Chapter I Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Pembangunan Jembatan Rel Kereta Api
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai
bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi K3 itu sendiri, beberapa faktor yang
mempengaruhi K3 antara lain (Management of health and safety at work, 1999):
1. Tempat kerja (workplaces)
2. Peralatan
3. Tenaga kerja
Sesuai dengan Permenaker Nomor 03/MEN/1988:
1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia atau harta benda.
2) Kejadian Berbahaya adalah suatu kejadian yang potensial yang dapat
menyebabkan kerja atau penyakit kerja kecuali kebakaran, peledakan dan
bahaya pembuangan limbah.
12
Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai
tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap
harinya akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan
Negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan
kerja. Sementara menurut data International Labor Organization (ILO), di
Indonesia rata – rata pertahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total
jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur
hidup.
Di Indonesia Sistem Manajemen K3 didefenisikan sebagai “bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapain, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif” (Peraturan Menteri Tenaga Kerja.
Nomor: PER. 05/MEN/1996).
Prinsip dasar SMK3 sebenarnya sudah ada dalam perundang-undangan
sejak tahun 1970. Dalam peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi bagaimana penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
13
pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung sesuai dengan PER.
05/MEN/1996 yang dilihat dari tingkat keberhasilan penerapannya. Evaluasi
penerapan SMK3 dilaksanakan di proyek ini karena proyek tersebut memiliki
beberapa kasus kecelakaan kerja seperti pekerja tertusuk benda – benda tajam
disekitar area proyek, pekerja tergelincir karena lokasi proyek yang becek dan
kurangnya pemahaman pekerja mengenai pentingnya mengenakan peralatan
safety, dll.
1.2. RumusanMasalah
Dengan memperhatikan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang,
maka muncul permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan dan tingkat keberhasilan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan
Jembatan rel kereta api?
2. Faktor apa saja yang menghambat penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan penerapan dan tingkat keberhasilan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
pembangunan jembatan rel kereta api.
2. Mengetahui faktor penyebab terhambatnya penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek ini.
14
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, menjadi sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari bangku perkuliahan yang dituangkan dalam suatu penelitian
terhadap studi kasus dilapangan.
2. Masyarakat jasa konstruksi sebagai bahan bagi perusahaan-perusahaan
penyedia jasa yang baru akan memulai penerapan SMK3 di perusahaan
masing-masing.
3. Bagi
pelaku
konstruksi,
dapat
menjadi
bahan
masukan
dalam
mempertimbangkan penerapan Sistem Manajemen K3 dalam proyek
konstruksi.
1.5. Batasan Masalah
1. Evaluasi penerapan Sistem Manajemen K3 adalah pada proyek
pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
2. Tidak ditinjau dari aspek finansial yang disediakan untuk Sistem
Manajemen K3 di proyek tersebut.
3. Tidak ditinjau dari peraturan SMK3 yang diberlakukan di proyek.
1.6. Review Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Evaluasi penerapanSistemManajemenKeselamatandanKesehatanKerja
(SMK3) pada proyek pembangunan (Studi kasus : Siloam Hospital, Jalan
Imam Bonjol, Medan)
Peneliti : Sherly Meyklya Sembiring
15
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah
ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua
metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada
proyek pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner.
Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan
penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan
perincian: Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan
Operasi Kegiatan (91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%).
Maka diperoleh total penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam
kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak
untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.
2. Judul : Peranan Manajemen K3 dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja
Konstruksi
Peneliti : Bambang Endroyo
Satu dari beberapa karakteristik proyek konstruksi yaitu mempunyai resiko
yang tinggi terhadap kecelakaan. Dengan semakin banyaknya penggunaan alatalat kerja yang canggih, walaupun telah dilengkapi dengan sistem keamanan,
resiko kecelakaan tetap semakin besar. Selanjutnya sesuai teori Maslow,
kebutuhan rasa aman akan muncul setelah kebutuhan tingkat pertama (phikis dan
biologis) terpenuhi, sehingga mulai sekarang keselamatan merupakan hal yang
harus diusahakan pemenuhannya. Teori lama menganggap bahwa kecelakaan
16
terjadi karena kesalahan pekerja (individual). Sekarang, kecelakaan dianggap
akibat dari faktor organisasi dan manajemen yang salah. Sejalan dengan teoriteori terbaru, maka peran manajemen sangat berarti dalam pencegahan
kecelakaan. Dalam tulisan ini, peran manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dibahas dari fungsi-fungsi manajemen, sumber-sumber daya yang
digunakan, dan aspek lain yang relevan.
Dengan meningkatnya penggunaan alat-alat yang lebih canggih dan tantangan
pekerjaan teknik sipil yang semakin sulit, maka angka kecelakaan kerja konstruksi
bisa semakin tinggi. Sedangkan pada pihak pekerja, kebutuhan akan keselamatan
kian menjadi tuntutan seiring dengan telah mulai terpenuhinya kebutuhan
kebutuhan dasar. Oleh karena itu mulai sekarang harus ada usaha-usaha serius
untuk mengurangi kecelakaan kerja konstruksi. Manajemen K3 sangat berperan
dalam pencegahan kecelakaan di proyek konstruksi. Peran tersebut mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Selanjutnya dapat pula
ditinjau dari komponen manusia, material, uang, mesin/alat, metode kerja,
informasi.
3. Judul : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa
Konstruksi
Peneliti : Syahril Effendy Pasaribu
Pengembangan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada Proyek Industri
Jasa Konstruksi ditangani secara serius dengan berpedoman kepada ketentuan
Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berkaitan dengan keselamtan dan kesehatan kerja. Untuk melaksanakan hal
ini maka perusahaan jasa konstruksi harus menerapkan sistem sistem manajemen
17
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di proyek dengan melibatkan pihak
manajemen dan pekerja dengan pengawasan dari pemerintah. Penerapannya harus
dilaksankan secara terintegrasi dengan mengacu pada keadaan dan perkembangan
proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaan.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek jasa konstruksi
bertujuan melindungi pekerja dan sekaligus tempat kerjanya agar perusahaan
berdiri kokoh dan berkembang dan tidak terganggu karena kecelakaan kerja
maupun kerena gangguan kesehatan yang berakibat mengurangi kondisi fisik
pekerja.
4. Judul : Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja
(Studi Kasus : PT. X, Sidoarjo)
Peneliti : Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang melekat dalam
dunia industri. Di Indonesia penyebab tingginya angka kecelakaan kerja salah
satunya disebabkan karena kurangnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3). PT. X, merupakan perusahaan yang belum
menerapkan SMK3 sedangkan lingkungan kerja perusahaan cukup mengandung
potensi bahaya. Kecelakaan kerja sering terjadi dikarenakan pekerja sering
melakukan tindakan tidak aman (unsafe behaviour). Penelitian ini dilakukan
untuk mengevaluasi SMK3 perusahaan dan mendapatkan penyebab dari unsafe
behaviour pekerja dengan menggunakan root cause analysis serta solusi
perbaikan digunakan HFMEA. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak
46 kriteria SMK3 belum terpenuhi. Sedangkan penyebab dari unsafe behaviour
18
pekerja adalah fasilitas dan APD yang tidak nyaman untuk digunakan, suhu
ruangan yang panas, kurangnya safety sign, kurangnya fungsi kontrol manajemen,
dan tidak adanya peraturan yang tegas. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa
kondisi lingkungan kerja PT. X saat ini berpotensi mengganggu kesehatan
manusia. Perilaku kerja yang tidak aman (unsafe behaviour) juga sering terjadi di
perusahaan ini, seperti membawa handphone (HP) saat mengoperasikan mesin,
bekerja dengan sikap kerja yang tidak aman, bekerja dengan kondisi mesin tanpa
penutup, serta kesadaran pekerja dalam penggunaan APD yang tergolong masih
rendah, walaupun nyatanya APD sudah disediakan oleh perusahaan seperti sarung
tangan, earplug, masker, sepatu karet, dan fingercoat. Permasalahan ini
membuktikan bahwa safety behaviour pekerja masih sangat rendah. Selain itu
penelitian ini juga menghasilkan rancangan dan prosedur SMK3 yang mengacu
pada Permenaker 05/MEN/1996.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab.Masingmasing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian
diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I:
PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penulisan, batasan masalah, review jurnal sebelumnya,
diagram alir penelitian dan sistematika penulisan.
19
BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti
langsung dalam studi kasus pembangunan jembatan rel kereta api,
serta teori Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) menurut undang-undang Indonesia.
BAB III:
METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara
pengumpulan data dalam studi kasus pada proyek pembangunan
jembatan rel kereta api.
BAB IV:
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang ada di lapangan, serta memuat perbandingan dan
kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan penerapan SMK3
menurut undang-undang.
BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperlukan
atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
20
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai
bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang (Prasetyo, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi K3 itu sendiri, beberapa faktor yang
mempengaruhi K3 antara lain (Management of health and safety at work, 1999):
1. Tempat kerja (workplaces)
2. Peralatan
3. Tenaga kerja
Sesuai dengan Permenaker Nomor 03/MEN/1988:
1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia atau harta benda.
2) Kejadian Berbahaya adalah suatu kejadian yang potensial yang dapat
menyebabkan kerja atau penyakit kerja kecuali kebakaran, peledakan dan
bahaya pembuangan limbah.
12
Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai
tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap
harinya akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan
Negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal per hari karena kecelakaan
kerja. Sementara menurut data International Labor Organization (ILO), di
Indonesia rata – rata pertahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total
jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur
hidup.
Di Indonesia Sistem Manajemen K3 didefenisikan sebagai “bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapain, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif” (Peraturan Menteri Tenaga Kerja.
Nomor: PER. 05/MEN/1996).
Prinsip dasar SMK3 sebenarnya sudah ada dalam perundang-undangan
sejak tahun 1970. Dalam peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi bagaimana penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
13
pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung sesuai dengan PER.
05/MEN/1996 yang dilihat dari tingkat keberhasilan penerapannya. Evaluasi
penerapan SMK3 dilaksanakan di proyek ini karena proyek tersebut memiliki
beberapa kasus kecelakaan kerja seperti pekerja tertusuk benda – benda tajam
disekitar area proyek, pekerja tergelincir karena lokasi proyek yang becek dan
kurangnya pemahaman pekerja mengenai pentingnya mengenakan peralatan
safety, dll.
1.2. RumusanMasalah
Dengan memperhatikan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang,
maka muncul permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan dan tingkat keberhasilan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan
Jembatan rel kereta api?
2. Faktor apa saja yang menghambat penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan penerapan dan tingkat keberhasilan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
pembangunan jembatan rel kereta api.
2. Mengetahui faktor penyebab terhambatnya penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek ini.
14
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, menjadi sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari bangku perkuliahan yang dituangkan dalam suatu penelitian
terhadap studi kasus dilapangan.
2. Masyarakat jasa konstruksi sebagai bahan bagi perusahaan-perusahaan
penyedia jasa yang baru akan memulai penerapan SMK3 di perusahaan
masing-masing.
3. Bagi
pelaku
konstruksi,
dapat
menjadi
bahan
masukan
dalam
mempertimbangkan penerapan Sistem Manajemen K3 dalam proyek
konstruksi.
1.5. Batasan Masalah
1. Evaluasi penerapan Sistem Manajemen K3 adalah pada proyek
pembangunan jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
2. Tidak ditinjau dari aspek finansial yang disediakan untuk Sistem
Manajemen K3 di proyek tersebut.
3. Tidak ditinjau dari peraturan SMK3 yang diberlakukan di proyek.
1.6. Review Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Evaluasi penerapanSistemManajemenKeselamatandanKesehatanKerja
(SMK3) pada proyek pembangunan (Studi kasus : Siloam Hospital, Jalan
Imam Bonjol, Medan)
Peneliti : Sherly Meyklya Sembiring
15
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah
ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua
metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada
proyek pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner.
Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan
penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan
perincian: Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan
Operasi Kegiatan (91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%).
Maka diperoleh total penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam
kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak
untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.
2. Judul : Peranan Manajemen K3 dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja
Konstruksi
Peneliti : Bambang Endroyo
Satu dari beberapa karakteristik proyek konstruksi yaitu mempunyai resiko
yang tinggi terhadap kecelakaan. Dengan semakin banyaknya penggunaan alatalat kerja yang canggih, walaupun telah dilengkapi dengan sistem keamanan,
resiko kecelakaan tetap semakin besar. Selanjutnya sesuai teori Maslow,
kebutuhan rasa aman akan muncul setelah kebutuhan tingkat pertama (phikis dan
biologis) terpenuhi, sehingga mulai sekarang keselamatan merupakan hal yang
harus diusahakan pemenuhannya. Teori lama menganggap bahwa kecelakaan
16
terjadi karena kesalahan pekerja (individual). Sekarang, kecelakaan dianggap
akibat dari faktor organisasi dan manajemen yang salah. Sejalan dengan teoriteori terbaru, maka peran manajemen sangat berarti dalam pencegahan
kecelakaan. Dalam tulisan ini, peran manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dibahas dari fungsi-fungsi manajemen, sumber-sumber daya yang
digunakan, dan aspek lain yang relevan.
Dengan meningkatnya penggunaan alat-alat yang lebih canggih dan tantangan
pekerjaan teknik sipil yang semakin sulit, maka angka kecelakaan kerja konstruksi
bisa semakin tinggi. Sedangkan pada pihak pekerja, kebutuhan akan keselamatan
kian menjadi tuntutan seiring dengan telah mulai terpenuhinya kebutuhan
kebutuhan dasar. Oleh karena itu mulai sekarang harus ada usaha-usaha serius
untuk mengurangi kecelakaan kerja konstruksi. Manajemen K3 sangat berperan
dalam pencegahan kecelakaan di proyek konstruksi. Peran tersebut mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Selanjutnya dapat pula
ditinjau dari komponen manusia, material, uang, mesin/alat, metode kerja,
informasi.
3. Judul : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Industri Jasa
Konstruksi
Peneliti : Syahril Effendy Pasaribu
Pengembangan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada Proyek Industri
Jasa Konstruksi ditangani secara serius dengan berpedoman kepada ketentuan
Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berkaitan dengan keselamtan dan kesehatan kerja. Untuk melaksanakan hal
ini maka perusahaan jasa konstruksi harus menerapkan sistem sistem manajemen
17
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di proyek dengan melibatkan pihak
manajemen dan pekerja dengan pengawasan dari pemerintah. Penerapannya harus
dilaksankan secara terintegrasi dengan mengacu pada keadaan dan perkembangan
proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaan.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek jasa konstruksi
bertujuan melindungi pekerja dan sekaligus tempat kerjanya agar perusahaan
berdiri kokoh dan berkembang dan tidak terganggu karena kecelakaan kerja
maupun kerena gangguan kesehatan yang berakibat mengurangi kondisi fisik
pekerja.
4. Judul : Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja
(Studi Kasus : PT. X, Sidoarjo)
Peneliti : Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang melekat dalam
dunia industri. Di Indonesia penyebab tingginya angka kecelakaan kerja salah
satunya disebabkan karena kurangnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3). PT. X, merupakan perusahaan yang belum
menerapkan SMK3 sedangkan lingkungan kerja perusahaan cukup mengandung
potensi bahaya. Kecelakaan kerja sering terjadi dikarenakan pekerja sering
melakukan tindakan tidak aman (unsafe behaviour). Penelitian ini dilakukan
untuk mengevaluasi SMK3 perusahaan dan mendapatkan penyebab dari unsafe
behaviour pekerja dengan menggunakan root cause analysis serta solusi
perbaikan digunakan HFMEA. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak
46 kriteria SMK3 belum terpenuhi. Sedangkan penyebab dari unsafe behaviour
18
pekerja adalah fasilitas dan APD yang tidak nyaman untuk digunakan, suhu
ruangan yang panas, kurangnya safety sign, kurangnya fungsi kontrol manajemen,
dan tidak adanya peraturan yang tegas. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa
kondisi lingkungan kerja PT. X saat ini berpotensi mengganggu kesehatan
manusia. Perilaku kerja yang tidak aman (unsafe behaviour) juga sering terjadi di
perusahaan ini, seperti membawa handphone (HP) saat mengoperasikan mesin,
bekerja dengan sikap kerja yang tidak aman, bekerja dengan kondisi mesin tanpa
penutup, serta kesadaran pekerja dalam penggunaan APD yang tergolong masih
rendah, walaupun nyatanya APD sudah disediakan oleh perusahaan seperti sarung
tangan, earplug, masker, sepatu karet, dan fingercoat. Permasalahan ini
membuktikan bahwa safety behaviour pekerja masih sangat rendah. Selain itu
penelitian ini juga menghasilkan rancangan dan prosedur SMK3 yang mengacu
pada Permenaker 05/MEN/1996.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab.Masingmasing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian
diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I:
PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penulisan, batasan masalah, review jurnal sebelumnya,
diagram alir penelitian dan sistematika penulisan.
19
BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti
langsung dalam studi kasus pembangunan jembatan rel kereta api,
serta teori Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) menurut undang-undang Indonesia.
BAB III:
METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara
pengumpulan data dalam studi kasus pada proyek pembangunan
jembatan rel kereta api.
BAB IV:
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang ada di lapangan, serta memuat perbandingan dan
kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan penerapan SMK3
menurut undang-undang.
BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperlukan
atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
20