TUGAS AKHIR M K 1
TUGAS AKHIR
MANAJEMEN KEUANGAN I
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Disusun oleh :
Gibran Swadana 346386 (11)
Bima Sena Suarga Eka Putra 346393 (12)
Rizky Aji Wiguna 346419 (13)
Muhammad Hatta 346420 (14)
Dhevi Anindya Windayanti 346428 (15)
Adrian Adi Setiawan 347623 (23)
Sabrina Aisyah 348395 (32)
I Nyoman Artha Ananda 348404 (33)
Claudia Evelina 352990 (55)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014/2015
A. PROFIL COMPANY
PT. Unilever IndonesiaTbk
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving
Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan
mencakup produk Home and Personal Care serta Foods and Refreshment ditandai
dengan brand-brand terpercaya dan ternama di dunia, antara lain Wall’s, Lifebuoy,
vaseline, Pepsodent, Lux, Pond’s, Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona,
Clear, dan lain- lain.
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever di Batavia. Perusahaan berganti nama menjadi PT
Unilever pada tahun 1980, tepatnya 22 Juli 1980 dan kemudian menjadi perusahaan go
public pada 16 November 1981 mendaftarkan 15% sahamnya pada Bursa Efek
Indonesia.
Visi Unilever
To Earn The Love and Respect of Indonesia by Touching The Lives of Every Indonesian
Every Day.
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan
setiap orang Indonesia setiap harinya.
Misi Unilever
1. Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
2. Kami membantu konsumen merasan yaman, berpenampilan baik dan lebih
menikmati hidup melalui brand - layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
3. Kami menginsipirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya
yang bila digabungkan bias mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
4. Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan
kami tumbu dua kali lipat sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.
B. ANALISIS RATIO LIKUIDITAS
A. Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
2011
=
4.446.219
= 0,687
6.474.594
2012
=
5.035.962
= 0,668
7.535.896
2013
=
5.862.939
= 0,696
8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
=
6.430.065
= 2,40
2.676.892
B. Quick Ratio = Current Assets – Inventory
Current Liabilities
2011
=
(4.446.219 –1.812.821 – 48.127 – 60.848)
= 0,390
6.474.594
2012
=
(5.035.962 – 2.061.899 – 1.840 – 1.718 – 73.940)
= 0,384
7.535.896
2013
=
(5.862.939 – 2.084.331 – 10.168 – 66.170 )
= 0,440
8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
=
(6.430.065 – 1.456.454 – 47.888 – 236.688 – 15.395)
= 1,75
2.676.892
2013
2012
2011
Current Ratio
0,696
0,668
0,687
Quick Ratio
0,440
0,384
0,390
Current Ratio
1
0.8
0.6
Current Ratio
0.4
0.2
0
2011
2012
2013
Quick Ratio
1
0.8
0.6
Quick Ratio
0.4
0.2
0
2011
2012
2013
Current Ratio
3
2.5
2
Current Ratio
1.5
1
0.5
0
UNILEVER
MAYORA
Quick Ratio
2
1.8
1.6
1.4
1.2
Quick Ratio
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
UNILEVER
MAYORA
ANALISIS CURRENT RATIO
RasioLancar (Current Ratio) merupakan hasil dari Aset Lancar dibagi Kewajiban
Lancar.Berdasarkan data Rasio Lancar (Current Ratio) diatas, tahun 2013 perusahaan
memiliki rasio yang lebih tinggi di bandingkan denganr rasio lancer pada tahun 2012
maupun 2011.
Pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2011, Aset lancar Unilever Indonesia
meningkat 13,3% dari tahun 2011 menjadi Rp5,0 triliun tahun 2012. Di akhir tahun
2012, liabilitas jangka pendek meningkat 15,9% dari tahun 2011 menjadi Rp7,5 triliun.
Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman jangka pendek 13,8%, utang
usaha 36,7%, utang pajak 6,9%, akrual 29,7%, utang lain-lain 12,4%, dan kewajiban
imbalan kerja – bagian lancar 0,5%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek sebesar
Rp1,0 triliun terutama disebabkan naiknya pinjaman jangka pendek terkait dengan
pertumbuhan Perusahaan.
Hal ini menyebabkan terjadi penurunan rasio sebesar - 0,019 disebabkan adanya
kenaikan pada liabilitas sebanyak 16,39% pada tahun 2012. Dapat di indikasikan bahwa
pada tahun 2012, Unilever sedang mengalami penurunan dalam income sehingga
perusahaan mulai lambat dalam membayar tagihan.
Pada tahun 2013 dibandingkan dengan 2012, Aset lancar Unilever Indonesia
meningkat 16,4% dari tahun 2012 menjadi Rp5,9 triliun tahun 2013. Di akhir tahun
2013, liabilitas jangka pendek meningkat 11,7% dari tahun 2012 menjadi Rp8,4 triliun.
Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman jangka pendek 11,6%, utang
usaha 44.7%, utang pajak 5,2%, akrual 21,9%, utang lain-lain 16,2%, dan kewajiban
imbalan kerja jangka panjang – bagian lancar 0,4%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka
pendek sebesar Rp0,9 triliun terutama disebabkan naiknya utang usaha untuk pembelian
bahan baku.
Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan rasio sebesar 0,028 yang disebabkan
adanya kenaikan pada asset sebanyak 16,4%, walaupun liabilitas dari Unilever juga naik
sebanyak 11,7% namun tetap rasio lancarnya dapat lebih tinggi dibandingkan tahun
2011 dan 2012.
Namun rasio lancar pada tahun 2013 milik unilever dibandingkan dengan rasio
lancar PT Mayora Indah Tbk sangat jauh tertinggal. PT Mayora dapat dibilang mampu
mengatur utang dengan baik, sehingga liabilitas jangka pendek perusahan lebih rendah
dibandingkan dengan dengan aset lancar perusahaan. Tentunya ini membuat para
kreditur lebih percaya terhadap PT Mayora mampu membayar hutang-hutangnya tepat
waktu, dan berdampak PT Mayora mampu memiliki tambahan modal dari para kreditur.
ANALISIS QUICK RATIO
Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan hasil dari Aset Lancar dikurangi dengan
persediaan, pajak dibayar dimuka, serta beban dibayar dimuka, kemudian dibagi
Kewajiban Lancar.
Pada tahun 2012, Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan
angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan utang dan
persediaan tidak terpakai / tidak laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011
menjadi Rp62,3 miliar pada tahun 2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi
terhadap risiko kerugian karena bencanaalam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp145,1miliar per lokasi. Pajak Dibayar di
Muka mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh
penerimaan pembayaran lebih bayar pajak entitas anak sebesar Rp39,2 miliar pada April
2012. Beban Dibayar di Muka ini mengalami kenaikan sebesar 21,5% dari Rp60,8
miliar di tahun 2011 menjadi Rp73,9 miliar di tahun 2012. Berdasarkan data tersebut,
pengurangan pada asset tetap meningkat, sedangkan likuiditasnya tetap tinggi, sehingga
menyebabkan penurunan pada rasio cepat. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
kurang dapat mengendalikan hutang mereka.
Pada tahun 2013, Persediaan sedikit meningkat sebesar 1,1% dibandingkan
dengan angka tahun lalu.Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan using dan
persediaan tidak terpakai / tidak laris yang meningkat dari Rp62,3 miliar pada tahun
2012 menjadi Rp78,3 miliar pada tahun 2013. Jumlah persediaan yang relative sama
pada tahun 2013 dan 2012 menunjukkan manajemen persediaan yang baik pada tahun
berjalan. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena
bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp1,435miliar. Pajak Dibayar di Muka, Kenaikan pos pajak dibayar di muka
dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh PPN masukan lebih besar dari PPN
keluaran pada tahun berjalan.Beban dibayar di Muka,mengalami penurunan sebesar
10,5% dari Rp73,9 miliar di tahun 2012 menjadi Rp66,2 miliar di tahun 2013.
Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan mampu mengelola hutangnya dengan baik
terbukti dengan naiknya rasio cepat dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012.
Jika kita membandingkan dengan PT Mayora Indah Tbk maka rasio cepat
milik PT Unilever sangat rendah. Penyebabnya adalah liabilitas milik PT Mayora lebih
rendah dibandingkan dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan tersebut.
C. ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN
RASIO ASET
2011 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 20,5% dari Rp8,7 triliun di tahun 2010
menjadi Rp10,5 triliun di tahun 2011. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancar.
2012 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 14,3% dari Rp10,5 triliun di tahun 2011
menjadi Rp11,9 triliun di tahun 2012. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancer
2013 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 11,4% dari Rp11,9 triliun di tahun 2012
menjadi Rp13,3 triliun di tahun 2013. Peningkatan utama berasal dari aset lancar.
RASIO UTANG USAHA
2011 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 32,4% dari tahun 2010 mengikuti
pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia. Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada
pihak ketiga (90,4%) dan kepada pihak berelasi (9,6%). Pihak berelasi adalah anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2011 Unilever mencadangkan Rp3,4 miliar.
Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang
tidak tertagih. Penghapusbukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari direktur keuangan.
2012 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 16,8% dari tahun 2011 mengikuti
pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia. Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada
pihak ketiga (92,9%) dan kepada pihak berelasi (7,1%). Pihak berelasi adalah anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2012 Unilever mencadangkan Rp4,5 miliar.
Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang
tidak tertagih. Penghapus-bukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Direktur Keuangan.
2013 : Jumlah piutang usaha bersih meningkat menjadi Rp3,3 triliun pada tahun 2013 yang
hampir seluruhnya menyajikan piutang usaha pelanggan baru dan pelanggan yang sudah ada
atau pihak-pihak berelasi tanpa adanya kasus gagal bayar di masa terdahulu. Di tahun 2013
Unilever Indonesia mencadangkan Rp14,4 miliar. Pencadangan ini digunakan untuk
menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak tertagih. Penghapusbukuan
piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur
Keuangan.
RASIO PERSEDIAAN
2011 : Persediaan meningkat sebesar 15,2% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak
laris yang meningkat dari Rp63,3 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp82,5 miliar pada
location tahun 2011. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian
karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp99,9 miliar per lokasi.
2012 : Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak
laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp62,3 miliar pada tahun
2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana
alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp145,1
miliar per lokasi.
2013 : Persediaan sedikit meningkat sebesar 1,1% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak
laris yang meningkat dari Rp62,3 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp78,3 miliar pada tahun
2013. Jumlah persediaan yang relatif sama pada tahun 2013 dan 2012 menunjukkan
manajemen persediaan yang baik pada tahun berjalan. Persediaan juga telah dilindungi oleh
asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp1,435 miliar.
RASIO ASET TETAP
2011
: Aset tetap mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni sebesar 28,1% dari tahun
lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam
rangka peningkatan kapasitas produksi.
2012 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 18,2% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama
berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas
produksi.
2013 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 9,4% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama
berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas
produksi.
RASIO TINGKAT KOLEKTIBILITAS PIUTANG
2011
: Pada akhir tahun 2011, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang
(collection period) menurun dari 24 hari pada tahun 2010 menjadi 25 hari pada tahun 2011.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan ke daerah di luar pulau besar (outer island)
yang mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk pengiriman barang kepada distributor
dan cuaca yang kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan
jadwal.
2012 : Pada akhir tahun 2012, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang
(collection period) menurun dari 25 hari pada tahun 2011 menjadi 27 hari pada tahun 2012.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan ke luar pulau Jawa (outer island) yang
mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk pengiriman barang kepada distributor dan
cuaca yang kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan jadwal.
2013 : Pada akhir tahun 2013, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang
(collection period) melemah
dari 30 hari pada tahun 2012 menjadi 33 hari pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh
pengiriman barang kepada distributor ke luar pulau Jawa (outer island) yang
membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.
ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN PADA PT MAYORA INDAH Tbk
Inventory turnover : Penjualan/Persediaan
12.017.837.133.337 / 1.456.454.215.049 = 8,251x
Setiap barang dalam persediaan Pt. Mayora Indah yang terjual dan diganti kembali atau
berputar, sebanyak 9,251 kali pertahun.
Fixed Asset Turnover : Penjualan / Aset tetap bersih
12.017.837.133.337 / 6.430.065.428.871 = 1,869x
Rasio perputaran asset tetap Pt.Mayora Indah sebesar 1,8 kali
Total Asset Turnover : Penjualan / Total asset
12.017.837.133.337 / 9.710.223.454.000 = 1,237x
Rasio perputaran total asset Pt.Mayora Indah sebesar 1,2 kali
Days Sales Outstanding : Piutang/Rata2 penjualan perhari = Piutang/Penjualan
tahunan:365 hari =
2.049.772.304.055 + 746.406.242.118 + 16.967.687.340 / 12.017.837.133.337 : 365 =
2813146233513 / 32925581187,22466 = 85,439
D. ANALISIS RASIO DEBT MANAGEMENT
Rasio
Debt Ratio
Times-Interest-
2011
64.9%
4.49
2012
66.9%
4.97
2013
68.1%
3.52
Mayora
59.9%
5.17
Earned
2011 = 6,801,375 /10,482,312 = 0.649
2012 = 8,016,614 / 11,984,979 = 0.669
2013 = 9,093,518 / 13,348,188 = 0.681
Mayora = 5,816,323 / 9.710.223 = 0.599
2011 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 4010747 = 4.49
2012 = 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 / 4196937 = 4.968
2013 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 5,121,735 = 3.517
Mayora = 1,356,073,496,557 + 32,388,888,893 / 32,388,888,893 = 5.17
70.00%
68.00%
66.00%
64.00%
Unilever
Industri (Mayora)
62.00%
60.00%
58.00%
56.00%
54.00%
2011
2012
2013
6
5
4
Unilever
Industri (Mayora)
3
2
1
0
2011
2012
2013
D/A Terjadi kenaikan dari 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013. Hal ini menunjukkan bahwa
para kreditur memberikan lebih dari setengah dari total pendanaan. Unilever akan sulit untuk
meminjam tambahan dana, karena kreditur berpikir akan terjadi banyak kerugian jika terjadi
likuidasi. Tetapi, disampin itu, dengan besarnya presentase D/A tersebut, maka makin
memperbesar laba yang diharapkan.
TIE Pada Tahun 2011, Unilever memiliki TIE Ratio sebesar 4.49x dimana Unilever dapat
membayar dengan tingkat 4.49x melalui operating income nya. Terjadi kenaikan sedikit di
tahun 2012 menjadi 4.97x dan kembali menurun di tahun 2013 di titik 3.52x.
Jika dihubungkan antara D/A dan TIE, pada 2011, tingkat kerugian kreditur cukup sedikit
(D/A) dan mereka mampu membayar dengan tingkat yang cukup besar (TIE). Oleh karena
itu, pada 2012 mereka menambah dana pinjaman (2011 total liabilitas sebesar 6,801,375 dan
2012 sebesar 8,016,614) dimana tingkat kemampuan Unilever membayar tingkat bunga pun
juga naik. Maka kreditur percaya dan Unilever percaya diri untuk menambah dana pinjaman.
Maka, tahun 2013 mereka menggunakan pinjaman dana dalam jumlah yang cukup besar
dimana kreditur mulai merasa tidak bisa menambah pinjaman dana karena takut akan
kerugian yang dirasakan jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Tingkat kemampuan Unilever
untuk membayar tersebut juga sangat menurun. Sehingga kreditur mulai ragu untuk memberi
dana tambahan pinjaman terhadap Unilever.
Perbandingan dengan industry sejenis :
Rasio
Debt Ratio
Times-
2011
64.9%
4.49
2012
66.9%
4.97
2013
68.1%
3.52
Mayora
59.9%
5.17
U
U
InterestEarned
Jika dibandingkan dengan rasio industry sejenis, unilever memiliki debt ratio yang lebih
tinggi dibanding dengan industry sejenis (mayora), yang berarti unilever memiliki peluang
kesulitan tambahan dana dibanding dengan mayora karena memiliki peluang kerugian bagi
kreditur yang lebih besar jika terjadi likuidasi.
Sedangkan untuk TIE nya, unilever memiliki angka lebih rendah dibandingkan mayora, hal
ini unfavorable karena berarti mayora memiliki tingkat pembayaran bunga sebelum
operating income nya tidak bisa membayar lagi dibanding dengan mayora.
E. ANALISIS PROFITABILITY RATIO
1. Operating Margin = HPP + Biaya Penjualan + Biaya Adsminitrasi x 100% EBIT
x100%
Penjualan Bersih
Sales Revenue
2013
= 14.978.947 + 6.627.850 + 2.028.895 x 100%
30.757.435
= 76,84 %
2012
= 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 x 100%
27.303.248
= 76,35 %
2011
= 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 x 100%
23.469.218
= 76,75 %
2. Profit Margin
= Net Sales – ( HPP + Biaya Penjualan + Biaya Adsminitrasi) x
100%
Net Sales
2013
= 30.757.435 – ( 14.978.947 + 6.627.850 + 2.028.895 ) x 100%
30.757.435
= 23,15 %
2012
= 27.303.248 – ( 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 ) x 100%
27.303.248
= 23,64 %
2011
= 23.469.218 – ( 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 ) x 100%
23.469.218
= 23,24 %
Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales). Dapat kita
lihat pada data diatas, profit margin dari Unilever masih fluktuatif pada rentang waktu 2011
sampai 2013. Dari 2011 ke tahun 2012 profit margin mengalami peningkatan sebesar 0,4 %.
Walaupun HPP, biaya administrasi dan biaya penjualan meningkat sebesar Rp, 2.834.632,
namun net sales meningkat jauh lebih besar yaitu sebesar Rp, 3.834.040. Meski range
peningkatannya menurun namun peningkatan net sales tidak hanya terjadi ditahun
sebelumnya. Pada tahun 2013 net sales-pun meningkat sebesar Rp, 3.454.187. Tetapi karena
EBITnya meningkat sebesar Rp, 2.787.252, hal itu menyebabkan profit margin menurun
dari tahun sebelumnya.
3. Basic Earning Power
=
EBIT / Total Assets
2011
=
18013808/10482312 : 1.72%
2012
=
20848440/11984979 : 1.74%
2013
=
23635692/13384188 : 1.77%
Dengan penghitungan BEP, kita bisa membandingkan kondisi perusahaan tiap
tahunnya. Dengan begini kita bisa membandingkan dengan rata-rata industry lainnya,
apakah kita masih dibawah rata-rata atau diatas. Lalu kita bisa melakukan improvisasi
untuk perusahaan kedepannya.
4. ROA & ROE
-
2011
Profit Margin
= net income/ sales
Total Asset Turnover = sales/ total assets
= 4,164,304/23,469,218
= 0.18%
= 23,469,218/10,482,312
= 2.24
times
ROA = 0.40
Equity Multiplier
= total asset/common equity = 10,482,312/3,680,937
= 2.85
times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.40 x 2.85 = 1.14%
-
2012
Profit Margin
= net income/ sales
= 4,839,145/ 27,303,248
= 0.18%
Total Asset Turnover = sales/ total assets
=27,303,248/ 11,984,979
= 2.28
times
ROA = 0.41
Equity Multiplier
= total asset/common equity =11,984,979/ 3,968,365
= 3.02
times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.41 x 3.02 = 1.24%
-
2013
Profit Margin
= net income/ sales
= 5,352,625/ 30,757,435
= 0.17%
Total Asset Turnover = sales/ total assets
=30,757,435/ 13,384,188
= 2.3
times
ROA = 0.39
Equity Multiplier
= total asset/common equity =13,384,188/ 4,254,670
= 3.14
times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.39 x 3.14 = 1.22%
Selama kurun waktu 2011-2013. Profit Margin perusahaan Unilever mengalami tren
penurunan sebesar 0,01 %. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan tidak mengontrol cost
yang ada dengan baik atau hutang perusahaan semakin besar sehingga berdampak langsung
kepada penurunan profit margin.
Pada 2011-2013. Total Asset Turnover perusahaan Unilever mengalami tren
kenaikan yang berkisar 0,03 kali. Hal ini menunjukan tingkat perputaran aset dalam kurun
waktu 1 tahun meningkat sebesar 0,03 kali.
Dalam tenggang waktu 2011-2013. Equity Multiplier perusahaan Unilever
mengalami tren meningkat sebesar 0,2. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai beberapa porsi
dariaktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Peningkatan pada Equity
Multiplier berarti bahwa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham
meningkat dari kurun waktu 2011-2013.
Perbandingan dengan PT Mayora Indah Tbk.
2013
Profit Margin
= net income/ sales
= 1,304,809/ 12,000,000
= 0.11%
Total Asset Turnover = sales/ total assets
= 12,000,000/ 9,710,223
= 1.24 times
ROA = 0.14%
Equity Multiplier
= total asset/common equity = 9,710,223/ 3,893,900= 2.49 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.14 x 2.49 = 0.35%
ROA memberitahu kita seberapa efisien penggunaan aset oleh manajemen untuk
mendapatkan keuntungan.
ROE merupakan bagian dari pendapatan yang dikembalikan sebagai persentase dari modal
pemegang saham. ROE mengukur tingkat keuntungan perusahaan dengan mengungkaplan
seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan uang yang
diinvestasikan oleh para investor
Profit Margin memberitahu kita akan banyak laba yang didapatkan perusahaan dari hasil
penjualannya. Profit Margin perusahaan Unilever yang sebesar 0.17% lebih besar apabila
dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar 0.11% saja. Hal ini berarti
bahwa Mayora tidak mengendalikan kosnya dengan baik, selain itu dapat juga diartikan
bahwa terdapat kemungkinan Mayora menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan
dengan Unilever dalam proses usahanya.
Total Asset Turnover memberitahu kita berapa kali profit margin diperoleh setiap tahunnya.
Total Asset Turnover perusahaan Unilever yang sebesar 2.3x lebih besar apabila
dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar 1.24x. Hal ini berarti bahwa
Perusahaan Unilever memiliki tingkat perputaran aset 2.3 kali pertahun yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan Mayora. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu Mayora
mungkin memiliki terlalu banyak aset dibandingkan dengan Unilever sesuai dengan porsi
usahanya.
Equity Multiplier bisa diartikan sebagai seberapa besar porsi dari aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh pemegang saham. Equity multiplier perusahaan Unilever yang sebesar 3.14x
lebih besar dibandingkan dengan Mayora yang sebesar 2.49x. Hal ini berarti bahwaa
perusahaan Unilever lebih banyak menggunakan pembiayaan dari pemegang saham dalam
proses usahanya dibandingkan dengan perusahaan Mayora.
F. ANALISIS MARKET VALUE RATIO
Modal saham perseroan berjumlah 7.630.000.000 lembar saham terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Per tanggal 31 Desember 2013, satu-satunya Direktur yang memiliki saham
publik Perseroan adalah Bapak Ainul Yaqin, dengan jumlah kepemilikan tidak lebih dari
0,001% dari jumlah modal dasar, yang ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
RASIO HARGA LABA
P/E : Price per Share / Earning per Share
Rasio Harga Laba menunjukkan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap
rupiah yang dilaporkan.
Price per Share
Earning per Share
2011
18800
545
2012
20850
634
2013
26000
701
P/E
2011
: 18800/545
: 34,5x
2012
: 20850/634
: 32,9x
2013
: 26000/701
: 37,1x
Rasio Harga Laba
38
37
36
35
Series 1
34
33
32
31
30
2011
2012
2013
Dari hasil penghitungan diatas, rasio harga / laba dari tahun 2011, 2012, dan 2013
bisa dibilang fluktuatif. Di tahun 2011 rasio sebesar 34.5x akan tetapi di tahun 2012 rasio
turun menjadi 32.9x, dan rasio mengalami kenaikan cukup lumayan di tahun 2013 dengan
marjin 4.2 menjadi 37.1.
RASIO NILAI PASAR atau NILAI BUKU
Rasio tersebut menunjukkan perbandingan harga pasar terhadap nilai bukunya yang
memberi indikasi pandangan investor atas perusahaan.
M/B
: Price per Share / Book Value per Share
2011
2012
2013
Price per Share
18800
20850
26000
Book Value per Share
Total Equity
3.637.971.000.000
3.968.365.000.000
4.254.676.000.000
Share Outstanding
7.630.000.000
7.630.000.000
7.630.000.000
:
2011
: 3.637.971.000.000 / 7.630.000.000= 476,798
2012
: 3.968.365.000.000 / 7.630.000.000= 520,1
2013
: 4.254.676.000.000 / 7.630.000.000= 557.6
Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku
48
46
44
42
Series 1
40
38
36
34
2011
2012
M/B
:
2011
: 18.800 / 476,798
: 39,4x
2012
: 20.850 / 520,1
: 40,1x
2013
: 26.000 / 557.6
: 46.6x
2013
MANAJEMEN KEUANGAN I
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Disusun oleh :
Gibran Swadana 346386 (11)
Bima Sena Suarga Eka Putra 346393 (12)
Rizky Aji Wiguna 346419 (13)
Muhammad Hatta 346420 (14)
Dhevi Anindya Windayanti 346428 (15)
Adrian Adi Setiawan 347623 (23)
Sabrina Aisyah 348395 (32)
I Nyoman Artha Ananda 348404 (33)
Claudia Evelina 352990 (55)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014/2015
A. PROFIL COMPANY
PT. Unilever IndonesiaTbk
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving
Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan
mencakup produk Home and Personal Care serta Foods and Refreshment ditandai
dengan brand-brand terpercaya dan ternama di dunia, antara lain Wall’s, Lifebuoy,
vaseline, Pepsodent, Lux, Pond’s, Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona,
Clear, dan lain- lain.
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever di Batavia. Perusahaan berganti nama menjadi PT
Unilever pada tahun 1980, tepatnya 22 Juli 1980 dan kemudian menjadi perusahaan go
public pada 16 November 1981 mendaftarkan 15% sahamnya pada Bursa Efek
Indonesia.
Visi Unilever
To Earn The Love and Respect of Indonesia by Touching The Lives of Every Indonesian
Every Day.
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan
setiap orang Indonesia setiap harinya.
Misi Unilever
1. Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
2. Kami membantu konsumen merasan yaman, berpenampilan baik dan lebih
menikmati hidup melalui brand - layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
3. Kami menginsipirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya
yang bila digabungkan bias mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
4. Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan
kami tumbu dua kali lipat sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.
B. ANALISIS RATIO LIKUIDITAS
A. Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
2011
=
4.446.219
= 0,687
6.474.594
2012
=
5.035.962
= 0,668
7.535.896
2013
=
5.862.939
= 0,696
8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
=
6.430.065
= 2,40
2.676.892
B. Quick Ratio = Current Assets – Inventory
Current Liabilities
2011
=
(4.446.219 –1.812.821 – 48.127 – 60.848)
= 0,390
6.474.594
2012
=
(5.035.962 – 2.061.899 – 1.840 – 1.718 – 73.940)
= 0,384
7.535.896
2013
=
(5.862.939 – 2.084.331 – 10.168 – 66.170 )
= 0,440
8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
=
(6.430.065 – 1.456.454 – 47.888 – 236.688 – 15.395)
= 1,75
2.676.892
2013
2012
2011
Current Ratio
0,696
0,668
0,687
Quick Ratio
0,440
0,384
0,390
Current Ratio
1
0.8
0.6
Current Ratio
0.4
0.2
0
2011
2012
2013
Quick Ratio
1
0.8
0.6
Quick Ratio
0.4
0.2
0
2011
2012
2013
Current Ratio
3
2.5
2
Current Ratio
1.5
1
0.5
0
UNILEVER
MAYORA
Quick Ratio
2
1.8
1.6
1.4
1.2
Quick Ratio
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
UNILEVER
MAYORA
ANALISIS CURRENT RATIO
RasioLancar (Current Ratio) merupakan hasil dari Aset Lancar dibagi Kewajiban
Lancar.Berdasarkan data Rasio Lancar (Current Ratio) diatas, tahun 2013 perusahaan
memiliki rasio yang lebih tinggi di bandingkan denganr rasio lancer pada tahun 2012
maupun 2011.
Pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2011, Aset lancar Unilever Indonesia
meningkat 13,3% dari tahun 2011 menjadi Rp5,0 triliun tahun 2012. Di akhir tahun
2012, liabilitas jangka pendek meningkat 15,9% dari tahun 2011 menjadi Rp7,5 triliun.
Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman jangka pendek 13,8%, utang
usaha 36,7%, utang pajak 6,9%, akrual 29,7%, utang lain-lain 12,4%, dan kewajiban
imbalan kerja – bagian lancar 0,5%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek sebesar
Rp1,0 triliun terutama disebabkan naiknya pinjaman jangka pendek terkait dengan
pertumbuhan Perusahaan.
Hal ini menyebabkan terjadi penurunan rasio sebesar - 0,019 disebabkan adanya
kenaikan pada liabilitas sebanyak 16,39% pada tahun 2012. Dapat di indikasikan bahwa
pada tahun 2012, Unilever sedang mengalami penurunan dalam income sehingga
perusahaan mulai lambat dalam membayar tagihan.
Pada tahun 2013 dibandingkan dengan 2012, Aset lancar Unilever Indonesia
meningkat 16,4% dari tahun 2012 menjadi Rp5,9 triliun tahun 2013. Di akhir tahun
2013, liabilitas jangka pendek meningkat 11,7% dari tahun 2012 menjadi Rp8,4 triliun.
Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman jangka pendek 11,6%, utang
usaha 44.7%, utang pajak 5,2%, akrual 21,9%, utang lain-lain 16,2%, dan kewajiban
imbalan kerja jangka panjang – bagian lancar 0,4%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka
pendek sebesar Rp0,9 triliun terutama disebabkan naiknya utang usaha untuk pembelian
bahan baku.
Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan rasio sebesar 0,028 yang disebabkan
adanya kenaikan pada asset sebanyak 16,4%, walaupun liabilitas dari Unilever juga naik
sebanyak 11,7% namun tetap rasio lancarnya dapat lebih tinggi dibandingkan tahun
2011 dan 2012.
Namun rasio lancar pada tahun 2013 milik unilever dibandingkan dengan rasio
lancar PT Mayora Indah Tbk sangat jauh tertinggal. PT Mayora dapat dibilang mampu
mengatur utang dengan baik, sehingga liabilitas jangka pendek perusahan lebih rendah
dibandingkan dengan dengan aset lancar perusahaan. Tentunya ini membuat para
kreditur lebih percaya terhadap PT Mayora mampu membayar hutang-hutangnya tepat
waktu, dan berdampak PT Mayora mampu memiliki tambahan modal dari para kreditur.
ANALISIS QUICK RATIO
Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan hasil dari Aset Lancar dikurangi dengan
persediaan, pajak dibayar dimuka, serta beban dibayar dimuka, kemudian dibagi
Kewajiban Lancar.
Pada tahun 2012, Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan
angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan utang dan
persediaan tidak terpakai / tidak laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011
menjadi Rp62,3 miliar pada tahun 2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi
terhadap risiko kerugian karena bencanaalam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp145,1miliar per lokasi. Pajak Dibayar di
Muka mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh
penerimaan pembayaran lebih bayar pajak entitas anak sebesar Rp39,2 miliar pada April
2012. Beban Dibayar di Muka ini mengalami kenaikan sebesar 21,5% dari Rp60,8
miliar di tahun 2011 menjadi Rp73,9 miliar di tahun 2012. Berdasarkan data tersebut,
pengurangan pada asset tetap meningkat, sedangkan likuiditasnya tetap tinggi, sehingga
menyebabkan penurunan pada rasio cepat. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
kurang dapat mengendalikan hutang mereka.
Pada tahun 2013, Persediaan sedikit meningkat sebesar 1,1% dibandingkan
dengan angka tahun lalu.Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan using dan
persediaan tidak terpakai / tidak laris yang meningkat dari Rp62,3 miliar pada tahun
2012 menjadi Rp78,3 miliar pada tahun 2013. Jumlah persediaan yang relative sama
pada tahun 2013 dan 2012 menunjukkan manajemen persediaan yang baik pada tahun
berjalan. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena
bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp1,435miliar. Pajak Dibayar di Muka, Kenaikan pos pajak dibayar di muka
dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh PPN masukan lebih besar dari PPN
keluaran pada tahun berjalan.Beban dibayar di Muka,mengalami penurunan sebesar
10,5% dari Rp73,9 miliar di tahun 2012 menjadi Rp66,2 miliar di tahun 2013.
Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan mampu mengelola hutangnya dengan baik
terbukti dengan naiknya rasio cepat dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012.
Jika kita membandingkan dengan PT Mayora Indah Tbk maka rasio cepat
milik PT Unilever sangat rendah. Penyebabnya adalah liabilitas milik PT Mayora lebih
rendah dibandingkan dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan tersebut.
C. ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN
RASIO ASET
2011 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 20,5% dari Rp8,7 triliun di tahun 2010
menjadi Rp10,5 triliun di tahun 2011. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancar.
2012 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 14,3% dari Rp10,5 triliun di tahun 2011
menjadi Rp11,9 triliun di tahun 2012. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancer
2013 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 11,4% dari Rp11,9 triliun di tahun 2012
menjadi Rp13,3 triliun di tahun 2013. Peningkatan utama berasal dari aset lancar.
RASIO UTANG USAHA
2011 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 32,4% dari tahun 2010 mengikuti
pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia. Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada
pihak ketiga (90,4%) dan kepada pihak berelasi (9,6%). Pihak berelasi adalah anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2011 Unilever mencadangkan Rp3,4 miliar.
Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang
tidak tertagih. Penghapusbukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari direktur keuangan.
2012 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 16,8% dari tahun 2011 mengikuti
pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia. Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada
pihak ketiga (92,9%) dan kepada pihak berelasi (7,1%). Pihak berelasi adalah anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2012 Unilever mencadangkan Rp4,5 miliar.
Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang
tidak tertagih. Penghapus-bukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Direktur Keuangan.
2013 : Jumlah piutang usaha bersih meningkat menjadi Rp3,3 triliun pada tahun 2013 yang
hampir seluruhnya menyajikan piutang usaha pelanggan baru dan pelanggan yang sudah ada
atau pihak-pihak berelasi tanpa adanya kasus gagal bayar di masa terdahulu. Di tahun 2013
Unilever Indonesia mencadangkan Rp14,4 miliar. Pencadangan ini digunakan untuk
menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak tertagih. Penghapusbukuan
piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur
Keuangan.
RASIO PERSEDIAAN
2011 : Persediaan meningkat sebesar 15,2% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak
laris yang meningkat dari Rp63,3 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp82,5 miliar pada
location tahun 2011. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian
karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp99,9 miliar per lokasi.
2012 : Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak
laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp62,3 miliar pada tahun
2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana
alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp145,1
miliar per lokasi.
2013 : Persediaan sedikit meningkat sebesar 1,1% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak
laris yang meningkat dari Rp62,3 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp78,3 miliar pada tahun
2013. Jumlah persediaan yang relatif sama pada tahun 2013 dan 2012 menunjukkan
manajemen persediaan yang baik pada tahun berjalan. Persediaan juga telah dilindungi oleh
asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp1,435 miliar.
RASIO ASET TETAP
2011
: Aset tetap mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni sebesar 28,1% dari tahun
lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam
rangka peningkatan kapasitas produksi.
2012 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 18,2% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama
berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas
produksi.
2013 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 9,4% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama
berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas
produksi.
RASIO TINGKAT KOLEKTIBILITAS PIUTANG
2011
: Pada akhir tahun 2011, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang
(collection period) menurun dari 24 hari pada tahun 2010 menjadi 25 hari pada tahun 2011.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan ke daerah di luar pulau besar (outer island)
yang mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk pengiriman barang kepada distributor
dan cuaca yang kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan
jadwal.
2012 : Pada akhir tahun 2012, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang
(collection period) menurun dari 25 hari pada tahun 2011 menjadi 27 hari pada tahun 2012.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan ke luar pulau Jawa (outer island) yang
mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk pengiriman barang kepada distributor dan
cuaca yang kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan jadwal.
2013 : Pada akhir tahun 2013, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang
(collection period) melemah
dari 30 hari pada tahun 2012 menjadi 33 hari pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh
pengiriman barang kepada distributor ke luar pulau Jawa (outer island) yang
membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.
ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN PADA PT MAYORA INDAH Tbk
Inventory turnover : Penjualan/Persediaan
12.017.837.133.337 / 1.456.454.215.049 = 8,251x
Setiap barang dalam persediaan Pt. Mayora Indah yang terjual dan diganti kembali atau
berputar, sebanyak 9,251 kali pertahun.
Fixed Asset Turnover : Penjualan / Aset tetap bersih
12.017.837.133.337 / 6.430.065.428.871 = 1,869x
Rasio perputaran asset tetap Pt.Mayora Indah sebesar 1,8 kali
Total Asset Turnover : Penjualan / Total asset
12.017.837.133.337 / 9.710.223.454.000 = 1,237x
Rasio perputaran total asset Pt.Mayora Indah sebesar 1,2 kali
Days Sales Outstanding : Piutang/Rata2 penjualan perhari = Piutang/Penjualan
tahunan:365 hari =
2.049.772.304.055 + 746.406.242.118 + 16.967.687.340 / 12.017.837.133.337 : 365 =
2813146233513 / 32925581187,22466 = 85,439
D. ANALISIS RASIO DEBT MANAGEMENT
Rasio
Debt Ratio
Times-Interest-
2011
64.9%
4.49
2012
66.9%
4.97
2013
68.1%
3.52
Mayora
59.9%
5.17
Earned
2011 = 6,801,375 /10,482,312 = 0.649
2012 = 8,016,614 / 11,984,979 = 0.669
2013 = 9,093,518 / 13,348,188 = 0.681
Mayora = 5,816,323 / 9.710.223 = 0.599
2011 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 4010747 = 4.49
2012 = 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 / 4196937 = 4.968
2013 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 5,121,735 = 3.517
Mayora = 1,356,073,496,557 + 32,388,888,893 / 32,388,888,893 = 5.17
70.00%
68.00%
66.00%
64.00%
Unilever
Industri (Mayora)
62.00%
60.00%
58.00%
56.00%
54.00%
2011
2012
2013
6
5
4
Unilever
Industri (Mayora)
3
2
1
0
2011
2012
2013
D/A Terjadi kenaikan dari 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013. Hal ini menunjukkan bahwa
para kreditur memberikan lebih dari setengah dari total pendanaan. Unilever akan sulit untuk
meminjam tambahan dana, karena kreditur berpikir akan terjadi banyak kerugian jika terjadi
likuidasi. Tetapi, disampin itu, dengan besarnya presentase D/A tersebut, maka makin
memperbesar laba yang diharapkan.
TIE Pada Tahun 2011, Unilever memiliki TIE Ratio sebesar 4.49x dimana Unilever dapat
membayar dengan tingkat 4.49x melalui operating income nya. Terjadi kenaikan sedikit di
tahun 2012 menjadi 4.97x dan kembali menurun di tahun 2013 di titik 3.52x.
Jika dihubungkan antara D/A dan TIE, pada 2011, tingkat kerugian kreditur cukup sedikit
(D/A) dan mereka mampu membayar dengan tingkat yang cukup besar (TIE). Oleh karena
itu, pada 2012 mereka menambah dana pinjaman (2011 total liabilitas sebesar 6,801,375 dan
2012 sebesar 8,016,614) dimana tingkat kemampuan Unilever membayar tingkat bunga pun
juga naik. Maka kreditur percaya dan Unilever percaya diri untuk menambah dana pinjaman.
Maka, tahun 2013 mereka menggunakan pinjaman dana dalam jumlah yang cukup besar
dimana kreditur mulai merasa tidak bisa menambah pinjaman dana karena takut akan
kerugian yang dirasakan jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Tingkat kemampuan Unilever
untuk membayar tersebut juga sangat menurun. Sehingga kreditur mulai ragu untuk memberi
dana tambahan pinjaman terhadap Unilever.
Perbandingan dengan industry sejenis :
Rasio
Debt Ratio
Times-
2011
64.9%
4.49
2012
66.9%
4.97
2013
68.1%
3.52
Mayora
59.9%
5.17
U
U
InterestEarned
Jika dibandingkan dengan rasio industry sejenis, unilever memiliki debt ratio yang lebih
tinggi dibanding dengan industry sejenis (mayora), yang berarti unilever memiliki peluang
kesulitan tambahan dana dibanding dengan mayora karena memiliki peluang kerugian bagi
kreditur yang lebih besar jika terjadi likuidasi.
Sedangkan untuk TIE nya, unilever memiliki angka lebih rendah dibandingkan mayora, hal
ini unfavorable karena berarti mayora memiliki tingkat pembayaran bunga sebelum
operating income nya tidak bisa membayar lagi dibanding dengan mayora.
E. ANALISIS PROFITABILITY RATIO
1. Operating Margin = HPP + Biaya Penjualan + Biaya Adsminitrasi x 100% EBIT
x100%
Penjualan Bersih
Sales Revenue
2013
= 14.978.947 + 6.627.850 + 2.028.895 x 100%
30.757.435
= 76,84 %
2012
= 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 x 100%
27.303.248
= 76,35 %
2011
= 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 x 100%
23.469.218
= 76,75 %
2. Profit Margin
= Net Sales – ( HPP + Biaya Penjualan + Biaya Adsminitrasi) x
100%
Net Sales
2013
= 30.757.435 – ( 14.978.947 + 6.627.850 + 2.028.895 ) x 100%
30.757.435
= 23,15 %
2012
= 27.303.248 – ( 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 ) x 100%
27.303.248
= 23,64 %
2011
= 23.469.218 – ( 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 ) x 100%
23.469.218
= 23,24 %
Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales). Dapat kita
lihat pada data diatas, profit margin dari Unilever masih fluktuatif pada rentang waktu 2011
sampai 2013. Dari 2011 ke tahun 2012 profit margin mengalami peningkatan sebesar 0,4 %.
Walaupun HPP, biaya administrasi dan biaya penjualan meningkat sebesar Rp, 2.834.632,
namun net sales meningkat jauh lebih besar yaitu sebesar Rp, 3.834.040. Meski range
peningkatannya menurun namun peningkatan net sales tidak hanya terjadi ditahun
sebelumnya. Pada tahun 2013 net sales-pun meningkat sebesar Rp, 3.454.187. Tetapi karena
EBITnya meningkat sebesar Rp, 2.787.252, hal itu menyebabkan profit margin menurun
dari tahun sebelumnya.
3. Basic Earning Power
=
EBIT / Total Assets
2011
=
18013808/10482312 : 1.72%
2012
=
20848440/11984979 : 1.74%
2013
=
23635692/13384188 : 1.77%
Dengan penghitungan BEP, kita bisa membandingkan kondisi perusahaan tiap
tahunnya. Dengan begini kita bisa membandingkan dengan rata-rata industry lainnya,
apakah kita masih dibawah rata-rata atau diatas. Lalu kita bisa melakukan improvisasi
untuk perusahaan kedepannya.
4. ROA & ROE
-
2011
Profit Margin
= net income/ sales
Total Asset Turnover = sales/ total assets
= 4,164,304/23,469,218
= 0.18%
= 23,469,218/10,482,312
= 2.24
times
ROA = 0.40
Equity Multiplier
= total asset/common equity = 10,482,312/3,680,937
= 2.85
times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.40 x 2.85 = 1.14%
-
2012
Profit Margin
= net income/ sales
= 4,839,145/ 27,303,248
= 0.18%
Total Asset Turnover = sales/ total assets
=27,303,248/ 11,984,979
= 2.28
times
ROA = 0.41
Equity Multiplier
= total asset/common equity =11,984,979/ 3,968,365
= 3.02
times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.41 x 3.02 = 1.24%
-
2013
Profit Margin
= net income/ sales
= 5,352,625/ 30,757,435
= 0.17%
Total Asset Turnover = sales/ total assets
=30,757,435/ 13,384,188
= 2.3
times
ROA = 0.39
Equity Multiplier
= total asset/common equity =13,384,188/ 4,254,670
= 3.14
times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.39 x 3.14 = 1.22%
Selama kurun waktu 2011-2013. Profit Margin perusahaan Unilever mengalami tren
penurunan sebesar 0,01 %. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan tidak mengontrol cost
yang ada dengan baik atau hutang perusahaan semakin besar sehingga berdampak langsung
kepada penurunan profit margin.
Pada 2011-2013. Total Asset Turnover perusahaan Unilever mengalami tren
kenaikan yang berkisar 0,03 kali. Hal ini menunjukan tingkat perputaran aset dalam kurun
waktu 1 tahun meningkat sebesar 0,03 kali.
Dalam tenggang waktu 2011-2013. Equity Multiplier perusahaan Unilever
mengalami tren meningkat sebesar 0,2. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai beberapa porsi
dariaktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Peningkatan pada Equity
Multiplier berarti bahwa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham
meningkat dari kurun waktu 2011-2013.
Perbandingan dengan PT Mayora Indah Tbk.
2013
Profit Margin
= net income/ sales
= 1,304,809/ 12,000,000
= 0.11%
Total Asset Turnover = sales/ total assets
= 12,000,000/ 9,710,223
= 1.24 times
ROA = 0.14%
Equity Multiplier
= total asset/common equity = 9,710,223/ 3,893,900= 2.49 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.14 x 2.49 = 0.35%
ROA memberitahu kita seberapa efisien penggunaan aset oleh manajemen untuk
mendapatkan keuntungan.
ROE merupakan bagian dari pendapatan yang dikembalikan sebagai persentase dari modal
pemegang saham. ROE mengukur tingkat keuntungan perusahaan dengan mengungkaplan
seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan uang yang
diinvestasikan oleh para investor
Profit Margin memberitahu kita akan banyak laba yang didapatkan perusahaan dari hasil
penjualannya. Profit Margin perusahaan Unilever yang sebesar 0.17% lebih besar apabila
dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar 0.11% saja. Hal ini berarti
bahwa Mayora tidak mengendalikan kosnya dengan baik, selain itu dapat juga diartikan
bahwa terdapat kemungkinan Mayora menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan
dengan Unilever dalam proses usahanya.
Total Asset Turnover memberitahu kita berapa kali profit margin diperoleh setiap tahunnya.
Total Asset Turnover perusahaan Unilever yang sebesar 2.3x lebih besar apabila
dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar 1.24x. Hal ini berarti bahwa
Perusahaan Unilever memiliki tingkat perputaran aset 2.3 kali pertahun yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan Mayora. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu Mayora
mungkin memiliki terlalu banyak aset dibandingkan dengan Unilever sesuai dengan porsi
usahanya.
Equity Multiplier bisa diartikan sebagai seberapa besar porsi dari aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh pemegang saham. Equity multiplier perusahaan Unilever yang sebesar 3.14x
lebih besar dibandingkan dengan Mayora yang sebesar 2.49x. Hal ini berarti bahwaa
perusahaan Unilever lebih banyak menggunakan pembiayaan dari pemegang saham dalam
proses usahanya dibandingkan dengan perusahaan Mayora.
F. ANALISIS MARKET VALUE RATIO
Modal saham perseroan berjumlah 7.630.000.000 lembar saham terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Per tanggal 31 Desember 2013, satu-satunya Direktur yang memiliki saham
publik Perseroan adalah Bapak Ainul Yaqin, dengan jumlah kepemilikan tidak lebih dari
0,001% dari jumlah modal dasar, yang ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
RASIO HARGA LABA
P/E : Price per Share / Earning per Share
Rasio Harga Laba menunjukkan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap
rupiah yang dilaporkan.
Price per Share
Earning per Share
2011
18800
545
2012
20850
634
2013
26000
701
P/E
2011
: 18800/545
: 34,5x
2012
: 20850/634
: 32,9x
2013
: 26000/701
: 37,1x
Rasio Harga Laba
38
37
36
35
Series 1
34
33
32
31
30
2011
2012
2013
Dari hasil penghitungan diatas, rasio harga / laba dari tahun 2011, 2012, dan 2013
bisa dibilang fluktuatif. Di tahun 2011 rasio sebesar 34.5x akan tetapi di tahun 2012 rasio
turun menjadi 32.9x, dan rasio mengalami kenaikan cukup lumayan di tahun 2013 dengan
marjin 4.2 menjadi 37.1.
RASIO NILAI PASAR atau NILAI BUKU
Rasio tersebut menunjukkan perbandingan harga pasar terhadap nilai bukunya yang
memberi indikasi pandangan investor atas perusahaan.
M/B
: Price per Share / Book Value per Share
2011
2012
2013
Price per Share
18800
20850
26000
Book Value per Share
Total Equity
3.637.971.000.000
3.968.365.000.000
4.254.676.000.000
Share Outstanding
7.630.000.000
7.630.000.000
7.630.000.000
:
2011
: 3.637.971.000.000 / 7.630.000.000= 476,798
2012
: 3.968.365.000.000 / 7.630.000.000= 520,1
2013
: 4.254.676.000.000 / 7.630.000.000= 557.6
Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku
48
46
44
42
Series 1
40
38
36
34
2011
2012
M/B
:
2011
: 18.800 / 476,798
: 39,4x
2012
: 20.850 / 520,1
: 40,1x
2013
: 26.000 / 557.6
: 46.6x
2013