BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sektor perkebunan adalah salah satu sektor penting bagi Indonesia yang

  merupakan negara agraris. Pada krisis tahun 1997, banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kondisi yang sebaliknya berlaku bagi sektor perkebunan yang mencatat keuntungan besar akibat pelemahan rupiah. Pada tahun 2008, Direktorat Jendral Perkebunan mencatat devisa yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan mencapai US$ 22,8 miliar. Komoditi kelapa sawit menyumbang banyak peran dalam sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil olahan kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merupakan komoditas andalan dalam sektor perkebunan karena dapat dimanfaatkan oleh industri pangan maupun non pangan.

  Kegunaan CPO membuat luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,1 juta ha pada tahun 2006. Pada tahun 2007, luas lahan sawit di Indonesia menjadi 6,78 juta ha dengan total produksi menjadi 17,37 juta ton. Ekspor CPO pada tahun tersebut mencapai 5,13 juta ton atau sekitar 30,54% dari total produksi. Sejak harga CPO dan hasil perkebunan lainnya dikaitkan dengan harga minyak bumi, investasi pada perkebunan terus meningkat. Investasi pada perkebunan membutuhkan dana yang cukup besar. Manajemen perusahaan harus memperhatikan kebijakan struktur hutang perusahaan. Manajemen harus mempertimbangkan keseimbangan pemakaian modal perusahaan dan hutang pada kebijakan struktur kapital.

  Beberapa alasan seperti yang telah disebutkan sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk mengkaji faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan. Beberapa penelitian terdahulu mengkaji dari sisi perusahaan manufaktur. Beberapa faktor umum yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan menurut pecking order theory adalah free cash flow, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, resiko bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, kebijakan dividen, dan laba ditahan. Peneliti hanya mengambil tiga faktor saja yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

  Peneliti memakai struktur aset karena aset dalam perusahaan perkebunan lebih khusus dibandingkan aset peusahaan lainnya. Pada perusahaan perkebunan ada yang dimaksud dengan aset biologis. Nilai aset biologis dicatat berdasarkan depresiasi atau nilai wajar pada saat aset tesebut dijual. Pencatatan nilai aset biologis ini menimbulkan kontroversi karena tidak semua aset biologis dapat dijual. Pencatatan dengan metode ini tidak mencerminkan nilai aset biologis di laporan keuanagan perusahaan. Permasalahan ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan untuk menerapkan International Accounting Standard (IAS) 41 di Indonesia. Peneliti memakai faktor profitabilitas karena perusahaan perkebunan mencatat laba yang tinggi pada saat melemahnya rupiah pada tahun 1997 di mana kebanyakan perusahaan perusahaan mengalami kesulitan finansial. Peneliti ingin meneliti profitablitas perusahaan perkebunan pada saat nilai tukar rupiah tidak melemah. Peneliti memakai faktor pertumbuhan penjualan karena penjualan pada perusahaan perkebunan berbeda dengan penjualan pada perusahaan manufaktur yang hanya berdasarkan jumlah bahan baku dan jam kerja. Pada perusahaan manufaktur, jumlah produksi bisa diubah dengan cara memperbanyak bahan baku, memperpanjang jam kerja, dan memperbanyak jumlah mesin yang digunakan pada produksi. Pada perusahaan perkebunan, produksi perusahaan tidak bisa diubah dengan memperbanyak bahan baku ataupun memperpanjang jam kerja karena beberapa hasil perusahaan perkebunan seperti buah tidak dapat diperbanyak dengan menambah jam kerja atau bibit buah. Hasil produksi perusahaan perkebunan seperti buah tergantung pada waktu untuk menghasilkan atau waktu untuk memanen buah tersebut, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengambil variabel pertumbuhan penjualan. Peneliti tertarik untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan bisa berubah signifikan dari tahun ke tahun dan apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Tujuan utama perusahaan beroperasi adalah mendapatkan laba. Dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan perusahaan, baik untuk mendanai aset tetap ataupun mendanai operasional perusahaan. Perusahaan dapat memakai pendanaan yang berasal dari sumber internal maupun eksternal.

  Dasar keputusan pendanaan yang berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan, baik sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan secara teoritis didasarkan atas dua kerangka teori. Menurut Sulistianingsih (2001 dalam

  Yuliningrum, 2008 : 1) “Ada dua kerangka teori yang mendasari pendanaan yaitu dan pecking order theory”. Berdasarkan balance

  balance theory (static trade-off)

theory , perusahaan mendapatkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang

  optimal dengan menyeimbangkan manfaat dari pendapatan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebngkrutan. The pecking order theory menyebutkan bahwa perusahaan cenderung memilih sumber pendanaan internal dibanding sumber pendanaan eksternal.

  Pemilihan pendanaan, baik berasal dari pihak eksternal maupun internal sangat mempengaruhi nilai perusahaan. S uatu perusahaan yang melakukan pemenuhan modal menggunakan dana yang berasal dari dalam perusahaan akan mengurangi ketergantungannya pada pihak lain. Perusahaan yang kebutuhan modalnya terus meningkat akan memilih untuk menggunakan hutang atau penerbitan saham baru apabila sumber dana internal telah habis dipakai. Perusahaan akan menggunakan eksternal finance pada saat internal equity tidak mencukupi. Penggunaan eksternal finance sendiri pertama-tama menggunakan hutang, apabila hutang tidak mencukupi, maka akan digunakan eksternal equity (Rachman, 2012 : 2).

  Manajer sebagai pengelola dana perusahaan harus memperhatikan pemakaian sumber dana untuk mengoptimalkan pendanaan perusahaan. Sumber dana internal diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari hutang dan penerbitan saham. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang disebut dengan kebijakan hutang perusahaan.

  Penentuan proporsi antara modal dan hutang dalam kebijakan hutang oleh manajer perusahaan. Kebijakan hutang melihat angka perbandingan antara hutang dengan modal sendiri yang disebut dengan debt to equity ratio (DER). Semakin tinggi rasio DER, semakin tinggi pula resiko perusahaan karena pendanaan bersumber dari hutang. Angka DER lebih dari satu artinya penggunaan hutang lebih besar dalam mendanai aktivitas pendanaan. Dalam mengatur nilai DER, manajer harus menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan agar resiko yang diambil perusahaan dapat dikurangi.

  Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Salah satu cara memaksimumkan harga saham adalah memaksimumkan laba perusahaan. Meningkatkan penjualan adalah salah satu cara memaksimumkan laba perusahaan. Dalam meningkatkan penjualan, perusahaan harus memperhatikan pendanaan dalam operasinya. Pendanaan secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti struktur aset, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, resiko bisnis, ukuran perusahaan, dan operating leverage .

  Banyaknya faktor yang mempengaruhi pendanaan membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai beberapa faktor yang lebih spesifik yaitu struktur aset, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan penjualan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur aset, profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan penjualan. Variable dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang.

  Struktur aset diukur dengan cara membagi jumlah aset tetap terhadap total aset. Profitabilitas diukur dengan cara membagi laba terhadap total aset yang menunjukkan ratio return on assets (ROA). Tingkat pertumbuhan penjualan didapat dengan cara membagi selisih penjualan dua tahun berturut-turut terhadap penjualan tahun lalu. Kebijakan hutang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang menunjukkan proporsi penggunaan hutang terhadap ekuitas pada pendanaan perusahaan.

  Penelitian ini memakai sampel dari perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI. Peneliti memakai perusahaan perkebunan sebagai sampel karena perusahaan perkebunan tergolong sebagai usaha yang lebih spesifik dibandingkan dengan usaha lain seperti usaha bank atau pertambangan. Perusahaan perkebunan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang khusus karena jumlah perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI hanya mencapai 15 perusahaan.

  Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu lebih banyak mengkaji kebijakan hutang dari sisi perusahaan manufaktur. Penelitian yang sama pada perusahaan manufaktur memberikan hasil penelitian yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Yuliningrum (2008), Santika (2011), dan Susilawati dkk. (2012) menyimpulkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Hardiningsih & Oktaviani (2012) yang menyimpulkan bahwa struktur aset berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel profitabilitas dan pertumbuhan penjualan juga mempunyai hasil yang berbeda.

  Pada peneltian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Indahningrum & Handayani (2009) dan Ivan Nugroho (2011) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Kusrini (2012) yang menyimpulkan profitabilitas memberikan pengaruh yang tidak signifikan pada kebijakan hutang. Hasil penelitian yang berbeda lainnya adalah penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Nugrahaini (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang, tetapi hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur oleh Santika dan Sudiyanto (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan pada kebijakan hutang.

  Hasil penelitian yang berbeda dengan variabel yang sama pada perusahaan menufaktur membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut variabel tersebut.

  Peneliti telah mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu mengenai sektor perkebunan seperti Harmoni (2009), Tampubulon (2009), Hasugian (2010), Simbolon (2010), Hendrianti (2011), dan Sari (2012). Peneliti memberikan judul : “Pengaruh

  

Struktur Aset, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan

Hutang Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI” .

  1.2 Perumusan Masalah

  1. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

  2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

  3. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

  4. Apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI?

  1.3 Batasan Masalah

  Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan di antaranya: 1.

  Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan sebagai sampel.

  2. Penelitian ini hanya memakai perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI.

  3. Penelitian hanya menggunakan perusahaan perkebunan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2010, 2011, dan 2012 di BEI.

  4. Penelitian hanya memiliki tiga variable independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.

a. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang.

  2. Untuk mengetahui apakah struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan secara bersama-sama mempengaruhi kebijakan hutang.

  3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang.

b. Manfaat penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.

  Bagi Akademi Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai manajemen keuangan yang sering dipakai dalam perhitungan rasio pada laporan keuangan.

2. Bagi Penulis

  Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam mencari hubungan antara variabel yang ada. Penelitian ini juga membantu penulis untuk mempraktekkan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan.

  3. Bagi Perusahaan Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam memutuskan kebijakan hutang dengan mempertimbangkan proporsi struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan.

  4. Bagi Pembaca Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pembaca dan membantu pembaca memahami hubungan antara variabel.

  5. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini berguna untuk dijadikan referensi dalam melakukan penelitian yang sejenis. Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan pada penelitian di sektor yang berbeda seperti sektor perbankan dan properti.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 78 74

Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

6 93 116

Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, & Current Ratio Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI)

0 37 95

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 24 74

Pengaruh Tingkat Pengembalian Aset, Rasio Lancar Dan Rasio Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2009-2013

0 6 83

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 1 11

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang a. Kebijakan Hutang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 31