sinopsis 99 cahaya di langit eropa

SINOPSIS,
UNSUR INTRINSIK,
UNSUR EKSTRINSIK,

NOVEL
“99 CAHAYA DI LANGIT EROPA”

Nama : Muhammad Anggi Imaduddin
Kelas : XII IPA 2
SMAN 1 CILAKU CIANJUR

99 Cahaya Di Langit Eropa

Novel ini menceritakan perjalanan Hanum Salsabiela Rais dan
suaminya Rangga Almahendra di negara-negara Eropa seperti Wina
Austria, Paris Perancis, Cordoba dan Granada dimana tempat agama Islam
menjadi minoritas. Dan yang terakhir dikunjunginnya adalah Istanbul Turki
yang merupakan negara Islam di Eropa. Mereka mengamati sejarahsejarah kejayaan Islam di beberapa negara Eropa.
Perjalanan pertama dimulai di kota Wina, Austria. Hanum mengikuti
suaminya Rangga mendapat beasiswa studi doktoral di Wina, Austria.
Hanum bekerja di kampus suaminya. Hanum memiliki sahabat saat di

Wina yang bernama Fatma Pasha. Fatma merupakan orang Turki yang
berteman dengan Hanum dalam kursus Bahasa Jerman. Hanum mengenal
Fatma sebagai orang yang pantang menyerah serta sabar karena ia jatuh
bangun untuk mengirim puluhan surat lamaran pekerjaan tetapi tidak ada
yang mau menerimanya, akibat dalam pas foto ia mengenakan hijab.
Fatma juga memiliki seorang anak bernama Ayse yang berumur 3 tahun.
Suatu hari mereka pergi ke Kahlenberg, suatu bukit atau
pegunungan di Wina. Disana Hanum melihat pemandangan indah kota
Wina yang dibelah oleh sebuah sungai yang bernama Danube. Fatma
menunjuk sebuah mesjid kepada Hanum yang jauh dari ketinggian. Mesjid
itu merupakan pusat peribadatan umat Islam terbesar di Wina yang
bernama Vienna Islamic Center. Akibat Ayse tidak kuat menahan dingin,
Hanum mengajak Fatma ke gereja Saint Joseph untuk mehangatkan diri
dari udara yang dingin. Setelah itu mereka pergi ke Kafeteria untuk
menikmati roti croissant serta secangkir cappucino. Disana Hanum
mendengar ledekan turis-turis kepada Islam dengan cara memakan rakus
roti croissant yang merupakan lambang dari negara turki, tempat asal
Fatma. Tetapi, karena Fatma berhati mulia, ia membalas turis-turis itu
dengan membayarkan seluruh tagihan makanannya lalu mengajak
berkenalan melalui Email. Fatma mengerti turis-turis berkata seperti itu

karena dahulu Turki pernah dipukul mundur di Kehlenberg setelah sempat
mengepung kota Wina. Fatma juga berusaha untuk menjadi agen Islam
yang baik di Eropa dan dari semua itu banyak pelajaran berharga bagi
Hanum.
Di kursus Bahasa Jerman, Fatma dan Hanum diberi tugas untuk
presentasi tentang salah satu topik berita di koran. Mereka memilih
mengambil topik dari koran lokal Oesterreich. Karena sistem jual di Austria
yang unik yaitu melatih kejujuran, sehingga bisa mengambil koran tanpa
harus membayar, ataupun bayar seikhlasnya. Saat itu, Hanum tidak
membawa uang sehingga ia terpaksa mengambil koran tanpa bayar.
Fatmapun mengajak Hanum untuk ke restoran yang menerapkan sistem
bayar dengan keikhlasan.
Hanum bersama dengan Rangga bertemu dan berkenalan dengan
Fatma dan suaminya Selim serta Ayse anak Fatma. Mereka bertemu di
restoran yang dijanjikan oleh Fatma. Restoran ala Pakistan bernama Der

Wiener Deewan yang menerapkan sistem “Makan sepuasnya, bayar
seikhlasnya”. Hanum dan Rangga mencoba memahami logika yang
digunakan pemilik restoran yaitu Natalie, dan Fatma memberikan
pengertian bahwa sisi terindah dari manusia adalah kedermawanaan.

Berderma dan berzakat untuk membersihkan diri sepanjang waktu.
Hanum dan Ranggapun mendapatkan pelajaran Islam yang sesungguhnya
di restoran kecil tersebut.
Hari itu Fatma mengajak Hanum ke istana ikon Wina, Schoenbrunn.
Fatma menjelaskan mengenai lukisan-lukisan yang ada di Schoenbrunn
kepada Hanum, seperti lukisan Ratu Austria Maria Theresa. Salah satu
anak dari lukisan Maria Theresa merupakan Marie Antoinette yang
memantik lahirnya revolusi Prancis. Fatma menjelaskan bahwa Maria
Theresa yang merupakan istri dari Raja Prancis selalu menggelar pesta
mewah dan menyuguhkan roti dari Wina yang menjadi populer yaitu
croissant.
Selanjutnya Fatma mengajak Hanum ke Wien Stadt Museum yang
didirikan untuk mengabdikan sejarah kota Wina. Merekapun langsung naik
ke lantai dua museum karena mengingat waktu sudah sore. Hanum begitu
cermat mengamati satu demi satu objek di lantai dua. Tiba-tiba ketika
lampu padam Hanum mencari Fatma,Fatma menangis ketika sedang
melihat salah satu lukisan. Fatma menunjukan suatu lukisan pria tua
berwajah arab dengan serban kepada Hanum. Ia menjelaskan kepada
Hanum bahwa lukisan tersebut adalah lukisan Kara Mustafa Pasha , yaitu
seorang panglima perang Dinasti Turki yangmana Fatma memiliki jalinan

darah dengannya atau keturunannya. Fatma meratapi kakek buyutnya
karena kakeknya merupakan seorang penakluk dan mungkin penjahat.
Fatma kembali menjelaskan kepada Hanum mengenai kejadian di
Kehlenberg karena tiga ratus tahun lalu Turki menyerang Wina dan
diserbu balik dari Kahlenberg dipimpin oleh Kara Mustafa kakeknya.
Kakeknya melakukan kesalahan besar dengan menghunus pedang ke
semua orang dan menawarkan kebencian. Maka dari itu Fatma menangis
karena kakeknya memilih jalan jihad yang salah.
Setelah 3 bulan belum pernah mengunjungi rumah Fatma, Hanum
memutuskan untuk berkunjung ke rumahnya. Disana Hanum bertemu
dengan tiga sahabat dekat Fatma yaitu Latife, Ezra dan Oznur. Ezra dan
Latife menguasai Bahasa Jerman lebih baik dari Fatma, karena keduanya
memiliki supermarket kecil. Sementara Oznur sepenanggungan dengan
Fatma, ibu muda dengan satu anak. Ezra merupakan seorang mualaf ia
belajar Al-Qur’an dengan Fatma dan Latife. Rumah Fatma sering dijadikan
tempat bertukar pikiran, mereka memiliki tujuan jihad yang baik dan
menjadi agen Islam yang baik.Isi tujuan jihadnya yaitu “SYIAR MUSLIM DI
AUSTRIA”: Tebarkan Senyum Indahmu, Kuasai Bahasa Jerman dan Inggris,
dan Selalu Jujur Dalam Berdagang. Tujuan itu merupakan hasil diskusi
Fatma dan sahabat-sahabatnya. Tebarkan senyum merupakan contoh dari


Latife yang selalu senyum pada pelanggan, dan semua orang bahkan
saingan dagangnya Ezra sehingga Ezra memutuskan masuk Islam karena
Islam dalam hadist mengajarkan untuk senyum adalah sedekah. Selalu
jujur dalam berdagang juga merupakan contoh Latife yang tidak pernah
berbohong pada pelanggannya. Dan untuk tujuan kedua yaitu Kuasai
Bahasa Jerman dan Inggris,karena mereka tidak memiliki guru Inggris
maka Hanum yang bisa berbahasa Inggris dijadikan sebagai guru Inggris
mereka yang baru.
Fatma berkata kepada Hanum bahwa ia memiliki angan-angan yang
sama untuk mengelilingi Eropa. Hanum ingin ke Istanbul untuk melihat
Gereja yang diubah menjadi Masjid sedangkan Fatma ingin ke Spanyol
tepatnya Cordoba dan Granada untuk melihat kebalikan dari Hanum yaitu
Masjid yang diubah menjadi Katedral Katolik.
Saat itu sedang berlangsungnya Piala Eropa. Di Austria menyediakan Fan
Zone untuk supporter bola menyaksikan pertandingan bola di tiga layar
raksasa. Hanum dan Fatma ikut menyaksikan pertandingan sepak bola,
terutama Turki karena perwakilan negara Islam di sepak bola Eropa. Pada
pertandingan pertama Turki memang kalah dari portugal 2-0.
Pembagian hasil ujian Bahasa Jerman di kelaspun tiba. Fatma Pasha

sebagai siswi terbaik. Tetapi disayangkan, pada saat itu Hanum tidak
pernah melihat Fatma lagi. Fatma dan sahabat-sahabatnya menghilang.
Hanum sering menghubungi, mengirim email kepada Fatma, tetapi Fatma
tidak membalasnya. Hanum merasa kehilangan karena Fatma adalah
sahabat baiknya di Wina. Fatma memiliki janji-janji yang belum ditepati
kepada Hanum yaitu menonton pertandingan Turki yang kedua, bertemu
seorang imam di Vienna Islamic Center dan menjelajah tempat-tempat
historis di Eropa. Hanumpun berjanji akan melunasi janji-janji Fatma
bersama dengan suaminya.
Hanum dan Rangga menepati janji pertama Fatma untuk menonton
pertandingan antara Turki dengan Swiss, yang pada akhirnya
dimenangkan oleh Turki 2-1. Sesuai dengan prediksi Fatma bahwa Turki
akan bersinar di pertandingan-pertandingan selanjutnya.
Hanum mengunjungi Vienna Islamic Centre dengan Rangga. Hanum
pernah melihat mesjid itu dari kejauhan ketika bersama dengan Fatma di
Kehlenberg. Disana Rangga melaksanakan sholat Jum’at yang mungkin
jarang dilakukan oleh Rangga karena Kampusnya tidak peduli terhadap
pemeluk Agama Islam. Setelah Sholat Jum’at Rangga mempertemukan
Hanum dengan Imam di Vienna Islamic Center yaitu Imam Hasyim.
Tempat Vienna Islamic Center bersebrangan dengan sungai Danube

dimana itu merupakan tempat maksiat karena banyak orang memakai
bikini, Hanum yang penasaran bertanya kepada Imam Hasyim. Namun,
Imam Hasyim menjawab bahwa letak Masjid dekat sungai Danube
membawa berkah karena banyak orang yang menjadi Mualaf akibat rasa

penasaran terhadap suara kumandang Adzan. Setelah menjawab,Imam
Hasyim memberikan kartu nama salah seorang mualaf kepada Rangga
yang tinggalnya di Paris, Perancis.
Hanum dan Rangga berencana pergi ke Paris, Perancis. Karena
Rangga akan menghadiri sebuah konferensi disana. Hanum teringat
bahwa Imam Hasyim pernah memberikan kartu nama salah seorang
mualaf di Paris, Perancis. Hanum mengirim email kepada mualaf di Paris
yang bernama Marion Latimer. Marion Latimer membalas dengan cepat
dan akan menemani jalan-jalan Hanum. Hanum juga mengirim email
kepada Fatma karena perjalanan pertamanya bukan ke Istanbul dan
Cordoba melainkan ke Paris.
Tibalah Hanum dan Rangga di Paris, Perancis. Mereka lalu naik
kereta menuju Saint Michel untuk bertemu dengan Marion. Marion Latimer
seorang mualaf, bule dan mengenakan kerudung. Marion menganggap
bahwa rukun Islam itu ada 6 yang keenam adalah menjaga kehormatan

dengan jilbab. Marion mengajak Rangga dan Hanum jalan-jalan dengan
mobilnya. Tetapi sebelumnya ia menjelaskan tentang Patung Saint Michel,
bahwa Patung Saint Michel adalah patung dari Malaikat Mikail yang
bertugas menyebar rizki. Namun Kristen dan Yahudi menganggap bahwa
Malaikat Mikail adalah Malaikat pelindung dan menyerupai Tuhan.
Saat berada dalam perjalanan, Marion menunjuk Pantheon yang
asalnya Gereja lalu diubah menjadi kuburan. Marion juga menceritakan
salah satu kuburan di Pantheon yaitu kuburan dari Voltaire yang
merupakan sastrawan pembuat fragmen drama Fanatisme atau
Muhammad Sang Nabi. Voltaire menceritakan kisah nabi Muhammad
secara negatif. Tetapi anehnya Voltaire, setelah 30 tahun ia membuat
fragmen Muhammad, ia malah menulis esai tentang islam, agama yang
menjungjung toleransi. Voltaire seorang ateis yang pada saat
kematiannya ia menyebut Tuhan.
Esok harinya Marion menepati janji untuk berjalan-jalan dengan
Hanum. Karena, Marion memiliki ahli mengeksplorasi tempat bersejarah,
Hanum menginginkan untuk mengunjungi tempat bersejarah. Marion
mengajak Hanum ke museum Louvre. Museum Louvre mengoleksi lukisanlukisan karya maestro dunia seperti Rembrandt, M. Angelo, Rafael dan
lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci. Marion dan Hanum untuk
pertama mengunjungi Islamic Gallery di Museum Lourve, tetapi museum

tersebut ditutup akibat renovasi dan benda-bendanya dipindahkan ke
Sully Wing dan dicampur dengan Mesir Kuno. Merekapun melihat bendabenda kaligrafi warisan budaya Islam di Sully Wing. Marion
memperhatikan sebuah bola emas dan menjelaskan kepada Hanum
bahwa itu bola langit yang merupakan peta antariksa ilmu falak yang
dikembangkan astronom Islam pada abad ke 12. Marion juga
memperlihatkan kepada Hanum sebuah piring berbahan terakota yang
bertuliskan kaligrafi Arab tepat Kufic atau tulisan arab kuno. Mereka

bingung akan tulisan Arab tersebut, tetapi karena Marion bekerja sebagai
peneliti di Arab World Institute Paris yang mensyaratkan keahlian Bahasa
Arab, Marion pun bisa menjawabnya bahwa artinya “Ilmu Pengetahuan itu
pahit awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya”. Hanum
merasa sejuk akan arti dari tulisan itu. Marion menunjukkan piring lain
kepada Hanum yang terbuat dari metal. Piring itu bertuliskan Kufic yang
memiliki arti “Janganlah menelantarkan harapan. Perjuangan masih
panjang”. Hanum memaknai arti tersebut untuk selalu optimisme.
Setelah dari Sully Wing mereka pergi ke Departemen Lukisan Middle
Age, dibawah Mezanin Louvre. Sebelumnya mereka berkunjung ke lukisan
Mona Lisa yang ternyata ukurannya kecil. Mereka pergi ke Departemen
Lukisan untuk mempelajari Kufic karena Hanum ingin mempelajari Kufic

lainnya. Hanum heran mengapa Marion mengajak ke Departemen Lukisan
untuk mempelajari Kufic. Tiba-tiba Marion mengajak Hanum mendekati
sebuah lukisan, yaitu lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus. Marion
menyuruh Hanum untuk meneliti hijab yang digunakan Bunda Maria. Dan
ternyata dihijab yang digunakan Bunda Maria terdapat Pseudo Kufic.
Marion menjelaskan bahwa arti Kufic tersebut adalah lafal Tauhid “La Ilaa
ha Ilallah”. Hanum langsung terkejut akan penjelasan Marion, karena
kalimat sakral agama Islam berada di simbol suci umat Katolik. Hanum
yang merasa penasaran menanyakan mengapa terdapat lafal itu dihijab
Bunda Maria. Marion menjelaskan bahwa seorang raja Eropa pernah
memakai mantel bertuliskan kaligrafi Arab. Itu karena ia menyukai budaya
Arab, terutama kaligrafi. Mentel itu berada di Istana Hofburg, Wina,
Austria. Bangasawan dan Raja-raja Eropa lainpun berbinar-binar saat
melihat kerajinan tangan orang Timur Tengah. Hasil industri Timur Tengah
tak lepas dari pahatan/bordir bertuliskan “Laa Ilaa ha Illallah” karena pada
saat itu lafal tersebut merupakan kata favorit di Timur Tengah. Maka dari
itu Hanum berfikir dan menyimpulkan bahwa pelukis tidak sengaja
melukis lafal Tauhid tersebut dan juga pelukis tidak mengetahui arti dari
lafal tersebut.
Setelah dari Museum Louvre, Marion mengajak Hanum ke Jardin des

Tuileries(taman besar tepat di tengah kota Paris). Marion menjelaskan
bahwa disana terdapat Air mancur besar, monumen Obelisk Mesir, Jalan
Champs Elyees dan monumen Arc de Triomphe yang membentuk garis
lurus sempurna. Marion juga menjelaskan mengenai Axe Historique
menggunakan mapnya, yaitu sebuah garis lurus yang membelah kota
Paris. Bangunan pada garis itu dibangun oleh untuk merayakan
kemenangan Napoleon Bonaparte Sang Penakluk Eropa. Napoleon hanya
membangun dua monumen yang selanjutnya dibangun oleh penerusnya.
Marion menyuruh Hanum untuk meneliti garis lurus tersebut yang
ternyata menuju ke arah kiblat Umat Islam yaitu Kakbah, kota Mekkah.
Hanum masih tidak percaya dan Marion langsung membuktikannya
dengan menunjuk patung Quadriga dan 2 malaikat emas pada salah satu
monumen Arc de Triomphe du Carrousel yang menghadap ke arah

Mekkah. Marion melanjutkan penjelasan, bahwa monumen itu dibangun
pada saat setelah Napoleon dari ekspedisinya menaklukkan Mesir.
Menurut kabar saat kembali dari Mesir, Napoleon menjadi religius dan
mengagumi Al Qur’an serta Nabi Muhammad.
Setelah itu Marion mengajak Hanum ke Masjid Besar yang berada di
jantung Kota Paris. Hanum menyelesaikkan dan menjamak sholatnya
sedangkan Marion sedang tidak sholat. Di kompleks Masjid itu terdapat
kafe dan restoran serta sekolah. Lalu mereka makan di restoran yang
berada di kompleks Masjid.
Setelah puas berjalan-jalan, Hanum dan Marion bertemu Rangga di
Notre Dame, Gereja raksasa di Paris. Marion dan Hanumpun mengakhiri
pertemuan mereka di kota Paris yang singkat dan meresap ke dalam hati.
Lalu, Hanum dan Rangga berjalan mengelilingi Notre Dame dan tidak
sengaja mereka melihat Point Zero, yaitu titik nol kota Paris yang memiliki
mitos jika yang menginjak akan kembali ke kota Paris. Hanum mencoba
untuk menginjak Point Zero dan ia berdoa “ Ya Allah, Semoga Cahaya
Islam kembali menyinari bumi Eropa”.
Rangga dan Hanum kembali ke Wina, Austria. Disana mereka
mengunjungi Schatzmmer Museum untuk menginvestigasi gambar di
internet mengenai mantel keramat Raja Roger yang tersimpat rapi di
Istana Hofburg. Mereka langsung melihat mantel yang menurut Marion
membawa hasil karya masyarakat Timur Tengah yang penuh cita rasa
Qur’ani. Mantel itu merupakan mantel pengangkatan Raja Katolik Eropa di
Sisilia, yang seharusnya penuh ikonisasi Katolik. Mantel itu malah terbukti
terdapat kaligrafi arab , tetapi Marion yang dapat menerjemahkannya
tidak bersama mereka.
Ketika datang hari ulang tahun Hanum, Ayah Hanum tiba-tiba
meminta Hanum untuk mewakilinya mengunjungi Cordoba dan Granada.
Hanum juga tiba-tiba teringat terhadap cita-cita Fatma untuk mengunjungi
Cordoba dan Granada. Hanumpun langsung mencari tiket murah untuk
mewujudkan mimpi ayahnya dan juga mimpi sahabatnya Fatma pada saat
libur musim panas suaminya.
Tibalah Hanum dan Rangga di Cordoba. Mereka pergi pada saat
peralihan musim semi ke musim panas. Cordoba terkenal dengan
peradaban Islam di Eropa ribuan tahun lalu. Awal mereka tiba, mereka
bertemu dengan Gomez seorang pelayan yang mengantarkan mereka ke
hotel. Gomez saat itu sedang keasyikan mendengarkan pertandingan
Spanyol vs Portugal. Saat itu Gomez menunjuk sebuah bangunan yang di
Spanyol disebut Mezquita atau Masjid. Mezquita merupakan Masjid yang
berubah menjadi Gereja yang namanya berubah menjadi Mosque
Cathedral. Mereka menginap di tempat yang memang dekat tujuan utama
yaitu Mezquita.

Saat ingin memulai petualangan, mereka bertemu seorang
perempuan yang berkerudung di hotel. Tetapi perempuan tersebut
ternyata non muslim atau yahudi dan mereka teringat bahwa di hotel
mereka terdapat patung Maimonides (Filsuf Yahudi di Cordoba).
Diawal petualangan pada pagi hari, mereka bertemu dengan Pak
Tua yang bernama Hasan.Hasan merupakan seorang Muslim yang
melayani penjualan daging Babi dan kedai kopi. Rangga dan Hanum
mencicipi kopi di tempat Hasan tersebut, dan Hasanpun mengajak ngobrol
mereka dengan keramahan.
Setelah Rangga dan Hanum selesai dari kedai kopi tersebut, mereka
melanjutkan perjalanan masuk ke Mezquita. Hanum berniat melaksanakan
sholat di Mezquita, tetapi petugas melarangnya. Mezquita adalah
bangunan yang sangat megah dan indah, Hanum masih merasakan
bahwa Mezquita masih sebuah Masjid walaupun sudah diubah menjadi
Gereja. Mereka lalu mengunjungi pusat dari Mezquita yaitu mihrab ,
tempat imam shalat. Di sana mereka melihat ukiran tulisan “Allah” dan
“Muhammad” yang masih utuh dari semua kaligrafi ayat Al-Qur’an yang
telah dihapus.
Merekapun keluar dari Mezquita dan tiba-tiba mereka ditawari oleh
seorang Pelayan Tur yang bernama Sergio. Sergio menawari perjalanan
tur serta berbagi cerita sejarah di kota Cordoba yang merupakan kota
Islam kuno. Sergio menceritakan sejarah dimulai dari kota Cordoba yang
merupakan kota keharmonisan hidup antar umat beragama. Seperti arah
mihrab yang berada di dalam Mezquita tidak ke arah kiblat Mekkah,
karena Sultan Al Rahman(penguasa saat itu) jika membangun mihrab ke
arah kiblat maka akan menghancurkan gereja disampingnya, ia ingin
menjaga keharmonisan antar umat beragama dan kiblat tetap diarahkan
ke Mekkah walaupun tidak sesuai arah mihrab. Ia juga menjelaskan
mengenai Cordoba Time. Dimana saat itu Eropa sangat religius, dogma
gereja menjadi pengekang utama intelektualitas manusia, melahirkan
kemunduran bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka yang religius
menjadi sangat takut dosa, sehingga sekarang orang Eropa banyak yang
Ateisme dan Sekularisme. Sergiopun melanjutkan ceritanya mengenai
Cordoba kota banyak cahaya oleh lampu minyak, juga menjelaskan
jembatan yang menghubungkan dua daratan Cordoba, dan yang terakhir
ia memperlihatkan patung Averroes atau Ibnu Rushd, lalu menjelaskan
bahwa Averroes adalah Filsuf terkenal dan seorang muslim di Cordoba
yang menyatakan dua kebenaran yang tak terpisahkan antara agama dan
ilmu pengetahuan. Merekapun terus berbincang-bincang hingga hampir
lupa waktu.
Setelah tur di kota Cordoba Rangga dan Hanum melanjutkan
perjalanan ke Granada dengan bus. Granada merupakan dinasti Islam
terakhir yang mencoba bertahan di Spanyol setelah Cordoba. Tujuan
utama mereka di Granada untuk mengunjungi Al-Hambra. Al-Hambra

merupakan sebuah Istana kesultanan Islam dari kekhalifahan Nasrid. Di
dalam istana mereka menumpang tour guide dari rombongan Melayu.
Tour guide itu menjelaskan mulai dari Gate of Justice dan Charles’s Palace
atau istana Raja Spanyol yang dibangun masa Renaissance. Setelah itu
Rangga, Hanum beserta rombongan Melayu melanjutkan ke Istana utama,
The Nasrid Palace. Tour guide yang bernama Luiz melanjutkan
penjelasannya mengenai penyerahan kunci istana dari Mohammad
Boabdil (sultan terakhir di Granada) kepada Isabella dan Ferdinand tanda
menyerahkan diri, lalu Isabella dan Ferdinand menyebarkan kristen
dengan pembaptisan seluruh umat Islam dan Yahudi secara paksa. Yang
terakhir Luiz mengajak mereka semua untuk melihat keanggunan Istana
Al-Hambra pada malam hari.
Berakhirlah perjalanan Rangga dan Hanum di Cordoba dan Granada.
Hanumpun kembali mengirimkan email mengenai cerita di Cordoba dan
Granada kepada sahabat lamanya Fatma.
Setelah lama menunggu akhirnya Fatma membalas Email Hanum.
Dalam isi Emailnya Fatma menyampaikan ia menghilang akibat anaknya
Ayse sakit dan meninggal dunia.Hanum sempat kaget atas kehilangan
Ayse, karena banyak kenangan yang mereka buat. Tetapi, Fatma sudah
mendapatkan pengganti Ayse yang bernama Baran. Hanumpun terbesit
dalam pikirannya untuk pergi ke Istanbul dan mengunjungi imperium
Islam terakhir pada masa lalu yaitu Dinasti Usmaniyah atau Ottoman.
Tiba Hanum dan Rangga di Sabiha Gokcen International
Airport,Istanbul Turki. Negara yang mayoritas Islam terbesar di Eropa.
Hanum mendapat sms dari sahabatnya Fatma untuk datang ke rumahnya.
Hanum juga mendapat sms dari kenalannya di Wina, seorang perempuan
batak yang sedang magang di Istanbul yaitu Ranti Tobing. Ranti Tobing
mengajak Hanum untuk pergi ke tujuan pertamanya, Hagia Sophia.
Merekapun tiba di Hagia Sophia. Hagia Sophia merupakan sebuah
gereja kebanggaan penganut kristen yang diubah sebagai masjid raya
untuk menjadi ikon kemenangan Dinasti Usmaniyah atas Byzantium
Romawi. Sekarang Hagia Sophia telah menjadi sebuah museum. Di dalam
Hagia Sophia, Hanum melihat lukisan Tuhan, malaikat berwarna emas di
langit kubah. Terdapat juga desain awal Hagia Sophia yaitu lukisan TuhanTuhan Kirsten. Sementara itu, motif kaligrafi Islami bahasa Qur’ani ukuran
raksasa dan ukiran bunga menghiasi rel atap dan pucuk pilar Hagia
Sophia.
Dari Hagia Sophia mereka melanjutkan perjalanan dengan
berkunjung ke Blue Mosque, Masjid Sultan Ahmed. Karena saat itu Hanum
ingin melaksanakan Shalat Dzuhur. Mereka disana mengamati ukiran,
pahatan dan lukisan geometris dengan kaligrafi Qur’ani berwarna warni
yang ada di dinding dan atap Blue Mosque. Banyak wisatawan nonmuslim yang berkunjung ke Blue Mosque dan mengamati juga ukiran

geometris Blue Mosque. Akhirnya, Hanum dan Ranggapun kembali ke
penginapan setelah sempat Shalat Subuh.
Diakhir perjalanan Hanum dan Fatma bertemu kembali di Topkapi
Palace. Fatma membawa Baran, bayi 3 bulan. Fatmapun kaget melihat
perubahan Hanum yang telah menggunakan hijab yang diberikannya
sewaktu di Austria. Hanum dan Fatma saling melampiaskan rasa
kangennya setelah 3 tahun berpisah. Hanum saling bertukar cerita
mengenai perjalanan di Eropa dari awal mereka bertemu sampai Hanum
yang menghabiskan waktu menjelajahi sejarah Islam di Eropa. Hanum
tidak lupa memberi sertifikat kursus Bahasa Jerman Fatma yang menjadi
terbaik dikelasnya. Fatma merasa kaget dan haru. Fatma juga memberi
hasil balasan Email turis-turis di Kehlenberg dahulu. Mereka berbincangbincang dengan tawa haru suka dan cita.

Unsur Instristik:







1. Tema
: “Perjalanan Menapaki dan Mempelajari
Sejarah Islam Di Eropa”
2. Tokoh & Penokohan
:
Hanum:
Jenis Penokohan :Protagonis, karena mempunyai rasa keingin tahuan
pada islam yang sangat besar
Watak :
Setia dan Patuh (Karena ia selalu mendampingi suaminya dalam
menjalankan perkuliahannya)
Setia kawan (Halaman 109, karena ia akan melunasi janji-janji Fatma, dan
juga ia selalu menganang Fatma sebagai sahabat terbaiknya.)
Penyayang (Halaman 33-34, karena ia menolong Ayse yang sedang
kedinginan,dan ia juga menyayangi sahabat-sahabatnya)
Peduli (Halaman 33-34, Halaman 93-94, karena ia menolong Ayse yang
sedang kedinginan dan juga ia peduli terhadap orang sesama muslim
seperti Fatma dan sahabat-sahabatnya dengan memberikan pengetahuan
B.Inggris yang dimilikinya)
Baik hati(Halaman 93-94, karena ia telah memberikan pengetahuan/
mengajarkan bahasa Inggris kepada Fatma dan teman-temannya)
Pantang meyerah(Karena ia tidak lelah dan terus mempelajari sejarah di
Eropa serta menjadi agen Islam yang baik seperti Fatma)
Tekun dan Rajin( Karena ia telah mengelilingi dan mempelajari sejarah
Islam dibeberapa bagian negara Eropa)
Ramah dan Sopan (Semua orang yang bertemu dengannya ia beri
keramahan dan kata-kata sopannya)
Pintar dan Cerdas (Karena ia memiliki pengetahuan Bahasa Jerman dan
Inggris yang baik)
Rangga :
Jenis Penokohan : Protagonis, Karena bersama-sama hanum menjelajahi
eropa
Watak :
Sabar (Halaman 210-217, karena ia tetap sabar walaupun diganggu
Stefan)
Setia (Karena ia mendampingi Hanum dalam perjalanan Turnya)
Peduli (Karena ia terus menasehati Hanum yang tidak menggunakan
hijab)
Fatma :
Jenis Penokohan : Protagonis ,karena dialah yang pertama kali
mengajak hanum menyusuri rahasia-rahasia kebesaran islam di eropa
Watak :
Salehah (Halaman 23, karena ia menjalankan kehidupan yang berdasar
pada syariat Islam)
Sabar dan Tabah( Halaman 23 , karena ia tetap mempertahankan hijab
walaupun banyak rintangan menghadang, Halaman 38-42,47 ia sabar
menghadapi turis yang menghina negaranya Turki ,Halaman 319-320, ia
tetap sabar walaupun anaknya Ayse telah tiada)















Pantang Menyerah ( Halaman 23, karena ia tidak menyerah menjadi
muslimah yang baik , Halaman 47, karena ia terus berusaha menjadi agen
Islam yang baik di Eropa)
Tekun ( Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
Taat (Karena ia selalu menjalankan perintah Allah Swt. dan sesuai syariat
Islam)
Dermawan (Halaman 41, karena ia membayari tagihan turis)
Ayse :
Jenis Penokohan : Protagonis,karena anak dari Fatma yang selalu
menuruti perkataan ibunya.
Watak :
Pendiam
Salehah
Patuh/Penurut
Latife :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena ia teman Fatma yang mimiliki
sikap yang baik
Watak :
Ramah (Halaman 91-92, karena ia selalu terbarkan senyum ke semua
orang)
Jujur ( Halaman 92, karena ia tidak pernah berbohong kepada pelanggan)
Tekun (Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
Oznur :
Jenis Penokohan : Protagonis
Watak :
Tekun (Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
Berbakti (Halaman 89)
Ezra :
Jenis Penokohan : Protagonis
Watak :
Tekun (Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
Stefan :
Jenis Penokohan : Antagonis, karena ia selalu mengganggu keimanan
Rangga
Watak :
Pengganggu (Halaman 210, karena ia selalu mengganggu Rangga)
Selim :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena membantu Fatma dan Rangga
Watak :
Cerdas dan Pintar
Baik Hati/Rendah Hati(Halaman 347, ia memberi tiket untuk Rangga dan
Hanum masuk ke TapKapi)
Pekerja keras (Halaman 347, ia bekerja keras untuk menafkahi
keluarganya terutama anaknya yang masih umur 3 bulan, Baran)
Imam Hashim :
Jenis Penokohan : Protagonis,karena menjelaskan tentang islam di
daerah Wina dan membantu Hanum dan Rangga.
Watak :











Pintar dan Cerdas (Halaman 116-118, karena ia menjelaskan tentang
islam dan letak dari mesjid Vienna Islamic Center)
Berwibawa
Penolong (Halaman 120, karena ia memberi kartu nama seorang mualaf
untuk membantu Rangga dan Hanum di Prancis)
Natalie Deewan:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena merupakan agen muslim sejati
yang tidak hanya mempromosikan islam bukan hanya dari mulut tapi dari
perbuatannya.
Watak :
Baik Hati/Rendah Hati(Halaman 58-59, karena ia membuka sebuah
Restoran dengan bayar seikhlasnya)
Marion:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena membantu Hanum menjelajahi
eropa.
Watak :
Penolong (Halaman 128, 132, karena ia telah membimbing dan memberi
tumpangan kepada Hanum dan Rangga ketika di Perancis)
Menepati Janji (Halaman 140, ia menpati janji kepada Hanum untuk
mengajak jalan-jalan)
Cerdas/Pintar(Halaman 148-181, karena ia menjelaskan tentang sejarahsejarah Islam di kota Paris, Perancis dan juga menjelaskan mengenai Kufic
serta lukisan di museum)
Gomez:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena mengantar Rangga dan Hanum ke
hotel
Watak :
Baik Hati (Halaman 233-234,karena mengantarkan Hanum dan Rangga ke
hotel)
Ceroboh (Halaman 235-236)
Kurang Sopan (Halaman 235-236, karena ia kurang menghargai Rangga
dan Hanum sebagai penumpang)
Hasan:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena sudah menjadi agen muslim yang
baik di spanyol
Watak :
Ramah (Halaman 249, karena ia menerima Hanum dan Rangga dengan
perkataan ramah)
Sopan (Halaman 249, karena ia dengan sopan mengajak Hanum dan
Rangga untuk masuk ke kedainya)
Taat (Halaman 251, karena ia tak pernah memkan daging babi meski ia
berjualan daging babi)
Sergio:
Jenis Penokohan : Protagonis, Karena menjadi pemandu yang baik
dalam menjelaskan sejarah di kota Cordoba.
Watak :
Cerdas/Pintar ( Halaman 269-283, karena ia mengetahui segala sejarah
yang ada di dalam kota Cordoba dan menceritakannya kepada Hanum
dan Rangga)































Petugas Mezquita :
Jenis Penokohan : Antagonis, karena ia telah melarang Hanum untuk
Sholat di dalam Mezquita
Watak :
Tegas ( Halaman 261, karena ia telah melarang Hanum untuk sholat dan
juga mengawasi Hanum di dalam Mezquita)
Ibu-Ibu dari Malaysia :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena membantu Hanum dan Rangga
Watak :
Baik hati/ Rendah hati (Halaman 297, karena telah mengajak Hanum dan
Rangga ikut Tour Guidenya)
Luiz :
Jenis Penokohan : Protagonis
Watak :
Cerdas/Pintar (Halaman 296-303, karena ia mengetahui sejarah AlHambra dan menjelaskan kepada para peserta Tour).
Ranti Tobing :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena telah membantu Hanum dan
Rangga menjelajahi Istanbul
Watak :
Baik Hati/ Rendah Hati (Halaman 330-331, karena ia menawarkan diri dan
menemani Hanum untuk berjalan-jalan di Istanbul)
Saling Menghargai (Halaman 339, ia tidak masuk kedalam Masjid untuk
menghargai umat agama lain)
 Perwatakan:
Hanum: Secara langsung
Rangga : Secara langsung
Fatma : Secara langsung
Ayse : Secara langsung
Selim : Secara langsung
Imam Hashim : Secara tidak langsung
Natalie Dewan:Secara langsung
Marion: Secara langsung
Gomez: Secara langsung
Hasan: Secara langsung
Sergio: secara langsung
Luiz : Secara tidak langsung
Ranti Tobing :Secara tidak langsung
Latife : Secara langsung
Oznur : Secara langsung
Ezra : Secara langsung
Ibu-ibu dari Malaysia : Secara tidak langsung
Stefan : Secara langsung
3. Latar/Setting
Tempat:
-Wina, Austria

:

-Tempat Kursus Bahasa Jerman
-Bus
-Kahlenberg
-Gereja Saint Joseph
-Kafe
-Restoran Der Wiener Deewan
-Wien Stadt Museum
-Rumah Fatma
-Fan Zone
-Vienna Islamic Centre
-Schatzkammer
-Paris, Perancis
-Dalam Pesawat
-Mobil Marion
-Saint Michel
-Hotel
-Museum Louvre
-Jardin des Tuileries/Taman besar kota Paris
-Le Grande Mosquee/Masjid Besar Paris
-Notre Dame (Point Zero)
-Cordoba dan Granada
-Kereta/stasiun
-Penginapan
-Kedai
-Mezquita
-Andalusia
-Al-Hambra
-Istanbul, Turki
-Sabiha Gokcen International Airport
-Hagia Sophia
-Blue Mosque
-TopKapi
 Waktu:
Pagi,Siang, Malam
 Suasana:
Menyenangkan, Menegangkan, Menyedihkan, Mengharukan, dan Bahagia
4. Plot/ alur
: Maju Mundur, Dimulai dari perjalanan
suami istri Rangga dan Hanum di Eropa, untuk mengunjungi negaranegara yang memiliki sejarah Islam seperti Wina Austria, Paris
Perancis, Cordoba dan Granada, dan Istanbul Turki. Dalam membahas
sejarah agama Islam terdapat flash back atau mengulangi masa lalu.
5. Amanat
:
1). Tuntutlah ilmu terutama ilmu Agama Islam baik ilmu sejarahnya maupun
ilmu akhiratnya.
2). Jadikanlah sejarah menjadi pelajaran berharga bagi kita generasi muda
muslim.

3). Jadilah pejuang Islam yang benar dan menjadi Agen Islam yang baik
dengan berjihad dijalan yang Allah tanpa menggunakan kekerasan.
4). Bagikanlah ilmu yang kita miliki terutama mengenai ilmu Agama Islam.
5). Tebarkanlah salam, senyuman/keramahan dan kebaikan sebagai Agen
Islam yang baik.
6). Rajinlah bersedekah, tingkatkan keikhlasan dan kedermawanan karena
untuk membersihkan diri kita dari perbuatan-perbuatan dosa yang telah
diperbuat.
7). Hormati dan hargai umat agama lain dalam menjalankan ibadahnya
masing-masing.
8). Persahabatan dapat membuat kita menjadi seorang yang lebih baik,
carilah teman yang membuat kita menjadi muslim atau muslimah yang
taat.
9). Islam mengajarkan kita untuk saling menyayangi, peduli dan saling
membantu terutama kepada orang yang membutuhkan kita.
10). Tingkatkan Iman dan Ketakwaan kita atas kebesaran-kebesaran Allah
Swt. yang telah menunjukkan kebesaran agama Islam di Eropa bahkan
Dunia.
6. Sudut Pandang
7. Gaya Bahasa

:Orang Pertama
: Konotasi

Unsur Ekstrinstik:
1.

Biografi Pengarang

Hanum Salsabiela Rais (lahir di Yogyakarta, 12 April 1982; umur 32
tahun) adalah mantan presenter berita Reportase di Trans TV. Hanum
merupakan putri dari Amien Rais. Ia menempuh pendidikan dasar
Muhammadiyah di Yogyakarta hingga mendapat gelar Dokter Gigi dari
FKG Universitas Gajah Mada.
Kariernya menjadi jurnalis dan presenter di Trans TV. Ketika sang suami
yang bernama Rangga Almahendra (dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM) melanjutkan kuliah di Eropa, Hanum memulai petualangannya di
Eropa selama tinggal di Austria bersama suaminya Rangga Almahendra.
Di sana, Hanum bekerja untuk proyek video podcast Executive Academy
di WU Vienna selama 2 tahun. Ia juga tercatat sebagai koresponden
detik.com bagi kawasan Eropa dan sekitarnya.
Tahun 2010, Hanum menerbitkan buku pertamanya berjudul Menapak
Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta. Sebuah
novel biografi tentang kepemimpinan, keluarga dan mutiara hidup.
Setelah itu, ia menerbitkan buku Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya
di Langit Eropa yang kemudian diadaptasi menjadi film 99 Cahaya di
Langit Eropa dan 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2.
Rangga Almahendra, adalah suami Hanum Salsabiela, teman
perjalanan sekaligus penulis kedua buku ini. Menamatkan pendidikan

dasar hingga menengah di Yogyakarta kemudian berkuliah di Institut
Teknologi Bandung, dan S2 di Universitas Gadjah Mada, keduanya lulus
cumlaude.
Memenangkan beasiswa dari pemerintah Austria untuk studi S3 di WU
Vienna, Rangga berkesempatan berpetualang bersama isterinya
menjelajah Eropa. Pada tahun 2010 Ia menyelesaikan studinya dan
meraih gelar doktor di bidang International Business & Management.
Saat ini ia tercatat sebagai dosen di Johannes Kepler University dan
Universitas Gadjah Mada. Rangga sebelumnya pernah bekerja di PT Astra
Honda Motor dan ABN AMRO Jakarta.

Nilai- Nilai
Nilai Moral : Novel ini mengajarkan untuk menjadi seseorang yang
bertindak tanpa menggunakan emosi/kekerasan, meningkatkan
kesabaran, saling mengasihi/menyayangi, saling menghargai dan
berbagi pengetahuan serta menjalin persahabatan yang positif.
Nilai Sosial : Pada novel ini dicontohkan menanamkan keiikhlasan
sebagai landasan memperoleh rezeki seperti Restoran ala Pakistan
bernama Der Wiener Deewan yang menerapkan sistem “Makan
sepuasnya, bayar seikhlasnya” untuk mengajarkan kedermawanan.
Nilai Kebudayaan: bahwa pada novel ini diceritakan orang Indonesia
yang menemukan berbagai bukti kebudayaan-kebudayaan islam di
Eropa
Nilai Religius : Novel ini berisi mengenai pelajaran sejarah
perkembangan agama Islam di Eropa, mengajarkan untuk menjadi
agen Islam yang baik tanpa menggunakan kekerasan, berjihad di jalan
yang benar, membiasakan keikhlasan dan saling menghargai antar
umat agama.