Gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan zat psikoaktif ( F10-F19 )

  

Gangguan mental dan perilaku akibat

penyalahgunaan zat psikoaktif ( F10-F19 )

  

Oleh : Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ ( K )

Nopember 2014

  NAPZA NARKOTIKA PSIKOTROPIKA ZAT ADIKTIF (lainnya)

  

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya

( Napza ) :

NAPZA Heroin Shabu Ekstasi Ganja Kokain Benzodiazepine Pil koplo Bentuk bubuk, umunya disuntik Bubuk kristal, hisap dgn “bong” Pil ditelan, di Diskotik / klab2 malam Daun kering, dilinting, dihisap Bubuk putih, disuntik, tunggal / campur Pil penenang, ditelan Bbg jenis pil tanpa tujuan medis jelas spt artane, antimo, somadril, dextro.

  Penggunaan terus-menerus

  Jangka panjang Dosis tinggi

  ABUSE Tak sesuai indikasi

  ADIKSI

  • • Adiksi berasal dari bahasa Inggris Addiction yang berarti ketagihan

    atau kecanduan. Bukan merupakan suatu Diagnosis entity.
  • Adiksi membuat seseorang ketergantungan sec fisik maupun psikologis mengakibatkan perubahan perilaku menjadi obsesif

    compulsif ( dalam menggunakan zat), mengakibatkan gangguan

    fungsi sosial dan pekerjaan
  • Menurut PPDGJ III Ggg penggunaan Napza terdr 2 bentuk :
    • – Penyalahgunaan, yi yg memp. Harmful effects terhadap kehidupan orang, menimbulkan problem kerja, menggg hub. Dengan orang lain serta memp. Aspek legal.
    • – Adiksi atau ketergantungan, yi mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis Napza lebih dari yang diinginkan.

  • Jadi penyalahgunaan Napza belum tentu menderita ketergantungan.

  Ketergantungan Fisik yang kuat Zat Adiktif zat-zat yang pemakaiannya dapat

  Ketergantungan Psikologis yang panjang

  Toleransi dapat menimbulkan

  Ketergantungan Putus zat

  

TINGKAT PEMAKAIANNAPZA

EXPERIMENTAL USE

SOCIAL /

RECREATIONAL USE

  

SITUATIONAL USE

Pola Penggunaan

  

ABUSE

Toleransi Patologik

  Putus zat Addiction use Compulsive u se

  FAKTOR

  Macam – macam Zat Adiktif

  NARKOTIKA UU No 22/1997 GOL III. Al. : GOL II. al : GOL I. al. : Kodein, Metadon,Mor

  Opium, Kokain, Dihidrokodein fin,Petidin,

  Heroin, Ganja fenazosina, tebain

  3

  87

  Metadon, Kodein, Opium, Kokain, Heroin, Ganja, Morfin, Petidin.

  Buprenorfin, Katinona,Liser gid,

  Oksikodon, Etilmorfin, MDMA,Metamfe tamin, fenazosina,

  Psilosibin, Am fetamin, Dihidrokodein tebain

  Fensiklidina

  14

  86

  65 Berdasarkan klasifikasi kerjanya maka Napza dibagi menjadi :

  Depresan Stimulan Halusinogen Alkohol Amfetamin LSD, DMT Bz Metamfetamin Meskalin Opioid Kokain PCP Solven Nikotin Ketamin

Barbiturat Khat Kanabis ( dosis tinggi )

Kanabis (dosis rendah) Kafein Magic Mushrooms

  Gangguan mental dan perilaku akibat

penyalahgunaan zat psikoaktif ( F10-F19 )

  • Zat Psikoaktif adalah obat atau senyawa yang apabila masuk ke dalam tubuh mansia dapat mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental – emossional dan perilaku dan bila digunakan terus menerus dapat menimbulkan Adiksi • Meningkatnya penyalahguna serta ketergantungan Napza sudah sangat memprihatinkan
  • Upaya penanggulangan tlh dilakukan melalui berbagai pende katan. Salah satu : Inpres 12 tahun 2011 ttg kebijakan dan stra tegi nasionalprogram Pencegahan, Pemberantasan,

  Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba ( P4GN) yaitu

  melalui :

  2. Harm Reduction Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. ( K )

  

P4GN :

  • Demand Reduction/Reduksi permintaan : Dilaksanakan oleh

  RSJ (Depkes ), LSM2 ( NGO )/panti2 /yayasan2 swasta dlm / luar negeri dll Informasi/Edukasi, Pendekatan Prevensi dan Promosi Kesehatan, Detoks dan Terapi Pemeliharaan

  • Harm Reduction/Reduksi dampak buru : Dilaksanakan oleh

  RSJ, PKM ( Depkes ) melalui Program Terapi Rumatan Metadon ( PTRM ), Buprenorphine + Nalokson, distribusi jarum suntik steril dan sosialisasi penggunaan kondom, terapi dampak buruk HIV dan IO ( Infeksi Opportunistik )

  • Supply Control / Supply Reduction / Reduksi Suplai : dilaksa nakan oleh jajaran penegak hukum Polri, Kejaksaan, Depkum ham, Sistem Peradilan dll

  Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Napza (P4GN) Supply Demand Harm

  • Reduction Reduction Reduction

  Pengurangan dampak Pengurangan Pengurangan permintaan buruk persediaan hukum : polisi, Peran instansi HIV/AIDS , Hep’s B dan C peraturan2 / per- Medik dan docarditis, Emboli,Sepsis,Osteo TBC Paru,Oedema Paru, En undang2an RI Non medik myelitis, Thrombophlebitis dll.

  

Supply Reduction

UU RI No.35 2009 ttg N.

  • Polisi

  SEMA Maret/2009

  • Jaksa Bea cukai

  No. 4 / 2010

  • Hakim Bandara

  SEMA No.3 /

  • Depkumham

  2011

  • Pelabuhan

    Sist. Peradilan

  PP 25 2011 ttg wajib lapor

  • Lapas Npz??

  pecandu

  Demand Reduction :

  

Harm Reduction

Program Terapi Rumatan Metadon Pemberian substitusi Buprenorp hine/+Nalok son Pembagian jarum suntik steril sesuai tujuan Pembagian Kondom sesuai tujuan

Batasan dan Pengertian-pengertian :

  • NAPZA : – Singkatan dari Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lainnya.
  • NARKOTIKA :
    • – Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan. terdapat Gol.I,II,III pada UU RI No.22 1997 ttg Narkotika.  UU RI No 35 2009

  • PSIKOTROPIKA :
    • – zat /obat alami/sintetis bukan narkotika, berkhasiat Psikoaktif mempengaruhi fungsi mental dan perilaku terdapat Gol.I, II, III, dan

  IV pada UU RI No. 5 1997 ttg Psikotropika (Gol I. Narkotika pd UU RI No.35 2009)

  • ZAT ADIKTIF LAINNYA :
    • – Bahan lain bukan Narkotika atau Psikotropika yg penggunaannnya

      dapat menimbulkan ketergantungan.
    • PSIKOAKTIF :

  • – Adalah khasiat dari NAPZA yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
    • PENYALAHGUNAAN :

  • – Penggunaan NAPZA tanpa indikasi medis dan pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan ketergantungan
    • TOLERANSI :

  • – Peningkatan dosis utk mendapatkan pengaruh yg sama sbg akibat dari penggunaan yg lama dan terus mwenerus
    • OPIAT : Adalah ramuan yg mengandung atau turunan Opium.
    • OPIOID : Narkotika sintetik yg mempunyai aktivitas menyerupai Opiat .

  • KETERGANTUNGAN :
    • – Keadaan dimana Px memerlukan jumlah NAPZA yg semakin bertambah

      ( tole ransi ), shg bila jumlah dikurangi /diberhentikan akan timbul

      gwjala putus zat

  • KETERGANTUNGAN FISIK :
    • – Adaptasi neurobiologis tubuh utk menghadirkan NAPZA yg ditandai

      dgn gejala awal putus zat

  • KETERGANTUNGAN PSIKIS :
    • – Pola perilaku yg sangat kuat utk menyalahgunakan NAPZA agar memperoleh efek ttt.

  • INTOKSIKASI :
    • – Kondisi akibat langsung dari penyalahgunaan NAPZA dimana terjadi

      perubahan fungsi kesadaran, kognitif, persepsi, perasaan dan perilaku

  • OVERDOSIS : Adalah keadaan fisik yg gawat akibat penyalahgunaan NAPZA yg

    ditandai dengan adanyaperubahan faal tubuh spt kesadaran menurun,

    tekanan darah menurun, dan depresi pernafasan
  • GEJALA PUTUS ZAT :

  • – Adalah gejala2 dengan aneka bentuk keparahan yg dusebbkan penghentian atau pengurangan zat.
    • KOMPLIKASI MEDIK :

  • – Komplikasi yang terjadu pada berbagai sistem tubuh akibat penggunaan NAPZA
    • KOMORBIDITAS PSIKIATRI :

    >– Keadaan dimana pasien disatu pihak mengalami gangguan penyalahgunaan NAPZA dan dilain pihak mengidap gangguan Psikiatri • DUAL DIAGNOSIS :
  • – Adalah suatu istilah klinis disebut juga Diagnosis Ganda pada pasien ketergantungan NAPZA dan terdapat ber- sama2 dgn ggg psikiatri lain secara independen

  • DETOKSIFIKASI :
    • – Suatu proses dimana seorang individu yg ketergantungan fisik thdp zat psikoaktif ( opioida ) , dilakukan pelepasan zat psikoaktif tersebut secara tiba2 atau secara sedikit demi sedikit.

  • REHABILITASI MEDIK :
    • – Suatu proses kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu

      melalui pendekatan medis, agar penyalahgunaan NAPZA yg menderita ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin

  • REHABILITASI PSIKOLOGIS :
    • – Suatu proses kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu mll pendekatan psikologis agar penyalahgunaan NAPZA yg menderita ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin

  • REHABILITASI SOSIAL :
    • – Adalah suatu proses kegiatan pelayanan rehabilitasi mell pendekatan sosial agar penyalahgunaan NAPZA yg menderita ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin

Latar berlakang individu menyalahgunakan zat psikoaktif :

  1. Faktor Individu :

  1. Ingin tahu dan ingin mencoba

  2. Tidak bisa menolak ajakan teman

  3. Low self esteem

  4. Low self confidence

  5. Sikap memberontak terhadap peraturan

  6. Identitas diri yang kabur

  7. Mengalami depresi dan atau cemas

  8. Lambang keperkasaan

  2. Faktor lingkungan

  1. Komunikasi dengan orang tua kurang efektif

  2. Orang tua dominan atau otoriter

  3. Teman sekelompok/ sebaya yang pengguna

  4. Lingkungan sekolah yg kurang tertib

  5. Fasilitas sekolah yang minim

  3. Faktor tersedianya zat psikoaktif

  • Mudah mendapatkan ilicit drug

  Pemeriksaan dan Diagnosis

  1. Sikap mental dokter terhadap pasien harus positif, agar terbina hubungan px-dr –keluarga dengan baik

  2. Observasi sikap Px saat diperiksa

  a. Riwayat penyalahgunaan zat

  a. Zat apa yang dipakai

  b. Kapan mulai dan terakhir menggunakan

  c. Cara penggunaan

  d. Gejala intoksikasi / Over dosis (OD ) atau putus zat

  e. Alasan penggunaan

  f. Jumlah dan frekwensi penggunaan sehari

  lanjutan......

  Pemeriksaan dan Diagnosis 3. Anamnesis : lanjutan..

  b. Riwayat psikososial Px

  a. Pendidikan / pekerjaan

  b. Hubungan keluarga / sesama teman

  c. Keadaan keluarga

  d. Riwayat kriminal / ditahan polisi/ penjara yang berkaitan/bukan dgn penyalahgunaan zat e. Riwayat seksual; sosioekonomi; spiritual

  f. Kepribadian pramorbid

  4. Pemeriksaan fisik: termasuk pemeriksaan fisik umum, needle track( bekas suntikan )

  Pemeriksaan dan Diagnosis lanjutan......

  5. Pemeriksaan laboratorium :

  • – Toksikologi – LFT, RFT
  • – HIV/AIDS
  • – Lain2 sesuai dengan kebutuhan
  • – Psikotes; MMPI

  6. Komorbiditas :

  • Psikiatrik : Skizofrenia; Bipolar; RM; Gangg Kepribadian ; Gangguan Tingkahlaku - Non Psikiatrik : HIV/AIDS; Hep’C/B; TB pulmonal/extra pulmonal; Moniliasis

  Diagnosis Banding

  • Skizofrenia • Gangguan Waham Organik • Gangguan Halusinasi Organik dll

  Penyulit / Komplikasi

  1. Overdosis

  2. HIV/AIDS

  3. Hepatitis

  4. Dermatitis

  5. Selulitis

  6. Anemia

  7. Thrombophlebitis

  8. Lain2 ?

Penatalaksanaan

  Proses Penatalaksanaan secara umum :

  1. Asesmen

  2. Diagnosis

  3. Detoksifikasi

  4. Rehabilitasi

  5. Resosialisasi Khusus Narkotika :

  6. Asesmen

  7. Diagnosis

  8. Terapi Substitusi ( Harm Reduction )

  9. Detoksifikasi

  10. Rehabilitasi

  11. Resosialisasi

  

Contoh Zat psikoaktif :

  • Zat Psikoaktif terdiri dari :
    • – Narkotika : Opioid; Kokain; Ganja; Buprenorfina – Psikotropika : Gol. Amfetamin; Gol Benzodiazepine; Gol Lisergida ( LSD ), Fensiklidina, Metakualon

  • Gol. Opioida merupakan Turunan Opium dan zat sintetisnya :
    • – Morfin,
    • – Diasetilmorfin / Diamorfin ( Heroin, smack, horse, Putaw, PT ),
    • – Metadon,
    • – Pethidin,
    • – Kodein,
    • – Hidromorfin ( Dilaudid),
    • – Meperidin ( Demerol ) dll • Heroin adalah jenis Opioida yg tersering disalahgunakan.

  Cont ...

  NAPZA :

  • Cara pemakaian : dihirup mll lubang hidung
    • Snorting :
    • Dragon : dihisap dgn mulut mll gulungan kertas/plastik diatas
    • – aluminium foil yg diuapkan

      dimasukkan dlm rokok tembakau

    • Puff :
    • Per oral

  secara IV atau Subcutan

  • Menyuntik
    • Akhir2 ini pemakaian via suntikan /Intra Venous Drug Use ( IDU ) menimbulkan masalah besar akibat dampak yang ditimbulkan dari perilaku tersebut

  

Narkotika :

  • UU RI No.22 1997 tentang Narkotika  Saat ini sudah direvisi menjadi UU RI No. 35 2009 tentang Narkotika, terdiri atas 3 gol. termasuk
    • – Tanaman Ganja,
    • – Opioida – Psikotropika Gol. I dan II pada UU RI No. 5 1997 tentang

  Psikotropika

  OPIOID

  • Tanaman Papaversomniverun : 20 alkaloid opium a.l morfin
  • Opioid : Narkotik sintetik contoh heroin, kodein, dilaudid, meperidin, methadon dll
  • Antagonis : Nalokson, naltrekson, nalorfin, apomorfin
  • Campuran a/antagonis : Pentazocin, buprenorfin
  • Reseptor : Reseptor u- opiat : mengatur analgesik, depresi pernafasan, Konstipasi dan adiksi Resptor K-opiat : analgesia, diuresis, sedasi Resptor gamma-opiat : analgesia

  

OPIOID

  • Intoksikasi :
    • Perilaku maladaptif : euforia diikuti apati, disforia, retardasi psikomotor, Ggg pertimbangan, fungsi sosial & pekerjaan
    • Konstriksi pupil, mengantuk, cadel, ggg atensi, daya ingat, koma

  Putus Opioid :

  • Akibat Stop, penurunan dosis, pemberian antagonis
  • Setelah 6 – 8 jam stop, puncak hari ke 2-3, hilang 7-10 hari
  • Gejala Sakaw : disforik, mual/mules, muntah, diare, nyeri otot/sendi2, lakrimasi, rhinorea/pilek, keringat, piloereksi, demam, insomnia, menguap.

  

KOMORBIKDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK

OPIOID

  • 90% penyalahgunaan opioid memp. Dual diagnosis psikiatrik. Yg sering: depresi berat, keprib. Antisosial, penyalahgunaan alkohol
  • Percob bunuh diri 15%
  • Delirium intoks opioid akibat dosis tinggi /dicampur zat lain, cedera otak • Psikosis opioid akibat dosis tinggi mirip Skiz.
  • Ggg afek. Akibat intoks, bersif manik, depresi atau campuran

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK OPIOID

  • Ggg tidur hipersomnia dan ggg. seksual impotensi
  • Hepatitis dan AIDS krn transmisi virus akibat IVDU
  • Sepsis, emboli, tromboflebitis,oedema paru, endokarditis, osteomyelitis
  • Trias klinis : pinpoin pupil, depresi pernaf., koma ditambah hipotermia, hipotensi, bradikardia berakhir dgn kematian krn OD

  

OPIOIDA : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

  • Intoksikasi Opioida :
    • – Penekanan SSP : sedasi, penurunan kesadaran sampai delirium
    • – Menurunnya motilitas GI  konstipasi
    • – Depresi pernafasan,
    • – Bicara cadel
    • – Hipotensi Ortostatik – Bradikardia – Miosis sampai pinpoin pupil
    • – Kejang ( saat OD )

  • Keadaan putus Opioida :>Ngantuk, pilek, bersin, lakrimasi, dilatasi pupil, piloereksi, takikardia, hipertensi, RR meningkat, Mual, muntah diare, suhu badan meningkat, insomnia
  • Craving/Sugesti
  • Ansietas, gelisah, mudah tersinggung, mialgia, arthralgia, sakit dan keram perut, anoreksia, tremor dan kejang2 kecil

Penatalaksanaan

  • Intoksikasi Opioid :
    • – Termasuk kasus kedaruratan medik
    • – Periksa Vital Sign – A/ riwayat pakai sec. Lengkap: frek., jumlah dan cara pakai, terakhir pakai. campur alkohol, ganja, derivat amfetamin ? – Bila ada tanda2 OD, Px dirawat di ICU.
    • – Lakukan Naloxon Challenge test – Observasi 24 jam untuk menilai tanda2 vital.
    • – Motivasi untuk ikut program Rehabilitasi

Penatalaksanaan

  • Putus opioida / Withdrawal opioida

  1. Termasuk kasus kedaruratan Psikiatri

  2. Tujuan : mengurangi penderitaan klien, mencegah komplikasi medik

3. Metadon. Merup. Standar terapi di banyak negara substitusi opioida.

  Dosis awal 20 – 40 mg/hari, dapat ditingkatkan 5 – 10 mg selama 7 – 10 hari berikut. Kemudian dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan metadon. Atau dengan cara 10mg metadon tiap 6 jam, total dosis 40 mg/ hari, dipertahankan 3 hari, kmd bisa ditambah atau diturunkan 5 mg/hari.

  

4. Klonidin : diberikan 0,3-0,6 mg/hari ( dosis terbagi ) dan terus dinaikkan

0,6 -1,2mg/hr alam 1 – 3 hr pertama, atau 0,1 – 0,2 mg klonidin tiap 3

jam max 0,8 mg/hr, bila tek drh 90/60 mmHg, klonidin hrs distop.

  

5. Buphrenorphin (+Naloxon). Pemberia sublingual 2-4 mg1X/hr. Hari ke

  II 6-8 mg/hr. Tapi sering disalahgunakan dgn cara iv. Pengawasan harus ketat.

  

Terapi simptomatis

  • Rasa sakit dapat dikurangi dengan analgetika, : tramadol, asam mefenamat, metampiron dll
  • Insomnia : hipnotika spt estazolam, triazolam, b
  • Nitrazepam, Zolpidem, clozapin dll
  • Diare : imodium dan sejenisnya
  • Mual/muntah : sulpirid 25 -50 mg 3x sehari, SA, Papaverin,

  Buscopan dll

  • Cicatrix baru : thrombophob, lasonil jelly

  

Terapi pemeliharaan /rumatan

  • Agonis opioida spt Metadon, LAAM ( levacetylmetadol )
  • Campuran agonis-antagonis spt buphrenorphin
  • Antagonis opioida spt naltrexon

  

KANABIS

  • Cannabis sativa, mariyuana, ganja. Eksudat resin daunnya disbt hashish
  • Intoksikasi :
    • Perilaku maladaptif : ggg koordinasi psikomotor, euforia, cemas waktu terasa berjalan lambat
    • Mata merah, nafsu makan meningkat, mulut kering,warna2 jadi lebih terang
    • Depersonalisasi/derealisasi

KANABIS

  • Psikosis Kanabis  Jarang terjadi, kadang ide2 paranoid
    • Amotivational syndrome
    • Pramorbid Skiz. ( diintensifkan ) Kecemasan kanabis
    • Pada pemula  Akibat intoks.
    • Bisa timbul serangan panik

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK KANABIS

  • Selain gej. Psikiatrik diatas: perilaku maladaptif, cemas, psikosis
  • Komplikasi medik : Bronkhitis, sinusitis, faringitis, palpitasi, sering terserang infeksi, daya tahan imunitas turun,
  • Penurunan hormon : testosteron, pertumbuhan, prolaktin

  

GANJA : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

  • Intoksikasi ganja :
    • – Rasa waktu berjalan lambat, apatis dan bingung
    • – Perasaan melambung
    • – Depersonalisasi, derealisasi
    • – Tampak seperti orang tolol/bego – Daya nilai realita terggg.
    • – Hal.audit/optik
    • – Konsentr. Terggg, mengantuk seperti mimpi
    • – Nafsu makan meningkat
    • – Tremor – Mulut kering
    • – Gelisah – Mata merah
    • – Ataksia

  • Keadaan putus ganja :
    • – Insomnia – Mialgia – Depresi, bingung
    • – Menguap – Fotofobia “ canabis craving “
    • – Cemas, gelisah, mudah tersinggung – Mual, nafsu makan menurun, diare, kehilangan bb.

  

Penatalaksanaan

  • Intoksikasi ganja :
    • – Umumnya tak perlu Farmakoterapi. Terapi suportif dengan

  “talking down “

  • – Tempatkan px di ruang tenang
  • – Jarang menyebbkan kematian
  • – Tak ada pengobatan khusus : cemas dengan anticemas. Bila ada gejala psikotik bisa diberi antipsikotika.
  • – Motivasi klien mau ikut program rehabilitasi
    • Keadaan Putus Ganja :

  • – Kondisi klinis umumnya ringan dan akan menghilang dgn sendirinya dlm waktu bbrp hari – Motivasi pasien agar mau ikut program rehabilitasi.

Kokain

  • Merup. zat adiktif stimulans thdp SSP
    • – Asal zat : tanaman Erythroxylon Coca – Nama populer : Coke, Snow birds, Charlie, Crack, Nose Candy – Bentuk sediaan :

  • Kokain murni ( freebase ) : serbuk
  • Kokain yang dicampur berbagai zat lain, mis. : Heroin • Cara pakai :
    • – Snorting – Disuntikkan – Merokok

KOKAIN

  • Zat yang paling adiktif dan berbahaya
  • Pecandu : laki2 2X> wanita, kulit hitam>>
  • Efek klinis : inhibisi re-uptake DA (utama), NA, Serotonin • Intoksikasi dan putus zat : gejala mirip dgn amfetamin
  • Mekanisme kerja :
    • – Kokain bekerja pada NT Katekolamin pada synaps

  Adrenergik denganmeningkatkan pelepasan dan menurunkan reuptake

  • – Secara iv atau dihisap spt rokok memberi efek dalam 1’ –

  2’, sedangkan secara oral atau absorbsi via mukosa , efek timbul dalam 20’-30’ kmd

  

KOKAIN : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

  • Intoksikasi kokain :

   Dilatasi pupil/midriasis - Tremor - Berkeringat - Mual, muntah  Selera makan menurun - Halusinasi visual / taktil

  • Nyeri dada - Takikardia • Tekanan darah naik - Aritmia • Over dosis : kejang, koma dan kematian
  • Penilaian realita kurang wajar, ggg fungsi sosial / pekerjaan
  • Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas, bergerak terus menerus, memaksakan kehendak dan banyak bicara ( agitasi psikomotor )
  • Meningkatnya percaya diri
  • Euforia/disforia
  • Waham paranoid

  Keadaan Putus Kokain

  • Keletihan / Fatigue • Bradikardia • Insomnia atau Hipersomnia • Perasaan disforik yang menetap > 24 jam
  • Agitasi psikomotor
  • Ide2 bunuh diri dan paranoid
  • Mudah tersinggung / iritabel
  • Depresi • Craving

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK KOKAIN

  • Sering : depresi berat, bipola II, ggg siklotimik, ggg antisosial
  • Kongesti hidung, ulserasi muc.hidung hingga perforasi septum nasi
  • Kerusakan sal. Bronkhial dan paru ( cara merokok )
  • HIV, Hepatitis C ( cara IVDU )
  • Komplikasi terberat : infark serebral nonhemoragik / he moragik, epileptik dan infark myocard, aritmia, kardio- myopati, depresi pernafasan
  • Delirium intoks. Krn kokain dosis tinggi, atau dicampur amfet., opioid, alkohol, kelainan otak.

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK KOKAIN

  • Ggg psikotik : waham paranoid dan halusinasi sekitar 50%
  • Ggg afektif : hipomanik dan manik pada intoks. Dan depresi pada putus kokain
  • Ggg kecemasan : cemas menyeluruh pada intoks, dan GOC, ggg panik, fobia pada putus kokain
  • Disfungsi seksual sebagai aprodisiak, lama2 impotensi
  • Ggg tidur : insomnia pada intoks, hipersomnolensia pada putus kokain

  

Penatalaksanaan

  • Intoksikasi Kokain
    • – Tempatkan klien di tempat tenang
    • – Periksa tanda vital dan fisik lainnya
    • – Atasi kelainan fisik akibat kokain :

  • Demam beri antipiretika
  • Takikardia dan hipertensivdiberikan beta blocker propanolol atau klonidin
  • Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, ggg respirasi, ggg jantung merupakan indikasi rawat di ICU
    • – Pertimbangkan MRS untuk detoksifikasi
    • – Bila terjadi agitasi, agresif dan membahayakan lingkungan atau delusi berikan derivat Bz ringan mis. lorazepam 1 – 2 mg oral, atau oksazepam 10 – 30 mg oral dan dapat diulangi sesudah 1 jam
    • – Persiapkan klien utk menghadapi keadaan putus kokain
    • – Motivasi klien ikut program rehabilitasi

  Keadaan putus kokain

  • Pastikan apakah ada resiko bunuh diri ?  MRS
  • Beri ketenangan dan penjelasan kpd klien bahwa gejala akan mereda dalam 1 – 2 minggu
  • Evaluasi apakah klien mengalami ggg psikosis
  • Terapi psikofarmaka : – Agitasi berat sampai perilaku maladaptif dapat diberi gol.

  Bz. Seperti Estazolam 0,5 – 1 mg oral, Oksazepam 10 – 30 mg oral atau lorazepam 1 – 2 mg oral

  • – Anti depresiva dapat diberikan bila ada gejala depresi menetap yang umumnya terjadi 2 minggu setelah penggunaan kokain dihentikan
    • Motivasi klien untuk ikut dalam program rehabilitasi

  PSIKOTROPIKA UU No 5/1997 Setiap bahan, baik alamiah maupun sintetis, tetapi dapat menimbulkan kecenderungan untuk disalahgunakan Mempunyai manfaat untuk pengobatan dan/atau tujuan ilmu pengetahuan Golongan I, II, III dan IV Menggg kesehatan dan menimbulkan masalah sosial

  Psikotropika Obat/Zat yang bekerja pada/ mempengaruhi fungsi Psikik, kelakuan atau pengalaman

  ( WHO 1966 ) Anti Psikotika Anti Ansietas Anti Depresan Psikotogenik

  Anti Tipikal : Chlorpromazin, Trifluoperazin, Haloperidol Psikotika Atipikal : Clozapin, Risperidon, Aripiprazol, Olanzapin Anti Gol. Benzodiasepin : Alprazolam, Clobazam, Diazepam Ansietas Gol Non Bzd : Barbiturat, Meprobamat, Buspiron Gol MAOI : Aurorix

  Anti Gol Trisiklik : Ami/Imipramin Depresan Atipikal: SSRI : Fluoksetin SNRI :Duloksetin/Venlafaksin ATS : Met/Amfetamin , MDMA

  Psikotoge Halusinogen : Psilosibin, LSD, thener, ni k

Meskalin, Fensiklidin

  Tidak semua Psikotropika masuk dalam UU No 5 Psiktropika

  

UU No. 5/1997 tentang PSIKOTROPIKA ( sebelum perubahan)

GOL I . al. :

  ID, Psilosibina, Meskalina, Metkatinona.

  Katinona

  26 GOL II. al. : Amfetamin, Fensiklidin,

  Sekobarbital, Metilfenidat.

  Metamfet. Metakualon

  14 GOL III . al.: Buprenorfin, Flunitrazepam,

  Pentobarbital, Siklobarbital, Pentazosin Amobarbital

  9 GOL IV. al. : Alprazolam, Bromazepam,

  Diazepam, Nitrazepam, Fenobarbital Klobazam

  60 Hanya untuk research/kepentingan ilmu pengetahuan Untuk kepentingan medis / pengobatan dan ilmu pengetahuan

  UU No. 5/1997 tentang PSIKOTROPIKA ( sesudah perubahan) GOL III . Al : GOL IV. Al : GOL II. al : Flunitrazepam, Alprazolam,

  GOL I Pentobarbital, Bromazepam, Sekobarbital,

  Diazepam, Siklobarbital, Metilfenidat Pentazosin, Nitrazepam,

  Buprenorfina Fenobarbital

  2

  8

  60 Hanya untuk research/ kepentingan Ilmu Untuk kepentingan medis / pengobatan dan pengetahuan

  Ilmu pengetahuan UU No 5/1997 ttg Psikotropika UU N0 35/2009 ttg Narkotika Katinone dan 25 zat lain dari Golongan I dan 12 zat dari golongan II, Buprenorfina dari gol III.

  NARKOTIKA UU No 22/1997 GOL III. Al. : GOL II. al : GOL I. al. : Kodein, Metadon,Mor

  Opium, Kokain, Dihidrokodein fin,Petidin,

  Heroin, Ganja fenazosina, tebain

  3

  87

  Metadon, Kodein, Opium, Kokain, Heroin, Ganja, Morfin, Petidin.

  Buprenorfin, Katinona,Liser gid,

  Oksikodon, Etilmorfin, MDMA,Metamfe tamin, fenazosina,

  Psilosibin, Am fetamin, Dihidrokodein tebain

  Fensiklidina

  14

  86

  65

  AMFETAMIN • Simpatomimatik, stimulansia.

  • Amfetamin klasik D-Amf.Metamfet. Metilfenidat bekerja utama di sistem DA-ergik
  • Amfetamin racikan : MDMA, MMDA, MDEA, DOM bekerja di sistem DA ( energi) dan 5HT ( halusinogen)
  • Intoks. Amfet. Mirip intoks. Kokain (DSM III & IV)
    • Perilaku maladaptif berupa euforia, tegang,kewaspadaan ber>>, kecemasan kemarahan, segera/ selama pemakaian
    • Takikardi, bradikardi, dilatasi pupil, hiper/hipotensi, keringat> menggigil, mual muntah, agitasi/retard psikomotor, aritmia, kejang sampai koma

  AMFETAMIN

  • Putus Amfetamin : mood disforik, kecemasan, gemetar, depresi disertai ide bunuh diri
  • Fisiologis : kelelahan, insomnia/hipersomnia, nafsu makan meningkat, mimpi menakutkan, agitasi.retardasi psikomotor

  

AMFETAMIN : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

  • Intoksikasi Amfetamin
    • – Berkeringat dan kedinginan,
    • – Mulut kering, rasa metalik,
    • – Dilatasi pupil
    • – Pusing, kejang, diskinesia, distonia,
    • – Takikardia, bradikardia , Aritmia,
    • – Tekanan darah naik/turun
    • – Bila OD, dpt terjadi kejang, depresi pernapasan, koma dan kematian.
    • – Euforia sampai manik atau campuran
    • – Kewaspadaan berlebih
    • – Kecemasan, ketegangan atau kemarahan – Ggg fungsi sosial atau pekerjaan.

  • Putus Amfetamin
    • – Keletihan /fatigue
    • – Tidur berlebihan
    • – Kelaparan yang hebat
    • – Insomnia dan hipersomnia
    • – Reaksi kecemasan
    • – Depresi – Agitasi psikomotor
    • – Craving

  

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK

AMFETAMIN

  • Delirium : akibat pemakaian dosis tinggi, terus-menerus, atau kombinasi dgn zat lain, atau ada cedera otak • Psikosis : mirip Skizof. Paranoid, tapi disini > menonjol hal.

  Visuil, afek serasi, hiperaktivitas, hipersksualitas, sedikit ggg proses berpikir, Skiz. Afek datar dan alogia

  • Ggg afek : pada Intoks. Afek manik/campuran. Pd putus zat : afek depresi
  • Ggg. Kecemasan: pd Intoks /Putus zat berupa panik, GOC, fobia
  • Disfungsi seksual : awalnya untuk meningkatkan potensi seksual, lama2 menyebabkan impotensi dan disfungsi seksual

Penatalaksanaan

  • Intoksikasi Amfetamin – Tempatkan Px di ruang tenang, Hindarkan dari stimulasi berlebih
    • – Terapi simptomatis :

  • Suhu tubuh meningkat, dgn selimut dingin(cooling blankets)
  • Hipertensi/takikardia diberikan beta blocker/propanolol atau klonidin
  • Kejang2 diberikan diazepam intravena
  • Agitasi beri Bz • Bila tak teratasi beri antipsikotika
    • – Motivasi untuk ikut program rehabilitasi

  lanjutan......

Penatalaksanaan

  • Keadaan Putus Amfetamin – Pastikan adakah resiko bunuh diri
    • – Sebaiknya rawat inap
    • – Terapi psikofarmaka :

  • Agitasi berat bahkan sampai gej. Psikosis, berikan antipsikotika
  • Agitasi ringan sampai sedang berikan gol. Bz • Gejala depresi berikan antidepresiva
    • – Motivasi klien agar mau ikut program Rehabilitasi

ALKOHOL

  • Minuman dengan nama kimiawi Etil-alkohol atau etanol
  • Lazim disebut minuman keras contoh : Bir,Wisky, Vodka,

  Brandy, Kognag, Anggur. Minuman tradisional spt Brem, Ciu, Tuak, Arak dll

  • Peraturan MenKes no 86/menkesPer/IV/77 Menggolongkan minuman beralkohol menjadi :
    • – Gol. A : kadar etanol 1 – 5 % ( bir, sandy )
    • – Gol. B : kadar etanol 5 – 20 % ( anggur )
    • – Gol. C : kadar etanol 20 – 55 % ( Whisky, Brandy )

  • Intoksikasi Alkohol
    • – Gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afektif dan perilaku, daya nilai terggg.
    • – Perasaan / afek emosi labil, perilaku agresif, fungsi sosial dan pekerjaan terggg.

  • Intoksikasi ringan :
    • – Euforia, cadel ( disartria ) drowsiness, nistagmus, ataksia, hipoglikemik.

  • Intoksikasi berat ;
    • – Stupor, koma, kejang, hipotermia, berhentinya pernafasan, bradikardia, hipotensi

  • Intoksikasi sangat berat :
  • Koma dengan refleks2 negatif dan bahkan tanpa aktivitas

  EEG

  • Putus Alkohol :
    • – Fatigue – tremor
    • – Insomnia – Delirium Tremens – Mual, muntah
    • – berkeringat
    • – Hipertensi

      – Halusinasi, Ilusi

      – Agitasi psikomotor
    • – Kejang – Iritabel – Craving – Cemas, depresi
    • – Hipokalemia/magnesia
    • – Muka dan Konjungtiva merah

  ALKOHOL

  • Intoksikasi Alkohol :
    • Perilaku maladaptif yg berkembang selama/segera setelah minum.
    • Gejala2 : cadel, inkoordinasi motorik, nistagmus, ggg.

  Atensi dan daya ingat, stupor sampai koma krn depresi pernafasan

  • Putus Alkohol :
    • Gejala2 : hiperaktiv. Otonomik (keringat, palpitasi), tremor, insomnia,mual, muntah, hal/ilusi optik/aud./taktil, agitasi psikomotor, kecemasan  Keadaan kronis : Kelelahan, malnutrisi, depresi dll.

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK ALKOHOLIK

  • Delirium : akibat intoks / putus alkohol
  • Delirium Tremens : Putus alkohol timbul 1 minggu setelah asupan alkohol terakhir. Bahaya kematian 20% karena komplikasi pneumonia, peny. Ginjal, insuff. Hati, gagal jantung.
  • Demensia : masih kontroversial ?
  • Ggg Amnestik : biasanya Amnesia jangka pendek, jarang < 35 thn
  • Sindrome Wernicke dan Korsakoff ( Ggg Amnestik Alkohol ): Sind Wernicke > akut, sifat reversibel bila diterapi adekuat. Sindr. Korsakoff sifat kronis kesembuhan 20%, dikenal Ensefalopati Korsakoff

  • Sindrom Wernicke ditandai oleh adanya :
    • – Ataksia ; Ophthalmoplegia; Nystagmus; Kebingungan;

  Gangguan daya ingat jangka pendek

  • – Disebabkan oleh defisiensi Vitamin B1 (Thiamin ) akibat konsumsi Alkohol dalam waktu lama
    • Sindrom Korsakoff ( Ggg Amnestik Alkohol )

  • – Disebut juga : Demensia Korsakoffl ; Psikosis Korsakoff;

  Sindrom Amnesia Konfabulasi

  • – Ditandai oleh adanya
    • Apatis; Ataksia; Konfabulasi; Amnesia Antero/Retrograde; Tremor; Paralisis otot2 orbita; ggg memori berat

  • – Disebabkan oleh defisiensi Vitamin B1 di otak akibat penyalahguna alkohol kronis atau malnutrisi berat

KOMORBIDITAS MEDIKO-PSIKIATRIK ALKOHOLIK

  • Psikosis ( Alkohol induced psychotic disorder), timbul sebelum selama intoks atau sesudah putus alkohol. Gej utama waham, halusinasi, kecemburuan patologis.
  • Ggg. Afektif : Bisa manik, depresi atau campuran
  • Ggg. Kecemasan, berupa cemas menyeluruh, serangan panik, GOC, Fobia.
  • Didalam cairan serebrospinalis metabolit Dopamin ( homova nelic acid ) dan GABA yang rendah.

  

Penatalaksanaan

  • Intoksikasi Alkohol :
    • – Tempatkan klien di ruang tenang
    • – Periksa VS dan tanda fisik lainnya
    • – Perhatikan A,B,C,D : Airways, Breathing, Circulation, Drugs – Pertahankan Airways bila perlu dengan pernafasan buatan
    • – Atasi koma, hipotensi, hipotermia
    • – Kuras lambung dengan emetika ( konsumsi alkohol banyak < 30’ ),

      norit 60 – 100 mg per oral ( kalau perlu personde )
    • – Kejang diberi diazepam5 – 10 mg im/iv pyridoksin 100mg/hari, asam folat 1 mg/hari, as. Askorbat 100 mg 2dd
    • – Berikan dextrose 50 – 100 mg iv, bila hipoglikemia,
    • – Agitatif atau perilaku psikotik berikan haloperidol 5 – 10 mg im
    • – Gelisah dan cemas beri lorazepam, alprazolam, klobazam
    • – Motivasi agar mau ikut program rehabilitasi

  Penatalaksanaan Putus Alkohol

  • – Berpotensi kegawatan, klien harus dirawat inap
  • – Tempatkan di ruang tenang
  • – Pantau tanda2 vital dan kondisi elektrolit serta cairan tubuh
  • – Obat antipsikotika gol. Phenotiazine spt CPZ tidak boleh diberikan karena menurunkan ambang kejang
  • – Motivasi klien untuk ikut rehabilitasi

  

Sedativa - hipnotika

  • Termasuk Sedativa-hipnotika : Paraldehide, Kloral hidrat,

  Karbamat, Metakualon, Glutetimide, Barbiturat dan Bz – Yang paling sering digunakan praktek kedokteran : gol.

  Benzodiazepin (Bz) dan yang jarang : barbiturat

  • – Bz yg tersering disalahgunakan : Alprazolam, Lorazepam – Nama jalanan : MG, BK, Rohip, Lekso, Nipam dll
  • – Keadaan putus sed-hip merup. St keadaan gawat darurat medik krn dapat terjadi kejang, delirium, dan kematian bila tidak diobati , sehingga harus rawat inap
    • Cara pakai : oral, jarang parenteral
    • Mekanisme kerja :

  • – Merupakan CNS Depresan – Bz berikatan dengan tempat spesifik reseptor GABA yang menyebabkan aktivasi saluran iin klorida kedalam neuron.

  

SEDATIVA - HIPNOTIKA : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

  • Intoksikasi sedativa-Hipnotika>Bicara cadel - Inkoordinasi • Nistagmus - Ataksia • Konstriksi pupil
  • Pernafas. lambat/cepat tapi dangkal
  • Kulit berkeringat dan teraba dingin
  • Tekanan darah turun dan nadi lemah dan kecil
  • Afek labil
  • agresif
  • Iritabel • Ggg pemusatan Perhatian • Ggg daya ingat dan daya nilai

  Putus Sedativa-Hipnotika

  • – Keletihan – Mual, muntah
  • – Takikardia / bradikardia
  • – Tekanan darah meningkat
  • – Anoreksia – Hipotensi Ortostatik – Hiperrefleksia – Berkeringat – Kejang – Delirium – Tremor kasar pada tangan, lidah, kelopak mata
  • – Ansietas – Depresi – Iritabel – Halusinasi visual

Penatalaksanaan

  • Intoksikasi Sedativa-Hipnotika
    • – Tempatkan klien di tempat tenang
    • – Periksa tanda2 vital dan fisik lainnya
    • – Pada dasarnya terapi bersifat simptomatis dgn tujuan mencegah tejadinya depresi pernafasan dan menjaga fungsi CV berjalan tetap baik
    • – Bila penggunaan oral tidak > 6 jam, bisa kumbah lambung
    • – Kendorkan pakaian agar jalan nafas lancar, beri oksigen dan pernafasan buatan bila perlu
    • – Motivasi untuk ikut program rehabilitasi

Penatalaksanaan

  • Putus Sedativa-Hipnotika
    • – Bila dosis pakai diketahui, tidak ada komplikasi medik atau psikosis, dapat rawat jalan dgn penurunan dosis perminggu
    • – Dengan rawat inap penurunan dosis dapat dilakukan lebih cepat
    • – Pada ketergantungan Bz dgn dosis terapetik yg dianjurkan pabrik selama > 1 bulan, maka detoks dgn rawat jalan, dosis diturunkan secara bertahap dalam 4 minggu
    • – Bila dosis ekwivalen dgn 40 mg diazepam /hari selama lebih dari 8 bulan, maka penurunan dosis adalah 10% setiap hari dan harus dirawat inap.

Kepustakaan

  Bag./SMF Ilmu Kedokteran Jiwa; 2004; Pedoman Penggolongan Diagnose dan Terapi; edisi III; RSUD Dr. Soetomo Surabaya

  Dirjen Kesehatan Jiwa Depkes RI; 1993; PPDGJ III; Depkes RI Dirjen Yanmed Depkes RI; 2000; Pedoman Terapi Pasien

  Ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya Maramis WF dan Maramis AA; 2009; Catatan Ilmu Kedokteran

  Jiwa; Ed 2; Airlangga University Press Sadock BJ and Sadock VA; 2007; Kaplan & Sadock’s Synopsis of

  Psychiatry; 10th ed; Lippincott Williams & Wilkins