PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN KARAKTERI

zz

PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN KARAKTERISTIK ISLAM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Metodelogi Studi Islam
Dosen Pengampu:
Siti Fatimatus Zahro, M.Pd.I.

Disusun oleh :
Kelompok 4
-

Ref’ah imaniah (11711078)
- Khafifah indah sari (11711097)
- Hasan (11711095)
- Ahmad sarwani (11711102)

Kelas 1 C
Jurusan pendidikan agama islam
Fakultas tarbiyah ilmu keguruan
Institut agama islam negeri (iain)

Pontianak
1438/2017

zz

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dihanturkan kehadiran Allah SWA. Atas limpahan
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah Metodologi Studi
Islam dengan pokok pembahasan “PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN
KARAKTERISTIK ISLAM”. Selawat serta salam kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW sebagai nabi besar penghantar ilmu pengetahuan bagi seluruh
umat manusia.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampun yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan sehingga kami mampu berdiskusi dan saling
bersilahturahmi. Rekan-rekan satu kelompok dan mahasiswa yang selalu bekerja
sama dan memberi dukungan. Sebagai bentuk kecitaan terhadap bangsa dan
negara untuk terus berupaya memajukan pendidikan bangsa dalam mengisi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sangat disadari bahwa terdapat kekurangan baik segi penulisan,
pemahaman serta keterbatasan literatur sehingga diharapkan kriti serta saran

sebagai bahan evaluasi bagi penulis dan perbaikan untuk masa datang.
Harapan kami kelompok 4 semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat diterima unttuk dijadikan bahan pembelajaran.

Pontianak, 11 September 2017
Penyusun

Kelompok 4
1

zz

DAFTAR ISI
JUDUL MAKALAH ...............................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................1
DAFTAR ISI ..........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................3
a. Latar belakang .........................................................................................3
b. Rumusan masalah ....................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................4

a. Sumber ajaran islam primer dan skunder .........................................4-13
b. Sifat dasar ajaran islam ...................................................................13-15
c. Karakter islam : Antara Normativitas dan Historisitas ..................15-17
d. Moralitas islam : Ibadah, Pendidikan, Ilmu, dan Sosial .................17-20
e. Islam dan Wacana Pembaharuan .....................................................20-24
BAB 3 PENUTUP (kesimpulan) .....................................................................24-26
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27

2

zz

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah
SWT, yang tidak ada keraguan sedikit pun mengenai keberadaannya.Islam
lahir sebagai agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang
sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri.
Dengan fenomena diatas penyusun ingin mengankat permaslahan

ini dengan mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Sumber
dan Karakteristik Islam”.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa sumber ajaran islam primer dan skunder ?
b. Sebutkan sifat dasar ajaran islam ?
c. Apa karakter islam : Antara normativitas dan historitas ?
d. Sebutkan moralitas islam : ibadah, pendidikan, ilmu dan sosial ?
e. Jelaskan islam dan wacana pembaharuan ?

3

zz

BAB 2 PEMBAHASAN
PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN
KARAKTERISTIK ISLAM
1. PENGERTTIAN SUMBER AJARAN ISLAM
Dari segi kebahasaan islam berasal dari bahasa arab yaitu kata salimah
yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Diubah menjadi bentuk aslama yang
berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.

Adapun pengertian islam dari segi istilah, menurut Harun Nasution islam
menurut istilah adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada
masyarakat manusia melalui nabi Muhammad Saw. Menurut Maulana
Muhammad Ali islam adalah agama perdamain dan dua ajaran pokoknya yaitu
keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata,
bahwa agama islam selaras benar dengan namanya. Dengan demikian secara
istilah islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah Swt.
Misi ajarannya islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama
dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah Swt.
a. Sumber Ajaran Islam : Primer dan Sekunder
1. Sumber Ajaran Islam Primer
a) Al-qur’an
Dari segi bahasa maupun istilah. Asy-syafi’i mengatakan bahwa alquran ari
akar bukan berasal dari akar kata apapun, dan bukan pula ditulis dengan
menggunakan hamzah. Sementara itu Al-Farra berpendapat bahwa lafal al-quran
4

zz

berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan.

Selanjutnya, Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan bahwa lafal al-quran
diambil dari akar qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain.
Pengertian-pengertian tersebut dapat ditampung oleh sifat dan karakteristik
al-quran itu sendiri, yang antara lain ayat-ayat nya saling berkaitan satu sama lain.
Adapun dari segi istilah al-quran dikemukakan pendapat :
-

Manna’ al-qaththan, secara singkat mengutip pendapat para ulama pada
umumnya ynag menyatakan bahwa al-quran adalah firman Allah Swt.
Yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Dan dinilai ibadah bagi
yang membacanya. Pendapat tersebut sesuai dengan Al- Zarqani
menurutnya al-quran adalah lafal yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw. Mulai dari awal surah al-fatihah sampai dengan akhir
surah al-nas. Lebih lengkapnya dikemukakan oleh Abd-Alwahhab AlKhallaf. Menurtnya al-quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada
hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui jibril dengan
menggunaka lafal bahsaa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi
hujjah bagi rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undangundang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi
sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya.


Dari beberapa kutipan tersebut kita dapat mengetahui bahwa al-quran adalah
kitab suci yang isisnya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap.
5

zz

melalui Jibril, pembawanya nabi Muhammad Saw. Susunannya dimulai dari
surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah al-nas, bagi yang membacanya bernilai
ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas kerasulan
nabi Muhammad Saw.
Sebagai sumber ajaran islam yang utama Alquran diyakini berasal dari Allah
dan mutlak benar. Keberadaan alquran sangat dibutuhkan manusia dikalangan
Mu’tazilah dijumpai pendapat bahwa Allah wajib menurunkan alquran bagi
manusia karna manusia dengan segala daya yang dimilikinya tidak dapat
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Bagi Mu’tazilah al-quran
berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal pikiran,
dan sebagi informasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal.
Selanjutnya al-quran juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur
jalannya kehidupan manusia agar berjalalan lurus. Al-quran lebih lanjut
memerankan fungsi sebagi pengontrol dan pengoreksi terhadap perjalanan hidup

manusia di masal lalu.
b) Al-Sunnah
Kedudukan Al sunnah sebagai sumbar ajaran islam selain didasarkan
pada keterangan ayat-ayat Al qur an dan hadits juga didasarkan kepada pendapat
para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib
mengikuti hadits baik pada masa rasulullah masih hidup maupu setelah beliau
wafat.

6

zz

Menurut bahasa Al sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan
terkadang jalan tersebut ada yang baik dan adapula yang buruk. Pengertian alsunnah seperi ini sejalan dengan makna hadis nabi yang artinya: barang siapa
yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji maka pahala bagi yang membuat
sunnah itu dan pahala bagi orsng yang mengerjakannya, dan barang siapa yang
membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuatnya dan dosa bagi
yang mengerjakannya. Selain kata Al sunnah kita juga pernah mendengar kataAl
hadits, Al khabar, Al atsar. Sebagian ulama lainnya kata-kata tersebut dibedakan
artinya. Menurutnya Al sunnah diartikan sebagai sesuatu yang dibiasakan oleh

Nabi Muhammad SAW, Sehingga sesuatu itu lebih baik dikerjakan oleh Nabi
Muhammad SAW, dari pada ditinggalkan. Sementara itu Hadits adalah sesuatu
yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Khabar adalah
ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang berasal dari sahabat; dan Atsar adalah
ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang berasal dari para tabi’in.
Sementara itu jumhurul ulama atau kebanyakan para ulama ahli hadis
mengartikan Al-Sunnah, Al-Hadis, Al-Khabar, Al-Atsar yaitu segala sesuatau
yang disandarkan kepada nabi Muhammad Saw. Baik dalam bentuk ucapan,
perbuatan, maupun ketetapan. Pengertian ini didasarkan kepada pandangan
mereka terhadap nabi sebagai suri teladan yang baik. Sementara itu ulama ushul
mengartikan bahwa al-sunna adalah sesuatu yang berasal dari nabi Muhammad
dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan persetujuan yang berkaitan dengan hukum.
Berdasarkan pada pandangan mereka yang menempatkan nabi Muhammad Saw.
7

zz

Sebagai pembuat hukum. Sementara itu ulama fiqih mengartikan Alsunnah sebagai sala satu dari bentuk hukum syara’ yang apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila diinggalkan tidak disiksa.
Sebagai sumber ajaran islam kedua, Al-Sunnah memiliki fungsi yang

pada intinnya sejalan dengan al-qur’an. Keberadaan al-sunnah tidak dapat
dilepaskan dari adanya sebagian ayat al-qur’an :
 Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian
 Yang bersifat umum ( menyeluruh) yang mneghendaki pengecualian
 Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan
 Syarat al-qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak)
yang menghendaki makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut :
misalnya jika secara khusus tidak dijumpai suatu hal yang keteranganya
tidak terdapat didalam al-qur’an yang selanjutnya diserahkan pada
hadis nabi. Selain itu ada pula yang sudah dijelaskan dalam al-qur’an ,
tetapi hadis datang memberikan keterangan, sehingga masalah tersebut
menjadi kuat.
Dalam kaitan ini, hadis berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat alqur’an yang berfungsi global, sebagai pengecualian terhadap isyarat al-qur’an
yang bersifat umum, sebagai pembatas terhadap ayat al-qur’an yang bersifat
mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap suatu kasus yang tidak dijumpai
didalam al-qur’an.

8

zz


2. Sumber Ajaran Islam Sekunder
a) Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan
pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti
mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari
dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber
hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada
suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist,
maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu pada Alquran dan hadist.
Menurut Mahmud Syaltut, Ijtihad atau al-Ra’yu mencakup 2 pengertian,
yaitu :


Penggunaan pikiran untuk menentukan suatu hukum yang tidak
ditentukan



secara eksplisit oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.

Penggunaan pikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil
kesimpulan dari suatu ayat atau Hadits.

-

Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu :
1.

Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.

Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi
Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu

9

zz

perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu
keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti
seluruh umat.
2.

Qiyas,yaitu

berarti

mengukur

sesuatu

dengan

yang

lain

dan

menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu
upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang
mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah
pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’
kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau
menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3.

Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas

lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat
diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan
hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya,
menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya
belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan
rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan
system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4.

Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan

umum. Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan
demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak

10

zz

terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran.
Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
5.

Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan,

sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah
menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya
larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum
seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan
sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6.

Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan

telah ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum
tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau
belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan
sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah
bila tidak berwudhu.
7.

Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik

berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si
pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah
diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama
antara penjual dan pembeli.

11

zz

-

Kedudukan Ijtihad
Berbeda dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad sebagai sumber hukum

Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai berikut:
1.

Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, sebab

Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk
pikiran manusia yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.
2.

Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang,

tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat, tetapi tidak
berlaku pada masa / tempat yang lain.
3.

Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan as-

Sunnah.
4.

Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum,

kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa ajaran Islam.
5.

Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.

-

Hukum Ijtihad
Pertama, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang
dimintai fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi dan ia khawatir peristiwa
itu akan hilang begitu saja tanpa kepastian hukumnya, atau ia sendiri mengalami
peristiwa yang tidak jelas hukumnya dalam nas, maka hukum ijtihad menjadi
wajib ’ain.

12

zz

Kedua, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang
dimintai

fatwa

hukum

atas

suatu

peristiwa

yang

terjadi,

tetapi

ia

mengkhawatirkan peristiwa itu lenyap dan selain dia masih ada mujtahid
lainnya, maka hukum ijtihad menjadi wajib kifayah.
Ketiga, hukum berijtihad menjadi sunat jika dilakukan atas persoalanpersoalan yang tidak atau belum terjadi.
Keempat, hukum ijtihad menjadi haram dilakukan atas peristiwaperistiwa yang sudah jelas hukumnya secara qathi’, baik dalam al-Qur’an
maupun al-Sunnah; atau ijtihad atas peristiwa yang hukumnya telah ditetapkan
secara ijmak. (Wahbah al-Zuhaili, 1978: 498-9 dan Muhaimin, dkk., 1994: 189)
b. Sifat Dasar Ajaran Islam
Islam adalah sebuah agama yang di turunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi petunjuk
atau pedoman hidup bagi seluruh manusia sampai akhir zaman. Islam adalah
agama yang mengajarkan kepada pemeluk-Nya untuk menyebarkan benih
perdamaian, keamanan, dan keselamatan, untuk diri sendiri, sesama manusia,
dan kepada lingkungan sekitarnya, atau biasa di sebut rohmatan lil’alamin.
a. Kesederhanaan, rasionalitas, dan praktis
Islam tidak memiliki mitologis, ajarannya cukup sederhana dan dapat
dipahami. Didalamnya tidak pernah ada tempat bagi keberhalaan dan keyainan
yang tidak rasional. Ajaran Islam bersifat rasional yang dapat dijelaskan oleh

13

zz

logika dan penalaran. Islam merangsang pemeluknya mempergunakan
akal serta mendorong pemakaian intelek.
b. Kesatuan antara materi dan rohani
Islam mendorong manusia untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan.
Islam tidak memisahkan secara yang material dengan yang moral, yang duniawi
dengan yang ukhrawi, dan mengajak manusia agar selalu mencurahkan tenaga
untuk mengkonstruksikan kehidupan atas dasar moral yang sehat. dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa Islam menyuruh untuk memadukan antara
kehidupan moral dan materi. Sehingga keduanya saling selaras dan memberi
kemanfa’atan, bukan dengan kehidupan asketisme (kepertapaan) maupun dengan
ideologi materialistik yang dapat mengabaikan sisi moral dan spiritual kehidupan.
c. Sebuah cara hidup yang lengkap
Islam mempunyai cara hidup yang lengkap yang melingkupi seluruh
aspek eksistensi kehidupan manusia. Islam memberikan tuntunan bagi seluruh
aspek kehidupan baik pribadi dam sosial, material dan moral, ekonomi dan
politik,, legal dan kultural, serta nasional dan internasional. Al-Qur’an mengajak
manusia agar memeluk Islam tanpa keraguan dan mengikuti tuntunan Ilahi dalam
segala aspek kehidupan.
d. Keseimbangan antara pribadi dan masyarakat
Islam menciptakan keserasian dan keseimbangan antara individualisme
dan kolektivisme. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban sehingga harus
ditunaikan secara selaras dan sebaik-baiknya.
14

zz

e. Universalitas dan Humanisme
Islam bersifat menyeluruh dan sangat menjunjung tinggi kemanusiaan,
Islam menghendaki perdamaian dan persatuan Umat. Kehidupan aqidah yang
dijalani sendiri akan menimbulkan pemikiran yang bersifat parsial sehingga tidak
akan pernah mencerminkan suatu kehidupan yang menyeluruh atau universal. KeUniversalan akan membuat lengkap dan sempurna suatu sistem yang mencakup
aqidah dan organisasi kehidupan dan akan memberikan ketenangan pada fitrah
manusia, karena ia menghadapi fitrah tersebut dengan tabi’’at yang padu tidak
terpecah belah eksistensinya. dengan demikian ke-Universlan akan memberikan
kelengkapan dan kesempurnaan serta keterpaduan dalam menjalankan hukum
Islam.

c. Karakteristik Islam : Antara Normativitas dan Historisitas
Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata: karakteristik
dan ajaran Islam. Karakteristik adalah sesuatu yang mempunyai karakter atau
sifatnya yang khas.[17] Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad
saw., yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an dan diturunkan di dunia ini
melalui wahyu Allah SWT.[18] Dari pengertian dua kata tersebut, karakteristik
ajaran Islam dapat diartikan sebagai suatu ciri khas dari ajaran yang diajarkan
Nabi Muhammad yang mempelajari tentang berbagai ilmu pengetahuan dan
kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama , muamalah, yang di dalamnya

15

zz

termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,
lingkungan hidup, dan disiplin ilmu, yang kesemuanya itu berpedoman kepada AlQur’an dan Hadits. Dari sini dapat dilihat bahwa Islam memiliki karakteristik
yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat yang berlainan
dan beragam model dan bentuknya. Dan dengan itulah Islam memberikan banyak
solusi dalam berbagai bidang kehidupan disepanjang zaman. Dan inilah yang
merupakan karakteristik dari ajaran Islam yang hakiki.
1. Normativitas
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran,
acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.[1] Pada aspek normativitas, studi
Islam agaknya masih banyak terbebeni oleh misi keagamaan yang bersifat
memihak sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis, historis,
empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah keagamaan produk
sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.
2. Historisitas
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan
sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.[2] Definisi tersebut

16

zz

terlihat menekankan kepada materi peristiwanya tanpa mengaitka dengan
aspek lainnya. Sedangkan dalam pengartian yang lebih komprehensif suatu
peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang melakukan peristiwa
tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang sluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya
itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan
dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan
penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang
di capai umat Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan
agama

dan

umum,

kebudayaan,

arsitektur,

politik,

pemerintahan,

peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.

d. Moralitas Islam: ibadah, pendidikan, ilmu dan sosial
1. Dalam Bidang Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt. Karna
didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Majelis Tarjih Muhammadiyah
mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan
mentaati segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, dan mengamalkan
segala yang diizinkannya. Ibadah ada ynag umum dan ada yang khusus, yang

17

zz

umum adalah segala amalan yang diizinkan Allah, sedangkan yang khusus ialah
apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat, dan caracaranya yang tertentu.
Hal demikian menurut Ahmad Amin, dilakukan sebagai arti dan pengisian
dan makna islam yaitu berserah diri, patuh, dan tunduk guna mendapatkan
kedamaian dan keselamatan. Itulah yang selanjutnya membawa manusia menjadi
hamba yang saleh, sebagaimana dinyatakan tuhan : hamba Allah yang saleh
adalah yang berlaku rendah hati (tidak sombong dan tidak angkuh), jika mereka
diejek oleh orang bodoh mereka selalau berkata selamat dan damai. (Qs. 25:63).
Ketenangan jiwa, rendah hati, menyandarkan diri kepada amal saleh dan ibadah,
dan tidak kepada nasab keturunan, semua itu adalah gejala kedamaian dan
keamanan sebagai pengalaman dari ibadah.
Visi islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran
islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai mahluk
yang hanya diperintahkan agar beribadah kepadanya.
2. Bidang pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang
(education for all), laki-laki atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat
(long life education). Dalam bidang pendidikan islam memiliki rumusan yang
jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana dan lain sebagainya
semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari

18

zz

kandungan surah Al-alaq. Didalam alquran dapat dijumpai berbagai metode
pendidikan seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,
penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasehat, dan
sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai materi yang
diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak
didik.
3. Bidang Ilmu Dan Kebudayaan
Moralitas islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat
dilihat dari 5 ayat pertama surah Al-Alaq yang diturunkan tuhan kepada nabi
Muhammad Saw. Pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak 2
kali. Kata tersebut menurut A. Baiquni, selain berarti membaca dalam arti biasa,
juga

berarti

menelaah,

mengobservasi,

membandingkan,

mangukur,

mendeskripsikan, menganalisis, dan penyumpulan secar induktif.
Pentingnya ilmu hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu
sama nilainya dengan jihad dijalan Allah. Islam menempuh cara demikian, karna
dengan ilmu pengetahuan tersebut seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya
untuk meraih berbagai kesempatan dan peluang
4. Bidang Sosial
Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, islam ternyata
agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar dari pada urusan ibadah.

19

zz

Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tampat mengabdi
kepada Allah. Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah dalam arti khusus). Jika
kita menjalankan ritual ibadah tidak diterima Allah bila pelakunya melanggar
norma-norma muamalah.
e.

Islam dan Wacana Pembaharuan

a. Pengertian pembaharuan islam
Disebagian umat islam teradisional hingga saat ini tampat ada perasaan
seperti belum mau menerima apa yang dimaksud dengan pembaruan islam,
disebabkan karna salah persepsi dalam memahami arti pembaruan islam. Mereka
memandang bahwa pembaruan islam adalah membuang ajaran islam yang lama
diganti dengan ajaran islam baru, padahal ajaran islam yang lama itu berdasarkan
ijtihad para ulama besar yang dalam ilmunya, taat beribadah dan unggual
kepribadiannya, sedangkan ulama yang ada sekarang dipandang kurang
mendalami ilmu agamanya, kurang taat dalam ibadahnya, dan kurang baik budi
pekertinya.
Ada pula yang memahami pembaruan islam dengan mengubah al-quran
dan hadis, memahami al-quran dan hadis menurut selera orang yang
memahaminya, atau mencocok-cocokkan makna alquran dan hadis dengan makna
yang dimaui oleh orang yang menafsirkannya, sehingga alquran dan hadis
menjadi semacam stempel yang melegetimasi segala perbuatan yang dilakukan
manusia.

20

zz

Pembaruan islam sebenarnya bukan sebagaimana yang dipersepsikan
oleh sementara kaum tradisioanal diatas. Pembaruan islam adalah upaya-upaya
untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Dengan
demikian pembaruan dalam islam bukan berarti mengubah, mengurangi, atau
menambah, teks alquran maupun teks alhadis, melaiankan hanya mengubah atau
menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman. Selain
itu pembaruan dalam islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar
mengikuti ajaran yang terdapat didalam al-quran dan al-sunnah.
Dalam beberapa pemikiran pembaruan tersebut, terlihat bahwa yang
dimaksud dengan pembaruan dalam islam, bukan mengubah al-quran dan alhadis, tetapi justru kembali kepada al-quran dan al-hadis, sebagai sumber ajaran
islam yang pertama.
b. Masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan umat islam
a. Problem Teologis
Terdapat banyak problem yang menghinggapi pada kehidupan umat
beragama. problem teologis misalnya yang merupakan turunan dari
ideologi. Keyakinan penganut setiap agama yang ada, sehingga tidak jarang
membuahkan truth claim sebagai pemilik mutlak kebenaran tuhan, sehingga
agama diluar agama yang dianut tidak lebih dari agama palsu/ bahkan
agama setan.

21

zz

Problem teologis ini seakan - akan mendapatkan legitimasi dari kitab suci
yang dipahami secara rigit – tekstual, sehingga pemahaman atas teks suci
keagamaan tidak memasukkan dimensi sosial historis yang menjadi bagian
dari basis munculnya teks suci tiap-tiap agama terutama yang menyangkut
pada agama ibrahim. Dan tiga agama ibrahim ini akhirnya tidak pernah
lepas dari pertentangan dan bahkan perebutan wilayah dakwah- misi unntuk
memperluas penganut jama’ah di tengah masyarakat.
b. Problem Kultural
Selain problem teologis, problem cultural juga menjadi bagian dari rumitnya
kehidupan umat beragama yang harus direspons oleh islam. Misalnya
perpindahan agama, jika kita memiliki pemahaman yang tidak stereotype
tentang agama-agama. Sebenarnya perpindahan agama dapatlah dipandang
sebagai sebuah proses social yang wajar, tatkala perpindahan agama
dilakukan dengan cara sadar, tanpa paksaan, sebab dalam agama yang baru
diyakini dapat memberikan”keberkahan” dan keselamatan, perlindugan,
secara memadai atas kehidupan yang dialaminya. Perpindahan agama
karena itu, bukan merupakan persoalan teologis yang menghawatirka, sebab
kepenganutan agama dalam tradisi masyarakat kita, lebih dekat dengan
factor keturunan dan lingkungan. Bila bapak- nenek moyang kita dan
komunitas kita beragama islam, kemungkinan akan beragama islam,

22

zz

demikian pula jika beragama Kristen dan seterusnya, kita juga akan
beragama Kristen. Pendek kata, proses internalisasi keagamaan lebih banyak
dipengaruhi karna factor keturunan dan komunitasnya, bahkan teologis
apalagi politik.
c. Problem Struktural
Selain problem teologis dan problem cultural, ada juga problem structural.
misalnya, problem dominannya keterlibatan negara dalam urusan agama,
yakni adanya kompilasi hukum islam yang mengatur tentang kehidupan
umat beragama, tidak saja umat islam. Sebab dalam kompilasi hukum islam
mengatur pula tentang boleh tidaknya perkawinan antar- agama, hak
perwalian, hak pewaisan, dan hak pengadopsian anak.
Sebagai umat beragama yang berada dalam sebuah Negara, akhirnya
berada dalam dua simpang. Disatu pihak harus menaati peraturan-peraturan yang
dibutuh Negara, tapi di pihak lain harus menaati kaidah dari keyakinan agama
masing- masing. Di situlah kemudian ada ambiguitas dari para penganut agama
yang beragam ini. Para penganut agama tidak jarang menganut pandangan standar
ganda dalam beragama; memandang agama orang lain sebagai agama yang
memiliki kebenaran, tetapi kebenaran tersebut lebih rendah dari kebenaran agama
yang dianutnya. Pandangan agama seperti itu bukan pandangan yang pluralis tapi
bisa disebut lazy tolerance.

23

zz

Oleh sebab, itu cara pandang standar ganda harus dirombak dengan
cara pandang pluralis, yang menempatkan kesetaraan dalam kebenaran agama.
Sehingga menumbuhkan adanya mutual trust antar umat beragama sebab, mutual
trust akan menghasilkan demokratisasi dalam kehidupan umat beragama yang
pluralistik.

BAB 3 PENUTUP
a. Kesimpulan
a) Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada
masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, dimana agama Islam
sendiri memiliki pedoman pokok atau sumber ajaran yang berupa kitab suci
yang bernama Al-qur’an. Kemudian apabila dalam al-qur’an masih belum
terperinci maka Sunnah/Al-hadits sebagai pedoman yang kedua. selanjutnya
di dalam Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran (ijtihad) yang
digunakan sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan hukum bila di
dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui.
b)

Karakteristik ajaran Islam merupakan suatu ciri khas dari ajaran yang
diajarkan Nabi Muhammad yang mempelajari tentang berbagai ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama,
muamalah, yang di dalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan,

24

zz

kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu, yang kesemuanya itu
berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jadi, Islam memiliki karakteristik
yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat yang
berlainan dan beragam model dan bentuknya.
c) Moralitas Islam bertujuan membuat manusia patut menduduki jabatannya,
yakni membuatnya menjadi khalifah di bumi. Manusia yang demikian itu
adalah ideal. Dalam hadits Nabi Muhammad, perintah-perintah moral sangat
komprehensip meliputi nilai-nilai individual, sosial, fisikal, dan spiritual
(ibadah) agar manusia bisa hidup bahagia di dunia ini dan di alam baka.
d) Wacana pembaharuan Islam yang muncul sekarang ini datang karena di dalam
tubuh islam merasa banyaknya persoalan-persoalan umat yang muncul, yang
berbeda dan hampir tidak ditemukan pada masa Rosulullah. Maka
bermunculan Organisasi-organisasi Islam yang saling mengkalim bahwa
mereka dapat mengatasi dan menjawab permasalahan-permasalahan umat
yang ada. Akan tetapi akan lebih baik cara pandang standar harus dirombak
dengan cara pandang pluralis, yang menempatkan kesetaraan dalam
kebenaran agama. Sehingga menumbuhkan adanya mutual trust antar umat
beragama sebab, mutual trust akan menghasilkan demokratisasi dalam
kehidupan umat beragama yang pluralistik, apalagi untuk sesama pemeluk
Islam.

25

zz

Demikian makalah ini kami sampaikan, namun kami sadar makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dan inovatif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, serta menambah khasanah keilmuan kita semua. Amin

26

zz

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, 1998, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
Cet. 5, hlm. 80
Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 82
Drs. M. Yatimin Abdullah, M. A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Hamzah,
2006), Cet. 1, hlm. 23
Hameed, Hakim Abdul., Aspek-aspek Pokok Agama Islam, (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1983), hlm. 72
Dikutip M. Hamidullah dalam Itroduction to Islami, hlm: 84.
Op. Cit, hlm. 81-86
http://msitadriskimia.blogspot.co.id/2010/09/sumber-dan-karakteristiskislam.html

27