Dinamika kaum Islam di Filipina

Minoritas di Tanah Sendiri
Studi Kasus Mengenai Minoritas Kaum Islam di Filipina

Disusun oleh :

Azis Muslim Fauzi (14/366232/SA/17546)

ANTROPOLOGI BUDAYA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015
1

I.

Pendahuluan
Dalam paper ini saya ingin memaparkan minoritas kaum Muslim di negara
Filipina beserta dinamika – dinamika yang dialami.
Sebagaimana Indonesia, Filipina memiliki kofkasi hukum
Islam yang mengatur masyarakat yang beragama Islam. Kodifkasi

tersebut merupakan hasil dari unifkasi hukum Islam dari aturanaturan yang sebelumnya bersifat sementara. Bentuk dari kodifkasi
hukum Islam Filipina adalah UU Perseorangan Muslim Filipina yang
merupakan

Dekrit

Presiden

No.

1083.

UU

tersebut

memuat

serangkaian hukum perdata yang berlaku bagi umat muslim Filipina.
Republik Filipina merupakan sebuah negara yang terletak di barat samudra

pasifik tepatnya di kawasan Asia Tenggara yang wilayahnya berupa gugusan pulau –
pulau yang mempunyai kurang lebih 7.100 pulau. luas wilayah kurang lebih 115.600
meter persegi. Tiga pulau utamanya adalah Luzon, Visayas, dan Mindanao. Sebagian
besar pulau-pulau Filipina kecil dan tak berpenghuni. Sebagian besar orang-orang
hidup di sebelas pulau terbesar, dua di antaranya adalah pulau Luzon dan Mindanao.
Pulau terbesar merupakan Luzon yang luas wilayahnya dua pertiga dari luas wilayah
keseluruhan negara Filipina. Ibu kota dari Filipina adalah Manila.
Penduduk

Filipina

kebanyakan

adalah

orang

Melayu-Polinesia

dan


berhubungan erat dengan orang-orang dari Malaysia dan Indonesia. Etnis China
membentuk kelompok minoritas kecil. Filipina memiliki salah satu tingkat
pertumbuhan penduduk tertinggi di Asia. Sekitar setengah penduduknya hidup di
Luzon, pulau terbesar. Sekitar 70 persen tinggal di daerah pedesaan, meskipun dalam
beberapa tahun terakhir banyak orang telah pindah ke kota-kota, terutama ke daerah
metropolitan besar Metro-Manila, ibukota Filipina, di Luzon.
Filipina mempunyai lebiah dari 80 bahasa digunakan di Filipina. Banyak
orang Filipina pedesaan hanya fasih menggunakan bahasa lokal mereka. Oleh karen
itu dalam rangka untuk menciptakan bahasa yang sama, pemerintah mengadopsi
bahasa Filipina sebagai bahasa nasional. Bahasa Filipina didasarkan pada bahasa
Tagalog, salah satu bahasa utama Filipina. Ada delapan bahasa utama, termasuk
Tagalog. Dalam percakapan sehari-hari, bahasa Filipina biasanya dicampur secara
bebas dengan bahasa Inggris. Baik bahasa Filipina maupun bahasa Inggris menjadi
bahasa resmi Filipina.
2

Filipina adalah satu-satunya negara di Asia dengan jumlah penduduk
mayoritas Kristen. Lebih dari 80 persen warga Filipina beragama Katolik Roma.
Sekitar 9 persen adalah pemeluk Protestan. Terdapat juga minoritas Muslim kecil

yaitu orang - orang Filipina yang tinggal di pulau-pulau paling selatan telah memeluk
Islam beberapa abad sebelum kedatangan orang-orang Spanyol. Mereka disebut
sebagai Muslim Filipina, atau kadang-kadang disebut Moro oleh orang Kristen,
mempunyai penduduk sekitar 5 persen dari populasi keseluruhan penduduk Filipina.
Sebagian besar Muslim Filipina tinggal di Mindanao selatan dan Kepulauan Sulu.
Menurut catatan sejarah, sebelum Spanyol datang menjajah di tahun 1565,
para sultan Islam dari Brunei Darrussalam dan Johor sudah terlebih dahulu menempati
wilayah tersebut. Namun ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Manila dan
beberapa daerah di kepulauan Filipina, harapan itu menjadi mimpi belaka. Yang
paling kentara antara lain; Pertama, penduduk Filipina yang dulu mayoritas umat
Islam, kini menjadi kaum minoritas alias warga kelas dua. Sekitar 5-7 juta atau sekitar
8,5 persen dari 66 juta jiwa penduduk Filipina adalah Muslim. Selebihnya merupakan
umat Kristen Katholik Filipina. Kedua, dahulu kala segala tuntutan sosial, ekonomi
dan politik muslim Filipina merupakan perkara yang selalu diperhatikan pemerintah,
sementara sekarang ini umat Islam Filipina mendapat banyak rintangan.
Banyak dinamika – dinamika yang terjadi kalangan kaum Muslim Filipina.
Diantaranya adalah pembunuhan besar – besaran di Corregidor oleh pasukan
pemerintah. Penyebabnya adalah para pasukan sukarelawan Muslim Filipina yang
telah dilatih dalam taktik gerilya oleh pasukan pemerintah resmi menolak untuk
dikirim ke Sabah guna melakukan infiltrasi militer. Peristiwa tersebut dikenal sebagai

peristiwa Jabidah.
Pasca peristiwa Jabidah yang sangat melanggar hak asasi manusia tersebut
terjadilah demonstrasi besar – besaran oleh kaum Muslim ke Istana Malacanang pada
tahun 1971. Banyak hak – hak orang – orang Muslim di diskriminasi oleh pemerintah
Filipina.
Oleh karena itu, pembahasan mengenai minoritas kaum Muslim di Filipina
menjadikan saya tertarik dalam memilih topik ini agar supaya pembaca tahu bahwa
masih banyak diskriminasi dan ketidak adilan terhadap kaum – kaum minoritas di luar
sana.

3

II.

Deskripsi
1. Sejarah Masuknya Islam di Filipina
Letak negara Filipina sebagai negara kepulauan menjadikan negara ini sebagai
tempat strategis bagi jalur perdagangan dunia. Berbagai negara melakukan
perdaganan maupun ekspansi ke luar negaranya demi mendapatkan apa yan
diinginkan. Dari abad ke – 9 sampai dengan abad ke – 16 perdagangan seluruhnya

hampir di pegang oleh orang – orang Islam. Pada abad ke – 13 pedagang –
pedangang Islam menjadikan kepulauan Filipina sebagai tempat persinggahan
ketika akan berlayar ke negara China. Pada abad selanjutnya para pendakwah –
pendakwah Islam (mahdumin) dari kepulauan Indonesia yang berdekatan dengan
wilayah Filipina mulai melakukan penyebaran agama Islam yang beraliran sufi
dengan melakukan hal – hal kecil contohnya membangun masjid – masjid
sederhana.
Pada akhir dasawarsa abad ke – 14 ketika sisa – sisa kerajaan Sriwijaya yang
runtuh karena kalah dengan kerajaan Majapahit, banyak pangeran beserta
pasukannya yang melarikan diri ke daerah melayu sampai pada daerah Sulu
kepulaunan Filipina. Mereka yang mencoba ingin mendirikan sebuah kerajaan
kembali di tanah pelarian mendapat perlawanan dari kaum Islam pribumi. Versi
lain menyebutkan bahwa mereka mendapatkan sambutan baik dari kaum Islam
pribumi. Salah seorang pangeran dari Sriwijaya menikahi perempuan dari kaum
Islam pribumi dan menjadi raja dari sebuah kerajaan yaitu kerajaan Malaka. Ketika
Malaka sedang berada dalam puncak kejayaannya, Portugis datang melakukan
ekspansi yang menyebabkan pusat perekonomian Malaka jatuh ke tangan Portugis.
Jatuhnya

kerajaan


mendorong

Brunei

untuk

dapat

meningkatkan

pusat

perdagangan tanpa ada persaingan dari Malaka di wilayah maritim melayu.
Lalu pada tahu 1520 jumlah pedagang dan saudagar Islam dari Kalimantan
yang tiba di Filipina meningkat. Banyak terjadi perkawinan campuran dengan
masyarakat lokal Filipina yang menjadikan lama – kelamaan Islam menjadi agama
mayoritas di Filipina. Pada waktu tersebut Manila telah menjadi kerajaan dan pusat
pemerintahan sebuah kerajaan Islam dibawah kepemimpinan Raja atau datu yang
dulunya merupakan keturunan dari Sultan Brunei.

4

2. Masuknya Imperialis dari Barat
Pada tahun 1521 penjelajah Portugis yaitu Ferdinand Magellan bersama para
awaknya telah tiba di kepulauan Filipina dibawah perintah oleh Raja Castille.
Magellan berhasil membuktikan bahwa bumi itu benar – benar bulat. Ketika
setelah mendarat di kepulauan Filipina, Magellan mendapat sambutan yang tidak
baik dan penolakan oleh penduduk Muslim lokal. Penyebsbnys adalah Magellan
ikut campur dalam masalah internal peperangan kaum dekat cebu. Magellan pun
tewas oleh penduduk lokal.
Spanyol yang mendengar mengenai kegagalan ekpansi Portugis di kepulauan
Filipina merasa tertantang ingin melanjutkan perjuangan ekspansi Portugis ke
Filipina. Pada tahun 1565 Spanyol telah tiba di kepulauan Filipina. Mereka
mendirikan koloni dan penduduk Kristen yang dibawa dari Spanyol ke wilayah –
wilayah Filipina guna untuk menghalangi persebaran Islam dari Kalimantan ke
arah pulau Luzon dan Visayan. Sebelumnya persebaran Islam hanya sampai ke
kepulauan Sulu dan Mindanao barat.
Melalui upaya – upaya dan siasat Spanyol dalam melakukan Kristenisasi,
Orang – orang Spanyol melakukan pendekatan secara persuasif kepada penduduk
Muslim lokal dengan memberi imingan – imingan hadiah agar mau dengan apa

yang diinginkan oleh Spanyol. Namun usaha Spanyol tidak begitu saja dengan
mudah dilaksanakan. Terdapat perlawanan dari tiga kesultanan masing – masing
daerah yaitu dari Kesultanan Sulu, Maguindanao dan Buayan.
Motivasi dibalik peperangan ini adalah karena perbedaan agama. Para
kolonila Spanyol melakukan doktrin – doktrin terhadapat penduduk Islam pribumi
dan membuat sandiwara untuk menjelekkan orang Islam di mata luar. Para
penduduk yang telah terprovokasi dan berhasil diKristen kan oleh Spanyol menjadi
sekutu Spanyol dan mendiskriminasi kaum Islam pribumi yang masih loyal
terhadap ke Islamannya. Peperangan ini disebut perang Moro.
Setelah rezim Spanyol mengalami kemunduran ketika pasca perang Jepang
dengan sekutu Amerika, doktrin – doktrin yang diwariskan Spanyol masih
berlanjut. Hal tersebut mengakibatkan perpecahan dan lama kelamaan menjadikan
kaum Islam sebagai minoritas baru di tanahnya sendiri.
5

Akibat dari peperangan Moro adalah berubahnya pandangan – pandangan
orang luar terhadap kaum Muslim Filipina akibat pengaruh doktrin yang dilakukan
orang Spanyol, timbulnya ketidak adilan dalam pemerintahan, namun peristiwa
tersebut malah tambah menguatkan ideologi kaum Islam dan lembaga –
lembaganya. Banyak bantuan datang dari kesultanan – kesultanan Islam yang

berada di dekat Filipina. Islam membantu mempersatukan kaum – kaumnya
dengan memberikan pengertian nasionalisme yang dapat digunakan untuk
memerangi orang – orang Spanyol dan sekutu pribuminya.
Pada tahun 1898 Amerika datang ke Filipina dengan tujuan ingin melakukan
perebutan penguasaan Filipina atas Spanyol. Lalu pemerintah Filipina dibawah
kepemimpinan Emillio Aguildo mencoba membantu orang – orang Islam dalam
mempertahankan Republik Filipina dari ancaman penguasaan Amerika. Namun
pemerintah Filipina tidak mendapatkan kepercayaan daari orang – orang Islam
karena bagaimanapun juga pemerintahan Filipina yang baru merupakan warisan
dari rezim pemerintahan Spanyol yang di masa lalu telah mereka perangi.
Tujuan mula Amerika sebelumnya adalah ingin menenangkan situasi konflik
yang terjadi di Filipina. Namun ketika dilapangan semuanya berbeda dari tujuan
awalnya. Amerika mengirimkan pasukannya untuk melawan orang – orang Islam.
Para dari Datu dari berbagai kesultanan sempat melakukan perlawanan oleh
Amerika, namun ketidak imbangan senjata yang menyebabkan pasukan Islam
kalah dari Amerika, karena Amerika mempunyai banyak senjata – senjata baru
yang digunakan untuk perang dunia pertama. Sistem kolonial yang dijalankan
Amerika tidak seketat apa yang dijalankan oleh Spanyol dulu. Amerika masih
membolehkan orang – orang Islam dalam menjalankan ritual agamanya dan tidak
melakukan pemaksaan walaupun beberapa orang Amerika masih beranggapan

stereotip kepada kaum Islam.
Beberapa Datu ada yang menolak mendukung gerakan nasionalis
kemerdekaan Filipina, namun banyak juga yang ingin bergabung dibawah
protektorat Amerika. Sampai – sampai mengirimkan petisi kepada presiden
Amerika kala itu Rossevelt mengenai permintaan ditempatkan dibawah protektorat
Amerika. Walaupun kelompok pesaing ekonomi Amerika menginginkan
pemisahan Mindanao dan Sulu akibat diterbitkannya Rencana Undang – Undang
Bacon (Bacon Bill) 1926 yang berisi mempersatukan kaum nasionalis Filipina.

6

3. Dinamika – dinamika yang dialami golongan Muslim Filipina
Negara Filipina resmi diproklamasikan sebagai negara republik yang
merdeka pada tanggal 4 juli 1946. Banyak tokoh – tokoh Islam diberikan tempat di
kursi – kursi jabatan pemerintahan Filipina. Para kaum Islam terpaksan mengikuti
alur sistem pemerintahan Filipina yang baru. Namun karena terdapat unsur
pemaksaan beberapa tokoh Islam kehilangan rasa identitas nasional yang
disebabkan berbagai hal. Antara lain golongan Islam sulit dalam menerima
konstitusi nasional yang berasal dari nilai – nilai barat dan katolik, sistem sekolah
dan pendidikan Islam yang tidak sesuai dengan kaidah – kaidah Islam karena
mayoritas sekolahan yang dibangun merupakan peninggalan dari misionaris
Katolik yang sangat bertolak belakang dengan pandangan Islam, dan masih
terdapat kebencian orang – orang Islam terhadap kaum misionaris Katolik yang
menjajah dan mengubah golongan Islam dari mayoritas menjadi minoritas.
Pada pemerintahan Presiden Ramon Magsaysay (1953-1957) banyak
penduduk yang diberikan hak atas tanah – tanah dengan mengajukan surat – surat
permohonan kepada pemerintahan, namun karena golongan masih banyak yang
buta huruf maka hak – hak atas tanah tersebut banyak diterima oleh golongan –
golongan Kristen yang sudah melek huruf karena banyak yang bisa membuat surat
permohonan.
Pada tahun 1968 terjadi Insiden Corregidor yaitu pembunuhan besar –
besaran Jabidah pada bulan maret. Merupakan sebuah insiden yang berawal dari
buntut misi angkatan bersenjata Filipina guna melatih pemuda – pemuda Islam
yang dibentuk satuan khusus yang melakukan tujuan rahasia dengan dalih akan
dilatih dan dipersiapkan untuk ekspedisi di Sabah Malaysia. Korbannya mencapai
puluhan orang. Peristiwa ini mendapat perhatian banyak kalangan dari luar negeri
antara lain Libya, Mesir, Arab Saudi dan negara – negara Islam lainnya. Mereka
meminta PBB turun tangan dalam menangani kasus ini. Pasca peristiwa tersebut
para pelaku menjalani persidangan, namun banyak pengakuan – pengakuan yang
telah dimanipulasi kebenarannya. Pada bulan Juni tercetus sebuah pembunuhan –
pembunuhan di sebuah desa Barrio Cotabato utara. Para orang tua, pemuda –
pemuda, hingga perempuan dan anak – anak dikumpulkan didalam Masjid yang
agak luas lalu satu persatu mereka ditembak i oleh tentara Ilaga. Faktor – faktor
penyebabnya masih belum jelas. Timbul lah pertanyaan besar dari berbagai
kalangan khususnya golangan Islam, mengapa jika para gerombolan tentara Ilaga
7

menyerang orang – orang Islam kepolisian lamban dalam menindak dan mencoba
mencegah agar insiden tidak terjadi. Namun sebaliknya jika kelompok – kelompok
Islam ingin mengadakan serangan – serangan balasan mereka selalu dihadang oleh
pasukan pemerintahan Republik Filipina dan kepolisian akan segera bertindak jika
yang memulai peperangan dari kelompok Islam. Pemimpin – pemimpin Islam
menyimpulkan bahwa terjadi persekongkolan antara pemerintah, politisi Kristen
dan perwira – perwira tinggi kepolisian maupun angkatan tentara.
Tekanan pemerintahan Marcos menyebabkan munculnya berbagai gerakan
perjuangan bangsa Moro, seperti Muslim Independent Movement (MIM) pada
tahun 1971. Karena perbedaan visi dan orientasi perjuangan, MNL (Moro National
Liberation) yang tadinya diharapkan menjadi induk gerakan pembebasan bangsa
Moro-akhirnya pecah. Dari sini muncul dua kelompok, yakni kelompok nasionalissekuler pimpinan Nur Misuari yang mendirikan Moro National Liberation Front
(MNLF) dan kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang dipimpin oleh
Hashim Salamat. Dalam perjalanannya MNLF pun akhirnya terpecah lagi dengan
munculnya kelompok MNLF Reformis di bawah pimpinan Dimas Pundato (1981)
dan kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Abdulrazaq Janjalani (1993).
Perjuangan MNLF mulai menonjol setelah presiden Ferdinant Marcos
memberlakukan Hukum keadaan Darurat pada 2 September 1972 yang diikuti oleh
upaya militer, yakni pelucutan senjata kaum Moro. Akibatnya, konflikpun semakin
meningkat antara pihak Moro dan pemerintah antara tahun 1973-1976. Padtahun
1974 komite pusat MNLF mengeluarkan manifesto yang menuntut berdirinya
Republik Bangsa Moro independen, yang wilayahnya terdiri atas Pulau
Mindanao,Pulau Basilan, Pulau Sulu dan Pulau Palawan. Namun tuntutan tersebut
kemudian diturunkan hingga hanya menjadi otonom politik dan luas wilayah yang
diminta pun diperkecil menjadi 13 propinsi dan 11 kota. Perubahan tuntutan itu
terjadi setelah diadakan perundingan antara MNLF dan pemerintah Filipina di
Jeddah Arab Saudi pada tahun 1975.Pada tanggal 23 Desember 1976 perundingan
antara keduapihak diadakan kembali. Perjanjian yang dikenal dengan namaTripoli
Agrement (Perjanjian Tripipoli) ini berisi kesepakatanuntuk memberikan kepada
kaum Moro otonomi 13 propinsiMindanao, yaitu Propinsi Lanao del Norte, Lanao
del Sur, NorthCotabato, South Cotabato, Zamboanga del Norte, Zamboangadel
Sur, Manguindanao, Sultan Kudarat, Davao del Sur, Sulu,Tawi-Tawi, Basilan dan
Palawan. Akan tetapi pelaksanaanperjanjian tersebut hingga masa pemerintahan
8

Presiden FidelV Ramos (sejak 1992) belum terwujud sepenuhnya. Aksi
pemberontakanMNLF pun masih berlanjut, demikian juga upaya diplomatik dari
negara muslim yang mendesak pemerintah Filipina memenuhi tuntutan MNLF.
Dari perjuangan yang telah dicapai MNLF, ada sejumlahtuntutan yang sudah
dipenuhi pada masa pemerintahan Presden Ferdinant Marcos (1965-1986) dan
Presiden Corazon Aquino (1986-1992) antara lain diakuinya budaya Islam dan dan
Bangsa Moro, dibentuknya peradilan berdasarkan syariat, dan diberikannya
otonomi wilayah, kendatipun masih secaraterbatas. Sejumlah pemimpin tertinggi
MNLF memperoleh kedudukan politik dalam pemerintahan dan peluang ekonomi
yang lebih besar. Pada masa pemerintahan Fidel V Ramos beberapa tuntutan juga
disepakati setelah melalui serangkaian perundingan.
Upaya-upaya menujuperdamaian mulai kembali dilakukan secara intensif
ketika Presiden Filipina berada di bawah kendali Presiden Cory Aquino. Kebijakan
ini kemudian diteruskan oleh Presiden Fidel Ramos. Cory Aquino mengambil
langkah sepihak pada 1989, yakni mengadakan referendum untuk membentuk
Wilayah Otonomi Muslim Minadanao (ARMM) yang ditolak MNLF) Pada April
1993 perundingan antara MNLF dan pemerintah Filipina dilangsungkan di Jakarta
dengan pemerintah Indonesia sebagai moderator. Perundingan yang disaksikan
oleh pejabat OKI (Organisasi Konperensi Islam) itu menyepakati penyelesaian
masalah kedua pihak melalui perundingan dan akan mengimplementasikan
Perundingan Tripoli yang pernah mereka lakukan pada 1976. Setelah bertahuntahun terjadi konflik, Presiden Fidel Ramos dan Misuari menyetujui kesepakatan
damai pada 1996. Pada tahun yang sama, Misuari juga terpilih menjadi Gubernur
daerah otonom. Namun konflik antara MNLF dan pemerintah Filipina tetap saja
berkepanjangan hingga abad ke-21. Selama tiga dekade terakhir abad ke 20,
konflik antara kelompok gerilyawan Moro dan pemerintah telah memakan korban
tewas sekitar 100.000 orang. Dari pihak bangsa Moro-pun Misuari telah
kehilangandukungan dan kepercayaan. Akar dari semua masalah hak otonomi bagi

bangsa Moro dan proses pemilihan gubernur baru pengganti Misuari inilah
mengakibatkan terjadinya perlawanan Misuari dan pengikutnya selama lima hari di
Jolo Filipina Selatan, di akhir November 2001. Perlawanan itu mengakibatkan
Misuari tertangkap di Sabah Malaysia saat ia berusaha melarikan diri ke Malaysia.

9

III.

Analisis Pembahasan Masalah
Dari deskripsi mengenai dinamika – dinamika kaum Islam terhadap rezim
pemerintahan yang terpengaruhi politisi Kristen, berikut ini merupakan faktor – faktor
yang mempengaruhi kebangkitan golongan Muslim atas ketidak adilan.
Pertama, banyaknya warga muslim yang terpengaruh kesadaran kebangkitan
dunia Islam, terutama setelah mereka melihat fenomena itu ketika mereka
menunaikan ibadah haji di Mekkah. Setelah mereka kembali ke masyarakat dengan
prestise dan kesadaran keagamaan yang meningkat Masjid-masjid baru didirikan
dengan bantuan dari organisasi-organisasi Muslim dari luar negeri.
Kedua, semakin menjamurnya berbagai kelompok dan organisasi Islam yang
mendapatkan dukungan, baik dari komunitas Islam lokal maupun luar negeri.



Ketiga, berdirinya madrasah, sekolah dan perguruan tinggi, baik secara khusus
maupun tidak, yang memberikan pendidikan keagamaan dan menawarkan programprogram studi keislaman. Madrasah baru didirikan, dengan bantuan dari organisasiorganisasi Muslim dari luar negeri. Pemerintah Mesir menawarkan beasiswa bagi
orang-orang Moro untuk belajar ke Universitas Al-Azhar di Kairo. Beberapa ulama
pindah ke beberapa universitas di Kairo yang lain, serta Akademi Militer Mesir. Para
guru muslim juga datang dari luar negeri untuk mengajar di wilayah Moro dalam
beberapa tahun. Rasa bangga dan prestasi muncul di kalangan anak muda Moro.
Keempat, pengaruh peristiwa pemberontakan Moro, yang melahirkan dan
meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan kelompok Islam di Filipina. Sebagai
tambahan, berbagai kebijakan pemerintah Filipina yang mendiskriminasikan
kaummuslim semakin menguatkan kesadaran akan pentingnya kebangkita kembali
Islam.
Kelima, sikap politik pemerintah Filipina dalam menghadapituntutan bangsa
Moro sangat jelas. Mereka tidak mungkin akanmembiarkan orang-orang Islam
memisahkan dan memerdekakandiri. Meskipun akhirnya dalam perkembangan
terakhir. politik nasional Filipina, orang-orang Moro diberi otonomi, hal itu tidak
menghilangkan potensi konflik yang bisa muncul kembali. Apalagi, seperti pernah
diprediksikan Cesar Adib Majul, otonomi yang diberikan pemerintah Filipina tidak
selalu sepenuhnya berarti dan dapat diterima masyarakat Islam. Pada akhir dekade
10

1990-an, perlawanan beberapa kelompok dari bangsa Moro kembali muncul, seperti
yang dilakukan kelompok gerilyawan Abu Sayyaf, menyusul ketidakpuasan mereka
terhadap perjuangan bangsa Moro selama ini dan berbagai keputusan dan kebijakan
pemerintah pusat Filipina terhadap kelompok muslim.
IV.

Penutup
Pemboratakan yang dilakukan oleh kaum Islam semata – mata karena mereka
ingin mempertahankan prinsip ajaran agama mereka dari pihak – pihak yang mencoba
mengganggu kenyamanan mereka. Latar belakang masalah dan konflik berawal
karena hanya perbedaan agama yang menjadikan kedua kubu saling konflik. Berkaca
dari peristiwa – peristiwa konflik agama lainnya, umumnya disebabkan karena
kesalah pahaman kepentingan yang sangkut pautkan dengan masalah agama. Jika
sudah menyangkut identitas sebuah agama maka setiap golongan merasa terpancing
dan ingin mempertahankan dan menegakkan agamanya.
Seperti yang terjadi di Filipina, masyarakat Moro menginginkan sebuah
kemerdekaan atas wilayah dan kehidupannya dari keterbatasan atas penjajahan hak –
hak para kaum Islam Moro. Mungkin hanya dengan penyelesaian masalah otonomi
yang adil dapat diharapkan keterbukaan dan partisipasi masyarakat Moro dalam
kehidupan bernegara dan berbangsa yang paripurna

11

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Gowing, Peter G. 1979. “Muslim Filipinos – Heritage and Horizon”, Quezon City : New Day
Publisers.

Majul, Cesar A. 1989. “Dinamika Islam Filipina”, terj. Eddy Zainurry,
Jakarta: LP3ES.
Corpuz, Onofre D. 1972. “Filipina”, Kuala Lumpur : Perchetakan Art
Kuala Lumpur.
ARTIKEL
Ibrahim, Malik. “Seputar Gerakan Islam di Filipina Suatu Upaya Melihat Faktor Internal dan
Eksternal”

http://www.kembangpete.com/2014/10/14/profil-lengkap-negara-filipina/

12