman, bahkan
hubungan seksual).
f. Companionate love (cinta persahabatan)
Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin yang hanya didasarkan
atas unsur intimasi saja, tetapi tidak disertai dengan keinginan menyalurkan
hubungan seksual ataupun untuk meningkatkan ke jenjang pernikahan.
Hubungan ini terjadi pada mereka yang telah menikah, kemudian salah
seorang di antaranya menjalin relasi dengan individu lain.
g. Fateous love (cinta fateus)
Hubungan percintaan dari dua individu yang berbeda jenis kelamin, yang
didasari unsur passion dan komitmen, tetapi tidak ada unsur intimasi. Dalam
melakukan relasi tersebut, individu dapat melakukan perilaku seksual dan
keduanya terdorong mempertahankan ikatan itu. Hal ini kemungkinan agar
keduanya leluasa dapat menyalurkan kebutuhan seksual mereka. Namun,
diantara kedua individu itu tidak menampakkan hubungan yang hangat,
akrab, dan cenderung tidak mau memberi perhatian serius. Hubungan
antarindividu tersebut dapat terjadi pada individu-individu yang belum
menikah ataupun yang sudah menikah. Mereka yang menikah, karena
dijodohkan kedua orangtua, bisa jadi memiliki cinta jenis ini.
h. Consummate love (cinta sejati)
Cinta jenis ini dapat terjadi jika ada ketiga unsur, yaitu nafsu biologis
(passion), intimasi, dan komitmen. Dua individu yang sama-sama memiliki
ketiga unsur ini umumnya dapat mempertahankan hubungan percintaan
sampai langgeng. Mereka tidak akan mudah menyerah atau putus asa ketika
harus menghadapi berbagai penderitaan, cobaan, godaan, ataupun rintangan.
Dengan adanya penderitaan itu, justru makin memperkuat tekadnya untuk
membuktikan rasa cinta kepada pasangan hidupnya. Masing-masing saling
13

menunjukkan perilaku cinta (love behavior), artinya masing-masing
individu berupaya untuk berbuat sesuatu guna menyenangkan,
menggembirakan, ataupun membahagiakan pasangan hidupnya. Ketika
salah seorang dalam keadaan sakit, menderita, atau mengalami kemalangan,
yang satunya berusaha menghibur dan menguatkan hatinya agar tabah
dalam menjalani kehidupan. Cinta jenis ini didasari nilai-nilai kejujuran,
ketulusan, kesetiaan, kebersamaan, keharmonisan, tanggung jawab,
kepercayaan, dan saling pengertian.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, kesimpulan dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Ketertarikan adalah sebuah fenomena yang pasti dialami oleh setiap
individu di dalam kehidupannya, rasa ketertarikan akan tumbuh lebih kuat
antara individu yang memiliki kesamaan sikap dan kepercayaan.
2. Adanya 3 orientasi teori ketertarikan yang utama dan masing-masing
memandang tingkah laku dengan cara yang berbeda. Tiga pendekatan ini
adalah cognitive, reinforcement, dan interactionist.
3. Persahabatan timbul karena adanya persamaan, yang awalnya berhubungan
sebagi teman akan berkembang menjadi persahabatan karena adanya
persamaan berfikir, hoby, keinginan atau cita-cita, nasib dan sebagianya.
4. Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim
yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan
hubungan ketemanan adalah merupakan hasil dari suatu hubungan formal
dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu persahabatan.
5. Orang yang sering bertemu lebih cenderung memiliki ketertarikan daripada
yang jarang atau tidak pernah bertemu.
6. Cinta adalah perwujudan ketertarikan antar pribadi berbeda jenis yaitu laki
laki dan perempuan, cinta juga adalah hal yang mendasari terjadinya
perkawinan.
14

7. Menurut tipologi segitiga cinta dari Robert Sternberg, cinta memiliki tiga
dimensi, yakni hasrat (passion), keintiman/kedekatan (intimacy), dan
komitmen (commitment)

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
_____________ . 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Baron, R.A., Byrne, D., Branscombe, R.N. 2008. Social Psychology. 11th Ed.
USA: Allyn & Bacon.
Brigham, J.C. 1991. Social Psychology. New York: Harpercollins Publisher.
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT
Gramedia
Franzoi L. Stephen. 2009. Social Psychology Fifth Edition. McGraw-Hill
Companies, Inc Avenue of the Americas, New York, NY 10020.
Santrock. J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. (edisi
kelima) Jakarta: Erlangga
Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. USA: Thomson .

15

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING PENGRAJIN PERAK DI DESA PULO KECAMATAN TEMPEH KABUPATEN LUMAJANG

44 381 111

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

JI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK POLIFENOL BIJI KAKAO Escherichia coli SECARA IN VITRO

6 112 17