KDM Kelompok 14 Asuhan pada klien yang m

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya oleh anugerah dan kekuasaan Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Asuhan Pada Klien Dengan Masalah Kehilangan Dan
Kematian”. Adapun penyusunan tugas ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia dalam kegiatan pembelajaran
di Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Prodi D IV Kebidanan Tasikmalaya.
Dalam kesempatan ini, izinkanlah kami untuk mengucapkan terima kasih
kepada selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari sempurna.
Untuk itu kami harapkan kritik dan saran dari pembaca demi kelancaran
selanjutnya. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khusunya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Tasikmalaya, 27 Oktober 2017

penyusun

1 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kehilangan Dan Berduka.............................................................................4
Tindakan Pada Pasien Menghadapi Kehilangan Dan Berduka....................7
Sekarat Dan Kematian..................................................................................9

Perubahan Tubuh Setelah Kematian..........................................................10
Perawatan Pada Jenazah.............................................................................10
Perawatan Jenazah Yang Akan Di Otopsi..................................................10
Perawatan Pada Keluarga...........................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

2 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri

yang bersangkutan atau disekitarnya.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang tenaga
kesehatan apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi
diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Dalam kultur
Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental
dan sosial yang serius.
B. Tujuan
1. Agar dapat memahami kehilangan dan berduka.
2. Agar dapat memahami kehilangan dan berduka.
3. Agar dapat mengetahui kehilangan dan berduka.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan rujukan untuk makalah lebih lanjut.
2. Bagi pembaca dapat memberikan informasi tentang kehilangan dan berduka.
3. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang kehilangan dan berduka.
4. Bagi masyarakat dapat lebih memahami mengenai kehilangan dan berduka.

3 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kehilangan (Loss) dan Berduka (Grieving)
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian ataupun keseluruhan. Rasa
kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir
terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap
kehilangan sebelumnya (Poter dan Perry, 1997).
Lingkungan memengaruhi nilai dan prioritas individu, sehingga rasa
kehilangan beragam bentuknya. Lingkungan tersebut meliputi keluarga,
teman, masyarakat, dan budaya. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang
nyata atau kehilangan yang dirasakan. Kehilangan yang nyata merupakan
kehilangan terhadap orang atau objek yang tidak dapat lagi dirasakan, dilihat,
diraba, atau dialami individu, misalnya anggota tubuh, anak, hubungan, dan
peran ditempat kerja. Kehilangan yang dirasakan merupakan kehilangan yang

sifatnya unik berdasarkan individu yang mengalami kedukaan, misalnya
kehilangan harga diri atau rasa percaya diri.
a. Jenis kehilangan
1) Kehilangan objek eksternal (misalnya, kehilangan karena kecurian
atau kehancuran akibat bencana alam).
2) Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya, kehilangan karena
berpindah rumah, dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan).
3) Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti (misalnya, kehilangan
pekerjaan; kepergian anggota keluarga atau kehilangan binatang
peliharaan).
4) Kehilangan suatu aspek diri (misalnya, kehilangan anggota tubuh dan
fungsi psikologis atau fisik).
5) Kehilangan hidup (misalnya, kehilangan karena kematian anggota
keluarga, teman dekat, atau diri sendiri).
b. Dampak kehilangan

4 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1) Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untu
berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut

saat ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2) Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menimbulkan
disintegrasi dalam keluarga.
3) Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian
pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan
menghilangkan ssemangat hidup individu yang ditinggalkan.
c. Berduka (Grieving)
Istilah kehilangan mencakup dua hal, yaitu berduka (grieving) dan
berkabung (mourning). Berduka merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai cara yang unik pada
masing-masing individu berdasarkan pengalaman pribadi, ekspetasi
budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Berkabung merupakan
periode penerimaan terhadap kehilangan dan duka. Hal ini terjadi dalam
masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
d. Jenis berduka
1) Duka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
terhadap kehilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis,
kesepian, dan menarik diri dari aktivitas sementara.
2) Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhanya terjadi.

Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, individu akan memulai
proses perpisahan dan meyelesaikan berbagai urusan dunia sebelum
ajalnya tiba.
3) Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke
tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung
seolah-olah tidak kunjung berakhir sehingga dapat mengancam
hubungan individu bersangkutan dengan individu lain.
4) Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dapat
diakui secara terbuka. Misalnya, kehilangan pasangan karena AIDS,
anak mengalami kematian orang tua, dan ibu yang kehilangan
anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
e. Respon berduka

5 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Respons individu ketika berduka terhadap kehilangan dapat melalui
tahap-tahap sebagai berikut (Kubler-Rose dakam Potter dan Perry 1997).
gambar
1) Tahap pengingkaran
Reaksi awal individu yang mengalami kehilangan adalah syok; tidak

percaya dan tidak mengerti; atau mengingkari kenyataan bahwa
kehilangan benar-benar telah terjadi. Sebagai contoh, orang atau
keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terusmenerus mencari informasi tambahan.
Pada tahap ini, reaksi fisik yang terjadi adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir
dalam waktu beberapa menit atau beberapa tahun.
2) Tahap kemarahan
Pada tahap ini, individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang
yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukan perilaku
agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh petugas
kesehatan lainnya yang tidak kompeten. Respons fisik yang sering
terjadi, antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal, dan lain-lain.
3) Tahap tawar-menawar
Pada tahap ini, terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu berindak seolah-olah kehilangan tersebut dapat
dicegah dengan mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang-terangan. Individu mungkin berupaya melakukan tawarmenawar dengan memohon kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.

4) Tahap depresi
Pada tahap ini, pasien sering menunjukan sikap menarik diri, kadangkadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bias muncul keinginan
bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain menolak makan,
susah tidur, letih, dorongan libido menurun, dan lain-lain.
5) Tahap penerimaan

6 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi rasa kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat kepada objek yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang
dialamainya dan mulai memandang ke depan.
Gambaran tentang objek atau individu yang hilang akan mulai
dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih kepada objek yang
baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima
kenyataan dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
berduka serta dapat mengatasi rasa kehilangan secara tuntas. Kegagalan
untuk masuk ketahap penerimaan akan memengaruhi kemampuan
individu tersebut dalam mengatasi rasa kehilangan selanjutnya.

2. Tindakan pada Pasien Menghadapi Kehilangan/Berduka
a. Tahap pengingkaran
1) Memberikan

kesempatan

pada

pasien

untuk

mengungkapkan

perasaannya, dengan cara :
a) Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
b) Meningkatkan kesabaran pasien, secara bertahap, tentang
kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.
2) Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong
pasien untuk berbagi rasa, dengan cara :

a) Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai apa
yang dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
b) Menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul pada
siapa pun yang mengalami kehilangan.
3) Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang
sakit, pengobatan, dan kematian, dengan cara :

7 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

a) Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti, jelas, dan tidak berbelit-belit.
b) Mengamati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
c) Meningkatkan kesadaran secara bertahap.
b. Tahap marah
Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa
marahnya secara verbal tanpa melawannya kembali dengan kemarahan.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1) Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa sebenarnya kemarahan
pasien tidak ditujukan kepada mereka.
2) Mengizinkan pasien untuk menangis.
3) Mendorong pasien untuk membicarakan rasa marahnya.
4) Membantu pasien dalam menguatkan system pendukungnya dan
orang lain.
c. Tahap tawar-menawar
Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut,
dengan cara :
1) Mendengarkan ungkapan yang dinyatakan pasien dengan penuh
perhatian.
2) Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalah.
3) Bila pasien selalu mengungkapkan kata “kalau. . . “ atau “
seandainya. . .”, beritahu pasien bahwa petugas kesehatan hanya
dapat melakukan sesuatu yang nyata.

8 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

4) Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau
rasa takutnya.
d. Tahap depresi
1) Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut, dengan
cara :
a) Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas
perasaannya.
b) Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri, sesuai dengan
derajat risikonya.
2) Membantu pasien mengurangi rasa bersalah, dengan cara :
a) Menghargai perasaan pasien.
b) Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkannya terhadap kenyataan.
c) Memberikan kesempatan pada pasien untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya.
d) Bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul.
e. Tahap penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan,
dengan cara:
1) Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teraturan.
2) Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga
tidak berada pada tahap yang sama di saat yang bersamaan.
3) Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
4) Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
3. Sekarat (Dying) dan Kematian (Death)

9 | KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Sekarat (dying) merulakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan,
nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal,
ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan perkataan lain,
kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja
otak secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan
yang sama seperti pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai
dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan,
tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
4. Perubahan Tubuh Setelah Kematian
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, di antaranya rigor
mortis (kaku) yang dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian. Algor
mortis (dingin) yaitu turunnya suhu tubuh secara perlahan-lahan, serta post
mortem decomposition yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang tertekan
dan melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.
5. Perawatan pada Jenazah
a) Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
b) Singkirkan pakaian.
c) Lepaskan semua alat kesehatan.
d) Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda.
e) Tempat kan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (bergantung dari kepercayaan dan agama).
f) Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
g) Tutup kelopak mata. Jika tidak ada tutup, gunakan kapas basah.

10 | K E B U T U H A N D A S A R M A N U S I A

h) Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan
handuk di bawah dagu.
i) Letakan alat di bawah glutea.
j) Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis.
k) Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga.
l) Beri kartu atau tanda pengenal.
m) Bungkus jenazah dengan kain panjang.
6. Perawatan Jenazah yang akan Diotopsi
a) Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
b) Beri label pada pembungkus jenazah.
c) Beri label pada alat protesis yang digunakan.
d) Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.
7. Perawatan terhadap Keluarga
a) Dengarkan ekspresi keluarga.
b) Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa
saat.
c) Siapkan ruangan khusus untuk berduka.
d) Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah.
e) Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.

11 | K E B U T U H A N D A S A R M A N U S I A

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional.
B. SARAN
Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain:
1. Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang
atau suatu benda dan selalu berduka jika mendapat rejeki.
2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang,
khususnya perawat apabila pasien mendapat musibah ataumeninggal
dunia.

12 | K E B U T U H A N D A S A R M A N U S I A

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Keterampilan Dasar Kebidanan 1. Yogyakarta:
Pustakabarupress.
Uliyah, Musripatul.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

13 | K E B U T U H A N D A S A R M A N U S I A

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5