TUGAS HUKUM KEWARGANEGARAAN NAMA M. HAIK
M. Haikal Hafidh
02121001079
TUGAS HUKUM
KEWARGANEGARAAN
NAMA
: M. HAIKAL HAFIDH
NIM
: 02121001079
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Page 1 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rakyat merupakan suatu unsur bagi terbentuknya suatu negara, disamping unsur wilayah dan
unsur pemerintah suatu negara tidak akan terbentuk tanpa adanya rakyat, walaupun
mempunyai wilayah tertentu dan pemerintahan yang berdaulat. Rakyat yang tinggal di
wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian
dari penduduk suatu negara.
Adapun yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah tentang asas umum dan asas khusus
dalam kewarganegaraan. Sebelum membahas mengenai asas-asas tersebut lebih mendalam
kita mulai dengan pengertian mendasar mengenai kewarganegaraan. Kewarganegaraan
adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara1. Hal ini yang membuat suatu
kewarganegaraan sangat dibutuhkan oleh seseorang karena kewarganegaraan merupakan
hubungan antara seorang individu dengan negara dimana dia menetap secara permanen.
1.2 Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi komponen tugas dalam matakuliah Hukum Kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai hukum kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai asas umum dan asas khusus dalam
kewarganegaraan.
1.3 Manfaat penulisan
1. Sebagai pengetahuan tambahan dalam matakuliah Hukum kewarganegaraan.
2. Penyusun dan pembaca dapat memahami secara mendalam mengenai Hukum
Kewarganegaraan.
3.
Penyusun dan pembaca dapat memahami secara mendalam mengenai asas umum dan
asas khusus dalam kewarganegaraan.
1
PASAL 1 ANGKA 2 UU NO.12 TAHUN 2006
Page 2 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kewarganegaraan
Menurut undang-undang no.12 pasal 1 angka 2 , Kewarganegaraan adalah segala ihkwal yang
berubungan dengan negara. Karena kewaganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan
dengan kewarganegaraan, maka kewarganegaraan mencakup hal-hal antara lain,
-
Penentuan tentang siapa saja yang termasuk warga negara,
-
Cara menjadi warga negara atau pewarganegaraan
-
Tentang kehilangan kewarganegaraan
-
Tentang cara memperoleh kembali kewarganegaraan yang hilang.
Adapun ketentuan pokok yang diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 adalah sebagai
berikut :
-
Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia
-
Tentang syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan RI
-
Tentang kehilangan kewarganegaraan RI
-
Tentang syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI
-
Tentang ketentuan pidana.
Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai kewarganegaraan, yakni sebagai berikut ;
-
Stanley E. Ptnord dan Etner F. Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hakkewajiban warga negara.
-
Soemantri
Kewarganegaraan ialahsesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam
suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan negara.
-
R. Daman
Kewarganegaraan istilah dari hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
Page 3 of 16
M. Haikal Hafidh
-
02121001079
Daryono
Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara
khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
-
Wolhoff
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang
terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran
nasionalnya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakannya adalah hakhak untuk aktif dalam berpolitik. Ada kemungkinan untuk memilki kebangsaan tana menjadi
seorang warga negara (contih secara hokum berpartisipasi dalam politik. Juga dimungkinkan
untuk memilki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
-
F. graham Murdock (1994)
Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur
social, politik, dan kehidupan cultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk
yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
Selain itu Pengertian Kewarganegaraan juga dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
a) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis dan Sosiologis
-
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara.
-
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi
ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan
sejarah, dan ikatan tanah air.
b) Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil
Page 4 of 16
M. Haikal Hafidh
-
02121001079
Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
-
Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
2.2 Pengaturan Kewarganegaraan di Indonesia
Kewarganegaraan Republik Indonesia sebelum berlakunya UU No.12 tahun 2006 untuk
melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang pelaksanaan, yakni
undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka tanggal
17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-undang mengenai kewarganegaraan Indonesia,
adalah sebagai berikut :
-
Undang-Undang No. 3 tahun 1945 tentang warganegara dan penduduk Indonesia
Undang-undang no 3 tahun 1946 disetujui bersama oleh pemerintah dengan Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dan diundangkan pada tanggal
10 april 1946. Namun pada tanggal 27 Februari 1947, Pemerintah Republik Indonesia
dengan persetujuan KNIP mengeluarkan Undang-Undang No. 6 tahun 1947 tentang
Perubahan dalam Undang-Undng No. 3 tahun 1946 tentang warga negara dan
penduduk Indonesia. Undang-Undang No. 3 tahun 1946 jo UU No. 6 Tahun 1947.
Menurut pasal 1 UU No. 3 tahun 1946 penjelasan tentang siapakah warga negara
Indonesia (Winarno, hal.108-114)
-
Undang-Undang No. 2 tahun 1958 tentang Persetujuan antara RI-RRC mengenai Dwi
Kewarganegaraan
diwajibkan
kepada
setiap
orang
yang
mempunyai
dwi
kewarganegaraan untuk menentukan pilihannya, apakah ia akan melepaskan
kewarganegaraan RRC dan menjadi warga negara Indonesia, atau tetap menjadi
warganegara RRC dengan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Kewajiban
memilih itu hanya dibebankan kepada orang dewasa (telah berumur 18 tahun atau
pernah kawin). Pemilihan kewarganegaraan itu dilakukan dengan menyatakan kepada
petugas-petugas negara, kewarganegaraan mana yang hendak dipilihnya, secara
tertulis atau secara lisan, dengan disertai surat-surat keterangan diri serta keluarganya.
Anak-anak yang belum dewaa menyatakan pilihannya dalam waktu satu tahun setelah
Page 5 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
mereka dewasa. Bagi dwi kewarganegaraan yang dewasa tidak menyatakan
pilihannya dalam waktu 2 tahun berlaku ketentuan berikut :
a. Ia dianggap telah memilih kewarganegaraan RRC, kalau ayahnya keturunan Cina,
b. Ia dianggap telah memilihi kewarganegaraan Indonesia, kalau ayahnya keturunan
Indonesia.
Sedangkan yang belum dewasa berlaku ketentuan, bahwa ia memilih kewarganegaraan yang
diikutinya selama ia belum dewasa. Pada tahun 1969 UU No. 2 tahun 1958 dicabut kembali
oleh UU No. 4 tahun 1969. Ditetapkan dalam UU No 4 tahun 1969 ini, bahwa mereka yang
telah mempunyai kewarganegaraan RI berdasarkan UU No 2 yahun 1958, teteap
kewarganegaraan Indonesia, sedangkan orang-orang yang di bawah umur secara otomatis
mengikuti garis kewarganegaraan orang tuanya.
Hal ini berarti, bahwa semasa UU No. 2 tahun 1958 tentang dwi kewarganegaraan Indonesia
masih berlaku. Orang tua memilih warga negara Indonesia, secara otomatis anaknya sesudah
dewasa menjadi warganegara Indonesia dan sebaliknya bila orang tuanya memilih warga
negara RRC, maka anaknya sesudah dewasa akan menjadi warga negara Indonesia dengan
ganjalan naturalisasi.
-
Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia UndangUndang No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia (lembaran Negara
Tahun 1958 nomor 113) mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1 Agustus
1958. Beberapa bagian dari undang-undang ini yaitu mengenai ketentuan-ketentuan
siapa yang menjadi warga negara Indonesia, status anak dan cara-cara kehilangan
kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut tanggal 27 desember 1949. Dasar hukum
dari undang-undang ini adalah UUDS tahun 1950, khususnya 5 pasal dan 114 1950
(Winarno, hal. 116-123).
-
Undang-Undang No. 3 tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU no. 62 tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 17 huruf K UU No. 62 tahun
1958 memberikan kewajiban bagi warganegara RI yang bertempat tinggal di luar
negeri lain daripada untuk menjalankan dinas negara, guna menyatakan keinginan
untuk tetap menjadi warga negara RI dalam jangka waktu 5 (Lina) tahun yang
pertama dan selanjutnya untuk siap 2 (dua) tahun. Dalam masa itu tidak semua
Page 6 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
warganegara RI yang tinggal di luar negeri dapat memenuhi kewajiban tersebut,
bukan karena kelalaian melainkan akibat dari keadaan di luar kesalahannya, sehingga
ia terpaksa tidak dapat menyatakan keinginannya tersebut tepat pada waktunya.
Karena pasal 18 tidak menampung orang-orang tersebut, maka perlu diadakan
perubahan bertahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958. Adapun mengenai orang yang
berhak menggunakan kesempatan pasal 18 ayat 2 adalah orang-orang yang pada
waktunya mulai berlakunya UU No. 62 tahun 1958 adalah warganegara RI dan
selama ini menunjukkan kesetiannya kepada Negara RI.
Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut undang-undang No. 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 berlaku sejak
diundangkan tanggal 1 Agustus 2006. UU ini untuk menggantikan Undang-Undang
kewarganegaraan lama, yakni UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI. Dasar
pertimbangan (Konsideren) UU ini adalah , sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan RI, sehingga harus dicabut dan
diganti dengan yang baru. Undang-undang No. 62 tahun 1958 secara filosofis, yuridis dan
sosiologis sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan RI.
Secara Filosofis, undang-undang ini masih mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak
sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena masih mengandung ketentuanketentuan yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena masih adanya sifat
diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi manusia dan persamaan antar
warganegara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah UUDS
tahun 1950 sudah tidak berlaku lagi sejak diberlakukan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959
yang menyatakan bahwa kembali ke UUD 1945. Dalam perkembangannya UUD 1945 telah
mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
dan hak warganegara. Secara sosiologis, undang-undang ini sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional dengan pergaulan global, yang menghendaki adanya perasamaan perlakuan dan
kedudukan warganegara dihapadan hukum serta kesetaraan gender.
2.3 Pengertian Warga Negara
Page 7 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dsb yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara
itu2.
Warga negara republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan
dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17
agustus 1945 sudah menjadi warga negara republik3.
Pengertian Warga Negara menurut para ahli adalah sebagai berikut :
-
Menurut A.S. Hikam, warga negara merupakan terjemahan dari “citizenship” yaitu
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini
menurutnya lebih baik ketimbang istilah kawula negara lebih berarti objek yang
berarti orang-orang yang dimilikinya dan mengabdi kepada pemiliknya.
-
Menurut Koerniatmanto S., warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota
negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap
negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbale – balik
terhadap negaranya.
Seorang warga negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh Undang-Undang
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda
Penduduk,
berdasarkan
Kabupaten
atau
Provinsi,
tempat
ia
terdaftar
sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang ini, orang yang
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah :
i. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
ii. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
2
3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Undang-Undang No. 62 Tahun 1958
Page 8 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
iii. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dar seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya.
iv. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
v. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawnian yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
vi. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
vii. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 tahun kawin.
viii. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
ix. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indoneia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
x. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewaganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
xi. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
xii. Anak
dari
seorang
ayah
atau
ibu
yang
telah
dikabulkan
permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan atau menyatakan janji setia.
2.4 Asas – asas dalam Kewarganegaraan
Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara haruslah melalui ketentuanketentuan dari suatu negara. Ketentuan inilah yang menjadi asas atau pedoman dalam
Page 9 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan kewenangan
untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2(dua)
asas atau pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraan berdarakan perkawinan. Dalam asas kewarganegaraan yang beradasarkan
kelahiran ada 2 (dua) asas kewarganegaraan yang digunakan, yaitu ius soli (tempat kelahiran)
ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas kewarganegaraan yang berdasarkan
perkawinan juga di bagi menjadi 2 (dua), yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat.
2.41 Asas Kewarganegaraan berdasarkan Kelahiran
a) Ius Soli (asas kelahiran) berasal dari bahasa latin ; ius yang berarti hukum atau
pedoman, sedangkan Soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau
daerah. Jadi , ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat atau daerah dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas
kewarganegaraan ini, yaitu negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia,
Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El
Savador, Grenada, Guetamala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, dan lain-lain.
b) Ius Sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang berarti
hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis berarti darah atau
keturunan. Jadi, Ius Sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan
darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara
jika orang tuanya adalah wagra negara suatu negara. Misalkan seseorang yang
lahir di Indonesia, namun orangtuanya memilki kewarganegaraan dari negara
lain, maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari orangtuanya. Contoh negara
yang menggunakan asas ini adalah negara, china, Bulgaria., belgia, Republik
Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia,
Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan
Ukraina.
2.42 Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
Page 10 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi
perkawinan yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas
persamaan derajat.
Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigm bahwa
suami-istri ataupun ikatan keluarga meruoakan inti masyarakat yang
meniscayakan suasana sejahtera, sehat, dan tidak terpecah. Jadi, suami-istri
atau keluarga yang baik dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat
harus mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat. Dan untuk
merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka
semuanya harus tunduk pada hukum yang sama dengan kebersaman tersebut
sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat mengganggu
keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara,
yaitu pada UU Nomor 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas
kewarganegaraan juga menjadi dua asas atau pedoman, yaitu (1) asas
kewarganegaraan Umum dan (2) asas kewarganegaraan Khusus.
2.43 Asas Kewarganegaraan Umum
1). Asas Ius sanguinis (Law of the blood), yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
2). Asas Ius Soli (Law of the Soil), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarkan negara tempat lahir, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
3).
Asas
kewaranegaraan
Tunggal,
adalah
asas
yang
menentukan
satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4). Asas Kewarganegaraan ganda terbatas, adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini (merupakan suatu pengecualian.
Jadi, sebagai seorang warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu
kewarganegaraan dan jika seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan
Page 11 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka ia harus memilih salah satu
diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.
B. Asas Kewarganegaraan Khusus
1). Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa peraturan
kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatan sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuan sendiri.
2). Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam
keadaan apapun baik didalam maupun di luar negeri.
3). Asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan, yaitu asas yang menentukan
bahwa setiap warga negara Indonesia mendapat perlakuan yang sama didalam
hukum pemerintahan.
4). Asas kebenaran Substantif, adalag prosedur pewarganegaraan seseorang tidak
hanya bersifat administrative, tetapi disertai substansi dan syarat-syarat permohonan
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
5). Asas non Diskriminatif, yaitu asa yang tidak membedakan perlakuan dalam
segala hal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama,
golongan dan gender.
6). Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi
manusia pada umumnya dan hak warga negara pada umumnya.
7). Asas keterbukaan, yaitu asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
8). Asas Publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.
Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini lebih membahas atau mengatur
berdasarkan hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal
Page 12 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
hak dan kewajiban diantara keduanya, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin
hak asasi manusia, dan sebagainya.
2.5 Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Dalam penentuan kewarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan. Cara
tersebut didasarkan pada beberapa unsure, yaitu
1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Dalam unsure ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
kewarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya
menentukan kewarganegaraan anaknya. Misalkan jika seseorang dilahirkan dari
orangtua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah
berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut
terbukti dalam system kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku
dengan sendirinya ia lansung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip
tersebut diterapkan pada beberapa negara didunia, yaitu negara Inggris, Amerik
Serikat, Prancis, Jepang, dan juga negara Kita sendiri , Indonesia.
Jadi, pada cara penentua kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewaganegaraan, yaitu asa keturunan (Ius Sanguinis), yang dimana seseorang
dengan sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit
dapat memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Pada unsure ini, kewarganegaraan seseroang dapat ditentukan berdasarkan daerah
tempat ia dilahirkan. Misalnya ada seseorang dilahirkan didalam daerah atau
wilayah hukum negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki
kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Prinsip Ius Soli ini juga
berlaku di negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan juga Indonesia.
Page 13 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Saguinis
tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan
pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsure ini di
berbagai negara berbeda. Erbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi
negaranya.
Pewarganegaraan dibagi menjadi dua macam, yaitu pewarganegaraan aktif dan
negatif.
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi adlah suatu perbuatan hukum
yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan, missal :
seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan
permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa
Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui permohonan dan
prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa
Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah (Presiden) dengan
persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan telah
berjasa terhadap negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi digunakan
2 stelsel, yaitu:
1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara seseorang
harus melakukan tindakan-tindakan hukum secara aktif.
2. Stelsel Pasif, yakni seseorang dengan sendirinya dianggap sebagai warga negara
tanoa melakukan suatu tindakan hukum.
Page 14 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
DAFTAR PUSTAKA
UU NO.12 TAHUN 2006
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Undang-Undang No. 62 Tahun 1958
http://adjisutama.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014
http://www.ras-eko.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014
http://dadunmajid93.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014
http://elsagustianristiani.blogspot.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://dwiyongjung.wordpress.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://rovisulistiono.blogspot.com/ diakses pada tanggal 12 oktober 2014
Page 15 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
Page 16 of 16
02121001079
TUGAS HUKUM
KEWARGANEGARAAN
NAMA
: M. HAIKAL HAFIDH
NIM
: 02121001079
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Page 1 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rakyat merupakan suatu unsur bagi terbentuknya suatu negara, disamping unsur wilayah dan
unsur pemerintah suatu negara tidak akan terbentuk tanpa adanya rakyat, walaupun
mempunyai wilayah tertentu dan pemerintahan yang berdaulat. Rakyat yang tinggal di
wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian
dari penduduk suatu negara.
Adapun yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah tentang asas umum dan asas khusus
dalam kewarganegaraan. Sebelum membahas mengenai asas-asas tersebut lebih mendalam
kita mulai dengan pengertian mendasar mengenai kewarganegaraan. Kewarganegaraan
adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara1. Hal ini yang membuat suatu
kewarganegaraan sangat dibutuhkan oleh seseorang karena kewarganegaraan merupakan
hubungan antara seorang individu dengan negara dimana dia menetap secara permanen.
1.2 Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi komponen tugas dalam matakuliah Hukum Kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai hukum kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai asas umum dan asas khusus dalam
kewarganegaraan.
1.3 Manfaat penulisan
1. Sebagai pengetahuan tambahan dalam matakuliah Hukum kewarganegaraan.
2. Penyusun dan pembaca dapat memahami secara mendalam mengenai Hukum
Kewarganegaraan.
3.
Penyusun dan pembaca dapat memahami secara mendalam mengenai asas umum dan
asas khusus dalam kewarganegaraan.
1
PASAL 1 ANGKA 2 UU NO.12 TAHUN 2006
Page 2 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kewarganegaraan
Menurut undang-undang no.12 pasal 1 angka 2 , Kewarganegaraan adalah segala ihkwal yang
berubungan dengan negara. Karena kewaganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan
dengan kewarganegaraan, maka kewarganegaraan mencakup hal-hal antara lain,
-
Penentuan tentang siapa saja yang termasuk warga negara,
-
Cara menjadi warga negara atau pewarganegaraan
-
Tentang kehilangan kewarganegaraan
-
Tentang cara memperoleh kembali kewarganegaraan yang hilang.
Adapun ketentuan pokok yang diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 adalah sebagai
berikut :
-
Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia
-
Tentang syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan RI
-
Tentang kehilangan kewarganegaraan RI
-
Tentang syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI
-
Tentang ketentuan pidana.
Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai kewarganegaraan, yakni sebagai berikut ;
-
Stanley E. Ptnord dan Etner F. Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hakkewajiban warga negara.
-
Soemantri
Kewarganegaraan ialahsesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam
suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan negara.
-
R. Daman
Kewarganegaraan istilah dari hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
Page 3 of 16
M. Haikal Hafidh
-
02121001079
Daryono
Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara
khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
-
Wolhoff
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang
terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran
nasionalnya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakannya adalah hakhak untuk aktif dalam berpolitik. Ada kemungkinan untuk memilki kebangsaan tana menjadi
seorang warga negara (contih secara hokum berpartisipasi dalam politik. Juga dimungkinkan
untuk memilki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
-
F. graham Murdock (1994)
Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur
social, politik, dan kehidupan cultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk
yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
Selain itu Pengertian Kewarganegaraan juga dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
a) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis dan Sosiologis
-
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara.
-
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi
ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan
sejarah, dan ikatan tanah air.
b) Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil
Page 4 of 16
M. Haikal Hafidh
-
02121001079
Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
-
Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
2.2 Pengaturan Kewarganegaraan di Indonesia
Kewarganegaraan Republik Indonesia sebelum berlakunya UU No.12 tahun 2006 untuk
melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang pelaksanaan, yakni
undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka tanggal
17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-undang mengenai kewarganegaraan Indonesia,
adalah sebagai berikut :
-
Undang-Undang No. 3 tahun 1945 tentang warganegara dan penduduk Indonesia
Undang-undang no 3 tahun 1946 disetujui bersama oleh pemerintah dengan Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dan diundangkan pada tanggal
10 april 1946. Namun pada tanggal 27 Februari 1947, Pemerintah Republik Indonesia
dengan persetujuan KNIP mengeluarkan Undang-Undang No. 6 tahun 1947 tentang
Perubahan dalam Undang-Undng No. 3 tahun 1946 tentang warga negara dan
penduduk Indonesia. Undang-Undang No. 3 tahun 1946 jo UU No. 6 Tahun 1947.
Menurut pasal 1 UU No. 3 tahun 1946 penjelasan tentang siapakah warga negara
Indonesia (Winarno, hal.108-114)
-
Undang-Undang No. 2 tahun 1958 tentang Persetujuan antara RI-RRC mengenai Dwi
Kewarganegaraan
diwajibkan
kepada
setiap
orang
yang
mempunyai
dwi
kewarganegaraan untuk menentukan pilihannya, apakah ia akan melepaskan
kewarganegaraan RRC dan menjadi warga negara Indonesia, atau tetap menjadi
warganegara RRC dengan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Kewajiban
memilih itu hanya dibebankan kepada orang dewasa (telah berumur 18 tahun atau
pernah kawin). Pemilihan kewarganegaraan itu dilakukan dengan menyatakan kepada
petugas-petugas negara, kewarganegaraan mana yang hendak dipilihnya, secara
tertulis atau secara lisan, dengan disertai surat-surat keterangan diri serta keluarganya.
Anak-anak yang belum dewaa menyatakan pilihannya dalam waktu satu tahun setelah
Page 5 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
mereka dewasa. Bagi dwi kewarganegaraan yang dewasa tidak menyatakan
pilihannya dalam waktu 2 tahun berlaku ketentuan berikut :
a. Ia dianggap telah memilih kewarganegaraan RRC, kalau ayahnya keturunan Cina,
b. Ia dianggap telah memilihi kewarganegaraan Indonesia, kalau ayahnya keturunan
Indonesia.
Sedangkan yang belum dewasa berlaku ketentuan, bahwa ia memilih kewarganegaraan yang
diikutinya selama ia belum dewasa. Pada tahun 1969 UU No. 2 tahun 1958 dicabut kembali
oleh UU No. 4 tahun 1969. Ditetapkan dalam UU No 4 tahun 1969 ini, bahwa mereka yang
telah mempunyai kewarganegaraan RI berdasarkan UU No 2 yahun 1958, teteap
kewarganegaraan Indonesia, sedangkan orang-orang yang di bawah umur secara otomatis
mengikuti garis kewarganegaraan orang tuanya.
Hal ini berarti, bahwa semasa UU No. 2 tahun 1958 tentang dwi kewarganegaraan Indonesia
masih berlaku. Orang tua memilih warga negara Indonesia, secara otomatis anaknya sesudah
dewasa menjadi warganegara Indonesia dan sebaliknya bila orang tuanya memilih warga
negara RRC, maka anaknya sesudah dewasa akan menjadi warga negara Indonesia dengan
ganjalan naturalisasi.
-
Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia UndangUndang No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia (lembaran Negara
Tahun 1958 nomor 113) mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1 Agustus
1958. Beberapa bagian dari undang-undang ini yaitu mengenai ketentuan-ketentuan
siapa yang menjadi warga negara Indonesia, status anak dan cara-cara kehilangan
kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut tanggal 27 desember 1949. Dasar hukum
dari undang-undang ini adalah UUDS tahun 1950, khususnya 5 pasal dan 114 1950
(Winarno, hal. 116-123).
-
Undang-Undang No. 3 tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU no. 62 tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 17 huruf K UU No. 62 tahun
1958 memberikan kewajiban bagi warganegara RI yang bertempat tinggal di luar
negeri lain daripada untuk menjalankan dinas negara, guna menyatakan keinginan
untuk tetap menjadi warga negara RI dalam jangka waktu 5 (Lina) tahun yang
pertama dan selanjutnya untuk siap 2 (dua) tahun. Dalam masa itu tidak semua
Page 6 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
warganegara RI yang tinggal di luar negeri dapat memenuhi kewajiban tersebut,
bukan karena kelalaian melainkan akibat dari keadaan di luar kesalahannya, sehingga
ia terpaksa tidak dapat menyatakan keinginannya tersebut tepat pada waktunya.
Karena pasal 18 tidak menampung orang-orang tersebut, maka perlu diadakan
perubahan bertahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958. Adapun mengenai orang yang
berhak menggunakan kesempatan pasal 18 ayat 2 adalah orang-orang yang pada
waktunya mulai berlakunya UU No. 62 tahun 1958 adalah warganegara RI dan
selama ini menunjukkan kesetiannya kepada Negara RI.
Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut undang-undang No. 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 berlaku sejak
diundangkan tanggal 1 Agustus 2006. UU ini untuk menggantikan Undang-Undang
kewarganegaraan lama, yakni UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI. Dasar
pertimbangan (Konsideren) UU ini adalah , sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan RI, sehingga harus dicabut dan
diganti dengan yang baru. Undang-undang No. 62 tahun 1958 secara filosofis, yuridis dan
sosiologis sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan RI.
Secara Filosofis, undang-undang ini masih mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak
sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena masih mengandung ketentuanketentuan yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena masih adanya sifat
diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi manusia dan persamaan antar
warganegara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah UUDS
tahun 1950 sudah tidak berlaku lagi sejak diberlakukan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959
yang menyatakan bahwa kembali ke UUD 1945. Dalam perkembangannya UUD 1945 telah
mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
dan hak warganegara. Secara sosiologis, undang-undang ini sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional dengan pergaulan global, yang menghendaki adanya perasamaan perlakuan dan
kedudukan warganegara dihapadan hukum serta kesetaraan gender.
2.3 Pengertian Warga Negara
Page 7 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dsb yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara
itu2.
Warga negara republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan
dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17
agustus 1945 sudah menjadi warga negara republik3.
Pengertian Warga Negara menurut para ahli adalah sebagai berikut :
-
Menurut A.S. Hikam, warga negara merupakan terjemahan dari “citizenship” yaitu
anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini
menurutnya lebih baik ketimbang istilah kawula negara lebih berarti objek yang
berarti orang-orang yang dimilikinya dan mengabdi kepada pemiliknya.
-
Menurut Koerniatmanto S., warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota
negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap
negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbale – balik
terhadap negaranya.
Seorang warga negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh Undang-Undang
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda
Penduduk,
berdasarkan
Kabupaten
atau
Provinsi,
tempat
ia
terdaftar
sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang ini, orang yang
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah :
i. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
ii. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
2
3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Undang-Undang No. 62 Tahun 1958
Page 8 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
iii. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dar seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya.
iv. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
v. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawnian yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
vi. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
vii. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 tahun kawin.
viii. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
ix. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indoneia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
x. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewaganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
xi. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
xii. Anak
dari
seorang
ayah
atau
ibu
yang
telah
dikabulkan
permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan atau menyatakan janji setia.
2.4 Asas – asas dalam Kewarganegaraan
Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara haruslah melalui ketentuanketentuan dari suatu negara. Ketentuan inilah yang menjadi asas atau pedoman dalam
Page 9 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan kewenangan
untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2(dua)
asas atau pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraan berdarakan perkawinan. Dalam asas kewarganegaraan yang beradasarkan
kelahiran ada 2 (dua) asas kewarganegaraan yang digunakan, yaitu ius soli (tempat kelahiran)
ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas kewarganegaraan yang berdasarkan
perkawinan juga di bagi menjadi 2 (dua), yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat.
2.41 Asas Kewarganegaraan berdasarkan Kelahiran
a) Ius Soli (asas kelahiran) berasal dari bahasa latin ; ius yang berarti hukum atau
pedoman, sedangkan Soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau
daerah. Jadi , ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat atau daerah dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas
kewarganegaraan ini, yaitu negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia,
Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El
Savador, Grenada, Guetamala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, dan lain-lain.
b) Ius Sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang berarti
hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis berarti darah atau
keturunan. Jadi, Ius Sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan
darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara
jika orang tuanya adalah wagra negara suatu negara. Misalkan seseorang yang
lahir di Indonesia, namun orangtuanya memilki kewarganegaraan dari negara
lain, maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari orangtuanya. Contoh negara
yang menggunakan asas ini adalah negara, china, Bulgaria., belgia, Republik
Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia,
Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan
Ukraina.
2.42 Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
Page 10 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi
perkawinan yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas
persamaan derajat.
Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigm bahwa
suami-istri ataupun ikatan keluarga meruoakan inti masyarakat yang
meniscayakan suasana sejahtera, sehat, dan tidak terpecah. Jadi, suami-istri
atau keluarga yang baik dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat
harus mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat. Dan untuk
merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka
semuanya harus tunduk pada hukum yang sama dengan kebersaman tersebut
sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat mengganggu
keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara,
yaitu pada UU Nomor 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas
kewarganegaraan juga menjadi dua asas atau pedoman, yaitu (1) asas
kewarganegaraan Umum dan (2) asas kewarganegaraan Khusus.
2.43 Asas Kewarganegaraan Umum
1). Asas Ius sanguinis (Law of the blood), yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
2). Asas Ius Soli (Law of the Soil), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarkan negara tempat lahir, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
3).
Asas
kewaranegaraan
Tunggal,
adalah
asas
yang
menentukan
satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4). Asas Kewarganegaraan ganda terbatas, adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini (merupakan suatu pengecualian.
Jadi, sebagai seorang warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu
kewarganegaraan dan jika seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan
Page 11 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka ia harus memilih salah satu
diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.
B. Asas Kewarganegaraan Khusus
1). Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa peraturan
kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatan sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuan sendiri.
2). Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam
keadaan apapun baik didalam maupun di luar negeri.
3). Asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan, yaitu asas yang menentukan
bahwa setiap warga negara Indonesia mendapat perlakuan yang sama didalam
hukum pemerintahan.
4). Asas kebenaran Substantif, adalag prosedur pewarganegaraan seseorang tidak
hanya bersifat administrative, tetapi disertai substansi dan syarat-syarat permohonan
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
5). Asas non Diskriminatif, yaitu asa yang tidak membedakan perlakuan dalam
segala hal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama,
golongan dan gender.
6). Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi
manusia pada umumnya dan hak warga negara pada umumnya.
7). Asas keterbukaan, yaitu asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
8). Asas Publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.
Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini lebih membahas atau mengatur
berdasarkan hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal
Page 12 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
hak dan kewajiban diantara keduanya, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin
hak asasi manusia, dan sebagainya.
2.5 Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Dalam penentuan kewarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan. Cara
tersebut didasarkan pada beberapa unsure, yaitu
1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Dalam unsure ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
kewarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya
menentukan kewarganegaraan anaknya. Misalkan jika seseorang dilahirkan dari
orangtua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah
berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut
terbukti dalam system kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku
dengan sendirinya ia lansung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip
tersebut diterapkan pada beberapa negara didunia, yaitu negara Inggris, Amerik
Serikat, Prancis, Jepang, dan juga negara Kita sendiri , Indonesia.
Jadi, pada cara penentua kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewaganegaraan, yaitu asa keturunan (Ius Sanguinis), yang dimana seseorang
dengan sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit
dapat memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Pada unsure ini, kewarganegaraan seseroang dapat ditentukan berdasarkan daerah
tempat ia dilahirkan. Misalnya ada seseorang dilahirkan didalam daerah atau
wilayah hukum negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki
kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Prinsip Ius Soli ini juga
berlaku di negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan juga Indonesia.
Page 13 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Saguinis
tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan
pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsure ini di
berbagai negara berbeda. Erbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi
negaranya.
Pewarganegaraan dibagi menjadi dua macam, yaitu pewarganegaraan aktif dan
negatif.
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi adlah suatu perbuatan hukum
yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan, missal :
seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan
permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa
Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui permohonan dan
prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa
Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah (Presiden) dengan
persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan telah
berjasa terhadap negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi digunakan
2 stelsel, yaitu:
1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara seseorang
harus melakukan tindakan-tindakan hukum secara aktif.
2. Stelsel Pasif, yakni seseorang dengan sendirinya dianggap sebagai warga negara
tanoa melakukan suatu tindakan hukum.
Page 14 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
DAFTAR PUSTAKA
UU NO.12 TAHUN 2006
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Undang-Undang No. 62 Tahun 1958
http://adjisutama.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014
http://www.ras-eko.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014
http://dadunmajid93.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014
http://elsagustianristiani.blogspot.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://dwiyongjung.wordpress.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014
http://rovisulistiono.blogspot.com/ diakses pada tanggal 12 oktober 2014
Page 15 of 16
M. Haikal Hafidh
02121001079
Page 16 of 16