Pengaruh Kapitalisme dalam Pelaksanaan E
PENGARUH KAPITALISME DALAM PELAKSANAAN
EKONOMI PANCASILA
Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian kompetensi akhir mata kuliah
pendidikan pancasila semester dua program sarjana
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Rusnaini, M.Si.
OLEH
Thea Arnaiz Le
NIM: K7614054
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM STUDI TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.
Tanpa
pertolongan-Nya
mungkin
penyusun
tidak
akan
sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "
Ekonomi Pancasila Dalam Jerat Kapitalisme", yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu ibu Dr. Rusnaini, M.Si. yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.
Surakarta, 14 juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Pengertian Kapitalisme.......................................................................3
B. Kapitalisme Global.............................................................................5
C. Kapitalisme dalan Ekonomi Pancasila..............................................12
BAB III PENUTUP......................................................................................13
A. Simpulan...........................................................................................13
B. Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak meraih kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia telah
memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi. Peralihan dari orde
lama menuju orde baru tidak hanya memberikan nafas baru dalam
berpolitik tapi juga dalam perekonomian yang lebih baik.
Ekonomi suatu bangsa umumnya berasaskan ideologi yang dianut
sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Sistem ekonomi yang
Indonesia anut saat ini tentu saja Ekonomi Pancasila yang digali dari akarakar budaya Indonesia sendiri yaitu gotongroyong dan berdasar moral dan
kemuliaan. Pertanyaannya sejauh manakah Indonesia itu sendiri mematuhi
aturan ekonomi Pancasila yang berlandaskan Pancasilais yang pada
kenyataannya bangsa Indonesia sendiri yang menciptakan sistem ini demi
keadilan dan kemakmuran rakyatnya?
Apakah semua itu hanya konsep belaka? Karena pada kehidupan
perekonomian Indonesia saat ini, lebih menjalankan kegiatan ekonomi
yang cenderung kapitalis atau neo-kalpitalis. Globalisasi adalah salah satu
faktor pendorong, dimana seluruh dunia menjadi sangat bergantung,
umumnya negara Dunia Pertama mengeruk habis-habisan negara Dunia
Ketiga contohnya seperti Indonesia. Semenjak presiden Soeharto
mengijinkan penanaman modal asing di Indonesia semenjak itulah negaranegara lain berbondong-bondong menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satunya adalah Freeport, yang sampai saat ini enggan menghentikan
kontraknya dan terus menggali emas yang jika dalam peraturan Undangundang Dasar 1945 kekayaan alam dikuasai oleh negara demi
kemakmuran rakyat tapi sekarang adalah sebaliknya.
Oleh karena itu, makalah ini berusaha mengulas kapitalis yang
berperan dalam perekonomian Indonesia yang merupakan pengaruh arus
globalisasi. Seberapa besar Indonesia mempertahankan ideologinya
ataukah Indonesia berusaha mengubah tatanan aturan itu sampai tidak
berdasar lagi dari Pancasila dengan mengamandemen UUD 1945.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kapitalisme?
2. Apa itu Kapitalisme Global?
3. Bagaimana Kapitalisme dalam Ekonomi Pancasila?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Kapitalisme.
2. Mengetahui dan memahami Kapitalisme Global.
3. Mengetahui dan memahami pengaruh Kapitalisme dalam Ekonomi
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kapitalisme
Seperti yang telah kita ketahui, pemikiran Kapitalisme adalah
sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan
kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta
perluasan paham kebebasan. Sistem ini merupakan sekumpulan kebijakan
ekonomi yang juga merujuk kepada pemikiran bapak ekonomi Kapitalis
Adam Smith. Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga
mendukung prinsip “kebebasan alamiah”, yakni setiap manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya tanpa campur tangan
pemerintah. Ini mengandung pengertian negara tidak boleh campur tangan
dalam perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang, dan tenaga
kerja. Lebih lanjut, Smith juga sependapat bahwa pada dasarnya tindak
laku manusia berasal pada kepentingan sendiri (self-interest) bukan belas
kasian ataupun perikemanusiaan (Deliarnov, 2010).
Kapitalisme secara etimologi, berasal dari dua kata, yakni capital
(modal) dan isme (paham atau cara pandang). Sehingga, kapitalisme
adalah modal-isme atau paham yang berdasarkan modal (pemilik modal).
Beberapa sumber sering mengatakan bahwa kapitalisme sebagai ideology
harus dibedakan dengan kapitalisme sebagai fenomena.
Kapitalisme sebagai fenomena mengacu kepada kepemilikan pribadi
atas barang modal.Kapitalisme sebagai ideologi lebih kepada kerangka
filosofis atau cara pandang yang mendukung sistem tersebut. Secara
teoritis, sangat banyak definisi formal tentang kapitalisme. Salah satunya,
Milton Friedman, merumuskan tiga faktor utama sistem kapitalisme, yaitu:
a.
pasar bebas,
b. kebebasan individual,
c.
demokrasi.
Sehingga, sering juga kapitalisme ini dianggap sebagai sistem
ekonomi, di mana barang dan jasa diperjualbelikan di pasar dan barang
modal adalah milik entitas-entitas non-negara (pihak swasta) dari unit
terkecil hingga global.
Ciri-ciri Kapitalisme:
a. Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.
b. Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang
bersifat kompetitif.
c. Modal kapitali (baik uang maupun kekayaan lain) diinvestasikan ke
dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba (profit).
Dalam hal ini, negara dianggap sebagai “polisi lalu lintas” arus kapital.
Oleh sebab itu, kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang meyakini
bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat
melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untukkepentingan-kepentingan
pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki
definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli
mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku
di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu
maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang
dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi,
terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan
dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal
tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu,
baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih
dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme merupakan salah satu cara pandang manusia dalam
menjalani kegiatan ekonominya. Keberadaan kapitalis dianggap sebagai
wujud penindasan terhadap masyarakat dengan kondisi ekonomi lemah.
Akibatnya, paham kapitalisme mendapat kritikan dari banyak pihak,
bahkan ada yang ingin melenyapkannya.
B. Kapitalisme Global
Pengertian Globalisasi menurut bahasa adalah Global dan sasi,
Global adalah mendunia, dan Sasi adalah Proses, jadi apabila pengertian
Globalisasi menurut bahasa ini di gabungkan menjadi "Proses sesuatu
yang mendunia". Achmad Suparman menyatakan :
“Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi
oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga
bergantung dari sisi mana orang melihatnya.”
Sedangkan Emanuel Ritcher berpendapat:
“Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar - pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.”
Namun perlu diketahui bagaimana sudut pandang yang berbedabeda dalam memandang globalisasi tersebut. Negara-negara Dunia
Pertama (seperti A.S dan Eropa Barat) tentu memandang globalisasi
sebagai sebuah pencerahan dan titik balik dari keterpurukan. Dan itulah
yang menurut mereka dialami oleh negara-negara Eropa pasca Perang
Dunia Kedua. Hal ini menjadi sangat meyakinkan bagi negara-negara
Dunia Pertama, dimana dengan adanya globalisasi mereka bisa menguasai
pasar yang lebih luas. Globalisasi bagi mereka adalah sebuah berkah yang
turun dari langit.
Namun negara-negara Dunia Kedua (seperti Rusia dan Eropa
Timur) serta negara-negara Dunia Ketiga (Asia, Amerika Selatan, dan
Afrika) memandang globalisasi adalah sebuah bentuk penjajahan modern.
Dengan hadirnya globalisasi, negara-negara ini merasa sangat dirugikan
olehnya. Khususnya negara-negara Dunia Ketiga atau development
countries yang menjadi obyek dari globalisasi. Sehingga seakan
penjajahan yang seharusnya telah dihapuskan, kembali ke negara-negara
mereka dengan bentuk yang lebih cantik, inilah “penjajahan secara
formal”.
Karena, globalisasi sering dikaitkan dengan “pasar bebas”. Katakata tersebut memang terdengar sangat menarik dan dipandang baik.
Namun yang kurang banyak diketahui bahwa sebenarnya terkandung
bahaya akan globalisasi dan pasar bebas itu sendiri yang sejatinya adalah
usaha untuk mengembangkan kapitalisme di seluruh dunia, maka ada
istilah “global capital”. Ketakutan akan kembalinya kolonialisme yang
bermula dari kapitalisme seharusnya mulai dijadikan bentuk kewaspadaan.
Globalisasi sebenarnya tidak lebih dari evolusi dari kapitalisme yang kini
telah mencakup wilayah dunia. Globalisasi ekonomi adalah kapitalisme
global, dimana kekayaan dan jalannya produksi dikuasai oleh segelintir
orang atau negara saja yang menentukan nasib hampir semua orang atau
negara. Kapitalisme yang identik dengan eksploitasi juga terjadi di era ini.
Dimana cakupannya tidak hanya buruh saja sekarang. Tetapi negara Dunia
Ketigalah yang menjadi obyek eksploitasi. Kekayaan alam dan sumber
daya manusia dikeruk oleh negara kapitalis. Negara-negara Dunia Ketiga
akan menjadi ladang bagi negara-negara kapitalis untuk memuaskan
kerakusannya.
Maka tidak heran jika di era ini Dunai Barat atau negara-negara
kapitalis sejatinya adalah pengatur dunia (ruler of the world). Dunia Barat
dengan perusahaan-perusahaan kapitalisnya yang melintasi batas negara
telah membuatnya menjadi pusat peradaban dunia era ini. Seluruh dunia
dibuat berkiblat pada Dunia Barat. Westernisasi bukanlah hanya dalam hal
kebudayaan saja, tetapi menyangkut segala aspek, ekonomi, politik, sosial,
kesehatan, dan sebagainya. Di era ini pandangan orang Barat seakan
adalah firman Tuhan yang harus dibenarkan. Karena memang Dunia Barat
memiliki
power
untuk
mempengaruhi
negara-negara
lain.
Dan
kompleksnya, pengaruh tersebut tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tapi
juga politik, sosial, kebudayaan, keamanan, lingkungan, kesehatan, dan
sebagainya.
Dengan globalisasi negara-negara Dunia Ketiga akan dibentuk
sedemikian rupa oleh negara-negara maju agar memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi terhadap mereka. Sehingga ketika negara
Dunia Ketiga ingin melepaskan diri dari cengkraman negara maju akan
dihadapkan dengan banyak masalah baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari situ kita bisa melihat bagaimana dampak globalisasi bagi negara
berkembang, negara berkembang akan sangat bergantung pada negara
maju khususnya dalam bidang ekonomi, serta budaya, politik, dan
sosialnya.
Dampak globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan
masyarakat dalam saling keterhubungan dalam bidang ekonomi, sosial,
politik, dan budaya. Paham yang demikian itu disebut globalisasi atau neoliberalisme. Maka dari itu, beberapa faktor pendorong globalisasi yaitu:
Pertama, kekuatan kaum kapitalis internasional, yaitu Negara-negara
imperialis pusat, Negara menjadi motor penggerak globalisasi karena ia
memiliki kekuasaan dalam mengatur formulasi strategis globalisasi,
alokasi sumber daya ekonomi pada aktor-aktor global termasuk
perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional yang mampu
beroperasi hampir di seluruh dunia, dan merupakan sumber kekuatan dari
globalisasi itu sendiri dikemudian hari yang pada akhirnya peran
multinasional dalam dinamika globalisasi ini begitu kuatnya seolah-olah
multinasional telah menjadi parasit yang memakan induk semangnya dan
menjadi lebih kuat dan lebih besar. Kekuatannya ini didukung oleh Bretton
Woods Institution, yaitu: Bank Dunia (World Bank), Dana Moneter
Internasional (IMF), dan GATT/WTO kemudian diaplikasikan pada tiga
sistem yaitu liberalisasi perdagangan, keuangan, investasi. Kedua,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya di bidang
telekomunikasi. Ketiga, dukungan pemerintah negara-negara sedang
berkembang (NSB) terhadap ekspansi kaum kapitalis internasional di
negara mereka.
C. Kapitalisme dalam Ekonomi Pancasila
Pada tahun 1933, Ir. Soekarno mengatakan bahwa tujuan
pergerakan Indonesia (pada masa itu)
adalah mencapai masyarakat
Indonesia yang adil dan sempurna, yang bebas dari penindasan dan
penghisapan, yang bebas dari kapitalisme dan imperialisme. Imperialisme
yang lahir dari kapitalisme yang kemudian berubah menjadi bentuk baru,
seiring revolusi yang terjadi di negara Dunia Kedua (Eropa). Sehingga
pada tahun 1870, terbentuklah dari imperialisme kuno yang dalam bentuk
kolonisasi dan penjajahan negara, berubah menjadi imperialism moderen
dalam bentuk kolonisasi dan penjajahan ekonomi kapitalis sebagai bentuk
upaya perluasan pasar atau melimpahnya produk-produk industri modal
swasta.
Maka pada tahun 1905, dengan diberlakukannya politik pintu
terbuka modal swasta yang boleh masuk dan ikut meraup rezeki di
Indonesia semakin beragam. Dan juga pada saat itu, Indonesia tidak hanya
menjadi komoditas perdagangan klasik (rempah-rempah) tetapi juga pasar
bagi produk-produk impor hasil industri serta tempat bagi penanaman
modal asing yang mementingkan keuntungan belaka. Akibatnya rakyat
Indonesia merasa tereksploitasi di negaranya sendiri.
Soekarno berpandangan bahwa pemerintahan harus berprinsipkan
pada sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Sosio-nasionalisme adalah
nasionalisme yang muncul berdasarkan keadaan nyata dalam masyarakat,
nasionalisme yang mengupayakan kemaslahatan segenap masyarakat dan
bertindak menurut tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Bertujuan
agar tidak terjadi ketimpangan antara, ekonomi, politik, sosial agar
menjadi lebih baik, sempurna, adil dan sejahtera. Sedangkan sosiodemokrasi adalah buah dari sosio-nasionalisme, yaitu demokrasi yang
berlandaskan kepada kenyataan dalam masyarakat. Tidak mengabdi
kepada kepentingan masyarakat segelintir orang, kelompok atau golongan
tertentu, tetapi sepenuhnya mengabdi kepada kepentingan keseluruhan
masyarakat.*
Sosialisme
Indonesia
menurut
Soekarno
adalah
sebuah
marhaenisme, yaitu marxisme yang dipraktekkan atau diterapkan di
Indonesia. Sosialisme tidak sama dengan komunisme, menurut Sartono
berdasarkan Undang-undang Indonesia bahwa setiap warga negara
diperbolehkan memiliki sarana-sarana produksi (yang tidak menyangkut
hajat hidup orang banyak), namun harus di bawah pengawasan negara.**
Saat ini keadaan Indonesia baik sadar maupun tidak terseret dalam pusaran
gelombang kapitalisme global yang mendorong keserakahan dengan
mengeruk kekayaan alam tanah air yang seharusnya dikuasai negara untuk
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat umum malah dikuasai pihak
asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan berbagai alasan
bahwa ini demi kesejahteraan Indonesia sendiri, tetapi pada kenyataannya
kekuasaan Indonesia terhadap kekayaan alam sendiri teramat kecil
dibanding para penanam modal asing tersebut. tentu saja ini tidak seperti
yang diharapkan oleh Soekarno yaitu mewujudkan masyarakat yang adil
dan sempurna, yang bebas dari penindasan dan penghisapan, yang bebas
dari kapitalisme dan imperialisme. Maka dari itu, diperlukan adanya
sebuah gerakan untuk menembuhkan kembali kesadaran kolektif yaitu
kembalinya pada nilai-nilai(sosialisme) yang terkandung pada Pancasila
atau sekarang lebih disempurnakan menjadi Ekonomi Pancasila.
Ekonomi
Pancasila adalah
sebuah sistem
perekonomian yang
didasarkan pada lima sila dalam Pancasila. Istilah Ekonomi Pancasila baru
muncul pada tahun1967 dalam suatu artikel Dr. Emil Salim. Ketika itu
belum begitu jelas apa yang dimaksud dengan istilah itu. Istilah itu
menjadi lebih jelas ketika pada tahun 1979, Emil Salim membahas
kembali yang dimaksud dengan “Ekonomi Pancasila”.
Menurut Emil Salim, pembangunan ekonomi tidak cukup
meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) saja, tetapi harus pula
mengindahkan cara pembangunan dilaksanakan. Dalam kaitan ini
pemerataan hasil pembangunan tidak saja penting sebagai salah satu
sasaran, tetapi juga penting bahwa cara pelaksanaan pembangunan
mengandung unsur pemerataan. Lazimnya suatu sistem ekonomi
bergandengan erat dengan paham ideologi yang dianut suatu negara.
Seperti ekonomi liberal yang dianut oleh negara yang berideologi
liberalisme. Maka dari itu, sistem ekonomi Indonesia bisa pula disamakan
sistem ekonomi Pancasila sesuai dengan paham ideologi yang dianutnya.
Sistem ekonomi Pancasila, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
Dasar 1945 pasal 33:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai
oleh
negara
dan
dipergunakan
untuk
sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Sedangkan, Mubyarto memplopori merintis paradigma ekonomi
Pancasila
yang
sudah
muncul
sebelum
ekonomi
sosialis
yang
diperkenalkan oleh Karl Marx, yaitu sistem ekonomi pasar. Bagi Mubyarto
sistem ekonomi Pancasila Tidak lain adalah sistem ekonomi pasar yang
sudah dipraktekkan di negara-negara Eropa Barat sebelim Perang Dingin
berakhir. Yang menjadi pertanyaan ciri khas apa yang dimiliki ekonomi
Pancasila serta dikembangkan dalam ekonomi Pasarnya Mubyarto adalah
menurutnya, pemecahan ekonomi Indonesia tidak terletak di bidang
ekonomi saja tetapi di bidang sosial, politik, budaya, dan moral bangsa.
Fakto-faktor itulah yang terkandung dalam Pancasila ideologi bangsa.
Hanya dalam pancasila terkandung dasar-dasar moral dan kemanusiaan,
cara-cara nasionalistik dan kerakyatan /demokratis, untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Sistem ekonomi Pancasila adalah
sistem ekonomi pasar yang mengacu pada setiap sila Pancasila. ***
Menurut Mubyarto, globalisasi adalah gerakan berkekuatan raksasa karena
dikendalikan oleh kekuatan modal besar dan teknologi super canggih dari
negara-negara kapitalis Barat yang ingin menguasai dunia. Aturan main
globalisasi adalah aturan buatan mereka dan tidak ada sedikitpun peran
negara-negara berkembang seperti Indonesia yang ikut mempengaruhinya.
Maka satu-satunya jalan bagi Indonesia untuk melawannya dengan
menyusun aturan main buatan kita sendiri, berdasarkan kekuatan budaya
bangsa yaitu ideologi Pancasila.****
Sayangnya dengan amandemen UUD 1945, terutama yang
menyangkut sistem perekonomian, yakni dihapus total penjelasan pasal
33. Pengertian yang jelas dari demokrasi ekonomi yang mengutamakan
kemakmuran dan kesejahteraan perorangan dihilangkan.
Secara ringkas, sistem ekonomi Pancasila Mubyarto bercirikan:
1. Roda perekonomian degerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan
moral.
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan pemerataan
sosial (egalitarianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional
yang tangguh, yang berarti nasinalisme menjiwai tiap kebijakan
ekonomi.
4. Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk
paling konkret dari usaha bersama.
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi
untuk menjamin keadilan sosial.
Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari
sistem ekonomi Pancasila yaitu :
1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.
2. Komitmen pada upaya pemerataan.
3. Kebijakan ekonomi nasionalis
4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. Pelaksanaan secara terdesentralis
Dengan rancang bangun perekonomian kerakyatan yang demikian, maka
bangsa kita akan masuk dalam era baru yaitu era kesetaraan di bidang
ekonomi yang disertai kesetaraan dalam bidang politik. Maka pada suatu
saat nanti akan terwujud kebebasan (liberal) dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu kebebasan bagi segenap rakyat Indonesia dalam
kesetaraan.
Namun, pada kenyataan Indonesia telah dicengkram ekonomi
kapitaisme yang terus mengeruk dan memanfaatkan kekayaan alam dan
mengorbankan keadilan dan kemakmuran rakyat untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan kalangan tertentu saja. Pada Tgl 14 Agustus
2009 dalam pidato kenegaraan di depan Sidang Paripurna DPR RI,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pandangannya
tentang paradigma dan strategi pembangunan ekonomi. Menurut Susilo
Bambang Yudhoyono, Indonesia tidak boleh terjerat Kapitalisme Global,
presiden mengatakan: “Paradigma dan grand strategy pembangunan
ekonomi seperti itulah yang mesti kita anut dan perkokoh. Intinya kita
tidak boleh terjerat, menyerah, dan tersandera oleh kapitalisme global yang
fundamental yang sering membawa ketidakadilan bagi kita semua.”
Untuk melawan arus kapitalisme global tersebut kita, tidak hanya
negara saja, tapi juga masyarakat secara umum perlu memuat gerakan
perubahan. Dan setidaknya itu yang telah banyak mulai dilakukan oleh
negara-negara sosialis, seperti misalnya Kuba, Venezuela. Semua elemen
masyarakat secara gotong-royong melawan pengaruh Dunia Barat yang
berusaha memasukkan kapitalisme global di negara mereka. Dengan
begini, negara benar-benar bisa melindungi rakyatnya dari “penjajah baru”
dunia. Jika negara dan rakyat tidak bisa gotong-royong melawan
kerakusan kapitalisme global, maka kita akan benar-benar terjajah lagi
oleh Dunia Barat. Karena inilah era Kolonialisme Modern.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kapitalisme yang merupakan hasil pemikiran adam smith yaitu
paham terhadap kepemilikan modal. Sektor-sektor perekonomian dikuasai
swasta dan sampai pengaruh globalisasi sistem ini membuat seluruhnya
saling bergantung dan menguras kekayaan alam. Indonesia sendiri pun tak
luput dari pengarih sistem ini semenjak masa pemerintahan Soeharto,
padahal dalam peraturannya jelas sekali bahwa Indonesia menerapkan
sistem perekonomian Pancasila yang merupakan adopsi dari ekonomi
pasar.
Secara teori, ekonomi Pancasila didefinisikan sebagai sistem
ekonomi yang dijiwai ideologi Pancasila, merupakan usaha bersama yang
berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan nasional. Sistem ekonomi
ini memiliki lima ciri utama, yaitu roda perekonomian digerakkan oleh
rangsangan ekonomi, sosial dan moral, kehendak kuat dari seluruh
masyarakat ke arah keadaan kemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai
asas-asas kemanusiaan, prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai
tiap kebijakan ekonomi. Permasalahan peran ekonomi Kapitalis dalam
ekonomi Pancasila adalah tentu saja ini tidak sesuai UUD 1945 dan
ketidakadilan bagi rakyat Indonesia.
B. Saran
Terlepas sistem apa yang kita anut, sebenarnya apa yang terjadi pada
sistem perekonomian kita saat ini telah disoroti banyak kalangan, selain
liberalisasi yang kebablasan, secara fundamental arahnya telah jauh
melenceng dari nafas Pancasila dan UUD 45. Pembangunan ekonomi
berbasis ideologi pancasila pun hanya menjadi pajangan. Cara berpikir
seperti ini bahkan merasuk sangat jauh pada tatanan ekonomi-politik kita.
Berkaca pada kondisi masyarakat Indonesia sekarang, serta mengintip
sejarah sistem perekonomian kita sejak merdeka hingga sekarang, sudah
seharusnya kita mengevaluasi diri, sebenarnya kita menganut sistem
ekonomi yang mana. Sudah cukup saat ini rakyat Indonesia tidak bisa
menikmati keadilan dan kemakmuran dari negaranya sendiri. Pemerintah
harus memperhatikan ini, jangan hanya membela kepentingan sendiri
maupun kelompok lain, amandemen yang sekarang dilakukan terhadap
UUD 1945 semakin menjauhkannya dari Pancasila. Sungguh ini membuat
rakyat kesulitan untuk berusaha di negaranya sendiri.
*
= Dwiyanto, Djoko dan Ignas. G. Saksono, Ekonomi (Sosialis) Pancasila Vs
Kapitalisme: Nilai-nilai Tradisional dan Non-Tradisional dalam Pancasila,
Yogyakarta: Keluarga Besar Marhenisme DIY, 2011, hlm.141.
**
***
= Ibid, hlm 144
= Ibid, hlm 176
****
= Ibid, hlm 176
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Djoko dan Ignas. G. Saksono.2011.Ekonomi (Sosialis) Pancasila Vs
Kapitalisme:
Nilai-nilai
Tradisional
dan
Non-Tradisional
Pancasila.Yogyakarta:Keluarga Besar Marhenisme DIY.
sakauhendro.wordpress.com
www.academia.edu
www.lebahmaster.com
www.kompasnia.com
dalam
EKONOMI PANCASILA
Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian kompetensi akhir mata kuliah
pendidikan pancasila semester dua program sarjana
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Rusnaini, M.Si.
OLEH
Thea Arnaiz Le
NIM: K7614054
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM STUDI TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.
Tanpa
pertolongan-Nya
mungkin
penyusun
tidak
akan
sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "
Ekonomi Pancasila Dalam Jerat Kapitalisme", yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu ibu Dr. Rusnaini, M.Si. yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.
Surakarta, 14 juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Pengertian Kapitalisme.......................................................................3
B. Kapitalisme Global.............................................................................5
C. Kapitalisme dalan Ekonomi Pancasila..............................................12
BAB III PENUTUP......................................................................................13
A. Simpulan...........................................................................................13
B. Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak meraih kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia telah
memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi. Peralihan dari orde
lama menuju orde baru tidak hanya memberikan nafas baru dalam
berpolitik tapi juga dalam perekonomian yang lebih baik.
Ekonomi suatu bangsa umumnya berasaskan ideologi yang dianut
sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Sistem ekonomi yang
Indonesia anut saat ini tentu saja Ekonomi Pancasila yang digali dari akarakar budaya Indonesia sendiri yaitu gotongroyong dan berdasar moral dan
kemuliaan. Pertanyaannya sejauh manakah Indonesia itu sendiri mematuhi
aturan ekonomi Pancasila yang berlandaskan Pancasilais yang pada
kenyataannya bangsa Indonesia sendiri yang menciptakan sistem ini demi
keadilan dan kemakmuran rakyatnya?
Apakah semua itu hanya konsep belaka? Karena pada kehidupan
perekonomian Indonesia saat ini, lebih menjalankan kegiatan ekonomi
yang cenderung kapitalis atau neo-kalpitalis. Globalisasi adalah salah satu
faktor pendorong, dimana seluruh dunia menjadi sangat bergantung,
umumnya negara Dunia Pertama mengeruk habis-habisan negara Dunia
Ketiga contohnya seperti Indonesia. Semenjak presiden Soeharto
mengijinkan penanaman modal asing di Indonesia semenjak itulah negaranegara lain berbondong-bondong menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satunya adalah Freeport, yang sampai saat ini enggan menghentikan
kontraknya dan terus menggali emas yang jika dalam peraturan Undangundang Dasar 1945 kekayaan alam dikuasai oleh negara demi
kemakmuran rakyat tapi sekarang adalah sebaliknya.
Oleh karena itu, makalah ini berusaha mengulas kapitalis yang
berperan dalam perekonomian Indonesia yang merupakan pengaruh arus
globalisasi. Seberapa besar Indonesia mempertahankan ideologinya
ataukah Indonesia berusaha mengubah tatanan aturan itu sampai tidak
berdasar lagi dari Pancasila dengan mengamandemen UUD 1945.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kapitalisme?
2. Apa itu Kapitalisme Global?
3. Bagaimana Kapitalisme dalam Ekonomi Pancasila?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Kapitalisme.
2. Mengetahui dan memahami Kapitalisme Global.
3. Mengetahui dan memahami pengaruh Kapitalisme dalam Ekonomi
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kapitalisme
Seperti yang telah kita ketahui, pemikiran Kapitalisme adalah
sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan
kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta
perluasan paham kebebasan. Sistem ini merupakan sekumpulan kebijakan
ekonomi yang juga merujuk kepada pemikiran bapak ekonomi Kapitalis
Adam Smith. Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga
mendukung prinsip “kebebasan alamiah”, yakni setiap manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya tanpa campur tangan
pemerintah. Ini mengandung pengertian negara tidak boleh campur tangan
dalam perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang, dan tenaga
kerja. Lebih lanjut, Smith juga sependapat bahwa pada dasarnya tindak
laku manusia berasal pada kepentingan sendiri (self-interest) bukan belas
kasian ataupun perikemanusiaan (Deliarnov, 2010).
Kapitalisme secara etimologi, berasal dari dua kata, yakni capital
(modal) dan isme (paham atau cara pandang). Sehingga, kapitalisme
adalah modal-isme atau paham yang berdasarkan modal (pemilik modal).
Beberapa sumber sering mengatakan bahwa kapitalisme sebagai ideology
harus dibedakan dengan kapitalisme sebagai fenomena.
Kapitalisme sebagai fenomena mengacu kepada kepemilikan pribadi
atas barang modal.Kapitalisme sebagai ideologi lebih kepada kerangka
filosofis atau cara pandang yang mendukung sistem tersebut. Secara
teoritis, sangat banyak definisi formal tentang kapitalisme. Salah satunya,
Milton Friedman, merumuskan tiga faktor utama sistem kapitalisme, yaitu:
a.
pasar bebas,
b. kebebasan individual,
c.
demokrasi.
Sehingga, sering juga kapitalisme ini dianggap sebagai sistem
ekonomi, di mana barang dan jasa diperjualbelikan di pasar dan barang
modal adalah milik entitas-entitas non-negara (pihak swasta) dari unit
terkecil hingga global.
Ciri-ciri Kapitalisme:
a. Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.
b. Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang
bersifat kompetitif.
c. Modal kapitali (baik uang maupun kekayaan lain) diinvestasikan ke
dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba (profit).
Dalam hal ini, negara dianggap sebagai “polisi lalu lintas” arus kapital.
Oleh sebab itu, kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang meyakini
bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat
melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untukkepentingan-kepentingan
pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki
definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli
mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku
di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu
maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang
dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi,
terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan
dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal
tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu,
baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih
dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme merupakan salah satu cara pandang manusia dalam
menjalani kegiatan ekonominya. Keberadaan kapitalis dianggap sebagai
wujud penindasan terhadap masyarakat dengan kondisi ekonomi lemah.
Akibatnya, paham kapitalisme mendapat kritikan dari banyak pihak,
bahkan ada yang ingin melenyapkannya.
B. Kapitalisme Global
Pengertian Globalisasi menurut bahasa adalah Global dan sasi,
Global adalah mendunia, dan Sasi adalah Proses, jadi apabila pengertian
Globalisasi menurut bahasa ini di gabungkan menjadi "Proses sesuatu
yang mendunia". Achmad Suparman menyatakan :
“Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi
oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga
bergantung dari sisi mana orang melihatnya.”
Sedangkan Emanuel Ritcher berpendapat:
“Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar - pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.”
Namun perlu diketahui bagaimana sudut pandang yang berbedabeda dalam memandang globalisasi tersebut. Negara-negara Dunia
Pertama (seperti A.S dan Eropa Barat) tentu memandang globalisasi
sebagai sebuah pencerahan dan titik balik dari keterpurukan. Dan itulah
yang menurut mereka dialami oleh negara-negara Eropa pasca Perang
Dunia Kedua. Hal ini menjadi sangat meyakinkan bagi negara-negara
Dunia Pertama, dimana dengan adanya globalisasi mereka bisa menguasai
pasar yang lebih luas. Globalisasi bagi mereka adalah sebuah berkah yang
turun dari langit.
Namun negara-negara Dunia Kedua (seperti Rusia dan Eropa
Timur) serta negara-negara Dunia Ketiga (Asia, Amerika Selatan, dan
Afrika) memandang globalisasi adalah sebuah bentuk penjajahan modern.
Dengan hadirnya globalisasi, negara-negara ini merasa sangat dirugikan
olehnya. Khususnya negara-negara Dunia Ketiga atau development
countries yang menjadi obyek dari globalisasi. Sehingga seakan
penjajahan yang seharusnya telah dihapuskan, kembali ke negara-negara
mereka dengan bentuk yang lebih cantik, inilah “penjajahan secara
formal”.
Karena, globalisasi sering dikaitkan dengan “pasar bebas”. Katakata tersebut memang terdengar sangat menarik dan dipandang baik.
Namun yang kurang banyak diketahui bahwa sebenarnya terkandung
bahaya akan globalisasi dan pasar bebas itu sendiri yang sejatinya adalah
usaha untuk mengembangkan kapitalisme di seluruh dunia, maka ada
istilah “global capital”. Ketakutan akan kembalinya kolonialisme yang
bermula dari kapitalisme seharusnya mulai dijadikan bentuk kewaspadaan.
Globalisasi sebenarnya tidak lebih dari evolusi dari kapitalisme yang kini
telah mencakup wilayah dunia. Globalisasi ekonomi adalah kapitalisme
global, dimana kekayaan dan jalannya produksi dikuasai oleh segelintir
orang atau negara saja yang menentukan nasib hampir semua orang atau
negara. Kapitalisme yang identik dengan eksploitasi juga terjadi di era ini.
Dimana cakupannya tidak hanya buruh saja sekarang. Tetapi negara Dunia
Ketigalah yang menjadi obyek eksploitasi. Kekayaan alam dan sumber
daya manusia dikeruk oleh negara kapitalis. Negara-negara Dunia Ketiga
akan menjadi ladang bagi negara-negara kapitalis untuk memuaskan
kerakusannya.
Maka tidak heran jika di era ini Dunai Barat atau negara-negara
kapitalis sejatinya adalah pengatur dunia (ruler of the world). Dunia Barat
dengan perusahaan-perusahaan kapitalisnya yang melintasi batas negara
telah membuatnya menjadi pusat peradaban dunia era ini. Seluruh dunia
dibuat berkiblat pada Dunia Barat. Westernisasi bukanlah hanya dalam hal
kebudayaan saja, tetapi menyangkut segala aspek, ekonomi, politik, sosial,
kesehatan, dan sebagainya. Di era ini pandangan orang Barat seakan
adalah firman Tuhan yang harus dibenarkan. Karena memang Dunia Barat
memiliki
power
untuk
mempengaruhi
negara-negara
lain.
Dan
kompleksnya, pengaruh tersebut tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tapi
juga politik, sosial, kebudayaan, keamanan, lingkungan, kesehatan, dan
sebagainya.
Dengan globalisasi negara-negara Dunia Ketiga akan dibentuk
sedemikian rupa oleh negara-negara maju agar memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi terhadap mereka. Sehingga ketika negara
Dunia Ketiga ingin melepaskan diri dari cengkraman negara maju akan
dihadapkan dengan banyak masalah baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari situ kita bisa melihat bagaimana dampak globalisasi bagi negara
berkembang, negara berkembang akan sangat bergantung pada negara
maju khususnya dalam bidang ekonomi, serta budaya, politik, dan
sosialnya.
Dampak globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan
masyarakat dalam saling keterhubungan dalam bidang ekonomi, sosial,
politik, dan budaya. Paham yang demikian itu disebut globalisasi atau neoliberalisme. Maka dari itu, beberapa faktor pendorong globalisasi yaitu:
Pertama, kekuatan kaum kapitalis internasional, yaitu Negara-negara
imperialis pusat, Negara menjadi motor penggerak globalisasi karena ia
memiliki kekuasaan dalam mengatur formulasi strategis globalisasi,
alokasi sumber daya ekonomi pada aktor-aktor global termasuk
perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional yang mampu
beroperasi hampir di seluruh dunia, dan merupakan sumber kekuatan dari
globalisasi itu sendiri dikemudian hari yang pada akhirnya peran
multinasional dalam dinamika globalisasi ini begitu kuatnya seolah-olah
multinasional telah menjadi parasit yang memakan induk semangnya dan
menjadi lebih kuat dan lebih besar. Kekuatannya ini didukung oleh Bretton
Woods Institution, yaitu: Bank Dunia (World Bank), Dana Moneter
Internasional (IMF), dan GATT/WTO kemudian diaplikasikan pada tiga
sistem yaitu liberalisasi perdagangan, keuangan, investasi. Kedua,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya di bidang
telekomunikasi. Ketiga, dukungan pemerintah negara-negara sedang
berkembang (NSB) terhadap ekspansi kaum kapitalis internasional di
negara mereka.
C. Kapitalisme dalam Ekonomi Pancasila
Pada tahun 1933, Ir. Soekarno mengatakan bahwa tujuan
pergerakan Indonesia (pada masa itu)
adalah mencapai masyarakat
Indonesia yang adil dan sempurna, yang bebas dari penindasan dan
penghisapan, yang bebas dari kapitalisme dan imperialisme. Imperialisme
yang lahir dari kapitalisme yang kemudian berubah menjadi bentuk baru,
seiring revolusi yang terjadi di negara Dunia Kedua (Eropa). Sehingga
pada tahun 1870, terbentuklah dari imperialisme kuno yang dalam bentuk
kolonisasi dan penjajahan negara, berubah menjadi imperialism moderen
dalam bentuk kolonisasi dan penjajahan ekonomi kapitalis sebagai bentuk
upaya perluasan pasar atau melimpahnya produk-produk industri modal
swasta.
Maka pada tahun 1905, dengan diberlakukannya politik pintu
terbuka modal swasta yang boleh masuk dan ikut meraup rezeki di
Indonesia semakin beragam. Dan juga pada saat itu, Indonesia tidak hanya
menjadi komoditas perdagangan klasik (rempah-rempah) tetapi juga pasar
bagi produk-produk impor hasil industri serta tempat bagi penanaman
modal asing yang mementingkan keuntungan belaka. Akibatnya rakyat
Indonesia merasa tereksploitasi di negaranya sendiri.
Soekarno berpandangan bahwa pemerintahan harus berprinsipkan
pada sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Sosio-nasionalisme adalah
nasionalisme yang muncul berdasarkan keadaan nyata dalam masyarakat,
nasionalisme yang mengupayakan kemaslahatan segenap masyarakat dan
bertindak menurut tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Bertujuan
agar tidak terjadi ketimpangan antara, ekonomi, politik, sosial agar
menjadi lebih baik, sempurna, adil dan sejahtera. Sedangkan sosiodemokrasi adalah buah dari sosio-nasionalisme, yaitu demokrasi yang
berlandaskan kepada kenyataan dalam masyarakat. Tidak mengabdi
kepada kepentingan masyarakat segelintir orang, kelompok atau golongan
tertentu, tetapi sepenuhnya mengabdi kepada kepentingan keseluruhan
masyarakat.*
Sosialisme
Indonesia
menurut
Soekarno
adalah
sebuah
marhaenisme, yaitu marxisme yang dipraktekkan atau diterapkan di
Indonesia. Sosialisme tidak sama dengan komunisme, menurut Sartono
berdasarkan Undang-undang Indonesia bahwa setiap warga negara
diperbolehkan memiliki sarana-sarana produksi (yang tidak menyangkut
hajat hidup orang banyak), namun harus di bawah pengawasan negara.**
Saat ini keadaan Indonesia baik sadar maupun tidak terseret dalam pusaran
gelombang kapitalisme global yang mendorong keserakahan dengan
mengeruk kekayaan alam tanah air yang seharusnya dikuasai negara untuk
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat umum malah dikuasai pihak
asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan berbagai alasan
bahwa ini demi kesejahteraan Indonesia sendiri, tetapi pada kenyataannya
kekuasaan Indonesia terhadap kekayaan alam sendiri teramat kecil
dibanding para penanam modal asing tersebut. tentu saja ini tidak seperti
yang diharapkan oleh Soekarno yaitu mewujudkan masyarakat yang adil
dan sempurna, yang bebas dari penindasan dan penghisapan, yang bebas
dari kapitalisme dan imperialisme. Maka dari itu, diperlukan adanya
sebuah gerakan untuk menembuhkan kembali kesadaran kolektif yaitu
kembalinya pada nilai-nilai(sosialisme) yang terkandung pada Pancasila
atau sekarang lebih disempurnakan menjadi Ekonomi Pancasila.
Ekonomi
Pancasila adalah
sebuah sistem
perekonomian yang
didasarkan pada lima sila dalam Pancasila. Istilah Ekonomi Pancasila baru
muncul pada tahun1967 dalam suatu artikel Dr. Emil Salim. Ketika itu
belum begitu jelas apa yang dimaksud dengan istilah itu. Istilah itu
menjadi lebih jelas ketika pada tahun 1979, Emil Salim membahas
kembali yang dimaksud dengan “Ekonomi Pancasila”.
Menurut Emil Salim, pembangunan ekonomi tidak cukup
meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) saja, tetapi harus pula
mengindahkan cara pembangunan dilaksanakan. Dalam kaitan ini
pemerataan hasil pembangunan tidak saja penting sebagai salah satu
sasaran, tetapi juga penting bahwa cara pelaksanaan pembangunan
mengandung unsur pemerataan. Lazimnya suatu sistem ekonomi
bergandengan erat dengan paham ideologi yang dianut suatu negara.
Seperti ekonomi liberal yang dianut oleh negara yang berideologi
liberalisme. Maka dari itu, sistem ekonomi Indonesia bisa pula disamakan
sistem ekonomi Pancasila sesuai dengan paham ideologi yang dianutnya.
Sistem ekonomi Pancasila, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
Dasar 1945 pasal 33:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai
oleh
negara
dan
dipergunakan
untuk
sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Sedangkan, Mubyarto memplopori merintis paradigma ekonomi
Pancasila
yang
sudah
muncul
sebelum
ekonomi
sosialis
yang
diperkenalkan oleh Karl Marx, yaitu sistem ekonomi pasar. Bagi Mubyarto
sistem ekonomi Pancasila Tidak lain adalah sistem ekonomi pasar yang
sudah dipraktekkan di negara-negara Eropa Barat sebelim Perang Dingin
berakhir. Yang menjadi pertanyaan ciri khas apa yang dimiliki ekonomi
Pancasila serta dikembangkan dalam ekonomi Pasarnya Mubyarto adalah
menurutnya, pemecahan ekonomi Indonesia tidak terletak di bidang
ekonomi saja tetapi di bidang sosial, politik, budaya, dan moral bangsa.
Fakto-faktor itulah yang terkandung dalam Pancasila ideologi bangsa.
Hanya dalam pancasila terkandung dasar-dasar moral dan kemanusiaan,
cara-cara nasionalistik dan kerakyatan /demokratis, untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Sistem ekonomi Pancasila adalah
sistem ekonomi pasar yang mengacu pada setiap sila Pancasila. ***
Menurut Mubyarto, globalisasi adalah gerakan berkekuatan raksasa karena
dikendalikan oleh kekuatan modal besar dan teknologi super canggih dari
negara-negara kapitalis Barat yang ingin menguasai dunia. Aturan main
globalisasi adalah aturan buatan mereka dan tidak ada sedikitpun peran
negara-negara berkembang seperti Indonesia yang ikut mempengaruhinya.
Maka satu-satunya jalan bagi Indonesia untuk melawannya dengan
menyusun aturan main buatan kita sendiri, berdasarkan kekuatan budaya
bangsa yaitu ideologi Pancasila.****
Sayangnya dengan amandemen UUD 1945, terutama yang
menyangkut sistem perekonomian, yakni dihapus total penjelasan pasal
33. Pengertian yang jelas dari demokrasi ekonomi yang mengutamakan
kemakmuran dan kesejahteraan perorangan dihilangkan.
Secara ringkas, sistem ekonomi Pancasila Mubyarto bercirikan:
1. Roda perekonomian degerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan
moral.
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan pemerataan
sosial (egalitarianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional
yang tangguh, yang berarti nasinalisme menjiwai tiap kebijakan
ekonomi.
4. Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk
paling konkret dari usaha bersama.
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi
untuk menjamin keadilan sosial.
Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari
sistem ekonomi Pancasila yaitu :
1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.
2. Komitmen pada upaya pemerataan.
3. Kebijakan ekonomi nasionalis
4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. Pelaksanaan secara terdesentralis
Dengan rancang bangun perekonomian kerakyatan yang demikian, maka
bangsa kita akan masuk dalam era baru yaitu era kesetaraan di bidang
ekonomi yang disertai kesetaraan dalam bidang politik. Maka pada suatu
saat nanti akan terwujud kebebasan (liberal) dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu kebebasan bagi segenap rakyat Indonesia dalam
kesetaraan.
Namun, pada kenyataan Indonesia telah dicengkram ekonomi
kapitaisme yang terus mengeruk dan memanfaatkan kekayaan alam dan
mengorbankan keadilan dan kemakmuran rakyat untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan kalangan tertentu saja. Pada Tgl 14 Agustus
2009 dalam pidato kenegaraan di depan Sidang Paripurna DPR RI,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pandangannya
tentang paradigma dan strategi pembangunan ekonomi. Menurut Susilo
Bambang Yudhoyono, Indonesia tidak boleh terjerat Kapitalisme Global,
presiden mengatakan: “Paradigma dan grand strategy pembangunan
ekonomi seperti itulah yang mesti kita anut dan perkokoh. Intinya kita
tidak boleh terjerat, menyerah, dan tersandera oleh kapitalisme global yang
fundamental yang sering membawa ketidakadilan bagi kita semua.”
Untuk melawan arus kapitalisme global tersebut kita, tidak hanya
negara saja, tapi juga masyarakat secara umum perlu memuat gerakan
perubahan. Dan setidaknya itu yang telah banyak mulai dilakukan oleh
negara-negara sosialis, seperti misalnya Kuba, Venezuela. Semua elemen
masyarakat secara gotong-royong melawan pengaruh Dunia Barat yang
berusaha memasukkan kapitalisme global di negara mereka. Dengan
begini, negara benar-benar bisa melindungi rakyatnya dari “penjajah baru”
dunia. Jika negara dan rakyat tidak bisa gotong-royong melawan
kerakusan kapitalisme global, maka kita akan benar-benar terjajah lagi
oleh Dunia Barat. Karena inilah era Kolonialisme Modern.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kapitalisme yang merupakan hasil pemikiran adam smith yaitu
paham terhadap kepemilikan modal. Sektor-sektor perekonomian dikuasai
swasta dan sampai pengaruh globalisasi sistem ini membuat seluruhnya
saling bergantung dan menguras kekayaan alam. Indonesia sendiri pun tak
luput dari pengarih sistem ini semenjak masa pemerintahan Soeharto,
padahal dalam peraturannya jelas sekali bahwa Indonesia menerapkan
sistem perekonomian Pancasila yang merupakan adopsi dari ekonomi
pasar.
Secara teori, ekonomi Pancasila didefinisikan sebagai sistem
ekonomi yang dijiwai ideologi Pancasila, merupakan usaha bersama yang
berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan nasional. Sistem ekonomi
ini memiliki lima ciri utama, yaitu roda perekonomian digerakkan oleh
rangsangan ekonomi, sosial dan moral, kehendak kuat dari seluruh
masyarakat ke arah keadaan kemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai
asas-asas kemanusiaan, prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan
perekonomian nasional yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai
tiap kebijakan ekonomi. Permasalahan peran ekonomi Kapitalis dalam
ekonomi Pancasila adalah tentu saja ini tidak sesuai UUD 1945 dan
ketidakadilan bagi rakyat Indonesia.
B. Saran
Terlepas sistem apa yang kita anut, sebenarnya apa yang terjadi pada
sistem perekonomian kita saat ini telah disoroti banyak kalangan, selain
liberalisasi yang kebablasan, secara fundamental arahnya telah jauh
melenceng dari nafas Pancasila dan UUD 45. Pembangunan ekonomi
berbasis ideologi pancasila pun hanya menjadi pajangan. Cara berpikir
seperti ini bahkan merasuk sangat jauh pada tatanan ekonomi-politik kita.
Berkaca pada kondisi masyarakat Indonesia sekarang, serta mengintip
sejarah sistem perekonomian kita sejak merdeka hingga sekarang, sudah
seharusnya kita mengevaluasi diri, sebenarnya kita menganut sistem
ekonomi yang mana. Sudah cukup saat ini rakyat Indonesia tidak bisa
menikmati keadilan dan kemakmuran dari negaranya sendiri. Pemerintah
harus memperhatikan ini, jangan hanya membela kepentingan sendiri
maupun kelompok lain, amandemen yang sekarang dilakukan terhadap
UUD 1945 semakin menjauhkannya dari Pancasila. Sungguh ini membuat
rakyat kesulitan untuk berusaha di negaranya sendiri.
*
= Dwiyanto, Djoko dan Ignas. G. Saksono, Ekonomi (Sosialis) Pancasila Vs
Kapitalisme: Nilai-nilai Tradisional dan Non-Tradisional dalam Pancasila,
Yogyakarta: Keluarga Besar Marhenisme DIY, 2011, hlm.141.
**
***
= Ibid, hlm 144
= Ibid, hlm 176
****
= Ibid, hlm 176
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Djoko dan Ignas. G. Saksono.2011.Ekonomi (Sosialis) Pancasila Vs
Kapitalisme:
Nilai-nilai
Tradisional
dan
Non-Tradisional
Pancasila.Yogyakarta:Keluarga Besar Marhenisme DIY.
sakauhendro.wordpress.com
www.academia.edu
www.lebahmaster.com
www.kompasnia.com
dalam