Perspektif Pemilih Suku Melayu Dalam Pemilihan Umum di Kota

Perspektif Pemilih Suku Melayu Dalam Pemilihan Umum di Kota

Oleh:

Yusri Munaf

Abstrak

Dalam konteks penelitian ini akan dilakukan melalui pendekatan sosiologis yang menyatakan bahwa tingkah laku seseorang termasuk di dalam penentuan pilihan ditentukan perngelompokan sosial, agama, bahasa, dan etnis/suku. Dalam penelitian ini titik fokus penelitiannya khusus pada etnis suku Melayu yang ada di kota Pekanbaru pada saat menentukan pilihannya pada saat pemilihan umum tahun 2004 di Kota Pekanbaru. Secara fakta di lapangan sebetulnya kecenderungan suku melayu lebih banyak bekerja jadi Pegawai Negeri Sipil karena dalam masyarakat melayu ada anggapan bahwa hidup itu baru sukses ketika seseorang telah menjadi Pegawai Negeri Sipil. Di Kota Pekanbaru pada umumnya di daerah pasar umumnya dikuasai oleh suku Minangkabau sedangkan suku melayu berada pada daerah pinggiran kota. Berdasarkan uraian dan analisis di atas, maka penyelidik telah mengetahui tentang kandungan bagaimana persepsi suku melayu dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu tahun 2004 di Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru.

Key Word : Perspektf Pemilih, Suku Melayu, Pemilu Pendahuluan

penentuan domisili didasarkan pada kriteria menganalisis perilaku pemilih sebagaimana telah

Ada beberapa

pendekatan

dalam

berdasarkan jenjang diutarakan oleh Denis Kavannagh yaitu melalui

kemajuan

teritorial

peradaban yakni pinggiran kota dan pusat kota. pendekatan

yakni; pertama , Pendekatan Dari kategorisasi dua kriteria tersebut sudah Struktural, Kedua, Pendekatan Sosiologis, ketiga,

barang tentu akan sangat mempengaruhi persepsi pendekatan ekologis, keempat , pendekatan

pemilih dalam menentukan pilihannya, karena pisikologi sosial . Dalam konteks penelitian ini

dari sisi peradaban akan sangat berbeda antara akan dilakukan melalui pendekatan sosiologis

penduduk yang berdomisili di pinggiran kota dan yang menyatakan bahwa tingkah laku seseorang

pusat kota karena akan sangat dipengaruhi oleh termasuk di dalam penentuan pilihan ditentukan

bermacam variabel seperti tingkat pendidikan, perngelompokan sosial, agama, bahasa, dan

akses terhadap informasi dan rasa kedekatan etnis/suku. Dalam penelitian ini titik fokus

dengan calon anggota dewan perwakilan rakyat. penelitiannya khusus pada etnis suku Melayu

Sehungga dengan kategorisasai tersebut di atas yang ada di kota Pekanbaru pada saat

dianggap dapat mewakili populasi Suku Melayu menentukan pilihannya pada saat pemilihan

secara keseluruhan.

umum tahun 2004 di Kota Pekanbaru. Adapun gambaran Lokasi Penelitian Adapun sebaran distribusi domisili dalam

dalam kaitannya dengan pelaksanaan Pemilu penelitian ini yang memberikan jawaban dalam

Tahun 2004 di Kota Pekanbaru, dapat dilihat penelitian berjumlah 242 responden dengan

pada tabel berikut ini:

kategorisasi kesukuan

Melayu.

Adapun

Tabel VI.1: Gambaran Lokasi Penelitian. No Kecamatan

Penduduk

Pemilih Jumlah Kec. Kelurahan

2. Bukit Raya

3. Lima Puluh

5. Pekanbaru Kota

6. Sukajadi

Sumber: KPU Kota Pekanbaru.

1 orang atau 3,7 peratus. Adapun yang bekerja menunjukkan bahwa suku Melayu yang

Berdasarkan kriteria tersebut di atas

selain jenis tersebut di atas sebanyak 27 orang berdomisili di pinggiran kota sebanyak 62 orang

atau 30 peratus.

atau 50 peratus. Responden yang berdomisili di Secara fakta di lapangan sebetulnya pusat kota sebanyak 62 orang atau 50 peratus.

kecenderungan suku melayu lebih banyak bekerja Di samping berdasarkan karakteristik

jadi Pegawai Negeri Sipil karena dalam domisili responden, dalam menentukan sampel

masyarakat melayu ada anggapan bahwa hidup juga memperhatikan karakteristik tingkat

itu baru sukses ketika seseorang telah menjadi pendidikan responden. Dalam penelitian bahwa

Pegawai Negeri Sipil. Di Kota Pekanbaru pada dari segi pendidikan jumlah sampel untuk suku

umumnya di daerah pasar umumnya dikuasai melayu sebanyak 86 orang bahwa responden suku

oleh suku Minangkabau sedangkan suku melayu Melayu yang berpendidikan SD sebanyak 0 atau

berada pada daerah pinggiran kota. 0peratus. Responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 1 orang atau 1,2

Pembahasan

peratus. Selanjutnya jumlah responden yang Sebelum penulis uraikan perihal perilaku

berpendidikan Sekolah Menengah Atas sebanyak

36 orang atau 41,9 peratus. Adapun responden pemilih pada pemilu tahun 2004 di kota yang

berpendidikan

sarjana/pascasarjana

Pekanbaru terlebih dahulu akan penulis gambarkan perspektif umum terhadap perilaku

sebanyak 49 orang atau 56,9 peratus. pemilih (Vote Behaviour) di Indonesia. Vote

Adapun korelasinya dengan penelitian ini Behaviour di Indonesia dapat dirumuskan dalam

sangat terkait dengan objektifitas responden dalam menentukan jawaban karena diasumsikan

sejumlah postulat hukum. Setidaknya ada 7 semakin tinggi tingkat pendidikan dari responden

(tujuh) postulat hukum perilaku pemilih di Indonesia.

Sigit Pamungkas maka akan semakin objektif dalam memberikan

Menurut

(http://sigitp.staff.ugm.ac.id/?p=44, 2012), penilaian. Katakanlah misalnya dalam hal

Hukum-hukum perilaku pemilih di Indonesia menentukan pilihan terhadap partai apa yang

akan dipilih maka, responden yang berpendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut: sarjana atau pascasarjana dalam menentukan

1. Warna aliran dari sebuah partai politik mempengaruhi perilaku pemilih. Aliran

pilihannya akan lebih cenderung melihat program politik di Indonesia untuk saat ini dapat

yang ditawarkan oleh partai politik tertentu dalam dipilah dalam tiga kategori aliran, yaitu

bentuk visi dan misi ketimbang hal-hal yang bersifat subjektif, begitu juga sebaliknya dengan

sekuler, moderat, dan agama. Perilaku responden yang tingkat pendidikannya rendah

pemilih akan ditentukan oleh persepsi diri mereka dalam kluster aliran tersebut dan

seperti tamatan sekolah dasar.

mempersepsikan Disamping

bagaimana mereka

berdasarkan

tingkatan

ideologi partai politik yang ada. Apabila pendidikan, dalam menentukan sampel yang juga

memperhatikan karakteristik jenis pekerjaan pemilih mempersepsikan dirinya dalam responden yang terdiri dari pegawai negeri sipil,

kluster aliran sekuler maka pilihan politiknya akan jatuh pada partai yang

pegawai swasta, pegawai BUMD dan lain-lain. berada pada kluster sekuler, dan

Suku Melayu yang pekerjaannya sebagai sebagainya. Pemilih yang berada dalam

pegawai negeri sipil sebanyak 10 orang atau 11,1 peratus. Responden yang pekerjaannya sebagai

suatu kluster aliran tertentu sangat kecil pegawai swasta sebanyak 52 orang atau 57,8

kemungkinannya untuk memilih partai diluar kluster dimana ia berada.

peratus. Selanjutnya jumlah responden yang pekerjaannya sebagai pegawai BUMD sebanyak

2. Partai dengan spektrum ideologi ekstrim menyeberangi lintas batas kluster ideologi tidak akan mendapatkan dukungan

sebagai pelampiasan atas situasi tersebut. pemilih dalam jumlah yang signifikan.

6. Ketokohan partai mampu mendongkrak Secara linier spektrum ideologi berada

perolehan suara partai. Ketokohan partai dalam kutub fundamentalis sekuler dan

adalah magnet partai. Perilaku pemilih fundamentalis agama. Mereka yang

dapat berubah terkait dengan eksistensi berada dalam kedua kutub ekstrim

pemimpin dan kepemimpinan partai. tersebut tidak

Apabila di dalam partai terdapat tokoh dukungan dari pemilih. Pemilih pada dua

akan

mendapatkan

yang berwibawa dan disegani maka kutub ekstrim tersebut adalah minoritas.

pemilih akan cenderung memilih partai Partai yang mendeklarasikan dirinya

dengan ketokohan partai yang jelas. dalam posisi ini akan terlikuidasi dengan

Apabila partai politik tidak memiliki sendirinya.

tokoh sentral maka daya magnetik partai

3. Partai dengan spektrum ideologi tengah

akan berkurang.

atau moderat mendapatkan dukungan

7. Penistaan terhadap seorang tokoh atau yang besar dari pemilih. Hukum ketiga ini

partai akan melahirkan simpati pemilih merupakan anti tesis hukum kedua dari

untuk memberikan suara kepada tokoh perilaku pemilih di Indonesia. Partai-

atau partai tersebut. Partai-partai dengan partai dengan ideologi moderat memiliki

tokoh yang dinistakan oleh lawan politik modal

akan mendapatkan simpati pemilih. dukungan besar dari pemilih. Untuk

dasar untuk

mendapatkan

Sebaliknya, partai atau tokoh yang agresif mengaktualkan potensi itu partai-partai

atau menistakan lawan politiknya atau tengah/moderat hanya perlu memoles

tidak santun dengan lawan politiknya organisasinya untuk dapat dikenal publik

cenderung akan dijauhi pemilih. secara luas.

4. Sirkulasi suara pemilih hanya berputar

Perspektif Suku Melayu pada Pemilihan

dalam lingkup spektrum ideologi yang

Umum Tahun 2004

sama. Kalau terjadi suara yang berpindah Dalam konteks penelitian ini penulis akan (swing voter) maka perpindahan suara

melihat bagaimana perspektif Suku Melayu pemilih tidak akan melintasi klaster

dalam pemilihan umum tahun 2004 yang akan di ideologi yang ada. Peningkatan perolehan

fokuskan pada pelaksanaan pemilu legislatif dan suara sebuah partai hanya akan

pemilu Presiden dan Wakil Presiden baik putaran mengurangi perolehan suara partai lain

pertama maupun putaran kedua. dalam kluster yang sama. Dengan kata

Berdasarkan data empirik di lapangan, lain, naik-turun perolehan suara partai

terkait dengan perspektif terhadap presiden yang adalah proses menambah dan mengurangi

pernah berkuasa di Indonesia Suku Melayu lebih perolehan suara partai dalam kluster yang

banyak memilih Soekarno sebagai pemimpin sama. Kanibalisme terjadi diantara partai-

yang dikagumi. Sedangkan terhadap Soeharto partai dalam kluster ideologi yang sama.

sebagai pemimpin yang dikagumi, Suku Melayu Kanibalisme tidak terjadi melintasi

juga lebih banyak memilih Soeharto sebagai kluster-kluster ideologi.

pemimpin yang dikagumi, meskipun jumlahnya

5. Perilaku pemilih yang melintas batas lebih kecil bila dibandingkan terhadap Soekarno kluster ideologi dapat terjadi pada suara

sebagai pemimpin yang dikagumi. Sedangkan pemilih protes (protest voter). Pemilih

untuk Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono protes merupakan bentuk ekpresi politik

sebagai pemimpin yang dikagumi, terhadap dalam situasi yang tidak normal. Pemilih

kedua pemimpin ini suku Melayu memilih kedua protes ini muncul diantaranya akibat dari

tokoh ini setelah Soekarno dan Soeharto. konflik internal partai maupun perlakuan

Karakteristik yang lain yang juga tidak adil penguasa terhadap sebuah partai

dikemukakan dalam penelitian ini adalah yang politik

berkaitan dengan persepsi responden yang terkait berkaitan dengan persepsi responden yang terkait

identik dengan Islam idealnya jawaban yang Berdasarkan hasil wawancara penulis

diberikan oleh reponden mayoritas menjawab mayoritas responden merasa tidakpuas dengan

setuju sekali tokoh agama merupakan tolak ukur kinerja anggota DPR dalam menyelesaikan aduan

dalam kehidupan.tapi tentunya tidak serta merta yang disampaikan oleh masyarakat dimana

kita dapat menyatakan seperti hal di atas karena sebanyak 116 orang . Terhadap pertanyaan yang

keadaan ini juga terkait dengan tingkat diajukan

pemahaman responden akan nilai-nilai agama dan menyelesaiakan

impelementasinya dalam kehidupan sehari-hari. disampaikan dapat disimpulkan sebagai berikut.

lapangan dapat Terhadap responden yang menjawab setuju

Berdasarkan

data

disimpulkan bahwa terhadap persepsi suku anggota DPR mampu untuk menyelesaikan

Melayu mengenai partai yang relevan sebagai masalah sebanyak 10 orang, yang menyatakan

pemenang dapat dikemukakan bahwa partai tidak setuju sebanyak 27 orang. Sedangkan yang

golkar merupakan partai pemenang dengan menyatakan sangat tidak setuju anggota DPR

jumlah persentase sebanyak 67 peratus. Disusul tidak mampu menyelesaikan masalah sebanyak 2

dengan partai PKS sebanyak 18peratus. orang dan sisanya sebanyak 47 orang menyatakan

Sedangkan sisanya terbagi antara partai demokrat tidak jelas.

sebanyk 4 peratus, PAN 2 peratus dan sisainya Kenyataan tersebut di atas menunjukan

sebanyak 9 peratus partai lainnya. bahwa proses demokrasi yang dilaksanakan

Berdasarkan data lapangan suku Melayu melalui kedaulatan rakyat ternyata tidak serta

menilai bahwa alasan partai kehilangan suara merta berbanding lurus dengan harapan dan

karena pemimpin hanya mementingkan kelompok keinginan dari masyarakat. Dari jawaban tersebut

mereka, jawaban dari responden ini sebetulnya responden mayoritas tidak puas dengan kinerja

dibenarkan karena anggota DPR

bagaimanapun juga ketika seorang pemimpin menyelesaikan aspirasi dan persoalan-persoalan

dalam menampung

dan

terpilih menjadi pemimpin maka, sesungguhnya yang terjadai dalam masyarakat.

ia bukan lagi milik dari partai atau kelompok (tim Sedangkan terhadap masalah yang dapat

sukses) yang mengusungnya dalam pemilu karena diselesaikan oleh anggota DPR, maka dapat

ia sudah merupakan milik dari rakyat secara disimpulkan sebagai berikut. Berdasarkan hasil

keseluruhan, sementara dalam praktek yang data lapangan menunjukkan bahwa suku melayu

terjadi di lapangan banyak pemimpin yang ketika lebih banyak tidak setuju terhadap pertanyaan

terpilih dalam pemilu dan berkuasa tidak bisa apakah anggota DPR mempunyai kecenderungan

lepas dari kepentingan kroni-kroni atau untuk mampu menyelesaikan masalah. Begitu

pendukungnya dalam juga dengan jawaban tidak setuju, tidak jelas dan

kelompok-kelompok

pemilu sehingga responden menganggap faktor setuju terhadap pertanyaan apakah anggota DPR

yang dominan mampu untuk menyelesaiakan masalah.

menyebabkan partai kehilangan suara karena Berdasarkan data lapangan tentang

pengaruh dari sikap dan kebijakan dari tokoh persepsi responden mengenai tokoh agama, maka

partai yang berkuasa ketika terpilih dalam pemilu dapat dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan

sedangkan faktor berfoya-foya, narkoba, diskotek pertanyaan apakah tokoh agama adalah tolok

dan karaoke serta gagal dalam mengatasi ukur dalam kehidupan, maka responden suku

penyakit masyarakat bukanlah merupakan faktor Melayu yang menyatakan sangat tidak setuju

yang signifikan menyebabkan partai kehilangan berjumlah 1 orang. Jumlah responden yang

suara karena hal tersebut juga sulit untuk diukur menyatakan tidak setuju sebanyak 34 orang dan

karena sudah masuk pada domain privat dari sang yang menyatakan tidak jelas sebanyak 6 orang.

pemimpin sehingga membutuhkan pembuktian Selanjutnya yang menyatakan setuju sebanyak 24

melalui fakta hukum di Pengadilan. orang dan yang menyatakan setuju sekali

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas sebanyak 25 orang responden. Tentunya hasil

menunjukkan bahwa persepsi responden atas jawaban dari suku melayu ini sesungguhnya

alasan partai kehilangan suara dapat dismpulkan alasan partai kehilangan suara dapat dismpulkan

sendiri.

perebutan kantong suara di masyarakat

terkait dengan menunjukkan presentase yang lebih kecil.

Selanjutnya

yang

permasalahan utama bangsa dan persepsi partai Sedangkan alasan partai kehilangan suara

pemenang responden berpendapat bahwa dikarenakan

persoalan utama bangsa adalah masalah Korupsi mementingkan

Kolusi dan Nepotisme pendapat responden ini bahwa mempunyai presentase lebih besar.

kelompoknya

menunjukkan

didukung oleh kenyataan bahwa masalah Selanjutnya terhadap alasan partai kehilangan

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan suara karena faktor pemimpinnya suka berfoya-

masalah yang mendasar yang harus diselesaikan foya dapat disimpulkan relatif lebih kecil.

karena telah terbukti bahwa Korupsi, Kolusi dan Adapun alasan partai kehilangan suara karena

menciptakan tingkat faktor gagal dalam mengatasi penyakit

Nepotisme

telah

kesenjangan sosial yang tinggi ditengah-tengah masyarakat.

masyarakat dan menyengsarakan rakyat ditambah Berdasarkan hal tersebut di atas persepsi

lagi dengan sorotan media yang berlebihan suku Melayu mengenai persoalan utama yang

terhadap masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme meyebabkan perjuangan suatu partai kurang

sehingga keadaan ini sangat mempengaruhi mendapat dukungan rakyat. Terhadap semua

dalam menentukan partai ternyata responden menyatakan bahwa

persepsi

responden

jawabannya. Sedangkan masalah kedua yang faktor yang sangat dominan adalah perebutan

harus diselesaikan oleh bangsa adalah masalah kantong suara di masyarakat dan pemimpin hanya

ekonomi (kemiskinan, mutu hidup rendah, mementingkan kelompok mereka. Jawaban

kenyataan ini responden ini sesungguhnya secara kenyataan

ketimpangan

ekonomi),

persoalan ekonomi memanglah benar karena ketika suatu partai

menujukkan

bahwa

merupakan persoalan yang dianggap mendasar politik pemimpinnya hanya mementingkan

oleh responden. Karena yang terkait dengan kelompok partainya maka ketika itu pula partai

masalah untuk mendapat pekerjaan dan politik itu tidak akan didukung secara penuh oleh

penghidupan yang layak merupakan hak asasi masyarakat karena bagaimana mungkin partai itu

manusia mendasar yang telah dijamin dan akan mendapat dukungan penuh oleh masyarakat

diamanatkan oleh konstitusi bahwa “setiap warga tatkala pemimpinnya berkarakter egosentris dan

negara berhak untuk mendapat pekerjaan dan etnosentrisme.

penghidupan yang layak”. Jawaban responden ini Berdasarkan hal tersebut di atas dapat

benarnya karena disimpulkan bahwa persepsi responden suku

sesungguhnya

ada

bagaimanapun masyarakat bisa berbicara masalah Melayu dalam melihat persepsi partai pemenang

politik, demokrasi, hukum takala secara ekonomi dan alasan kegagalan partai dapat disimpulkan

masyarakat masih lemah atau tidak memiliki sebagi berikut. Partai golkar persepsi partai

pekerjaan yang layak. Sehingga responden baik pemenang dan alasan kegagalan partai lebih

suku melayu maupun Minangkabau beranggapan banyak disebabkan karena perebutan kantong

bahwa masalah ekonomi merupakan masalah suara dan disusul karena faktor pemimpin lebih

utama bangsa yang harus diselesaikan. mementingkan kepentingan sendiri. Sedangkan

persentase permasalahan untuk partai PKS faktor yang lebih besar persepsi

Berdasarkan

bangsa adalah faktor ekonomi sebanyak 19 partai pemenang dan alasan kegagalan partai

peratus, sedangkan karena faktor pelayanan lebih banyak disebabkan karena faktor pemimpin

publik yang tidak optimal sebesar 7 peratus. lebih mementingkan kepentingan kelompok

Selanjutnya masalah Korupsi, Kolusi dan sendiri. Selanjutnya untuk partai demokrat lebih

Nepotisme menduduki persentase terbesar yaitu banyak disebabkan oleh karena faktor perebutan

40 peratus, sedangkan masalah karena kantong suara, sedangkan PAN antara faktor

pengangguran sebanyak 2 peratus. Adapun pemimpin mementingkan kelompok sendiri dan

masalah yang disebabkan karena pendidikan pemimpin suka berfoya-foya. Adapun partai

(SDM dan daya saing rendah) sebanyak 8peratus. lainnya lebih banyak disebabkan karena

Selanjutnya yang terkait dengan isu yang bangsa (50 peratus). Sedangkan pada responden paling mendukung bagi kemenangan suatu partai

minangkabau yang memiliki persepsi bahwa politik menurut responden adalah masalah

partai Golkar yang akan menang pemilu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme jawaban

didominasi oleh responden yang menganggap responden ini sejalan dengan masalah utama

bahwa masalah utama bangsa adalah masalah bangsa yang harus diselesaikan menyatakan

ekonomi (38 peratus).

bahwa masalah utama bangsa yang harus Kemudian terkait dengan hal yang harus diselesaikan adalah masalah Korupsi, Kolusi dan

diperjuangkan dan partai yang relevan menang Nepotisme dan pada kenyataannya pun responden

berdasarkan data lapangan bahwa masalah yang berpendapat bahwa isu yang harus diangkat oleh

harus diperjuangkan oleh partai politik menurut partai politik adalah masalah Korupsi, Kolusi dan

responden adalah masalah yang ada dimasyarakat Nepotisme, maka responden berpendapat kalau

terselesaikan kemudian menurut suku Melayu isu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang diangkat

masalah kedua yang harus diselesaikan adalah maka yang keluar sebagai pemenang adalah

memastikan tidak adanya politik uang dalam partai Golkar. Sedangkan kalau isu yang diusung

caleg dan masalah ketiga adalah pembagian DBH itu adalah masalah sosial budaya mayoritas

Migas. Persepsi responden ini sesungguhnya responden tetap menyatakan partai Golkar yang

pemikiran bahwa akan keluar sebagai pemenang. Sedangkan kalau

dilatarbelakangi

oleh

bagaimanapun caleg terpilih akan memiliki masalah pendidikan dan bencana alam sebagai isu

kualitas yang bagus tatkala para calegnya lahir yang diusung partai politik , maka responden

dari proses yang tidak benar yakni melalui money berpendapat yang keluar sebagai pemenang

politic (politik uang) sehingga nantinya ketika adalah PKS karena PKS mempunyai persentase

caleg terpilih sebagai wakil rakyat juga akan yang lebih besar dibandingkan partai golkar.

berpengaruh terhadap perilaku caleg yang Tetapi,

cenderung berpikir bagaimana mengembalikan berpendapat apapun isu yang akan diusung oleh

dana yang telah terkuras dalam proses partai politik dalam pemilu maka kecenderungan

pencalonan. sedangkan masalah kedua yang harus partai yang akan menang adalah partai Golkar

diselesaikan adalah masalah dana bagi hasil sebagaimana terlihat pada tabel di atas.

migas responden menempatkan masalah dana Persepsi masalah Negara dan pemenang

bagi hasil migas menempati masalah ketiga yang pemilu menurut suku responden dapat

ternyata responden disimpulkan sebagai berikut. Antara partai Golkar

harus

diselesaikan

menganggap bahwa masalah dana bagi hasil dan PKS, persentase partai golkar yang memilih

migas merupakan masalah yang harus masalah ekonomi lebih sedikit dibandingkan

diperjuangkan memang dalam konteks tata pola dengan PKS. Sedangkan untuk masalah Korupsi,

hubungan antara pemerintah pusat dan daerah Kolusi dan Nepotisme persentase PKS lebih besar

Riau menganggap bahwa selama ini Riau tidak dibandingkan dengan yang dipilih oleh partai

mendapat proporsi yang wajar dalam hal dana Golkar.

Begitu pula untuk masalah bagi hasil migas padahal Riau termasuk provinsi pengangguran, sosial budaya dan penegakan

penyumbang dana terbesar terhadap pemerintah hukum partai PKS lebih kecil persentasenya

pusat melalui perusahaan minyak PT. Chevron. dibandingkan dengan partai golkar. Sedangkan

Sehingga isu ini termasuk kategori yang harus untuk masalah pendidikan dan bencana alam,

diprioritaskan untuk diperjuangkan oleh partai PKS mempunyai persentase yang lebih besar

politik. Sementara isu-isu yang terkait dengan dibandingkan partai golkar.

masalah kesukuan ternyata menurut responden Dapat disimpulkan adanya korelasi antara

bukanlah merupakan masalah prioritas yang harus persepsi responden atas masalah bangsa dan

diperjuangkan seperti mempertahankan hak persepsi responden mengenai partai yang akan

istimewa orang melayu.

menang. Hasil analisis menunjukkan responden Ketika pada wacana mengenai hal-hal yang yang memilih PKS sebagai partai yang relevan

diperjuangkan partai, karakteristik adalah responden yang menganggap Korupsi,

harus

kesukuan responden terlihat cukup berpengaruh. Kolusi dan Nepotisme sebagai masalah utama

Sementara

suku

melayu mempersoalkan melayu mempersoalkan

kepemimpinan partai yang baik sebanyak 13 memfokuskan pada tidak adanya politik uang (60

peratus. masuk partai terdapat pada imej partai peratus). Hal ini menunjukkan adanya kaitan

baik dimana sebanyak 21 peratus responden. Baru antara karakteristik kesukuan responden dengan

disusul dengan alasan-alasan lainnya. persepsi responden mengenai apa yang harus

Berdasarkan hal tersebut di atas diperjuangkan oleh partai.

menunjukkan bahwa alasan responden masuk Berdasarkan

partai politik adalah karena dapat memberikan menunjukkan adanya keterkaitan antara persepsi

analisis

penyelidik

pelayanan terbaik mencapai jumlah persentase responden

terbesar, disusul partai dapat menyelesaikan diperjuangkan dengan partai apa yang relevan

masalah dan sisanya member peluang untuk untuk menang. Responden yang menganggap

mendapat proyek.

PKS pemenang adalah responden yang

lapangan alasan memperioritaskan pada isu tidak adanya politik

Berdasarkan

data

responden yang berasal memilih partai golkar, uang dalam pemilihan, sementara responden yang

persentase terbesar karena memberikan pelayanan memilih Golkar lebih mengutamakan penyelesian

terbaik, alasan responden ini dapat dimalumi masalah di dalam masyarakat sebagai hal yang

karena untuk level local government ternyata harus diperjuangkan oleh partai. Tetapi mayoritas

pemimpinnya banyak yang berasal dari partai responden sepakat, bahwa hal-hal utama yang

golkar sehingga responden beranggapan bahwa harus diperjuangkan partai di antaranya 1)

partai golkar mampu memberikan pelayanan penyelesaian masalah masyarakat, 2) memastikan

terbaik keadaan ini tentunya berbeda dengan tidak adanya politik uang dalam pemilihan calon

partai yang lain dimana kader-kadernya hanya legislatif, dan 3) pembagian DBH minyak.

duduk pada kekuasaan legislatif sehingga Ternyata isu-isu yang terkait dengan identitas

diapandang tidak terlalu menyentuh langsung kesukuan tidak terlalu mendapat tempat dari

dengan persoalan kebijakan (police). Baru responden sebagai sesuatu yang mendapat

selanjutnya disusul imej partai baik dan prioritas untuk diperjuangkan.

kemudian secara berurutan dibawahnya adalah Kemudian yang terkait dengan preferensi

karena pimpinan turun ke masyarakat dan responden terhadap partai responden memiliki

memberi peluang proyek. Sedangkan untuk partai kecenderungan untuk masuk pada partai golkar,

PKS, persentase terbesar adalah karena taat ternyata partai golkar masih mendapat tempat

beragama dan imej partai baik. dihati responden sebagai suatu partai yang akan

Alasan responden memilih partai golkar, dimasuki. Setelah itu baru disusul oleh PKS,

persentase terbesar karena memberikan pelayanan meskipun partai PKS merupakan partai yang

terbaik, disusul imej partai baik dan kemudian berasaskan islam ternyata tidak berpengaruh

secara berurutan dibawahnya adalah karena signifikan terhadap keputusan responden untuk

pimpinan turun ke masyarakat dan memberi menentukan pilihannya terhadap partai apa yang

peluang proyek. Sedangkan untuk partai PKS, akan dimasuki.

persentase terbesar adalah karena taat beragama Berdasarkan kenyataan tersebut dapat

dan imej partai baik.

disimpulkan bahwa responden yang masuk partai Kemudian yang terkait dengan preferensi golkar persentasenya lebih besar dibanding

partai dan isu yang seharusnya diperjuangkan dengan jumlah yang masuk partai lainnya yaitu

berdasarkan data lapangan menujukkan bahwa sebesar 83 peratus. Partai PKS sebesar 4 peratus,

berpendapat bahwa kemudian disusul PAN dan Demokrat sebesar

seluruh

responden

permasalahan ekonomi merupakan masalah 2peratus, dan sisanya sebesar 9 peratus.

utama yang harus diselesaikan karena Berdasarkan analisis penyelidik yang

beranggapan masalah ekonomi merupakan terkait dengan alasan responden ingin masuk

persoalan mendasar yang dihadapi oleh partai adalah keinginan untuk memberikan

politik harus pelayanan terhadap masyarakat sebanyak 40

memprioritaskan masalah ekonomi sebagai peratus, kemudian responden beralasan bahwa

masalah yang harus diperjuangkan. Sedangkan masalah yang harus diperjuangkan. Sedangkan

diperjuangkan oleh partai politik adalah masalah Kemudian terhadap partai yang menepati

ekonomi baru disusul dengan masalah-masalah janji responden berpendapat bahwa partai yang

lainnya. Sedangkan urutan kedua dari jawaban paling menempati janji adalah partai Golkar

responden menyatakan bahwa ekonomi Indonesia sebanyak 89,7 peratus responden suku melayu

memuaskan, baru disusul dengan jawaban sangat berpendapat partai golkar merupakan partai

tidak setuju, setuju dan setuju sekali. politik yang menempati janji. Kenyataan jawaban

Berdasarkan analisis penulis bahwa responden ini sesungguhnya juga didukung oleh

terhadap kondisi ekonomi Indonesia, maka suku fakta hampir disetiap kali pelaksanaan pesta

responden yang menjawab sangat tidak setuju demokrasi pemilihan umum partai Golkar relatif

lebih kecil. Sedangkan yang menjawab tidak memiliki perolehan suara yang stabil kalaupun

setuju, lebih besar jumlahnya. Sedangkan yang tidak sebagai pemenang pemilu setidak-tidaknya

menjawab tidak jelas dan setuju lebih besar masuk dalam urutan tiga besar baik perolehan

jumlahnya.

suara secara nasional maupun di tingkat Provinsi Persepsi responden mengenai keadaan ataupun Kabupaten/kota. Hal ini dapat kita

dengan karakteristik asumsikan bahwa ada hubungan yang erat antara

ekonomi

Indonesia

kesukuan. bahwa responden memilih tidak setuju pilihan responden dengan realitas politik

apabila keadaan ekonomi indonesia dikatakan perolehan suara partai Golkar dalam pemilu.

memuaskan. Berdasarkan hal tersebut di atas Kemudian baru disusul partai lainnya PKS, PDIP

yang terkait dengan keadaan ekonomi Indonesia dan partai lainnya yang dianggap partai yang

bahwa responden menganggap bahwa tidak setuju menepati janji.

ekonomi Indonesia memuaskan kalau yang Kemudian keterkaitan dengan partai yang

mereka pilih adalah partai Golkar jumlah menepati janji dan kemudian dimasuki oleh

responden sebanyak 38 peratus yang tidak jelas responden jumlah persentase terbesar adalah pada

sebanyak 36 peratus sedangkan yang tidak setuju partai golkar, disusul oleh PKS, PDIP dan partai

ekonomi Indonesia memuaskan kalau yang lainnya.

mereka pilih adalah PKS adalah sebanyak 4 Kemudian yang terkait dengan partai

peratus baru disusul dengan partai PAN, pemenang dalam pemilu responden tetap

Demokrat dan partai lainnya.

konsisten menyatakan bahwa partai yang akan dalam pemilu adalah partai golkar dan merupakan

Pola Perlakuan Politik Suku Melayu Pada

partai pilihan responden kenyataan ini

Pemilu Tahun 2004

sesungguhnya berbanding lurus dengan pendapat Untuk menentukan bagaimana pola responden yang menyatakan bahwa partai yang

perlakuan politik suku Melayu Pada Pemilu paling menempati janji adalah partai Golkar, baru

Tahun 2004 di kota Pekanbaru akan dilakukan disusul dengan partai-partai lainnya. Kenyataan

beberapa pendekatan yakni

ini juga menunjukkan bahwa meskipun partai

1. Pendekatan Sosiologis Golkar merupakan salah satu partai pilar di

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari zaman ordebaru ternyata tidak mempengaruhi

Eropa, kemudian di Amerika dan pendidikan sikap responden dalam menentukan pilihannya.

Eropa. Karena itu, dia disebut sebagai model Berdasarkan

sosiologi politik Eropa. David Denver, ketika menunjukkan tidak adanya korelasi antara

analisis

penyelidik

menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan persepsi responden mengenai partai yang relevan

masyarakat Inggris, untuk menang dengan minat responden pada

perilaku

pemilih

menyebutkan model ini sebagai social suatu partai.

determinism approach . Pendekatan ini pada Kemudian yang terkait dengan persepsi

dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial responden mengenai ekonomi bahwa responden

dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial berpendapat bahwa tidak setuju bahwa ekonomi

mempunyai pengaruh yang cukup signifikan Indonesia memuaskan. Jawaban ini sesungguhnya

dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. juga berbanding lurus dengan jawaban yang

Karakteristik

sosial

(seperti pekerjaan, (seperti pekerjaan,

Mereka melihat adanya analogi antara pasar wilayah, jenis kelamin, umur, dsb) merupakan

(ekonomi) dan perilaku pemilih (politik). Apabila faktor penting dalam menentukan pilihan politik.

secara ekonomi masyarakat dapat bertindak Pendek kata, pengelompokkan sosial seperti umur

secara rasional, yaitu mereka menekan ongkos (tua-muda), jenis kelamin (lelaki-perempuan),

sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan agama dan semacamnya dianggap mempunyai

yang sebesar-besarnya, maka dalam perilaku peranan yang cukup menentukan dalam

politik pun maka masyarakat akan dapat membentuk pengelompokkan sosial baik secara

bertindak secara rasional, yakni memberikan formal seperti keanggotaan seseorang dalam

suara ke Organisasi Partai Politik yang dianggap organisasi-organisasi keagamaan, pertemanan,

mendatangkan keuntungan yang sebesar- ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, yang

besarnya dan menekan kerugian. merupakan sesuatu yang sangat vital dalam

Dalam konteks pilihan rasional, ketika memahami perilaku politik seseorang, karena

pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan kelompok-kelompok inilah yang mempunyai

memilih partai atau calon presiden yang tengah peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi

berkompetisi, ia tidak akan melakukan pilihan dan orientasi seseorang.

pada pemilu. Hal ini dilandaskan pada kalkulasi

2. Pendekatan Psikologis ekonomi, di mana perhitungan biaya yang Bila pendekatan sosiologis berkembang di

dikeluarkan lebih besar dengan apa yang akan Amerika Serikat dan berasal daro Eropa Barat,

didapatnya kelak. Maka jalan terbaik bagi pemilih maka

adalah melakukan kegiatan atau aktivitas fenomena Amerika Serikat karena dikembangkan

Pendekatan ini juga sepenuhnya oleh Amerika Serikat melalui Survey

kesehariannya.

mengandaikan bahwa calon presiden atau partai Research Centre di Universitas Michigan. Oleh

yang bertanding akan berupaya dan berusaha karena itu, pendekatan ini juga disebut Mazhab

untuk mengemukakan pelbagai program untuk Michigan. Pelopor utama pendekatan ini adalah

menarik simpati dan keinginan pemilih memilih. Angust Campbell.

Namun, apabila partai ataupun calon presiden itu Pendekatan

gagal mempromosikan programnya pada pemilih, mengembangkan konsep psikologi terutama

maka pilihan untuk tidak memilih adalah rasional konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan

bagi pemilih.

perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat

4. Pemilih Kritis

dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada Proses untuk menjadi pemilih ini bisa proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut

terjadi melalui 2 hal yaitu pertama, jenis pemilih pendekatan ini, sosialisasilah sebenarnya yang

ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan menentukan perilaku memilih (politik) seseorang.

untuk menentukan kepada partai atau kontestan Oleh karena itu, pilihan seorang anak yang

pemilu mana mereka akan berpihak dan telah melalui tahap sosialisasi politik ini tidak

selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan jarang memilih partai yang sama dengan pilihan

yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa orang tuanya. Penganut pendekatan ini

juga terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik menjelaskan sikap seseorang sabagai refleksi dari

dahulu dengan program kerja yang ditawarkan kepribadian seseorang merupakan variabel yang

sebuah partai atau kontestan pemilu baru cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku

kemudian mencoba memahami nila-nilai dan politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan

faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah psikologis menekankan pada tiga aspek

kebijakan. Pemilih jenis ini adalah pemilih yang psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan

kritis, artinya mereka akan selalu menganalisis emosional pada suatu partai politik, orientasi

kaitan antara ideologi partai dengan kebijakan terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat.

yang akan dibuat.

3. Pendekatan Rasional

5. Pemilih Tradisional

Penggunaan pendekatan rasional dalam Jenis pemilih ini memiliki orientasi menjelaskan perilaku pemilih oleh ilmuwan

ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu

6. Pemilih Skepsis Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka melakukannya

secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi kondisi daerah atau negara ini.

Setelah melihat beberapa jenis pemilih, para kontestan pemilu nanti harus bisa memahami segala jenis pemilih dan berusaha merebut suara pemilih tersebut, yaitu tentunya melalui kampanye. Karena dengan memahami jenis pemilih yang ada, kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi semakin kuat. Mereka harus mampu meraih suara dari setiap jenis pemilih yang ada. Untuk itu mereka pada umumnya dukungan dari tokoh-tokoh ataupun hal-hal yang membuat setiap jenis pemilih di atas mau mendukung mereka dalam pemilu nanti.

Pola Perlakuan Suku Melayu.

Untuk menentukan Pola Perlakuan Suku Melayu dalam Pemilu Tahun 2004 dapat dilihat dari hasi Pemilu Tahun 2004 sebagai berikut:

Tabel VI.2: Rekapitulasi Perolehan Suara Dan Kursi Parpol Di Kota Pekanbaru

No Nama Partai Perolehan

Suara Parpol

Perolehan Suara Calon

Total Suara*

Perole han Kursi

Prosent ase Kursi

PNI-M PBSD PBB

F- Merdeka PPP PPDK PPIB PNBK P. Demokrat PKPI PPDI PPNUI PAN PKPB PKB PKS PBR PDI-P PDS GOLKAR P. Patriot

P. Pelopor TOTAL

Sumber Data: KPU Kota Pekanbaru. Berdasarkan tabel hasil rekapitulasi pemilu

dan PAN. Melihat fenomena tersebut di atas Tahun 2004 di kota Pekanbaru tersebut di atas

terlihat jelas bahwa Partai dengan ideologi agama terlihat jelas bahwa partai pemenang dari total

masih mendapat tempat dihati pemilih pada keseluruhan Daerah Pemilihan di Kota Pekanbaru

pemilu tahun 2004 dikota Pekanbaru, hal ini yakni Partai Golkar dengan perolehan kursi 26,

dibuktikan dengan keberhasilan PKS, PBB, PBR,

67 peratus, disusul PAN dan PKS dengan dan PPP menempatkan wakil-wakil mereka di perolehan kursi 25,56 Peratus, pada urutan ketiga

kursi legislatif. Persoalannya apakah Suku ditempati Partai Demokrat dan PPP dengan

Melayu yang identik dengan nilai-nilai perolehan Kursi 8,89 peratus, kemudian disusul

keislamannya juga menjatuhkan pilihannya pada oleh PBB, PDS, dan PDI Perjuangan dengan 6,67

partai-partai yang berideologi islam. Peratus, dan pada posisi terakhir ditempati oleh

Berdasarkan hasil lapangan ternyata PBR dengan perolehan kursi 4,47 Peratus.

perolehan suara partai-partai Islam signifikan Berdasarkan hasi akhir perolehan kursi

pada daerah pemilihan dipinggir kota dalam hal tersebut di atas, adapun Partai Politik yang

ini adalah, Kecamatan Senapelan, Kecamatan berideologi agama adalah PKS, PPP, PBR, PBB

Bukit Raya, Kecamatan Sukajadi dan Kecamatan yang merupakan Partai Politik dengan ideologi

Rumbai.

agama yakni Islam, kemudian PDS yang Sedangkan nama-nama calon terpilih dan berideologi Agama dalam hal ini Kristen,

tempat kelahiran dapat dilihat pada tabel berikut sedangkan Partai Politik dengan ideologi

ini.

Nasionalis yakni Partai Golkar, PDI Perjuangan

Tabel VI.3: Tabel Nama Calon Terpilih Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2004 di Kota Pekanbaru.

No Nama

Calon Asal Partai

Tempat Lahir Perolehan

Terpilih

Suara

1. Muhammad Navis

Lubuk Jambi

4. Moh. Roem Zein

5. Said Usman

6. UmrahHM Thaib

7. Aprizal DS

8. Yusuf Taha

Partai Demokrat

Solok

9. Noviwaldy Jusman Partai Demokrat

Partai Demokrat

Partai Demokrat

Kepala Koto

13. Slamet Nasron

14. Susi Herlinda

15. Adrian Ali

16. Sondia Warman

PAN

Pekanbaru

17. Abu Nawas

19. Ayat Cahyadi

19. Haris Jumadi

20. Dedy Villa

22. Rico Rialdo

23. M. Fadri AR

24. T. Juhar Usnan

Bagan Siapi-

Api

26. Said Abdul Jalil

27. T.R. Sitompul

29. Parsaoran L Tobing PDS

Tarutung

30. Immanuel David

PDS

Bukit Tinggi

31. Parasian Sinaga

Partai Golkar

Partai Golkar

Pati

34. M.Dadang Antoni

Partai Golkar

Pekanbaru

35. Marsuki S

Partai Golkar

TalukKuantan

36. Syafri Effendi

Partai Golkar

Partai Golkar

Pekanbaru

38. Akmal Dt Adham

Partai Golkar

Sei Pakning

39. Herman Junaidi

Partai Golkar

Pekanbaru

40. El Jufri

Partai Golkar

Kuntu

41. Teguh Pribadi

Partai Golkar

Pekanbaru

42. Zaini Chan

Partai Golkar

Partai Golkar

Rasau Sari

Sumber : KPU Pekanbaru. Berdasarkan data tersebut di atas, kalau kita

jawaban hanya 5 peratus saja yang mendasarkan lihat faktor mesin partai masih berpengaruh bagi

pada faktor kesukuan. Ketika ditanya apa kriteria penentuan pilihan masyarakat terhadap para

untuk menentukan kesukuannya responden suku calon, hal ini terlihat Partai Golkar sebagai Partai

melayu memberikan jawaban dari bahasa yang Politik yang sudah berpengalaman menjadi Partai

digunakan sehari-hari sebanyak 20 peratus, dari Politik yang paling banyak menempatkan

tempat lahir sebanyak 15 peratus. Kemudian kadernya di kursi legislatif, baru disusul partai

pemilih suku Melayu yang menentukan pilihan yang lain. Selanjutnya berdasarkan data yang

terhadap calon legislatif atas dasar visi dan misi peroleh dapatkan dilapangan pada saat pemilu

perjuangan hanya menjawab 10 peratus saja, yang tahun 2004, pemilih suku Melayu memberikan

menjawab atas dasar hal tersebut. Oleh karena itu jawaban dalam menentukan pilihannya karena

dapat disimpulkan bahwa pola perlakuan suku faktor figur memberikan jawaban 89 peratus baru

Melayu dalam pemilihan umum tahun 2004 di disusul dengan alasan lain seperti kedekatan

Kota Pekanbaru termasuk pola perlakuan yang keluarga, faktor jenis kelamin, kesukuan.

rasional karena tidak terikat pada faktor kesukuan Sedangkan terkait dengan aspek kesukuan

dalam menentukan pilihan politiknya. dalam menentukan pilihan terhadap para calon

Selanjutnya akan diuraikan bagaimana pola legislatif pemilih suku Melayu memberikan

perlakuan suku Melayu dalam Pemilihan Presiden perlakuan suku Melayu dalam Pemilihan Presiden

bentuk tabel hasil pemilihan Presiden dan Wakil pola perlakuan suku Melayu dalam Pemilihan

nasional. Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 di kota

Presiden

secara

Tabel VI.4: Tabel Hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004. NO NAMA PASANGAN PEROLEHAN SUARA PERSENTASE CALON PRESIDEN/WAPRES

Salahuddin Wahid

2. Megawati Dan Hasyim

3. Amien Rais

Siswono Ydhohusodo

4. Susilo Bambang

Muhammad Jusuf Kalla

5. Hamzah Haz

Agum Gumelar. Jumlah Suara Sah

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_partai_politik_Indonesia Terkait dengan pemilihan Presiden dan

Melayu yang memilih Amien Rais dan Siswono Wakil Presiden Tahun 2004, pemilih suku

Yudhohusudo 15 peratus dengan alasan faktor Melayu pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

merupakan tokoh mayoritas yakni sebanyak 67 Peratus mengatakan

Muhammadiyah sehingga suku Melayu yang aktif memilih pasangan Susilo Bambang Yudhoyono

diorganisasi Muhammadiyahpun memilih Amien dan Muhammad Jusuf Kalla, adapun alasan

Rais dan Siswono Yudihusodo sebagai Presiden mengapa memilih Susilo Bambang Yudhoyono

dan Wakil Presiden. sisanya suku Melayu dan Muhammad Juzuf Kalla pemilih suku

memberikan suaranya pada tiga pasangan Melayu beralasan karena SBY merupakan sosok

lainnya.

yang memiliki tutur kata yang santun dan Sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal memiliki penampilan yang baik. Keadaan ini

6A ayat (4) “Dalam hal tidak ada pasangan calon sejatinya dalam konteks realitas politik juga

Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua didukung oleh simpati masyarakat terhadap SBY

pasangan calon yang memperoleh suara yang terdepak dari kabinet Megawati karena

terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan konflik

umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan natabenenenya suami Presiden Megawati ketika

pasangan yang memperoleh suara terbanyak itu. Jadi, bukan saja Suku Melayu yang memiliki

dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. persepsi demikian orang di luar suku Melayupun

adapun pasangan calon Presiden dan Wakil memiliki persepsi yang sama hal ini didukung

Presiden yang maju pada putaran kedua adalah fakta dengan kemenangan Pasangan Susilo

Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf

Muhammad Jusuf Kalla dan Megawati Kalla pada pemilu Presiden putaran pertama dan

Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi. Adapu hasil kedua pada tahun 2004, yang merupakan pemilu

perolehan suara kedua pasangan pada putaran Presiden dan Wakil Presiden pertama yang

kedua adalah sebagai berikut. dilaksanakan secara langsung. Sedangkan suku

Tabel VI.5: Tabel Hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 Putaran Kedua. NO NAMA PASANGAN CALON JUMLAH

PERSENTASE

PRESIDEN DAN WAKIL SUARA PRESIDEN

2. Hj. Megawati Soekarnoputri dan 44.990.704

Hasyim Muzadi

4. Susilo Bambang Yudhoyono dan 69.266.350

Muhammad Jusuf Kalla Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_partai_politik_Indonesia

Pada putaran kedua pemilihan Presiden Dan kenyataan yang statis melainkan berubah dan Wakil Presiden berdasarkan data lapangan

berkembang sepanjang masa. penulis 90 peratus suku Melayu dalam pemilihan

kondisi geografis Presiden Dan Wakil Presiden putaran kedua

Kedua,

faktor

memberikan pengaruh dalam perilaku politik menjatuhkan pilihannya pada pasangan Susilo

masyarakat sebagai kawasan geostrategis, Bambang Yudhoyono dan Juzuf Kalla dengan

walaupun kemajemukan budaya Indonesia alasan sama dengan alasan pada putaran kedua,

merupakan hal yang rawan bagi terciptanya begitu juga dengan suku Melayu yang pada

ini mempengaruhi putaran pertama memilih pasangan Amien Rais

disintegrasi.

Kondisi

perbedaan tingkat partisipasi politik masyarakat, dan Siswono Yudhohusodo juga memilih

kesenjangan pemerataan bangunan, kesenjangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Juzuf

informasi, komunikasi, teknologi mempengaruhi Kalla dengan alasan pasangan Susilo Bambang

proses sosialisasi politik.

Yudhoyono dan Juzuf Kalla lebih memberi Ketiga, faktor budaya politik memiliki harapan dan juga dipengaruhui oleh faktor

pengaruh dalam perilaku politik masyarakat. Hasyim Muzadi yang digandeng Megawati

Berfungsinya budaya politik ditentukan oleh Soekarnoputri sehingga ada kesan pemilih Suku

tingkat keserasian antara kebudayaan bangsa dan Melayu yang aktif diorganisasi Muhammaddiyah

struktur politiknya. Kemajuan budaya Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor Hasyim Muzadi

memepengaruhi budaya budi bangsa. Berbagai yang merupakan tokoh Nahdatul Ulama, sehingga

budaya daerah pada masyarakat Indonesia mereka lebih memilih pasangan Susilo Bambang

berimplikasi pada terciptanya sebuah bentuk Yudhoyono dan Juzuf Kalla. Berdasarkan uraian

perilaku politik dengan memahami budaya politik di atas apabila diletakkan dalam konteks

masyarakat yang dipandang penting untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, maka

memahami perilaku politik.

pola perlakuan suku Melayu dalam menentukan Keempat, perilaku politik masyarakat pilihannya terhadap pasangan Presiden dan Wakil

dipengaruhi oleh agama dan keyakinan. Agama Presiden masuk dalam kategori pola perlakuan

telah memberikan nilai etika dan moral politik melalui pendekatan Pisikologis.

yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam perilaku politiknya. Keyakinan merupakan

Faktor Yang Mempengaruhi Pola Perlakuan

acuan yang penuh dengan norma-norma dan

Politik Suku Melayu Pada Pemilu Tahun 2004