Laporan Capaian Kompetensi Peserta Didik

PESERTA DIDIK
A. Pengertian peserta didik
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu
di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berada.
Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibanya serta
melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Th 2003 pasal 12 tentang hak dan kewajiban peserta
didik menyatakan bahwa:
(1) Setiap peserta didik berhak:
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan

tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
(2) Setiap peserta didik berkewajiban :
a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan;
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
B. Contoh-contoh bagian peserta didik
Contoh-contoh dari peserta didik dilihat berdasarkan karakteristik masing-masing peserta
didik, sebagaimana seperti berikut
a) Peserta didik yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik.

Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b) Peserta didik yang sedang berkembang.
Sejak manusia lahir bahkan sejak masih berada dalam kandungan ia berada dalam proses
perkembangan. Proses perkembangan ini melalui suatu rangkaian yang bertingkat-tingkat. Tiap
tingkat (fase) mempunyai sifat-sifat khusus. Tiap fase berbeda dengan fase lainnya. Perbedaanperbedaan ini meliputi perbedaan minat, kebutuhan, kegemaran, emosi, inteligensi dan
sebagainya.

c) Peserta didik yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan. Pada
diri peserta didik ada dua hal yang menggejala:
 Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan. Hal ini
menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
 Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan bimbingan.
Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan dan bimbingan itu
mencapai hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
C. Masalah dalam Pengimplementasian
1. Masalah Perkembangan Individu
Setiap individu dilahirkan denga membawa hereditas tertentu. Hereditas merupakan
aspek bawaan, pewarisan dari orang tua, yang memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa
jauh perkembangan individu dan bagaimana kualitas perkembangan individu, bergantung
pada kualitas hereditas/keturunan dan lingkungan yang mempengaruhinya. Selain hereditas,
lingkungan merupakan faktor penting yang menentukan perkembangan individu. Jika faktorfaktor tersebut dapat saling melengkapi, maka perkembangan dapat berhasil dengan baik.
Setiap individu harus memenuhi tugas-tugas perkembangan untuk dapat melalui setiap
tahap perkembangan. Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau
keterampilan yang dimiliki oleh individu sesuai dengan usia dan fase perkembangannya. Jika
individu dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan dengan baik, maka perkembangan
individu tersebut dapat berhasil dengan baik.

2. Masalah Perbedaan Individu
Setiap individu diciptakan Tuhan dengan perbedaan. Sehingga setiap individu memiliki
keunikan masing-masing. Adanya perbedaan dapat disebabkan oleh keturunan dan
lingkungan. Perbedaan bawaan/keturunan tentu akan menyebabkan perbedaan individu,

meskipun berada pada lingkunga yang sama. Sebaliknya, lingkungan yang berbeda juga
dapat menyebabkan perbedaan individu walaupun pembawaannya/keturunannya sama.
3. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya
mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam
memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungan.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam
memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan
usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik
dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan
yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di
atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah

bagi dirinya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu
yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa diantara kebutuhankebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:










Memperoleh kasih sayang;
Memperoleh harga diri;
Untuk memperoleh pengharapan yang sama;
Ingin dikenal;
Memperoleh prestasi dan posisi;
Untuk dibutuhkan orang lain;
Merasa bagian dari kelompok;

Rasa aman dan perlindungan diri;
Untuk memperoleh kemerdekaan diri.

4. Masalah Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
Setiap individu memiliki kebutuhan. Individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan
dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian
diri.
Proses penyesuaian diri ini menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu
sendiri. terdapat 2 jenis proses penyesuain diri. Yaitu : (1) “Well adjusted” yaitu keadaan
dimana individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kebutuhannya sesuai
dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya.
(2) Maladjusted yaitu keadaan dimana individu gagal dalam proses penyesuaian tersebut.

Individu yang gagal dalam proses penyesuaian akan mengalami beberapa masalah
diantaranya:








Memiliki perasaan rendah diri
Memiliki perasaan tidak mampu
Memiliki perasaan gagal
Memiliki perasaan bersalah
Menjadi brutal
Melarikan diri dari kenyataan, misalnya denga mengurung diri dan menjauhi
lingkungan social

5. Masalah Belajar
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu
sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar.
Masalah belajar yang dihadapi peserta didik dapat berhubungan dengan
ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental diantaranya:






Kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial (kecer¬dasan)
Kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian, adanya kelainan, lemah
dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energi untuk
bekerja atau belajar karena kekurangan makanan yang bergizi, kurangnya
penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental;
Kesiapan diri yang kurang matang.

D. Akibat dari masalah pengimplementasiannya
Bentuk-bentuk permasalahan yang sering dihadapi siswa menurut Prayitno dan Erman
Amti, adalah:
1. Prestasi belajar rendah
2. Kurang berminat pada bidang study tertentu
3. Bentrok dengan guru
4. Melanggar tata tertib
5. Membolos
6. Terlambat masuk sekolah
7. Pendiam
8. Kesulitan alat pelajaran
9. Bertengkar
10. Sukar menyesuaikna diri

11. Pemalu, takut, canggung, kaku dan gugup
12. Menyendiri, kurang bergaul
E. Solusi pemecahan masalah

Solusi pemecahan masalah yang dialami peserta didik dengan melakukan pendekatanpendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
a. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, konselor menunggu klien yang datang,
selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan klien.
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis terpusat pada
pengaruh masa lampau sebagai suatu hal yang menentukan bagi fungsinya kepribadian pada
masa kini.
b. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang
dialami individu. Dalam pendekatan ini konselor memfokuskan pada kelemahan-kelemahan
individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya. Pendekatan remedial ini banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik. Pendekatan behavioristik ini menekankan
pada perilaku klien di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari individu dipengaruhi oleh

suasana lingkungan pada saat ini pula.
c. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi
masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah
tersebut pada individu. Konselor berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mencegah masalah tersebut.
d. Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan
konseling perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif, pengembangan, dan
outreach. Edukatif karen titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada
pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik, walaupun hal itu tetap
ada dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik
sentral tujuan bimbingan dan konseling adalh perkembangan optimal dan strategi upaya
pokoknya adalah memberikan kemudahan perkembangan bagi individu melalui
perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan
bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara
individual tetapi meliputiragam dimensi (masalah, target intervensi, setting, metode, lama
waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Teknik yang digunakan dalam bimbingan
dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran,
tutorial dan konseling.