pemetaan jumlah sekolah menengah atas di

PEMETAAN JUMLAH GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS
DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012
BERDASARKAN METODE CLOROPLET

Dosen Pendamping :
Purwanto, S.Pd, M.Si

Oleh :
M.Misbahullah
130722607346
Off:H/2013

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas

manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi tantangan nasional
dan global (Supriyono 2012). Lebih lanjut Supriyono (2012) menjelaskan bahwa
pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara diamanatkan dalam batang tubuh
UUD 1945, Pasal 28 b ayat (1) menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
kedapatan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi , seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 1 ayat (1)
menyatakan setiap warga negara berhak mendapakan pendidikan. Terdapat dua macam
jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur
pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dengan mengacu padi kurikulum nasional dalam sekolah.
Sebagian besar kegiatan pembangunan memerlukan data dan informasi
sebagai bahan pendukung, khususnya yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan,

perumusan

kebijakan, penyusunan


rencana,

pelaksanaan,

serta

Monitoring dan evaluasi (Sukarsa, 2009). Lebih lanjut Sukarsa (2009) mengemukakan
bahwa dalam bidang pendidikan, peran data dan informasi menjadi semakin penting
untuk menunjang upaya pembangunan pendidikan secara berkelanjutan serta
mengurangi atau mencegah upaya peningkatan mutu pendidikan yang didasarkan
pada common sense. Namun demikian, dalam kaitan dengan peningkatan mutu
pendidikan, peran pendayagunaan data dan informasi untuk pengambilan keputusan,
perumusan kebijaksanaan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring
dan evaluasi ternyata masih sangat terbatas. Untuk jangka panjang, kondisi ini akan
menjadi salah satu faktor penghambat dalam mewujudkan mutu pendidikan yang
berkelanjutan.
Masalah yang perlu diperhatikan saat ini adalah masih perlu dikembangkannya
sistem pendataan yang mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, tepat
guna dan tepat waktu, sehingga dapat dijadikan bahan acuan oleh para pengambil


1

keputusan dalam merumuskan kebijakan baik dalam perencanaan maupun
penyelenggaraan pendidikan.
Pada kenyatannya, Dinas Pendidikan di Kabupaten Pekalongan hingga saat
ini masih menggunakan sistem yang bersifat manual (dengan pencatatan pada buku)
dan penggunaan sistem yang belum terintegrasi (dengan mencatat data secara
terpisah- pisah dalam file excel). Hal tersebut tentunya menimbulkan berbagai
kesulitan dalam penyimpanan data serta pengolahan data menjadi informasi yang
diperlukan.
Oleh karena itu pemanfaatan teknologi komputer sangat diperlukan, karena
dengan penggunaan sistem informasi geografis yang terintegrasi maka pencatatan
data (database) yang terdapat pada suatu daerah akan menjadi lebih mudah. Dari
data yang telah tercatat pada basis data tersebut, maka dapat dilakukan pemetaan
(mapping) kualitas pendidikan pada suatu daerah. Penyajian informasi kualitas
pendidikan pada suatu daerah dengan cara penggambaran secara geografis, tentunya
akan memudahkan para pengambil kebijakan untuk dapat menemukan, menganalisa
serta mengatasi masalah pendidikan yang terdapat pada daerahnya secara cepat.
Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade belakangan ini
meningkat dengan sangat pesat. Hal ini berkaitan juga dengan meluasnya pemanfaatan

Sistem Informasi Geografi (SIG) dan perkembangan teknologi dalam memperoleh,
merekam dan mengumpulkan data yang bersifat keuangan (spasial). Kemampuan
penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat,
dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan
bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi. Sistem
informasi atau data yang berbasis keuangan yang ada pada saat ini merupakan suatu
elemen yang sangat penting karena berfungsi sebagai fondasi dalam melaksanakan dan
mendukung berbagai macam aplikasi. Salah satu contoh yang dapat dibuat dengan dasar
SIG adalah pemetaan sekolah (school mapping) di Kabupaten Pekalongan. Perlunya
dilakukan pemetaan sekolah dilakukan untuk pendataan sekolah serta potensi wilayah
dalam rangka mendukung tercapainya rencana strategi untuk pendidikan yang ada di
kabupaten Pekalongan.
Pemetaan sekolah merupakan suatu pendekatan perancangan pendidikan
regional yang dilakukan dengan tujuan pemetaan penyediaan alat-alat dan fasilitas
pendidikan serta mampu mengembangkan sekolah yang tidak efisien dengan

2

menetapkan daerah jangkauan yang sesuai dengan perkembangan komunikasi dan
transformasi. Pemetaan sekolah merupakan faktor penting dari proses perencanaan

pendidikan secara keseluruhan dan karena itu sifatnya juga tidak statis melainkan
dinamis mengikuti perkembangan pendidikan yang sedang berlangsung. Berdasarkan
pada rangkaian latar belakang diatas maka perlu dilakukan kajian tentang “pemetaan
jumlah guru sekolah menengah atas di kabupaten pekalongan tahun 2012 berdasarkan
metode cloroplet”.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini dirinci berikut ini :
1. Mengetahui jumlah Guru sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pekalongan
berdasarkan pemetaan dengan metode cloropleth.
2. Mengetahui distribusi Guru sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pekalongan
berdasarkan pemetaan dengan metode cloropleth.

C. Definisi Operasional
1. Peta
Peta merupakan representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakankenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Menurut PP
No. 10 tahun 2000, tentang ketelitian peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur
alam dan atau buatan manusia, yang di atas maupun dibawah permukaan bumi yang

digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

2. Cloropleth
Cloropleth berasal dari bahasa Yunani, choros untuk daerah dan plethos
untuk nilai. Jadi yang dijadikan metode untuk daerah/areal adalah nilai. Nilai
dihitung untuk daerah dan digambarkan sebagai permukaan bertingkat menunjukan
sederetan nilai nilai yang tersebar. Karena nilai ini ditunjukan melalui simbol
daerah, sehingga nilai tersebut hanya bernilai relatif. Adanya perbedaan skala ke
abuan (grey value) atau intensitas warna yang menekankan perbedaan intensitas
suatu fenomena seperti perbedaan kepadatan. Perbedaan nilai abu abu digunakan

3

suatu hierarki atau tingkatan antara kelas kelas yang dibedakan dapat ditangkap
kesannya dengan jelas.
Secara umum, semakin gelap grey value maka semakin tinggi kepadatannya.
Pengertian yang lain semakin gelap suatu daerah tersebut maka kondisinya akan
semakin jelek. Hal inilah yang perlu dipahami oleh seorang pembaca peta, yang
dituntut kemampuan baca tulis (literacy). Untuk menggambarakan peningkatan
persentase kemampuan baca tulis pada peta global dengan warna yang bertambah

nilainya akan membuat pembaca peta untuk berhati hati akan kesalahan, seperti
kondisi yang jelek digambarkan dengan warna yang lebih terang.
Ada 2 macam cloropleth yaitu, peta kepadatan (yang menggambarakan rasio
dimana areal yang diliputi dihitung sebagai penyebut) dan rasio yang tidak
berhubungan dengan areal. Contoh persentase orang berusia lebih dari 65 tahun
pada totsl populasi. Dari sudut pandang pengguna peta sangat penting untuk
membedakan dua tipe ini, karena impresi visual peta kloropleth oleh daerah warna
maupun ukurannya

3. Guru
Guru

(bahasa

Sanskerta:

गु

yang


berarti

guru,

tetapi

arti

secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik,

mengajar, membimbing,

mengarahkan,

melatih,

menilai, dan


mengevaluasi peserta didik
Dalam arti umum Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.
Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru
dapat juga dianggap seorang guru.

4. Sekolah Menengah Atas
Sekolah menengah atas (disingkat SMA; bahasa Inggris: Senior High
School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal
diIndonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah

4

menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas
12.
Pada tahun kedua (kelas 11), siswa SMA dapat memilih salah satu dari 3
jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (yakni
kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang
memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.
Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA tidak termasuk
program wajib belajar pemerintah yakni SD (atau sederajat) 6 tahun dan SMP(atau
sederajat) 3 tahun maskipun sejak tahun 2005 telah mulai diberlakukan program
wajib belajar 12 tahun yang mengikut sertakan SMA di beberapa daerah, contohnya
di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
SMA

diselenggarakan

oleh

pemerintah

maupun

swasta.

Sejak


diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan SMA negeri di
Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional,
kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerahkabupaten/kota. Sedangkan
Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang
standar nasional pendidikan. Secara struktural, SMA negeri merupakan unit
pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pemetaan
Peta merupakan representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakankenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan
pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.
Menurut ICA (International Cartographic Association), Peta adalah gambaran
atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi
yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada
umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Sedangkan
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005),
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,
merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada
tahapan dan tingkatan pembangunan.
Setiap peta dirancang untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, oleh karena itu
segala informasi yang disajikan berkaitan dengan kebutuhan pengguna peta. Pada
umumnya

informasi

tersebut

ditempatkan

dalam

informasi

tepi

yang

menangkupberbagai informasi penting misalnya : Judul Peta, Skala Peta,
Legenda/Keterangan, Gratikul/Lintang Bujur, Indeks/Inset, Sumber Data, informasi
lain yang penting.
Komposisi peta pada peta-peta resmi, misalnya peta topografi, Peta geologi, Peta
Tanah, Masing-masing telah mempunyai aturan standar yang berlaku, Karena pada
umumnya peta-peta tersebut dibuat secara seri memakai peta dasar rupa bumi sebagai
peta dasarnya. Pada peta tematik komposisi peta terutama harus mempertimbangkan
keseimbangan tata letak , disamping keserasian dalam hal ukuran, dan tipe huruf,
informasi tepi peta yang penting harus sama untuk semua jenis peta. Namun secara
esensi peta dasar dengan peta tematik memiliki karakteristik perbedaan dari segi
informasi yang di sajikan.

6

B. Peta Tematik
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL
2005) Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan
tertentu (And status, penduduk, transportasi, dll) dengan menggunakan peta rupa bumi
yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi.
Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan keadaan khusus daerah yang
dipetakan. Pada prinsipnya unsur-unsur peta tematik sama dengan peta pada umumnya.
Peta tematik hanya menyajikan tema atau unsur-unsur tertentu saja. Komponenkomponen peta pada umumnya tidak berlaku mutlak untuk peta tematik, karena peta
tematik memerlukan simbol-simbol khusus sesuai dengan tema peta. Peta tematik
Persebaran adalah peta khusus yang menunjukan fungsi letak dan lokasi dimana peta
yang di kehandaki untuk dibuat (tema yang akan di buat ) dalam kawasan persebaran
yang akan dibuat

C. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas
manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi tantangan nasional
dan global (Supriyono 2012). Lebih lanjut Supriyono (2012) menjelaskan bahwa
pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara diamanatkan dalam batang tubuh
UUD 1945, Pasal 28 b ayat (1) menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
kedapatan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi , seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 1 ayat (1)
menyatakan setiap warga negara berhak mendapakan pendidikan. Terdapat dua macam
jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur
pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dengan mengacu padi kurikulum nasional dalam sekolah.

Sukarsa (2009) mengemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, peran data
dan informasi menjadi semakin penting untuk menunjang upaya pembangunan
pendidikan secara berkelanjutan serta mengurangi atau mencegah upaya peningkatan
mutu pendidikan yang didasarkan pada common sense. Namun demikian, dalam

7

kaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, peran pendayagunaan data dan
informasi untuk pengambilan keputusan, perumusan kebijaksanaan, penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi ternyata masih sangat
terbatas. Untuk jangka panjang, kondisi ini akan menjadi salah satu faktor penghambat
dalam mewujudkan mutu pendidikan yang berkelanjutan.
Masalah yang perlu diperhatikan saat ini adalah masih perlu dikembangkannya
sistem pendataan yang mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, tepat
guna dan tepat waktu, sehingga dapat dijadikan bahan acuan oleh para pengambil
keputusan dalam merumuskan kebijakan baik dalam perencanaan maupun
penyelenggaraan pendidikan.

8

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Diagram Alir

Jumlah Guru SMA di
Kabupaten Pekalongan belum
terpetakan dengan baik.

Menyulitkan atau
menimbulkan kesulitan
dalam menginterpretasikan
jumlah guru SMA di Kab.
Pekalongan

Metode cloropleth sebagai
salah satu alternatif
penginterpretasian jumlah
Guru SMA di Kab.Pekalongan

Reinterpretasi Peta jumlah
Guru di Kab. Pekalongan dan
Perncekan kesalahan data

Peta Tematik Jumlah Guru
SMA di Kab. Pekalongan

Mengatasi Kesulitan dalam
menginterpretasikan jumlah
guru SMA di Kab. Pekalongan

B. Alat dan Bahan
-

Peta SHP kabupaten Pekalongan

-

Data BPS kabupaten Pekalongan

-

Laptop

-

Softwar ArchGis 10.x

9

C. Teknik Pengumpulan Data

Identifikasi
Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan
Data

Penyusunan
Laporan

Analisis

Pengolahan
Data

a. Identifikasi masalah Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana
memperoleh data – data yang diperlukan baik data spasial maupun data non spasial
yang digunakan dalam penelitian pembuatan sistem informasi geografi jumlah
gury sekolah menengah atas Di kabupaten pekalongan tahun 2012 Berdasarkan
metode cloropleth
b. Studi literatur Bertujua untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan
penginderaan jauh, SIG, dokumentasi dan literatur lain yang mendukung baik dari
buku, jurnal, majalah, koran, internet, dll.
c. Pengumpulan data dilakukan dengan ijin dan kerjasama dengan beberapa dinas
terkait di Kabupaten Pekalongan
d. Pengolahan data merupakan proses dimana data yang telah dikumpulkan diolah
dengan bantuan media software ArcGIS dan berbagai data dasar menjadi produk
yang diinginkan berupa peta jumlah guru sekolah menengah atas di kabupaten
pekalongan

e. Analisis
Analisa data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi
yang dapat digunakan untuk menganalisis data dan mengambil kesimpulan dalam

10

suatu penelitian. Adapun cara untuk membuat pembahasan dan mengambil
kesimpulan bisa dengan hipotesis maupun dengan estimasi hasil.
 Penentuan Banyak Kelas Interval (K)
K = 1 + 3.3 log N
1) Klasifikasi Sistem Kelas Teratur
a. Penentuan K = 1 + 3.3 log N
b. i = range/ K
i = panjang kelas interval
range = nilai data tertinggi – nilai data terendah
2) Klasifikasi Sistem Kelas Interval Aritmatik
Penentuan K = 1 + 3.3 log N
Seri aritmatik adalah seri sejumlah angka dimana setiap angka berasal
dari angka sebelumnya dengan menambahkan nilai konstan. Besarnya kelas
interval ditemukan berdasarkan formula berikut:
A + X + 2X + 3X + 4X………+ nX = B
3) Klasifikasi Sistem Kelas Interval Geometrik
Penentuan K = 1 + 3.3 log N
Formula Model Geometrik
A

-

AX

AX

-

AX2

AX2

-

AX3

AX3

-

AX4, dst…

Demana A adalah nilai terendah dan X adalah nilai yang belum diketahui.
Rumus mencari X adalah sebagai berikut :
B = AXn
Xn = B/A

11

Atau : n log X = log B – log A
Log X = log B – log A
n

Dalam hal ini :
B = Batas atas
A = Batas bawah
N = jumlah kelas

4) Klasifikasi Sistem Kelas Interval Kuantil
Penentuan K = 1 + 3.3 log N
Hitunglah nilai jarak interval dengan formula:
ܳ = ‫ ݉ ݑ ܬ‬ℎ‫ܦ‬
݈ ܽܽ ‫ܽ ݐ‬
݊

5) Klasifikasi Sistem Grafik Dispersal
a) membuat grafik dari data
b) menentukan titik henti dengan cara mengidentifikasi grafik, titik henti
merupakan perbedaan yang signifikan antar nilai pada grafik
 Penentuan Nilai Prioritas Setiap Metode
a) Tentukan nilai tengah masing masing data dengan berbagai metode
klasifikasi data (teratur, aritmatik, geometrik, kuantil, dispersal)
b) Nilai tengah – Nilai Riil
c) dari hasil selisih nilai tengah dan nilai riil, jika hasilnya mendekati
nol maka prioritas semakin baik, sebaliknya jika hasil menjauhi nol
maka prioritas semakin buruk.
f. Penyusunan Laporan
Tahap akhir dari semua tahap untuk pemetaan jumlah guru sekolah
menengah atas di kabupaten pekalongan tahun 2012 S. Sehingga dapat di
jadikan sebagai referensi untuk bahan ajar dalam proses belajar-mengajar yang
akan di laksanakan pada waktu kedepannya.

12

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
-Paparan data
Terlampir:-

B. Pembahasan
Data yang diperoleh dari BPS kabupaten pekalongan berupa data persebaran
jumlah guru yang ada di setiap kecamatan yang ada di kabupaten pekalongan tahun
anggaran 2012, kemudian dianalisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan
perhitungan statistika yaitu dengan menggunakan sistem kelas interval.
Dalam penyusunan dan pembuatan peta jumlah Guru sekolah Menengah Atas
di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 berdasarkan pemetaan dengan metode cloropleth
ini menggunakan lima sistem kelas interval. Kelas interval yang pertama adalah sistem
kelas teratur, yang kedua adalahsistem kelas Aritmatik, sistem kelas Geometri, sistem
kelas kuartil dan yang kelima adalah sistem kelas Diversal.
Setelah selesai pembagian kelas tersebut disetiap kelas interval maka perlu
ditentukan terlebih dahulu nilai dan frekuensi dari data yang masuk pada setiap kelas
interval yang ada. Langkah selanjutnya adalah menentukan kelas interval yang terbaik
untuk dijadikan prioritas dalam pembuatan peta chloropleth. Penentuan sistem kelas
terbaik atau prioritas ini bertujuan untuk mengklasifikasikan kelas interval pada
software ArcGis saat proses pembuatan peta cloropleth dilakukan. Dari sistem ini
didapatkan lima kelas interval. . Lima kelas interval ini mengandung pengertian lima
tingkatan jumlah guru yang ada di setiap kecamatan yang ada di kabupaten pekalongan
Lima tingkatan tersebut adalah Sangat sedikit, sedikit, sedang, banyak, dan sangat
banyak.
Pada prioritas data yang didapat dari data BPS tentang jumlah guru yang ada di
kabupaten pekalongan tahun 2012 meiliki prioritas pada data kuartil.dan berdasarkan
prioritas data kuartil ini yang termasuk dalam kategori sangat sedikit yang pertama
adalah Wonokerto, Petungkritono,Siwalan, dan yang keempat adalah lebah barang.dan
yang masuk dalam kelas sedikit adalah kandangserang, paninggaran,bojong dan talun.
Yang masuk dalam kategori sedang adalah Tirto, Karangdadap, Doro, Wonopringgo.

13

Dan yang masuk dalam kelas banyak adalah Kesesi, sragi, Karanganyar, Buaran
terdapat terdapat 3 kecamatan yang termasuk dalam kelas yang sangat banyak dalam
hal jumlah guru yang ada yang pertama adalah Kedungwuni,Kajen, dan wiradesa dan .
Tapi apabila di spesifikan lagi jumlah Guru di wilayah Kabupaten Pekalongan
itu tertuju pada daerah tengah atau pusat kota yang merupakan suatu core atau inti dari
sebuah kegiatan ekonomi yang ada . Sedangkan daerah yang memiliki jumlah Guru
yang yang sedikit juga menyebar, tapi paling banyak terletak di daerah pinggiran atau
perbatasan.
Selain itu masalah yang perlu diperhatikan saat ini adalah

masih

perlu

dikembangkannya sistem pendataan yang mampu menyediakan data dan informasi
yang akurat, tepat guna dan tepat waktu, sehingga dapat dijadikan bahan acuan oleh
para pengambil keputusan dalam merumuskan kebijakan baik dalam perencanaan
maupun penyelenggaraan pendidikan.

14

BAB V
A. Kesimpulan
Peta choropleth menyediakan cara mudah untuk memvisualisasikan bagaimana
pengukuran bervariasi di area geografis atau menunjukkan tingkat variabilitas di suatu
daerah. Dari Peta buat terdapat degradasi warna dengan perbedaan 5 warna yaitu sangat
sedikit, sedikit, sedang, banyak, sangat banyak. Dan peta tersebut bisa di lihat apabila dari
jumlah guru yang ada di kabupaten pekalongan tersebar di wilayah yang berada di tengahtengah karena merupakan suatu inti dari kegatan ekonomi yang ada pada suatu wilayah.
Dan pada jumlah guru di wilayah kabupaten pekalongan tersebar tidak merata.
B. DAFTAR PUSTAKA
Purwanto. 2014. Modul Praktikum Kartografi Tematik. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Malang, 10 Agustus 2014.
Sukarsa, I Made. 2009. Pemetaan Kualitas Pendidikan Di Propinsi Bali Berbasis Spatial.
Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Juni 2009.
Supriyono. 2012. Menggagas Interkoneksi antar jalur pendidikan : Sinergi Pendidikan
Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah dalam Pembangunan Pendidikan Nasional.
Pidato pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah pada Fakultas
Ilmu Pendidikan, Rabu 10 Oktober 2012.
Suryantoro, Agus, 2013. Intergrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis.Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Purwanto, 2012. Modul Praktikum Kartografi Tematik. Malang: Jur. Geografi. Universitas
Negeri Malang.
Elzakker,Corne P.J.M Van,2004.The of maps in the exploration od geographic
data.Untrecht.Netherlands.
Halim,Yusron,1981.Aspek Visual Sistem Kelas Interval dalam Pemetaan Choropleth Studi
Kasus Pemetaan Kepadatan Penduduk Jawa Tengah.Prosiding Seminar Interpretasi
Foto Udara dan Survey Terpadu.Geo.UGM
Kraak,Menno-Jan & Ormeling,Ferjan.2010.Cartography Visualization of Geospatial Data,3rd
Edition-Pearson Education Ltd.
Purwanto,2006.Laporan Praktikum Kartografi Tematik.Jur.Geografi.UGM
Robinson,et all.1995.Element of Cartography .Canada:John Wiley & Sons,INC.
Sinaga,Maruli.1999.Pemetaan Statistik.Fak.Geografi.UGM
http://dragva.wordpress.com/2010/10/25/choroplath/ (diakses pada 1 Nopember 2014)

15

-

LAMPIRAN

Kecamatan

-1
Kandangserang
Paninggaran
Lebakbarang
Petungkritono
Talun
Doro
Karanganyar
Kajen
Kesesi
Sragi
Siwalan
Bojong
Wonopringgo
Kedungwuni
Karangdadap
Buaran
Tirto
Wiradesa
Wonokerto
Kab. Pekalongan
(2012)

SLTA
Negeri
Swasta
Sek Guru Murid Sek Guru Murid
-2
-3
-4
-5
-6
-7
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
-

23
27
21
15
23
40
53
38
117
48
159
42
53
-

312
426
163
112
219
419
767
601
2.115
946
2015
622
902
-

1
1
2
5
3
2
1
2
4
3
1
5
-

20
16
46
113
149
46
15
70
131
98
54
98
-

325
160
458
934
2.339
828
85
1.176
1.676
1.213
719
899
-

Negeri
Sek Murid
-8
-10
4
-

687
-

MA
Swasta
Guru
Sek Murid
-11
-13
-12
1
1
1
1
4
1
1
1

45
106
51
134
625
56
1.162
114
-

13
14
15
17
139
21
42
24
-

15 659 9.619 30 856 10.812 1
687
2.293
Tabel Persebaran Jumlah Sekolah, Guru dan Siswa Menurut Data BPS
Kab.Pekalongan

285

KECAMATAN
Wonokerto
Petungkritono
Siwalan
Lebakbarang
Kandangserang
Paninggaran
Bojong
Talun
Tirto
Karangdadap
Doro
Wonopringgo
Kesesi
Sragi
Karanganyar
Buaran
Wiradesa
Kajen
Kedungwuni

GURU

GURU

GURU

GURU

0
0
0
0
15
15
15
15
15
15
15
15
21
21
21
21
23
23
23
23
47
47
47
47
48
48
48
48
52
52
52
52
54
54
54
54
63
63
63
63
86
86
86
86
87
87
87
87
99
99
99
99
117
117
117
117
127
127
127
127
140
140
140
140
175
175
175
175
202
202
202
202
429
429
429
429
Tabel. Hasil pembagian jumlah interval

1. Kelas interval Teratur
No
Kelas Interval
1
0-86
2
87-172
3
173-258
4
259-344
5
345-430
2. Kelas interval Aritmatik
No
Kelas Interval
1
0-26
2
27-48
3
49-81
4
82-125
5
126-180
3. Kelas Interval Geometrik
No
Kelas Interval
1
0-30
2
31-60
3
61-120
4
121-240
5
241-480

GURU
0
15
15
21
23
47
48
52
54
63
86
87
99
117
127
140
175
202
429

Fi
11
5
2
0
1

Nilai Tengah
43
129,5
215,5
301,5
387,5

Fi
5
2
3
4
3

Nilai Tengah
12,5
37,5
65
103,5
153

Fi
5
4
5
4
1

Nilai Tengah
15
45,5
90,5
180,5
360,5

4. kelas interval Quartil
No
Kelas Interval
1
0-23
2
24-54
3
55-99
4
100-175
5
176-429

Fi
5
4
4
4
2

Nilai Tengah
11,5
51
104,5
187,5
390,5

kelas Interval Disversal
No
Kelas Interval
1
0-23
2
24-63
3
64-99
4
100-202
5
203-429

Fi
5
4
4
5
1

Nilai Tengah
11,5
43,5
81,5
151
316

Diagram kelas Diversal
500
450
400
350
300
250
429

200
150
100
50
0

0
1

175 202
117 127 140
99
86 87
47 48 52 54 63
15 15 21 23
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Kepadatan guru

Sampel
KECAMATAN

ST

SA

SG

SK

SP

43

12,5

15

11,5

43
43
43
43
43
43
43
43

12,5
12,5
12,5
12,5
37,5
37,5
65
65

15
15
15
15
45,5
45,5
45,5
45,5

11,5
11,5
11,5
11,5
51
51
51
51

11,5
11,5
11,5
11,5
11,5
43,5
43,5
43,5
43,5

65

90,5

105

81,5

104

90,5

105

81,5

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Wonokerto
Petungkritono
Siwalan
Lebakbarang
Kandangserang
Paninggaran
Bojong
Talun
Tirto

10

Karangdadap

11

Doro

12

Wonopringgo

130

104

90,5

105

81,5

13

Kesesi

130

104

90,5

105

81,5

14

Sragi

130

104

90,5

188

151

15

Karanganyar

130

153

181

188

151

16

Buaran

130

153

181

188

151

17

Wiradesa

216

153

181

188

151

18

Kajen

216

181

391

151

43
43

0

jumlah guru
sma
0
15
15
21
23
47
48
52
54
63
86
87
99
117
127
140
175
202

Selisih Dengan data asli
ST

SA
12,5
2,5
2,5
8,5
10,5
9,5
10,5
-13
-11

SG

SK
-43
-15 11,5
-28
0
3,5
-28
0
3,5
-22
6
9,5
-20
8
11,5
4
1,5
-4
5
2,5
-3
9
6,5
1
11
8,5
3
20
-2 27,5 41,5
43 17,5 -4,5 18,5
42,5 16,5 -3,5 17,5
30,5 -4,5 8,5 -5,5
12,5 13,5 26,5 70,5
-2,5 -26 53,5 60,5
10,5 -13 40,5 47,5
40,5 22 -5,5 12,5
13,5 202 21,5 189

Nilai

SP
11,5
3,5
3,5
9,5
11,5
3,5
4,5
8,5
10,5
18,5
4,5
5,5
17,5
-34
-24
-11
24
51

ST

SA

SG

SK

SP

4

2

3

1

0

4
4
4
4
1
1
0
0

2
2
2
0
0
0
4
4

3
3
3
3
3
3
2
2

1
1
1
2
4
4
3
3

0
0
0
1
2
2
1
1

0

1

3

4

2

0

3

2

4

1

4

2

1

3

0

4

2

1

3

0

2

1

0

4

3

0

1

3

4

2

0

2

3

4

1

4

1

2

3

0

3

0

2

4

1

19

Kedungwuni

388

0

361

391

316

429

41,5

429

68,5 38,5

113

3
42
3

0
29
4

2
44
2

4
57
1

1
18
5