104 Implementasi Fungsi Koordinasi Camat dalam Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru
Implementasi Fungsi Koordinasi Camat dalam Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru
Oleh:
Ranggi Ade Febrian
Abstrak
Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa fungsi penting di tubuh camat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 yakni sebagai koordinator di wilayah Kecamatan. PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang kecamatan ini telah menetapkan bahwa Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan. Dengan dikeluarkanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang kecamatan, terutama pada pasal 15 ayat 1e yang mengatakan camat mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat Kecamatan, dapat dilihat ada dua fungsi penting di tubuh camat dalam PP 19 Tahun 2008 tersebut, yakni sebagai koordinator dan pelaksana teknis kewilayahan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengapa implementasi fungsi koordinasi Camat dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru belum berjalan dengan baik, dan apa saja faktor penghambat dalam implementasi fungsi koordinasi Camat dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru Metode dalam penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif. Oleh karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka populasi pada penelitian ini peneliti jadikan sebagai informan dan key informan. Teknik Pengumpulan data dengan cara observasi untuk memperoleh informasi serta gambaran empirik tentang data-data yang diperlukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek penelitian dan wawancara berupa percakapan langsung dengan maksud untuk memperkuat data sekunder yang diperlukan dalam penelitian. Kesimpulan penelitian ini yakni implementasi fungsi koordinasi camat dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru pada item kurang terimplementasikan, dimana dari keempat indikator variabel yang digunakan yakni koordinasi dengan SKPD dan Instansi Vertikal, melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan SKPD dan Instansi vertikal, melakukan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, dan melaporkan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan kapada Walikota, berdasarkan hasil wawancara, observasi dan analisi yang peniliti lakukan didasarkan pada teori yang digunakan dinilai kurang terimplementasi. Dalam mengimplementasi fungsi koordinasi camat dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru, dijumpai faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai penghambat implementasi fungsi koordinasi camat diantaranya faktor komunikasi, sumberdaya, sikap pelaksana, dan stuktur birokrasi, yang berada dalam item kurang terimplementasi.
Pendahuluan
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Perubahan sistem pemerintahan dari
telah memberikan konsekuensi sangat luas paradigma
dan mendalam pada sistem pemerintahan sentralisasi ke desentralisasi, yang ditandai
daerah di Indonesia. Perubahan tersebut dengan dikeluarkannya Undang-Undang
dapat dilihat dari bergesernya status dan Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
kedudukan suatu kelembagaan dalam Pemerintahan Daerah dan selanjutnya
keseluruhan formasi sistem pemerintahan diganti dengan Undang Undang Nomor 32
daerah. Konsekuensi dari perubahan daerah. Konsekuensi dari perubahan
Kecamatan yang dipimpin oleh masing- mengimplementasikan
masing Camat yang terdiri dari : regulasi, legislasi, dan kebijakan publik.
proses-proses
1. Kecamatan Tampan Konsekuensi tersebut tampak
2. Kecamatan Bukit Raya pergeseran fungsi dan peran organisasi
pada
3. Kecamatan Marpoyan Damai pemerintahan dalam melakukan fungsi
4. Kecamatan Senapelan manajerial seperti koordinasi, bantuan,
5. Kecamatan Sukajadi fasilitasi, pengaturan, evaluasi serta
6. Kecamatan Lima Puluh pengawasan atas suatu kebijakan. Dengan
7. Kecamatan Rumbai adanya perubahan sistem pemerintahan
8. Kecamatan Tenayan Raya yang berorientasi pada desentraslisasi
9. Kecamatan Sail sebagai konsekuensi penyelenggaraan
10. Kecamatan Pekanbaru Kota otonomi daerah, maka sudah selayaknya
11. Kecamatan Rumbai Pesisir pemerintah daerah lebih dapat menjalankan
12. Kecamatan Payung Sekaki. fungsi pokok pemerintah yakni fungsi
Dari dua belas (12) kecamatan yang pengaturan, fungsi pelayanan, fungsi
ada di Kota Pekanbaru tersebut, penulis pemberdayaan dan fungsi pembangunan
membatasi dengan memilih Kecamatan secara cepat dan tepat terhadap daerahnya.
Lima Puluh sebagai salah satu Kecamatan Citra pemerintah daerah sangat
yang ada di Kota Pekanbaru yang akan tergantung pada pelaksanaan pelayanan
diteliti dalam penelitian ini. Kecamatan publik yang baik, cepat dan biaya murah,
Lima Puluh merupakan salah satu terlebih lagi jika disediakan loket khusus
Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru yang akan melayani pelayanan publik dan
yang masih terus berupaya memperbaiki membangun sebuah sistem agar akses ke
kinerja pelayanan kepada masyarakat secara pejabat dapat dibatasi sehingga KKN dapat
benar, optimal, transparan serta sesuai dicegah. Loket yang dimaksudkan harus
dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditempatkan di Kabupaten/Kota karena
ditetapkan sekaligus diharapkan akan level itulah yang sebenarnya banyak
memberikan pelayanan yang memiliki melakukan pelayanan public terutama di
kepastian hukum.
Kecamatan, intinya bagaimana Kecamatan Kecamatan Lima Puluh memiliki dan Camat lebih dirasakan kehadirannya di
luas wilayah lebih kurang 4,04 Km2 dengan tengah masyarakat terutama dalam
jumlah penduduk 42.511 jiwa yang terdiri memberikan pelayanan public karena
dari empat Kelurahan yakni : sebagian besar pelayanan publik yang
1. Kelurahan Rintis paling
2. Kelurahan Pesisir masyarakat.
3. Kelurahan Sekip Kota Pekanbaru sebagai salah satu
4. Kelurahan Tanjung Rhu. daerah yang ada di Provinsi Riau yang menyandang predikat sebagai Ibu Kota
Dalam Kelurahan tersebut terbagi Provinsi Riau, dan memiliki penduduk
kepada 30 Rukun Warga (RW) dan 123 berjumlah 711.030 jiwa (Sumber Kantor
Rukun Tetangga (RT). Untuk lebih jelas Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru
berikut data monografi Kecamatan Lima tahun 2008 ), dalam upaya mempermudah
Puluh menurut jumlah penduduk : pelayanan kepada masyarakat maka Kota
Tabel. I. Data Monografi Kecamatan Lima Puluh Menurut Jumlah Penduduk
Jml Pnduduk
No Ke- Jumlah
Jumlah Lura- Wlayah RW
Menurut Jenis
(Jiwa) han.
2 Tj Rhu 1,68
21.098 42.513 Sumber data Kantor Camat Lima Puluh tahun 2010.
Kedudukan Camat secara yuridis saat padahal Camat seharusnya mengawal ini adalah menjalankan pelimpahan
proses pendidikan, KTP pun sekarang tidak wewenang dari Bupati/Walikota, tetapi
ada lagi nama dan tanda tangan Camat. pada implementasinya sebagian besar
Yang harus diwujudkan saat ini kewenangan
adalah bagaimana agar Camat punya tangan dilaksanakan
untuk perangkat daerah bahkan bisa rutin/atributif, fungsi koordinatif (itupun
adalah
kewenangan
mengelus perangkat instansi vertikal, terbatas pada lembaga langsung dibawah
bagaimana ia bisa menjadi koordinator. Camat seperti Kades dan Lurah) dan jika
Peran Camat wajib dipertegas di ada Camat yang lebih aktif fungsi
Kecamatan, harus ada pengarah dan koordinasi ini bisa diperlebar ke lembaga
pengemudi di Kecamatan, tidak semua lainnya seperti TNI, Polri, Kuakec.
ingin menjadi boss di Kecamatan, harus ada boss yuridis harus juga ada co-pilot.
Sebelumnya Camat adalah kepala Sekarang Camat hanya menjadi tukang wilayah artinya dia adalah penguasa
teken (kaitan dengan dinas teknis) ibarat tunggal di Kecamatan. Camat diberi tugas
kuasa Walikota terhadap Kandepag, BPN untuk menjadi “atasan koordinasi” bagi
dan BPS yang tidak jelas. Instansi Vertikal. Namun sekarang berbeda,
Dari realitas diatas, penulis yakin dan kondisi Camat saat ini adalah Perangkat
percaya bahwa masyarakat dan pemerintah Daerah dan pelaksana pembangunan,
memiliki keinginan kuat menjadikan pengelola anggaran, punya visi dan misi
pemerintahan kecamatan sebagai pusat namun tidak didukung dana, bagaimana ia
koordinasi minimal dari sudut pemerintah bisa mewujudkan visi dan misinya, jika
atasan dan sekaligus minimal menjadi pusat yang ada hanya kewenangan rutin (seperti
penyelesaian persoalan terutama bagi pengurusan dokumen kependudukan).
kepentingan masyarakat dalam bentuk Kedudukan yang ada pasca restrukturisasi
pelayanan publik. Namun, ada persolan organisasi, Camat menjadi perangkat
yang menganjal bagi masyarakat terhadap daerah, dan banyak Instansi vertikal di
kecamatan :
Kecamatan juga berubah menjadi perangkat
1. Kecamatan belum maksimal menjadi daerah, namun bagaimana dengan urusan
pusat pelayanan masyarakat, karena agama (Kuakec), Statistik (BPS) dan
pegawai yang melayani, ketidak jelasan pertanahan (BPN), ini belum lagi instansi
waktu, biaya dan syarat penyelesaian vertikal yang mandiri seperti Polisi dan
sebuah admnistrasi menjadi sorotan TNI. Bahkan fenomena lain adalah Camat
yang perlu mendapat perhatian dinilai bukan apa-apa, seperti para
2. Dari sudut pemerintah kabupaten / pendidik, Camat dianggap tidak ada,
kota, kecamatan dinilai belum mampu kota, kecamatan dinilai belum mampu
menjadi camat yaitu menjadi tugas dan fungsinya, kantor
diangkat
penguasaan ilmu pemerintahan dan kecamatan lebih sering menjalankan
pernah bertugas di kecamatan selama fungsi pelayanan rutin dari pada
dua tahun, namun, sistem rekrutmen menjadi pusat koordinasi dalam upaya
yang memperimbangkan kelayakan mendorong pertumbuhan pendidikan,
sosial dan visioner belum menjadi ekonomi dan budaya masyarakat.
budaya birokrasi dalam penunjukan
3. Kecamatan juga dinilai lemah dalam seorang menjadi camat. Sebelum melakukan dorongan dan evaluasi
ditempatkan sebagai seorang camat, terhadap
visi dan misi serta kemampuan dorong ditingkat desa/ kelurahan, seharusnya
kinerja
pemerintahan
yang melekat kepada calon camat perlu kecamatan menjadi pusat yang
dipertimbangkan.
kecamatan sendiri, publik di level kecamatan
memberdayakan dalam pelayanan
5. Dari
sudut
kecamatan tidak sepenuhnya mampu
4. Kita juga akui bahwa secara genetis melaksanakan tugasnya dengan alasan yuridis, kecamatan telah diliputi
sumberdaya seperti penyakit struktural yang menyebabkan
kekurangan
manusia, sarana dan prasarana serta dia agak susah untuk bergeliat dalam
yang paling penting lagi, kecamatan upaya memberikan daya dorong bagi
tidak memilki cukup kemampuan mesin birokrasinya sendiri. Pertama
dalam melakukan kecamatan adalah lembaga koordinasi
pendanaan
koordinasinya.
yang sumber kekuatannya bukan dari
6. Koordinasi yang dilakukan camat rakyat tetapi dari limpahan dan sub
dengan satuan kerja prangkat daerah ordinasi
(SKPD) dibidang penyelenggaraan dibandingkan dengan Desa, kedudukan
pemerintahan
Kota,
pemerintahan masih kurang terjalin camat lemah dibandingkan kedudukan
dalam pelaksanaannya, berbeda saat kepala desa yang dipilih. Akibatnya,
perencanaan pada saat musrenbang kecamatan hanya menjadi tumpuan
Kecamatan.
koordinasi,
Dari beberapa masalah yang peneliti penyelesaian
bukan
tumpuan
kemukakan tersebut diharapkan dapat keputusan kecuali itu ada limpahan dari
dalam
mengambil
mewakili permasalahan yang dihadapi bupati/walikota. Kedua, kekuatan
sebagai landasan dalam memulai penelitian kecamatan lebih berorientasi kepada
ini. Berdasarkan fokus penelitian ini, maka fungsi kewenangan yang dilimpahkan
peneliti tertarik untuk menelitinya dengan oleh Walikota dibandingkan fungsi
judul : “Implementasi Fungsi Koordinasi koordinasi, artinya, koordinasi dapat
Camat dalam Penyelenggaraan Kegiatan tidak berarti apa-apa, lemah secara
Pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh regulasi sehingga kecamatan berkinerja
Kota Pekanbaru “
atau tidak tergantung dari kemampuan individu si camat dalam mengisi
Kerangka Teori
koordinasi tersebut,
kecamatannya sebagai pusat bagi Secara etimologi pemerintahan lembaga perangkat daerah yang ada di
berasal dari kata ”pemerintah” yang kecamatan (PPL, PLKB, Stastistik,
kemudian mendapat imbuhan, awalan ”pe” lembaga pendidikan, Puskesmas).
menjadi kata ”pemerintah” berarti badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan
Ketiga : kendatipun PP terbaru sudah menetapkan dua persyaratan untuk
mengatur dan mengurus dalam suatu mengatur dan mengurus dalam suatu
dalam rangka pemerintahanya, pemerintah perihal, cara, perbuatan, atau urusan dari
meti memperhatikan ketentraman dan badan yang berkuasa dan memiliki
ketertiban umum, tuntutan dan harapan legitimasi tersebut.
serta pendapat rakyat, kebutuhan dan Menurut Strong, pemerintahan
masyarakat, pegaruh dalam arti luas mempunyai kewenangan
kepentingan
lingkungan, pengaturan, komunikasi, peran untuk
serta seluruh lapisan masyarakat dan keamanan negara, kedalam dan keluar.
Oleh karana itu pertama harus memiliki Dan menurut Kencana, Ilmu kekuatan militer atau kemampuan untuk
adalah ilmu yang mengendalikan angkatan perang, yang
pemerintahan
mempelajari bagaimana melaksanakan kedua harus memiliki kekuatan legislatif
(eksekutif), pengaturan atau dalam arti pembuatan undang-undang,
pengurusan
(legislatif), kepemimpinan dan koordinasi yang ketiga harus memiliki kemampuan
pemerintah ( baik pusat dengan daerah, untuk mencukupi keuangan masyarakat
rakyat dengan dalam
maupun
antara
pemerintahannya) dalam berbagai peristiwa keberadaan
dan gejala pemerintahan, secara baik dan menyelenggarakan peraturan, hal tersebut 5 benar.
negara
dalam
dalam rangka penyelenggaraan negara. 1 Dan dalam tulisannya Rasyid Menurut Iver pemerintahan itu
menyimpulkan bahwa pemerintahan adalah adalah sebagai organisasi dari orang-orang
kegiatan penyelenggaraan negara guna yang mempunyai kekuasaan, bagaimana
memberikan pelayanan dan perlindungan manusia itu bisa diperintah. 2
bagi segenap warga masyarakat, melakukan Menurut Finer, pemerintah harus
pengaturan, memobilisasi semua sumber mempunyai kegiatan terus menerus
daya yang diperlukan, serta membina (prosecc), wilayah negara tempat kegiatan
hubungan baik di dalam lingkungan negara itu berlangsung ( state ), pejabat yang
ataupun dengan negara lain. Ditingkat lokal memerintah (the duty) dan cara, metode
tentu saja membina hubungan dengan serta sistem (manner, method, and system)
pemerintahan nasional dan pemerintahan
3 dari pemerintah terhadap masyarakatnya. 6 daerah yang lainnya . Menurut Bayu Suryaningrat disiplin
pemerintahan dicapai ilmu yang tertua adalah ilmu pemerintahan
Tujuan
melalui sistem yang lazim disebut sistem karena sudah dipelajari sejak sebelum
Salah satu sistem Masehi oleh para filosof. Dan dewasa ini
pemerintahan.
pemerintahan adalah sistem desentralisasi. ilmu emerintahan terus berjuang keras
Berdasarkan sistem ini, melalui public untuk menjadi ilmu yang mandiri. 4
policy , negara Menurut Prajudi Atmosudirdjo
choice dan
state
sebagaian kekuasaan tugas pemerintah antara lain adalah tata
menyerahkan
substantial dan prosedural negara yang usaha negara, rumah tangga negara,
disebut kewenangan untuk mengatur dan pemerintahan,
mengurus (mengelola, melinsdungi dan pelestarian lingkungan hidup. Menurut
pembangunan,
dan
memnuhi kebutuhan) rumah tangga masyarakat itu sendiri kepada masyarakat
1 Syafie, Inu Kencana, Manajemen Pemerintahan. PT.Perca, Jakarta, 2007, hal 17
2 Ibid. 2007. Hal 18
5 Ibid. Hal 18.
3 Ibid. 2007. Hal 18 6 Rasyid, Ryas, et al, , Otonomi Daerah dalam 4 Syafie, Inu Kencana, Manajemen Pemerintahan.
Negara Kesatuan, (Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), PT.Perca, Jakarta, 2007, hal 18
hal. 223 hal. 223
pembangunan seperti kebijakan bidang bersangkutan dianggap mampu mengatur
masyarakat
yang
pertanian, kesehatan, dan mengurus rumah tangganya, atau
pendidikan,
transportasi, pertahanan, dan sebagainya. supaya pada suatu saat (mengelola)
Disamping itu, dilihat dari hirarkinya, masyarakat itu mampu mengelola rumah
kebijakan publik dapat bersifat nasional, tangganya sendiri (otonom), dan isi rumah
regional, maupun lokal, seperti Undang- tangga (hal-hal yang diatur dan diurus)
peraturan Pemerintah daerah otonom disebut otonomi daerah 7 .
undang,
Kabupaten/Kota,
dan Keputusan
Bupati/Walikota.
2. Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitasa intelektual
Kebiajakan publik menurut Dye yang dilaukakan dalam proses kegiatan
(1981: 1) adalah apapun pilihan pemerintah yang bersifat politis. Aktivitas politis untuk melakukan atau tidak melakukakan. tersebut nampak dalam serangkaian Konsep tersebut sangat luas karena kegiatan yang mencakup penyusunan kebijakan publik mencakup sesuatu yang agenda, formulasi kebijakan, adopsi tidak dilakukan oleh pemerintah disamping kebijakan, implementasi kebijakan, dan yang dilakukakan oleh pemerintah ketika penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas pemerintah menghadapi suatu masalah
masalah, forecasting , publik. Sebagai contoh, ketika pemerintah
perumusan
rekomendasi kebijakan, monitoring, dan mengetahui jalan itu rusak dan pemerintah
evaluasi kebijakan adalah aktivitasa yang tidak membuat kebijakan memperbaikinya
bersifat intelektual. Proses Kebijakan berarti pemerintah sudah mengambil Publik menurut Dunn akan digambarkan kebijakan. Defenisi kebijakan publik dari
sebagai berikut : 10
Thomas Dye tersebut mengendung makna bahwa :
3. Implementasi Kebijakan.
1. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan
Kebijakan yang baik tidak memiliki organisasi swasta.
arti
apa-apa
jika tidak dapat
2. Kebijakan
Apabila sebuah pilihan yang harus dilakukan atau
publik menyangkut
diimplementasikan.
kebijakan telah ditetapkan, maka proses tidak
perumusan kebijakan menginjak tahapan pemerintah. 8
dilakukan oleh
badan
implementasi. Tahap ini melibatkan Anderson mendefinisikan kebijakan
serangkaian kegiatan yang meliputi publik sebagai kebijakan yang ditetapkan
pemberitahuan kepada publik mengenai oleh badan-badan dan aparat pemerintah.
pilihan kebijakan yang diambil, instrumen Walaupun disadari bahwa kebijakan publik
kebijakan yang digunakan, staf yang akan dapat dipengaruhi oleh para aktor diliuar
program, pelayanan- pemerintah. 9
melaksanakan
pelayanan yang akan diberikan, anggaran Lingkup kebijakan publik
yang telah disiapkan, dan laporan-laporan dapat dikatakan sangatlah luas karena 11 yang akan dievaluasi.
mencakup berbagai sektor atau bidang Implementasi kebijakan adalah satu aktivitas dari kegiatan administrasi sebagai
suatu institusi dimaksudkan sebagai salah
Ndraha, Taliziduhu,
Kybernologi Sebuah
Methamorphosis, (Tangerang, Sirou Crednetia Center, 2008), hal. 69
10 Subarsono, Ag. Analisi Kebijakan Publik, 2008. 8 Subarsono, Ag. Analisi Kebijakan Publik, 2008.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal.8-9 Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal.. 3
11 Soehartono, Irawan, Kebijakan Sosial Sebagai 9 Ibid. 2008. Hal. 3
Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung, 2007 hal 36.
satu proses kegiatan yang dilakukan oleh Secara etimologi management (di unit administrastif atau unit birokratik. 12
diterjemahkan sebagai Para pembuat kebijakan harus sudah
Indonesia
berasal dari kata mempersiapkan stratgi implementasi sejak
“manajemen”)
“manus”(tangan) dan “agree”(melakukan), awal sebuah kebijakan dirumuskan.
yang setelah digabung menjadi kata Kebijakan publik dibuat untuk mencapai
Inggris) berarti tujuan tertentu. Tugas para pembuat dan
“manage”
(bahasa
mengurus atau “managiere” ( bahasa latin ) penasehat 15 kebijakan harus mencakup berarti melatih.
perumusan langkah-langkah startegis dan
Prajudi, manajemen sumber-sumber yang diperlukan untuk
Menurut
merupakan pengendalian dan pemanfaatan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
dari pada semua faktor serta sumber daya Namun, tantangannya tidak sedikit. Selain
suatu perencanaan, keterbatasan sumber daya yang ada,
yang
menurut
mencapai atau tantangan implementasi kebijakan juga 16 menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu.
diperlukan
untuk
mencakup kurang jelasnya pembagian
menekankan pada otoritas
Manajemen
pengendalian dan pendayagunaan manusia pelaksana, kompleksitas dan rigiditas
diantara
lembaga-lembaga
itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan (kekakuan) birokrasi, serta perbedaan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki. kepentingan diantara berbagai pihak yang
Pertanyaan tentang manajemen dapat terlibat. 13
dijawab dengan jalan menganalisis unsur Secara garis besar kita dapat
dan fungsi dari manajemen itu sendiri. mengatakan bahwafungsi implementasi itu
Ndaraha manajemen ialah untuk membentuk suatu hubungan
Menurut
bagaimana menciptakan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun
mempelajari
effectiveness usaha ( ”doing right things”) sasaran-sasaran
secara efficient (”doing things right”) dan diwujudkan sebagai ”outcome” (hasil akhir)
kebijakan
publik
produktif, melalui fungsi siklus tertentu, kegiatan-kegiatan pemerintah. Sebab itu
mencapai tujuan fungsi implementasi mencakup pula
dalam
rangka
organisasional yanag telah ditetapkan. Jadi penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan
unsur-unsur manajemen adalah : publik (Publik Science) disebut ”Polocy
1. Tujuan organisasional yang telah delivery
ditetapkan oleh lembaga atau penyampaian/penerusan kebijakan publik )
system ”
sistem
pejabat yang berkompeten. yang biasanya terdiri dari cara-cara atau
2. Fungsi, yaitu perencanaan usaha sarana-sarana tertentu yang dirancang/
termasuk pemenetapan output dan didesain secara khusus serta diarahkan
yang dikehendaki, menuju tercapainya tujuan-tujuan dan
out-come
pengorganisasian sumber-sumber sasaran-sasaran yang dikehendaki. 14
agar
siap pakai/gerak, penggerak/pengguna
sumber-
4. Manajemen Pemerintahan
sumber supaya output dan outcome yang
dihasilkan/ dinikmati
konsumer
sesuai dengan output/outcome yang diharapkan.
12 Awang, Azam, Implementasi pemberdayaan Pemerintah Desa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2010.Hal.25 15 Syafi, Inu Kencana, Manajemen Pemerintahan. 13 Soehartono, Irawan, 2007. Ibid. Hal. 36.
PT.Perca, Jakarta, 2007, hal 1 14 Wahab, Solihin Abdul Wahab, Pengantar Analisis
16 Atmosudirjo, Prajudi. Administrasi dan kebijakan public. UMM Press. Malang. 2008 Hal.
Management Umum. Ghalia Indonesia, Jakarta 177
1982, hlm. 124.
3. Siklus produk yang berawal dari dilihat dari sudut normatif, koordinasi konsumer, dan setelah melalui
diartikan sebagai kewenangan untuk beberapa rute, berakhir pada
menyerasikan, konsumen. 17
menggerakkan,
menyelarasakan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau
5. Koordinasi
berbeda-beda, agar semuanya terarah pada pencapaian tujuan tertentu pada saat yang
Pentingya koordinasi telah disadari telah ditetapkan. Dari sudut fungsional, sejak lahirnya peradaban dan budaya
koordinasi dilakukan guna mengurangi manusia. Fungsi koordinasi dipelajari dan
spesialisasi dan diangkat menjadi konsep manajemen sejak
dampak
negatif
mengefektifkan pembagian kerja. 19 awal abad 20. Dalam perkembangannya
Menutut Hoogerwerf koordinasi kemudian, koordinasi tidak hanya diuraikan
merupakan penyesuaian satu sama lain dari sebagai fungsi tetapi juga lembaga, bahkan
berbagai kesatuan sehubungan dengan perilaku dan teori organisasi.
aktivitas-aktivitas masing-masing di suatu Di masa berlakunya UU Nomor 5
bidang tertentu. Koordinasi juga berfungsi Tahun
1974 tentang
pokok-pokok
salah satu sarana untuk Pemerintahan di Daerah, koordinasi antara
sebagai
problematika dalam aparat daerah dengan aparat pusat di daerah
menanggulangi
struktur organisasi, karena masing-masing dianggap penting, sehingga hal itu diatur
kesatuan memiliki tujuan-tujuan dan dalam Pasal 80 dan 85 UU tersebut
kepentingan-kepentingan khusus yang berturut-turut
tentang
koordinasi
dapat bertentangan dengan tujuan-tujuan pembangunnan
dan kepentingan-kepentingan dari kesatuan- pemerintaan. Menurut Ndara, dilihat dari
dan
koordinasi
kesatuan lainnya. 20
sudut pandang manajemen Pemerintahan, koordinasi yang dianggap sebagai titik
6. Kecamatan
kelemahan penyelenggaraan pemerinah dan
mendasar dalam pembangunan sampai sekarang, tetap
Perubahan
18 penyelenggaraan pemerintahan kecamatan dianggap crucial.
sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 22 Berbicara
tentang
pengertian
Tahun 1999, kemudian dilanjutkan pada kordinasi, kata coordination berasal dari
UU Nomor 32 tahun 2004. Perubahannya co- dan ordinare yang berarti to regulate.
mencakup mengenai kedudukan kecamatan Dilihat dari pendekatan empirik, dikaitkan
menjadi perangkat daerah kabupaten/kota, dengan seni etimologi, koordinasi diartikan
dan camat menjadi pelakasana sebagian sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pihak urusan pemerintahan yang menjadi yang sederajat untuk saling memberi
wewenang Bupati/Walikota. Di dalam pasal informasi dengan mengatur bersama
120 ayat 3 UU Nomor 32 Tahun 2004 (menyepakati) hal tertentu, sehingga di satu
dinyatakan bahwa, “ Perangkat daerah sisi proses pelaksanaan tugas dan
kabupaten/kota terdiri atas sekretariat keberhasilan pihak yang satu tidak daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, mengganggu proses pelaksanaan tugas dan
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan keberhasilan pihak yang lain, sementara
kelurahan”. Pasal tersebut menunjukkan disisi lain yang satu langsung atau tidak
adanya dua perubahan penting yaitu : langsung mendukung pihak yang lain. Jika
17 Ndraha, Taliziduhu,
Kybernolog
(Ilmu
Pemerintahan Baru), (Jakarta, Rineka Cipta 2003), 19 Ndraha Taliziduhu, 2003. Op.cit Hal. 290. hal. 159
20 .Hoogerwerf, A, Ilmu Pemerintahan, ( Jakarta, 18 Ndraha Taliziduhu, 2003. Op.cit Hal. 289.
Penerbit Erlangga, 1978 ) Hal. 520-521
1. Kecamatan bukan lagi wilayah
terbatasnya pelimpahan administrasi pemerintahan dan
luas
atau
kewenangan dari Bupati/Walikota sangat dipersepsikan merupakan wilayah
tergantung pada keinginan politis dari kekuasaan 22 camat. Dengan Bupati/Walikota.
paradigma
Dalam pasal 1 ayat 5 Peratuan merupakan suatu wilayah kerja atau
baru,
Kecamatan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang areal tempat Camat bekerja.
Kecamatan, menyatakan kecamatan atau
2. Camat adalah perangkat Daerah sebutan lain adalah wilayah kerja Camat Kabupaten dan Daerah Kota dan
sebagai Perangkat daerah kabupaten/ kota. bukan
Dalam pasal 2 ayat 1 Peratuan Pemerintah administrasi pemerintahan, dengan
No 19 Tahun 2008 tersebut menjelaskan demikian camat
kecamatan dibentuk diwilayah kabupaten/ penguasa tunggal yang berfungsi
bukan
lagi
kota dengan Peraturan Daerah berpedoman sebagai administrator pemerintahan,
pada Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun pembangunan dan kemasyarakatan,
2008 ini.
akan tetapi merupakan pelaksana Kecamatan atau sebutan lain adalah sebagian
wilayah kerja Camat sebagai Perangkat dilimpahkan oleh Bupati/Walikota.
kabupaten/kota. Pembentukan kecamatan adalah pemberian status pada
Perubahan kedudukan kecamatan wilayah tertentu sebagai kecamatan di dan kedudukan camat, membawa dampak
Kabupaten/Kota. Penghapusan kecamatan pada kewenangan yang harus dijalankan
status sebagai oleh camat. Namun demikian ada karakter
adalah
pencabutan
kecamatan di wilayah kabupaten/kota. yang berbeda antara status perangkat daerah
kecamatan adalah yang ada pada kecamatan dengan
Penggabungan
penyatuan kecamatan yang dihapus kepada instansi/lembaga teknis daerah. Bila
kecamatan lain. Camat atau sebutan lain ditelaah lebih jauh kewenangan camat
dan koordinator justru bersifat umum dan menyangkut
adalah
pemimpin
penyelenggaraan pemerintahan di wilayah berbagai aspek dalam pemerintahan dan
kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan pembangnan serta kemasyarakatan. Hal ini
memperoleh pelimpahan berbeda dengan lembaga dinas daerah
tugasnya
pemerintahan dari ataupun lembaga teknis daerah yang
kewenangan
Bupati/Walikota untuk menangani sebagian bersifat spesifik.
daerah, dan Sebagai perangkat daerah, camat
urusan
otonomi
tugas umum memiliki kewenangan delegatif seperti yang
menyelenggarakan
pemerintahan.
dinyatakan dalam pasal 126 ayat 2 bahwa: “Kecamatan dipimpin oleh Camat yang
7. Fungsi Koordinasi Camat
dalam pelaksanaan tugasnya memeroleh pelimpahan
Dalam pasal 14 PP Nomor 19 Bupati/Walikota untuk menangani sebagian
sebagaimana
wewenang
Tahun 2008 Kecamatan merupakan urusan otonomi daerah”. Ini berarti bahwa
perangkat daerah kabupaten/kota sebagai kewenangan yang dijalankan oleh Camat
pelaksana teknis kewilayahan yang merupakan kewenangan yang dilimpahkan
mempunyai wilayah kerja tertentu dan oleh Bupati/ Walikota. Dengan demikian
dipimpin oleh Camat. Camat berkedudukan
21 Wasistiono, Sadu. Ismail Nurdin, M.Fahrurozi, 22 Wasistiono, Sadu. Ismail Nurdin, M.Fahrurozi, Perkembangan ORGANISASI KECAMATAN dari masa
Op.Cit. Hal. 34
ke masa,(Bandung, FOKUSMEDIA, 2009 ) Hal. 33 ke masa,(Bandung, FOKUSMEDIA, 2009 ) Hal. 33
sebagai wakil pemerintah pusat di daerah Camat menyelenggarakan tugas
melaksanakan asas umum pemerintahan yang merupakan
kewenangan atributif sebagaimana diatur Ketentuan lebih lanjut mengenai dalam pasal 126 ayat 3 yang meliputi: 23
kewenangan atributif sebagaimana diatur
a. mengoordinasikan kegiatan dalam pasal 126 ayat 3, dijelaskan secara pemberdayaan masyarakat;
lanjut pada pasal 16, yang berbunyi sebagai
b. mengoordinasikan upaya
berikut :
penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
Pasal 16
c. mengoordinasikan penerapan dan Tugas Camat dalam mengoordinasikan penegakan peraturan perundang-
pemberdayaan masyarakat undangan;
kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
d. mengoordinasikan pemeliharaan ayat (1) huruf a, meliputi: prasarana dan fasilitas pelayanan
a. mendorong partisipasi masyarakat umum;
untuk ikut serta dalam perencanaan
e. mengoordinasikan penyelenggaraan pembangunan lingkup kecamatan kegiatan pemerintahan di tingkat
dalam forum musyawarah perencanaan kecamatan;
pembangunan di desa/kelurahan dan
f. membina penyelenggaraan
kecamatan;
pemerintahan desa dan/atau
pembinaan dan kelurahan; dan
b. melakukan
pengawasan terhadap keseluruhan unit
g. melaksanakan
kerja baik pemerintah maupun swasta masyarakat yang menjadi ruang
pelayanan
yang mempunyai program kerja dan lingkup tugasnya dan/atau yang
kegiatan pemberdayaan masyarakat di belum
wilayah kerja kecamatan; pemerintahan desa atau kelurahan.
dapat
dilaksanakan
c. melakukan evaluasi terhadap berbagai Tugas umum pemerintahan yang
kegiatan pemberdayaan masyarakat di dimaksud dalam pasal 126 ayat 3 UU
wilayah kecamatan baik yang dilakukan Nomor 32 Tahun 2004 berbeda maknanya
oleh unit kerja pemerintah maupun dengan urusan pemerintahan umum
swasta;
sebagaimana dimaksud pada UU Nomor 5
d. melakukan tugas-tugas lain di bidang Tahun 1974, yang dimaksud dengan urusan
masyarakat sesuai pemerintah umum adalah : “ urusan
pemberdayaan
dengan peraturan perundang-undangan; pemerintahan yang meliputi bidang-bidang
dan
pelaksanaan tugas koordinasi, pengawasan dan urusan
ketentraman dan ketertiban, politik,
e. melaporkan
pemberdayaan masyarakat di wilayah pemerintahan lainya yang tidak termasuk
kerja kecamatan kepada bupati/walikota dalam tugas sesuatu instansi dan tidak
dengan tembusan kepada satuan kerja termasuk urusan rumah tangga Daerah “.
perangkat daerah yang membidangi Urusan
urusan pemberdayaan masyarakat.
8. Pelayanan Publik
23 Asep, Muslim, Himpunan Pereturan Perundang-
Kewajiban negara adalah melayani
undangan Kecamatan, Desa, dan Kelurahan,
setiap warga negaranya dan penduduk
(Bandung, Fokus Media, 2008), hal. 7-8
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan
menjelaskan dalam pasal 1 ayat 1 bahwa masyarakat atas pelayanan publik yang
membangun
kepercayaan
pelayanan publik adalah kegiatan atau dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
dalam rangka merupakan kegiatan yang senantiasa
rangkaian
kegiatan
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dilakukan seiring dengan harapan dan
dengan peraturan perundang-undangan bagi tuntutan seluruh warga negara dan
setiap warga negara dan penduduk atas penduduk tentang peningkatan pelayanan
dan/atau pelayanan publik.
barang,
jasa,
disediakan oleh Pada dasarnya setiap manusia
administratif
yang
penyelenggara pelayanan publik. Tujuan membtuhkan pelayaan bahkan dapat
UU No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan
publik ini sebagaimana yang tertera dalam dengan kehidupan manusia, baik dari segi
Pasal 3 adalah :
paradigma maupun format pelayanan
1. Terwujudnya batasan dan hubungan belumlah memuaskan, bahkan masyarakat
yang jelas tentang hak, tanggung jawab, masih diposisikan sebagai pihak yang tidak
kewajiban, dan kewenangan seluruh berdaya dan termarginalisasikan dalam
terkait dengan kerangka pelayanan. Masyarakat setiap
pihak
yang
penyelenggaraan pelayanan publik. waktu selalu menuntut pelayanan publik
2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan yang
pelayanan publik yang layak sesuia aparat/birokrat/petugas, meskipun tuntutan
berkualitas
dari
dengan asas-asas umum pemerintahan tersebutsering
dan korporasi yang baik. harapannya
penyelenggaraan pelayanan publik yang terjadi selama ini
pelayanan publik sesuai dengan bercirikan, berbelit-belit, lambat, mahal,
peraturan perundang-undangan; dan melelahkan bahkan menykitkan hati. 24
perlindungan dan Selanjutnya
4. Terwujudnya
kepastian hukum bagi masyarakat sesuatu bentuk kegiatan pelayanan yang
pelayanan
adalah
dalam penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan oleh instansi Pemerintahan
publik.
baik di pusat, di daerah, BUMN maupun
perundang-undangan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa,
Peraturan
yang dibuat oleh pemerintah tersebut dibuat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
kualitas dalam masyarakat sesuai peraturan perundang-
untuk
mewujudkan
pelayanan terhadap masyarakat. Karena undangan yang berlaku (KEPMENPAN
kualitas pelayanan merupakan segala NO.81.1993).
sesuatu yang mampu memenuhi keinginan Selanjutnya menurut KEPMENPAN
atau kebutuhan masyarakat. Makna dari NO.63/KEP/M.PAN/7/2003.
pelayanan publik tidak lain untuk palayanan publik adalah segala kegiatan
Bahwa
memuasakan dan memenuhi keinginan pelayanan
masyarakat pada umumnya yang sesuai penyelenggara pelayanan publik sebagai
dengan azaz pelayanan publik. upaya pemenuhan kebutuhan penerimaan pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian undang Pelayanan Publik terbaru yakni UU
Setelah disahkannya
Undang-
dengan metode kualitatif. Istilah penelitian kualitatif menurut David Williams (1955) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah
24 Wasistiono, Sadu . Manajemen Pelayanan Publik,
pengumpulan data pada suatu latar ilmiah,
Gramedia Pustaka, Jakarta 2005. Hal. 1 Gramedia Pustaka, Jakarta 2005. Hal. 1
dan sinkronisasi dilkukan oleh orang atau peneliti yang yeng
2. Koordinasi
perencanaan dengan satuan kerja tertarik secara alamiah. Kemudian menurut
perangkat daerah dan instansi vertikal Denzin dan Lincoln (1987) menyatakan
di bidang penyelenggaraan kegiatan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
pemerintahan.
yang menggunakan latar alamiah, dengan
3. Evaluasi penyelenggaraan kegiatan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
pemerintahan di tingkat kecamatan. dan dilakukan dengan jalan melibatkan
penyelenggaraan berbagai metode yang ada. Dalam
4. Melaporkan
kegiatan pemerintahan di tingkat penelitian kualitataif metode yang biasanya
kecamatan kepada Walikoto. dimanfaatkan
adalah
wawancara,
pengamatan, dan pemenfaatan dokumen. 25
Pembahasan
Desain penelitian yang dilakukan ini Data-data yang telah di jadikan adalah deskriptif kualitatif dengan tinjauan
rujukan untuk menopang penelitian adalah normatif. Deskriptif kualitatif bertujuan
data-data yang diambil dari lokasi untuk
penelitian. Untuk memperlihatkan bahwa berbagai kondisi, berbagai situasi, atau
menggambarkan,
menguraikan
hasil penelitian menjamin keakuratan dalam berbagai fenomena realitas sosial yang ada
pembahasannya, peneliti menganalisis di masyarakat yang menjadi objek
setiap data-data yang didapat menjadi penelitian, dan beruapya menarik relaitas ke
rangkaian kata-kata yang dapat dimengerti permukaan sebagai suatu ciri, karakter,
pengungkapannya. Peneliti sifat, model, tanda atau gambara tentang
dalam
mengkhususkan pada kajian mendalam kondisi,
26 terhadap fungsi Camat sebagai koordinator tertentu . Tinjauan normatif sendiri dalam
wilayah yang mencakup bidang-bidang artian membatasi tujuan penelitian sebagai
kerja Kecamatan yang bersentuhan dengan rujukan untuk menghasilkan kesimpulan
masyarakat secara mendalam. Bidang kerja yang berdasar.
yang dimaksud dibatasi pada bidang Proses
Administrasi kependudukan, karena bidang koordinasi Camat dalam penyelenggaraan
pelaksanakan
fungsi
inilah yang lebih sering bersentuhan dengan kegiatan pemerintahan merupakan fokus
masyarakat. Koordinasi yang dilakukan penelitian dalam hal ini adalah proses
oleh Camat dalam bidang ini dengan satuan pelaksanakan fungsi koordinasi Camat
kerja perangkat daerah (SKPD) Dinas dalam
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh
ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tentang Kecamatan dan Rancangan
1. Camat Sebagai Koordinator Wilayah
Tentang Pelayanan Publik. Didukung Perluasan yang terjadi pada jumlah dengan indikator :
tugas Kecamatan menyebabkan keterjalinan
1. Koordinasi dengan satuan kerja yang juga luas terhadap tugas-tugas yang perangkat daerah dan instansi vertikal
semuanya saling bertalian. Salah satu tugas di bidang penyelenggaraan kegiatan
kecamatan yang sangat penting adalah pemerintahan.
sebagai koordinator di wilayah kerja
kecamatan. Koordinator yang dimaksud
Dr. Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitan
adalah Camat sebagai kepala Pemerintahan
Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
di
tingkat
kecamatan melakukan
hal. 5 26 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta,
penyesuaian satu sama lain dari berbagai
Kencana Prenada Media Group 2007), hal.68
kesatuan-kesatuan
kerja sehubungan kerja sehubungan
19 Tahun 2008 yang secara garis besar bidang tertentu. Hal-hal ini berkenaan
menuntut Camat sebagai pusat Koordinasi dengan pendirian-pendirian, kedudukan-
di Kecamatan.
kedudukan, instrument-instrument atau Jika kita tafsirkan lebih mendalam sarana-sarana yang ada dalam lingkup
menurut UU No 32 Tahun 2004 dan PP No kecamatan.
19 Tahun 2008, kedudukan Camat sebagai Penyesuaian bidang-bidang yang
perangkat daerah adalah sebagai garda harus dikoordinasaikan oleh Camat
penyelenggaraan mendapat pelimpahan kewenangan dari
terdepan
dalam
pemerintahan, karena Camat adalah Walikota Pekanbaru, dengan dikelurkannya
perangkat pemerintahan yang lebih SK Walikota Pekanbaru No. 112 Tahun
mengetahui kondisi umum masyarakat dan 2002
memiliki kewenangan delegatif berupa kewenangan pemerintahan dari Walikota
tentang pelimpahan
sebagian
pelimpahan sebagian wewenang Walikota kepada camat. Tugas-tugas pemerintahan
untuk menangani sebagian urusan otonomi yang dilimpahkan oleh Walikota Pekanbaru
di daerah. Camat harus dituntut cermat, kepada camat adalah sebagian kewenangan
berani, dan benar dalam memahami wajib dan sebagian kewenangan lain.
kewenangan delegatif yang diberikan Sebagian kewenangan wajib meliputi
kepadanya karena akan berpengaruh bidang pekerjaan umum, pertanian,
terhadap koordinasi yang dilakukakannya perhubungan, industri, perdagangan dan
sebagai koordinator wilayah di Kecamatan. penanaman modal, lingkungan hidup,
Hal ini diperlukan untuk menguatkan fungsi pertanahan, koperasi, tenaga kerja,
dan kedudukan camat agar memiliki kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan
wibawa dan karisma sebagai pemimpin di kewenangan
Kecamatan yang akan berdampak pada administrasi kependudukan, administrasi
kesungguhan unit-unit kerja, cabang dinas, public, ketertiban umum, social, pariwisata,
UPTD, dan Instansi vertikal yang terdapat olahraga, pendapatan daerah, politik dalam
di wilayah kerjanya.
negeri, penerangan, dan pengembangan Camat harus dapat menafsirkan otonomi daerah.
kewenangan delegatif yang dimilikinya Penelitian ini menunjukkan hubungan
karena bertujuan untuk mempercepat melintang yang dilakukan camat Lima
pengambilan keputusan berkaitan dengan Puluh lebih banyak bersifat informal,
kepentingan dan kebutuhan masyarakat sementara, bilateral atau multilateral yang
setempat, lebih mendekatkan pelayanan dilakukan secara lisan, dengan perantara
mempersempit rentan telepon, dan secara tertulis, yang dilakukan
pemerintahan,
kendali dari Walikota kapada Kelurahan, jika ada komisi-komisi,
dan membentuk kaderisasi kepemimpinan kelompok
wewenang ini bukan berdasarkan pada perencanaan. Hal
proyek, atau jika hanya ada permasalahan
Pelimpahan
sebenarnya merupakan upaya untuk ini
memunculkan kelemahan
yang
optimalisasi peran dan fungsi Kecamatan menimbulkan ketidaksesuaian hasil dan
dalam rangka meningkatkan pelayanan waktu yang akan dicapai dikarenakan
kepada masyarakat. Hasil yang diharapkan secara formal mereka tidak mempunyai hak
terealisasikannya Kecamatan bicara tentang kebijakasanaan masing-
adalah
sebagai pusat koordinasi dan pelayanan masing dan oleh karena itu hal ini adalah
masyarakat yang mudah, murah, cepat dan suatu bentuk koordinasi yang tidak
berkualitas. Dalam skema pelimpahan ini, mengikat. Hal ini tidak sesuai dengan
kecamatan koordinator wilayah berfungsi amanat UU No 32 tahun 2004 dan PP No
mendukung pencapaian Standar Pelayanan
Minimal (SPM) menuju peningkatan dalam pelaksanaan tugas. Setelah program kesejahteraan masyarakat. Kecamatan juga
dibuat maka Camat wajib harus bekerjasama dengan unit-unit
kerja
pelaksanaan tugas pemerintahan di lingkup kecamatan (seperti
mengkoordinir
administrasi pemerintahan kecamatan mulai Puskesmas, Cabang Dinas, UPTD, Sekolah,
dari proses perencanaan, pelaksanaan, para penyuluh). Kerjasama sinergi ini
monitoring dan evaluasi, serta meminta dimaksudkan agar kemampuan yang ada
pelaporan dari bawahan. Di Kecamatan dapat
Lima Puluh Kota Pekanbaru, perencanaan mendukung Pemerintah Kota Pekanbaru
dilakukan langsung oleh Camat setelah dalam mencapai SPM/Target Kinerja yang
melakukan rapat koordinasi dengan ditetapkan oleh Walikota.
Walikota Pekanbaru. Setelah itu Camat
melaksanakan rapat koordinasi dengan staf itulah maka kecamatan mendapatkan
Dalam
kerangka
di Kecamatan untuk diberikan uraian tugas. sejumlah pelimpahan kewenangan seperiti
Uraian tugas tersebut akan disusun malalui bidang:
surat keputusan Camat Lima Puluh Kota pendidikan dasar, perizinan, pembinaan
Kependudukan,
kesehatan,
terbaru adalah Kelurahan, serta perpajakan.
Pekanbaru
yang
No.09/KPTS-KL/I/2010 kepada seksi-seksi
di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru yang dilimpahkan pada dasarnya berfungsi
Adapun aspek
sebagai tindak lanjut dari SK Walikota untuk mengefektifkan koordinasi. Oleh
Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2008. Camat karena itu camat mendapatkan pelimpahan
memberikan pembagian tugas kepada kasi- kewenangan
kasi di kecamatan dengan rincian tugas perencanaan
yang disesuaikan dengan masing-masing (b)koordinasi
dan
penganggaran,
bidang, pembagian tugas yang dilakukan penyelenggaraan kegiatan dan monitoring
dan
fasilitasi
oleh Camat Lima Puluh cukup baik karena pelaksanaan kegiatan, (c) pengawasasn
didalam pembagian tugas setiap seksi harus kegaiatan yang dilakukan UPTD tingkat
merencanakan kegiatan tugas, koordinasi kecamatan, (d) Fasilitasi Pengaduan
tugas, pembinaan, Masyarakat, dan (e) Evaluasi Kinerja
dan sinkronisasi
bimbingan, pemeriksaan Bidang
evaluasi,
pekerjaan bawahan, dan pelaporan memastikan efektifitas pelimpahan maka
yang dilimpahkan.
Untuk
pelaksanaan tugas yang telah dikerjakan. kecamatan
Akan tetapi pada implementasinya mendapatkan Target Kinerja.
masih terdapat beberapa kendala dalam melaksanakan fungsi koordinasi yang dilakukan camat terutama yang menjadi
2. Implementasi Fungsi Koordinasi
fokus permasalahan dalam penelitian ini
Camat Dalam Penyelengaraan
yakni
koordinasi
camat dalam
Kegiatan Pemerintahan di
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
Kecamatan Lima Puluh Kota
berdasarkan PP No 19 tahun 2008 pasal 20.
Pekanbaru.
Berikut akan dijelaskan hasil temuan Langkah pertama yang harus
dilapangan dalam penelitan yang telah dilakukan Camat adalah merencanakan
dilakukan :
program kerja Kecamatan dan kegiatan
3. Koordinasi dengan satuan kerja
teknis administrasi. Hal ini bertujuan untuk perang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan kat daerah (SKPD) dan instansi
Kecamatan, pembangunan
dan
vertikal di bidang penyelenggaraan
kemasyarakatan berdasarkan peraturan
kegiatan pemerintahan.
perundang-undangan sebagai pedoman
Indikator pertama dari variabel menyelenggarakan kegiatan pemerintahan, Implementasi fungsi koordinasi camat
Puluh mengatakan adalah, Koordinasi dengan satuan kerja
Camat
Lima
dilakukan pada saat perangkat daerah (SKPD) dan instansi
”Koordinasi
kecamatan hasil dari vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan
musrenbang
musrenbang yaitu rencana pembangunan pemerintahan. Indikator ini dilihat dari
kecamatan, diharapkan tidak ada lagi beberapa sub indikator sebagai berikut :
daftar keinginan yang panjang tetapi daftar Komunikasi antara Camat dengan SKPD
priorotas kebutuhan yang memiliki dan Instansi Vertikal, Faktor Sumber Daya,
kepastian terealisasinya baik yang Sikap Pelaksana dan Struktur Birokrasi.
dilaksanakan oleh pemerintah Kecamatan
A. Komunikasi antara Camat dengan maupun SKPD terkait” SKPD dan Instansi Vertikal. Dari hasil waawancara dengan
Dengan Camat Lima Puluh Baharuddin, S.Sos, M.Si
disimpulkan dari (25/7/2010), menyatakan bahwa kenyataan
demikian
dapat
wawancara yang dilakukan, Camat Lima yang terjadi dari target penghasilan
Puluh mengatakan Koordinasi dengan pendapatan asli daerah (PAD) kota
SKPD dilakukan pada saat Musrenbang, Pekanbaru yang ditargetkan pada kisaran
Jelas terlihat pada implementasinya 196 milyar lebih, ternyata meleset dari
komunikasi yang dibangun antara Camat dugaan. Nilai sebesar 196 milyar lebih yang
dengan SKPD hanya setahun sekali, inilah diinginkan oleh walikota, ternyata hanya
yang menyebabkan kurangnya sinkronisasi bisa dihasilkan oleh seluruh satuan kerja
antara kegiatan pemerintahan Camat perangkat daerah (SKPD) sebesar 41 miliar.
dengan kegiatan SKPD di Kecamatan yang Karena angka yang tidak sesuai target,
dari Walikota Walikota Pekanbaru Drs H Herman
menyebabkan
target
Pekanbaru tidak tercapai. Abdullah MM langsung menggelar rapat
Pada impelementasinya hasil evaluasi terhadap PAD diruang rapat
tersebut kurang walikota Pekanbaru, Kamis (1/7). Rapat itu
dari
musrenbang
secara operasional. dihadiri oleh BAPPEDA, Dispenda, PU
dikoordinasikan
Masing-masing SKPD berjalan dengan beserta seluruh SKPD yang ada di bawah
tanpa melakukan jajaran
sendiri-sendiri
camat sebagai termasuk seluruh Camat. Hasil evaluasi
pemerintah kota Pekanbaru
komunikasi
kepada
koordinator di wilayah kerja Kecamatan. APBD 2010, ternyata tidak sesuai dengan
Camat mengungkapkan, kurangnya inisiatif pendapatan. Pemanggilan seluruh SKPD