BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Kelas 4 SDN 2 Truko

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Di dalam penelitian ini penulis menuliskan mengenai Penelitian Tindakan
Kelas.Membahas mengenai pembelajaran tematik yang mana hanya ditekankan
pada mata pelajaran tertentu yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang mana
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
pada siswa kelas 4.
2.1.1. Pembelajaran Tematik
Pembeajaran tematik lahir diawali dengan lahirnya Kurikululum 2013 di
SD/MI dan pendidikan menengah, adapun pengertian dari pendidikaan tematik
menurut ahli sebagai berikut pengebangan Kurikulum 2013 adalah upaya
peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan
mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang, Ridwan Abdulloh Sani,
2013: vii- viii (dalam Andi Prastowo, 2014).
Kemudian pendapat Abdul Madjid, 2014: 27-28 (dalam Adi Prastowo,
2014) mengemukakan bahwa Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi
meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat beberapa
alasan diantaranya, lama siswa disekolah, lama siswa tinggal di sekolah,
pembelajaran siswa atif berbasis kopetensi, buu pegangan dan peran guru sebagai
ujung tombak pelaksnaan pendidikan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi pembelajaran tematik adalah
terjadinya peingkatan kemampuan dan kreatifitas sikap dan keterampilan siswa
dalam kehidupan sehari- hari, hal ini sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003
sebagaimana tertulis dalam Pasal 35, yang berbunyi kompetesi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mengacu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

6

7

2.1.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari kehidupan
manusia, yang berkaitan antara interaksi manusia dengan manusia baik secara
kelompok maupun individu dan secara kelompok serta hubungaan manusia
dengan lingkungan.
Pengertian IPS menurut ahli sebagai berikut, Ilmu Pengetahuan Sosial atau
(IPS) adala ilmu yang dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan
lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan,
Michaelis, 1957 (dalam Suwarsono, dkk 2007: 1).

Pengertian IPS selanjutnya dikemukakan oleh Wesley (dalam Suwasono,
dkk, 2007), menyatatakan bahwa pelajaran IPS sebagai bagian dari nilai- nilai
sosial yang dipilih untuk tujuan pendidikan.IPS adalah mengkaji manusia dalam
hubungan dengan lingkungan sosial, dikemukakan oleh Jean Jarolimek , 1967
(dalam Suasno, dkk 2007).
Adapun tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam sekolah dasar
dan menengah sebagai berikut,
1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan
lingkungan.
2. Membekali siswa untuk berikir logis, kritis, rasa ingin tahu, untuk
memecahkan msalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Mempunyai kemampuan komunikasi kerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat, nasional, global.(Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi).
Berdasarkan beberapa pengertian dan tujuan dari IPS diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah mata pelajaran yang berkaitan
dengan kehdupan manusia yang berkaitan dengan sosial siswa, IPS membekali
siswa untuk berkompetisi di lingkungan masyarakat, nasional dan internasional.

Dalam proses pembelajaran tidak akan lepas dari apa yang ingin dicapai
melalui proses belajar. Ruang lingkup penelitian ini adalah Tema 5 Pahlawanku

8

dan Sub Tema 1 Perjuangan Para Pahlawan.dengan KI dan KD dpat di lihat pada
Tabel 1 sebagai berikut,
Tabel 1. Hubungan Kompetensi inti dan kompetenasi dasar kelas 4 semester
2 Tema: PahlawankuSubtema: Perjuangan Para Pahlawan
Kompetensi inti
1.Menerima,
menjalankan,
dan
menghargai
ajaran
agama yang dianutnya
2.Memiliki
perilaku
jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli,

dan percaya diri dalam
berinteraksi
dengan
keluarga, teman, guru,
dan tetangganya.
3.Memahami
pengetahuan
faktual
dengan cara mengamati
(mendengar,
melihat,
membaca) dan bertanya
berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan
benda-benda
yang
dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat

bermain.
4.Menyajikan
pengetahuan
faktual
dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis,
dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang
mencerminkan
anak
sehat,
dan
dalam
tindakan
yang
mencerminkan perilaku
anak
beriman
dan
berakhlak mu


Kompetensi dasar
Bahasa Indonesia
3.5
Menggali
informasi dari teks
ulasan buku tentang
nilai
peninggalan
sejarah
dan
perkembangan
HinduBuddha
di
Indonesia dengan
bantuan guru dan
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan
tulis
dengan

memilih
dan
memilah kosakata
baku

4.5 Mengolah dan
menyajikan
teks
ulasan buku tentang
nilai
peninggalan
sejarah
dan
perkembangan
Hindu-Buddha
di
Indonesia
secara
mandiri
dalam

bahasa
Indonesia
lisan
dan
tulis
dengan memilih dan
memilah kosakata
baku

IPS
3.2
Memahami
manusia, perubahan
dan keberlanjutan
dalam waktu pada
masapraaksara,
Hindu
Buddha,
Islam dalam aspek
pemerintah, sosial,

ekonomi,
dan
pendidikan

PPKn
3.4 Memahami arti
bersatu
dalam
keberagaman
di
rumah, sekolah dan
masyarakat

4.2
Merangkum
hasil pengamatan
dan menceritakan
manusia, perubahan
dan keberlanjutan
dalam waktu pada

masa pra aksara,
Hindu
Buddha,
Islam dalam aspek
pemerintah, sosial,
ekonomi,
dan
pendidikan

4.3 Bekerja sama
dengan teman dalam
keberagaman
di
lingkungan
rumah,sekolah, dan
masyarakat

9

Dikarenakan dalam penelitian ini hanya meneliti tentang mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maka KI dan KD dapat dilihat pada Tabel 2
sebagai berikut,
Tabel 2. KI dan KD IPS Kelas 4
Kompetensi inti
1.Menerima, menjalankan, dan menghargai
ajaran agama yang dianutnya
2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan
bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya,
dan
benda-benda
yang
dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.

Kompetensi dasar
IPS
3.2 Memahami manusia, perubahan dan
keberlanjutan
dalam
waktu
pada
masapraaksara, Hindu Buddha, Islam dalam
aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan
pendidikan
4.2 Merangkum hasil pengamatan dan
menceritakan manusia, perubahan dan
keberlanjutan dalam waktu pada masa pra
aksara, Hindu Buddha, Islam dalam aspek
pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT).
2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk mendidik siswa untuk bekerja sama yang menekankan interaksi
antar siswa, dengan tujuan agar siswa mampu bekerja sama, memupuk kreatifitas
siswa, dan memupuk rasa solideritas dan nasionalisme.
Pengertian model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh ahli antara
lain Lie (dalam Isjoni 2002) mengungkapkan, kooperative learning atau memberi
landasan teoritis bagaimana siswa dapat sukses bersama orang lain.
Djahri K (dalam Isjoni 2004) menyebutkan kooperative learning sebagai
pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan

10

belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa dan lingkungan belajar.
Pengrtian kooperatif selanjutnya dikemukakan oleh Lie Anita (2002)
Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran gotong royong, yang berdasar
pada falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah
mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif dapat diambil
kesipulan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
menekankan pada aspek sosial siswa, dalam proses pembelajaran siswa dituntut
untuk bekerja sama dengan teman sekelompok dari latar belakang sosial yang
beragam.
2.1.3.2 Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Johnson dan Johnson
(dalam Trianto 1994) dan Sutton (dalam Trianto 1992) ada beberapa unsur
pembelajaan kooperatif, antara lain:
1. Ketergantungan positif antar siswa.
Siswa mempunyai kesadaran penuh terhadap kelopok untuk mewujudkan
cita- cita bersama.
2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat.
Dalam proses belajar siswa saling bekerja sama, partisipasi dalam kerja
kelompok untuk menghasilkan mufakat.
3. Tanggung jawa perseorangan.
Setiap siswa sadar akan hak dan kewajibannya dalam kerja kelompok,
tidak ada yang menggantungkan diri dengan individu lain.
4. Kemampuan interpersonal dan kelompok kecil.
Siswa harus mengerahkan kemampuan untuk menyumbangkan ide dalam
pemecahan masalah.
5. Proses kelompok.
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses
kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana
mereka akan mencapai tujuan bubungan kerja yang baik.
Selanjutnya unsur- unsur dalam pembelajaran kooperatif juga diutarakan
oleh Salvin (dalam Trianto 1995) mengutarakan pendapatnya sebagai berikut:
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.

11

2. Anggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
3. Kesempatan yang sama untuk suses, bermakna bahwa siswa te;ah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Berdasarkan unsur-unsur model pembelajaran kooperatif dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang menekankan interaksi siswa, yang menekankan tanggung jawab personal
siswa dan kemamuan personal siswa untuk berfikir bersama dala pemecahan suatu
permasalahan untuk menghasilkan kata mufaat.

2.1.3.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan model
pembelajaran yang memupuk sosial yang tinggi didalam proses belajar. Didalam
model pembelajaran ini siswa saling bekerja sama di dalam kelompok dengan
banyak perbedaan karakter individu dan berkumpul untuk berfikir bersama
memecahan suatu permasalahan.
Adapun pengertian Numbered Head Together yang dikemukakan oleh
Spenser Kagen (dalam Trianto 2009:82) model pembelajara NHT adalah untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam sautu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Selain itu pengertian NHT diutarakan oleh Isjoni (2010) menyatakan
bahwa model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan idea tau gagasan dan pertimbangan jawaban yang paling
tepat.
Dari unur-unsur di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
menekankan kerja kelompok, menekankan tanggung jawab personal terhadap
kelompok dan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai makhluk sosial di dalam
kelompok belajar.
2.3.1.4 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
Berdasarkan pengertian Model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dan langkah- langkah model pembelajaran kooperratif tipe

12

Numbered Head Together (NHT) dapat disimpulkan mengenai ciri dari Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut,
1. Adanya penomoran untuk siswa
2. Megajukan pertanyaan, guru memberikan permasalahan atau pertanyaan
kepada siswa.
3. Berfikir bersama dan tanggung jawab personal maupun interpersonal
dalam kelompok.
4. Berfikir bersama, untuk mengerjakan soal atau memecahkan suatu
masalah dari guru.
5. Menjawab, atau mengkomunikasikan.
2.1.3.5 Tujuan Model Pmebelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
Berdasarkan pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (NHT)
Numbered Head Together dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model
pembelajaran ini untuk belajar dengan sistem gotong royong. Siswa belajar
bertanggung jawab untuk keberhasilan kelompok.
Selain tujuan untuk siswa, model pembelajaran (NHT) Numbered Head
Together memberikan kontribusi yang bagus untuk penyampaian materi. Dengan
model pembelajaran ini materi tersampaikan dengan cara menyenangkan,
sehingga siswa semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
2.1.3.6 Perencanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
Untuk melakukan pembelajaran NHT Miftahul Huda (2011) menjelaskan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok. Masing-masing siswa dalam
kelompok diberi nomor.
2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok
mereka.

13

Menurut Trianto (2007) (Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT
yaitu “penomoran,mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”.
Rencanapelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Penomoran, guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5
orang,dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
2. Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada
peserta didik.
3. Berpikir bersama, peserta didik menyatukan pendapat, terhadap
jawabanpertanyaan itu dan meyakinkannya, tiap anggota dalam timnya
mengetahuijawaban tim.
4. Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta
didikyang
nomornya
sama
mengacungkan
tangannya
dan
mencobamenjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
2.1.3.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT)
Adapun kelebihan yang terdapat di Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) di antaranya adalah:
1. Peserta didik dilibatkan secara aktif di dalam pembelajaran.
Dengan dilibatkannya peserta didik secara aktif akan menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa, dan siswa bebas untuk berpendapat mengenai pelajaran
yang peserta didik pelajari. Dan mengembangkan pola fikir peserta didik
untuk berfikir secara mendalam mengenai materi ajar.
2. Mengoptimalkan tutor sebaya.
Keberhasilan belajar menurut model belajar NHT ini bukansemata-mata
ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,melainkan perolehan
belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.
Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru,
maka proses penerimaan dan pemahaman peserta didik akan semakin
mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.
3. Menumbuhkan rasa kebersamaan.
Dengan memaksimalkan pembelajaran dengan teman kelompok, dan
berkerjasama untuk memperoleh kesepakatan atau jawaban akhir maka di
dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ini memupuk rasa kebersamaan dan kekompakan tanpa memandang
latar belakang atau setatus
Selain mempunyai beberapa manfaat yang menunjang pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini mempunyai beberapa kekurangan
yang harus diperhatikan, kekurangan metode pembelajaran ini antara lain:

14

1. Suasana pembelajaran bisa menjadi tidak kondusif jika guru tidak
bisamengelola kelas dengan baik.
2. Kondisi kelompok akan stagnan jika tidak ada peserta didik yang bias
menjadi leader dan memiliki kemampuan lebih dibanding teman
temannya.Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi kelompok
yang homogen misalnya dalam satu kelompok harus adaminimal satu
peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
3. Kemungkinan ada peserta didik yang hanya mengikuti pendapat temannya
tapi tidak benar-benar memahami materi. Oleh karena itu,guru perlu
mengecek pemahaman peserta didik satu persatu.
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad
Zuhdi (2010) kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) sebagai
berikut :
Kelebihan model pembelajaran NHT(Numbered Heads Together):
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan model pembelajaran NHT(Numbered Heads Together):
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.3.8 Sintaks Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together .
Secara lebih rinci Trianto (2007) menjabarkan langkah-langkah (sintaks)
pembelajaran dalam model pembelajaran tipe Numbered Head Together dalam
pembelajaran seperti Tabel 3 berikut.

15

Tabel 3. Sintaks Model Pebelajaran dengan Menggunakan Model Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT)
No
1

2

3

4

Langkah
Pembelajaran
Penomoran, membagi
siswa sesuai kedalam
beberapa kelompok
sejumlah 3-5 siswa

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Guru
membagi
siswa Siswa menempatkan diri sesuai
kedalam kelompok kecil dengan kelompok masingsesuai dengan jumlah yang masing.
ditentukan oleh guru

Guru
memberikan
pengarahan kepada siswa
untuk berkelompok
Mengajukan
Guru mengajukan pertanyaan Siswa menelaah pertanyaan
pertanyaan,
guru dengan mengacu kepada dari guru.
memberikan
materi pembelajaran.
pertanyaan
kepada
seluruh
kelompok Guru mengajak siswa untuk
di
dalam
dengan diambil dari berdiskusi
kelompok masing-masing.
materi pembelajaran.
Berfikir
bersama, Guru mengarahkan siswa Siswa
berdiskusi
untuk
semua
anggota untuk berdiskusi
sesuai mengidentifikasi masalah dan
berdiskusi dan setiap dengan materi yang disajikan merencanakan apa yang akan
anggota
berhak oleh guru .
mereka
lakukan
untuk
mengeluarkan
menyelesaikan
masalah
pendapatnya
untuk
mengenai
materi
yang
memajukan
dipelajarai
kelompoknya.
Guru tetap di dalam kelas Siswa berdiskusi dan menarik
dan
mengawasi
serta kesimpulan dari beberapa
mengarahkan
dan informasiyang telah didapat.
membimbing siswa di dalam Setiap siswa harus memahami
pembelajaran.
jawaban akhir dari kelompok.
Menjawab,
siswa Guru memanggil nomor Siswa yang dipanggil oleh guru
harus
menjawab tertentu dan siswa yang menjawab pertanyaan sesuai
pertanyaan yang telah dipanggil nomornya akan dengan jawaban akhir dari
diberikan dari guru.
menjawab pertanyaan untuk kelompok, atau menjawab
seluruhkelas.
dengan hasil diskusi dari
kelompok.

Implementasi pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) sesuai standar proses permendikbud no 41
tahun 2007 dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4 sebagai berikut

16

Tabel 4.
Implementasi Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
No
1

Jeniskegiatan
Kegiatan
pendahuluan

2

Kegiatan inti

3

Kegiatan
penutup

2.1.4

Keterangan
Kegiatan pendahuluan ini guru akan; (a) menyiapkan peserta didik secara
psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) memberi
motivasi belajar siswa; (c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari; (d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; (e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan sesuai silabus.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif, serta
memberi ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode, model atupun pendekatan yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Model
yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) berbantu alat peraga karena
karakteristik peserta didik yang cenderung pasif, sehingga diharapkan
dengan model tersebut peserta didik menjadi lebih aktif. Kegiatan inti
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada saat proses
elaborasilah model pembelajaran NHT berbantu alat peraga dilakukan
Kegiatan penutup ini guru melakukan kegiatan sebagai berikut: (a)
bersama – sama dengan peserta didik membuat rangkuman ataupun
simpulan pelajaran; (b) melakukan penilaian dan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogam; (c)
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; (d)
melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas , baik
tugas individu maupun tugas kelompok; (e) menginformasikan rencana
kegiatan pembelajaran untukk pertemuan berikutnya.

Hasil Belajar

2.1.4.1 Hakikat Beajar
Dalam proses sekolah, unsur belajar adalah unsur yang sangat penting dan
sangat vital. Dalam proses sekolah jika siswa tidak melewati fase belajar maka
tidak ada artiya dalam proses sekolah. Proses sekolah bermakna jika siswa terjadi
kegiatan belajar.
Belajar merupakan suatu proses, melakukan sebuah kegiatan yang
berpengaruh kepada tingkah laku. Adapun pengertian menurut Prof. Dr. Oemar
Hamalik

(2001:27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi

atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman, belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

17

Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak
terbatas pada keterampilan tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill,
persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan
performansi (Riyanto, 2009)
Pengertian belajar menurut teori Behavioristik (dalam Asri Budiningsih,
2005), mengemukakan bahawa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dapat disimpulkan bahwa pendapat-pendapat tentang belajar yang telah
dikemukakan oleh para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan
suatu proses dengan sadar untuk diri manusia dengan serangkaian kegiatan yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Selanjutnya Sudjana (2004:22) mengatakan bahwa hasil belajar terdiri dari
(a)ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan citacita. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai hasil dari proses belajar
yang dilakukan oleh siswa.
2.1.4.3 Ranah Hasil Belajar
Jenis-jenis hasil belajar menurut Bloom (dalam Saur Tampubolon 2014)
secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Jenis hasil afektif tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

18

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni:
gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Para ahli menyimpukan bahwa hasil belajar berupa kecerdasan intelektual,
sosial dan perubahan sikap yang semula tidak tahu menjadi tahu..
2.2

Peneitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan peelitian ini, antara lain

penelitiaan yang dilaksanakan oleh Ni Nengah Arsini, dkk (2015) dengan judul
penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 Semester II SD Gugus
VI Kecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2014/2015.
Dalam penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Toether (NHT) berpengaruh terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas 4 semester genap di SD Gugus VI Kecamatan Kintamani.
Selanjutnyaa penelitian yang dilaksanakan oleh Nurul Istiqomah, dkk
(2013), dengan judul Penggunaan Model Numbered Heads Together (NHT)
DalamPeningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar, dalam
penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan model pebelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh Yuni Winarti dalam skripsinya
yang berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Banyumundul 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012.”
Penelitian menunjukkan peningkatan pada keaktifan dan hasil belajar
siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan
keaktifan untuk mata pelajaran IPA kelas V semester 2 tahun pelajaran
2011/2012.
Ketuntasan belajar siswa mencapai KKM 65 dari 32 sebanyak 17 siswa
satu 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas. Nilai rata-

19

ratanya adalah 66,25, sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah
52 dan siklus II sebanyak 36 siswa atau 100%.
Jumlah siswa mencapai ketuntas siklus II siswa yang mencapai KKM 65
sebanyak 36 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM. Simpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran IPA menggunakan
metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas V SD Negeri Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, semester
2 tahun pelajaran 2011/2012.
2.3

Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki pola belajar

siswa di SDN 02 Truko dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif
tipe (NHT) Numbered Head Together, dengan tujuan untuk memperbaiki nilai
siswa. Penelitian ini berjenis Penelitian Tidakan Kelas (PTK).
Penelitan dilaksanakan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua
kali pertemuan. Setiap siklus peneliti dan guru mengadakan tes evaluasi dengan
tujuan mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Setelah
diadakan evaluasi peneliti bersama guru mengadakan analisis hasil belajar siswa.
Analisis hasil belajar siswa pada siklus I dimaksudkan untuk tindak lanjut
pada siklus II dengan tujuan meminimalisir terjadinya permasalahan yang sama
seperti siklus I. Dan pada akhir siklus II peneliti dan guru mengadakan analisis
hasil belajar kembali guna melihat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Meski
penelitiaan ini terdiri dari dua siklus akan di tindak lanjuti ke siklus berikutnya
jika penelitian ini belum memecahkan permasalahan yang ada di penelitian.
Pemilihan model pembelajaran ini dipilih berdasarkan situasi subyek
penelitian yaitu siswa kelas 4. Pada usia ini, siswa memiliki rasa ingin tahu tinggi
dan sudah bekerja sama dalam kelompok. Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe (NHT) Numbered Head Together diharapkan siswa mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik, dan hasil belajar siswa dapat terpenuhi.

20

2.4

Hipotesis
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan kajian pustaka maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe (NHT) Numbered Head Together dapat
meningkatkan hasil belajar siswa SDN 02 Truko kelas 4 dengan KKM 70.