Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, & Current Ratio Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET DAN CURRENT RATIO TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN

MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2011

OLEH : PUTRI ZAKIAH

100503227

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset dan Current Ratio terhadap struktur modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Sumatra Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 11 Maret 2014

Yang membuat pernyataan

Putri Zakiah NIM: 100503227


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset dan Current Ratio terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011”. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan kelulusan studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi hingga selesainya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan-bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Teristimewa untuk ibunda penulis, Hj. Syafnah yang selalu memberikan doa, dorongan dan semangat kepada penulis selama ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan sebagai dosen penguji dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak.


(4)

Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga tercinta (Papa, Mama dan Kakak) yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis. Sarah, Sally, Melati, Liza, Inez, Putra serta teman-teman lain yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang telah membuat hari-hari penulis selalu dipenuhi canda dan tawa di dalam dan di luar kampus.

Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca pada masa yang akan datang.

Medan, 11 Maret 2014 Penulis,

Putri Zakiah NIM: 100503227


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, struktur aset dan current ratio terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2001. Jumlah sampel yang diambil adalah 15 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 dengan kriteria tertentu.

Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id. Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial struktur aset dan current ratio tidak berpengaruh terhadap struktur modal, tetapi secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dalam tingkat yang signifikan, sedangkan secara simultan profitabilitas, struktur aset dan current ratio berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dalam tingkat yang signifikan.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this study was conducted to determine the effect of profitability, asset structure and the current ratio of the Capital Structure In Food And Beverage Company Registered In Indonesia Stock Exchange in 2009-2011. The number of samples taken is 15 food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2009-2011 with certain criteria.

Data obtained from the Indonesia Stock Exchange website, www.idx.co.id. The results are shown in the annual report issued by the companies sampled in this study. The analysis model used is multiple linear regression, t test and f test. T test was used to test the independent variable on the dependent variable partially. F test was used to test the effect of the independent variables with the dependent variable.

The results of this study demonstrate that the partial structure of assets and current ratio does not affect the capital structure, but partial effect on the profitability of the company's capital structure in any significant degree, while simultaneously profitability, asset structure and affect the current ratio of the company's capital structure in the level significant.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal ... 9

2.1.2 Komponen Struktur Modal ... 10

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 15

2.1.4 Profitabilitas ... 17

2.1.5 Struktur Aset ... 25

2.1.6 Current Ratio ... 27

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… 38

3.5.1 Variabel Independen ... 38

3.5.2 Variabel Dependen ... 39

3.6 Metode Analisis Data ... 41

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 42

a. Uji Normalitas ... 42


(8)

d. Uji Heteroskedastisitas ... 43

3.6.2. Uji Hipotesis ... 44

a. Uji signifikansi parsial (T- test) ... 44

b. Uji signifikansi simultasn (F-test) ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Data Penelitian ... 47

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif ... 47

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 48

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 49

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas ... 53

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54

4.2.1.4 Uji Autokorelasi ... 56

4.3 Analisis Regresi ... 57

4.4 Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.1 Uji Signifikan Parsial (T-test) ... 60

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (F-test) ... 64

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 69

5.3 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Populasi Penelitian ... 36

3.2 Sampel Penelitian ... 37

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 40

4.1 Statistik Deskriptif ... 47

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 49

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 53

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 56

4.5 Analisis Regresi ... 57

4.6 Model Summary ... 59

4.7 Hasil Uji T ... 61


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Histogram ... 51

4.2 Hasil Uji Normalitas Data ... 52


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran A Populasi dan Sampel Penelitian ... 73

Lampiran B Sampel Penelitian ... 74

Lampiran C Hasil Olahan Data Profitabilitas ... 75

Lampiran D Hasil Olahan Data Struktur Aset ... 76

Lampiran E Hasil Olahan Data Current Ratio ... 77

Lampiran F Hasil Olahan Data Struktur Modal ... 78


(12)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, struktur aset dan current ratio terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2001. Jumlah sampel yang diambil adalah 15 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 dengan kriteria tertentu.

Data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id. Hasilnya terlihat pada laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji t dan uji f. Uji t dipergunakan untuk menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial struktur aset dan current ratio tidak berpengaruh terhadap struktur modal, tetapi secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dalam tingkat yang signifikan, sedangkan secara simultan profitabilitas, struktur aset dan current ratio berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dalam tingkat yang signifikan.


(13)

ABSTRACT

The purpose of this study was conducted to determine the effect of profitability, asset structure and the current ratio of the Capital Structure In Food And Beverage Company Registered In Indonesia Stock Exchange in 2009-2011. The number of samples taken is 15 food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2009-2011 with certain criteria.

Data obtained from the Indonesia Stock Exchange website, www.idx.co.id. The results are shown in the annual report issued by the companies sampled in this study. The analysis model used is multiple linear regression, t test and f test. T test was used to test the independent variable on the dependent variable partially. F test was used to test the effect of the independent variables with the dependent variable.

The results of this study demonstrate that the partial structure of assets and current ratio does not affect the capital structure, but partial effect on the profitability of the company's capital structure in any significant degree, while simultaneously profitability, asset structure and affect the current ratio of the company's capital structure in the level significant.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah dalam kebijaksanaan keuangan dalam perusahaan adalah masalah struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland 2004:19).

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari utang. Dana yang diterima perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap yang nantinya digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk mengadakan persediaan kas, dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas untuk kepentingan transakasi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan (Margaretha 2003:99).

Struktur modal perusahaan dapat dibedakan menjadi sumber internal dan sumber eksternal. Dana yang diperoleh dari sumber intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri oleh perusahaan, yaitu laba ditahan (retained earnings) dan penyusutan (depreciations), sedangkan dana yang diperoleh dari pihak ekstern adalah dana yang berasal dari kreditur, pemilik, dan peserta atau


(15)

merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari para kreditur disebut modal asing.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan dana, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain berapa besar kebutuhan dana tersebut, dalam bentuk apa sumber dana tersebut, dan berapa lama dana itu akan digunakan. Kebutuhan dana untuk pengeluaran operasional perusahaan dibiayai dengan menggunakan sumber dana jangka pendek. Sumber dana jangka pendek ini digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai, membeli bahan baku, membayar biaya administrasi dan, lain-lain. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan operasional ini diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu relatif pendek (kurang dari satu tahun) melalui hasil penjualan. Sementara itu, kebutuhan dana untuk pengeluaran kapital (capital expenditure) dibiayai dengan sumber dana jangka panjang. Sumber dana ini digunakan untuk perluasan perusahaan dan modernisasi perusahaan. Sumber dana jangka panjang antara lain adalah penerbitan saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Hasil pengembaliannya dapat diterima kembali dalam jangka waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Penggunaan sumber dana jangka panjang seperti utang jangka panjang, saham (baik saham biasa maupun saham preferen), dan laba ditahan yang dilakukan oleh perusahaan akan membentuk struktur modal perusahaan.

Tingkat bunga juga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yanga akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi.


(16)

earning power yang dihasilkan dari tambahan modal tersebut. Modigliani dan Miller (dalam Husnan 2004:283), menyatakan sejauh pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi pajak, maka penggunaan utang dapat memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan. Perusahaan semestinya menggunakan hutang yang akan meminimumkan biaya modal perusahaan. Tetapi tidak mudah menentukan proporsi ini. Pertama, perusahaan akan enggan melakukan kebijakan penetapan sumber pendanaan (financing decision) semata-mata untuk penggantian sumber dana karena adanya biaya penerbitan yang cukup berarti. Kedua, perusahaan mungkin tidak bisa menaksir besarnya biaya modal sendiri (hal ini berlaku untuk perusahaan yang tidak menerbitkan sahamnya kepasar modal). Ketiga, biaya hutang yang ditawarkan oleh pihak yang menyediakan kredit lebih tinggi dari bunga obligasi.

Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana, dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan dihadapkan pada adanya suatu variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari hutang (debt) ataupun perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (equity). Dalam menetapkan dana jangka panjang mana yang akan dipilih perusahaan harus memperhitungkan dengan matang agar diperoleh struktur modal yang optimal. Perusahaan yang mempunyai struktur modal yang optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula, sehingga bukan hanya perusahaan yang memperoleh keuntungan, tetapi para pemegang sahampun ikut memperoleh keuntungan tersebut. Struktur modal yang tidak optimal akan menimbulkan biaya


(17)

modal yang terlalu besar. Apabila hutang yang digunakan terlalu besar maka akan menimbulkan biaya hutang yang besar. Di lain hal, jika perusahaan menerbitkan terlalu banyak saham maka biaya modal yang ditanggung terlalu besar, karena diantara biaya modal yang lain biaya sahamlah yang paling besar. Dalam penentuan struktur modal, diperlukan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya (Margaretha 2003:100).

Brigham dan Houston (2011) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aset, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, kendali, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca.

Alasan pemilihan sektor industri makanan dan minuman adalah karena saham tersebut merupakan saham-saham yang paling tahan krisis ekonomi


(18)

produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Di sisi lain didasarkan atas prediksi bahwa perusahaan makanan dan minuman merupakan perusahaan yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga sangat kecil kemungkinan untuk rugi. Dalam melakukan keputusan pendanaan, perusahaan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana ekonomis guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Brigham dan Houston (2011), mengemukakan faktor – faktor yang mempunyai pengaruh terhadap sruktur modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aset, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, kendali, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan.

Sebagai dasar dalam penulisan skripsi ini, maka penulis berpedoman pada penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aditya (2006) adalah penelitian tentang faktor-faktor penentu struktur modal perusahaan food and beverages yang ada di BEJ pada periode 2000 – 2003. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur aset, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Berdasarkan hasil penelitian para ahli seperti yang telah dikutip di atas tentang faktor–faktor yang mempengaruhi struktur modal, penulis membatasi penelitian dengan mengambil tiga faktor saja yaitu profitabilitas, struktur aset dan current ratio. Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, dapat membantu perusahaan makanan dan minuman dalam


(19)

menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan dana harus dilakukan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis, untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian tentang PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET, & CURRENT RATIO TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011?

2. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011?

3. Apakah Current Ratio berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011?

4. Apakah profitabilitas, sruktur aset dan Current Ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009– 20011.

2. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009– 2011.

3. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.

4. Menganalisis pengaruh profitabilitas, struktur aset dan current Ratio secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk penulis, dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.


(21)

2. Untuk perusahaan, sebagai salah satu bahan masukan dalam penentuan kebijakan-kebijakan untuk periode yang akan datang.

3. Untuk peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi di bidang akuntansi keuangan dalam bidang pasar modal yang melakukan penelitian empiris pada masa yang akan datang.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

Struktur Modal

Penelitian tentang struktur modal membutuhkan beberapa teori mendasarinya, yaitu:

2.1.1 Pengertian Struktur Modal

Beberapa pengertian mengenai struktur modal telah menjadi perdebatan pada ahli keuangan disebabkan belum adanya kesepatakan mengenai pinjaman jangka pendek sebagai bagian dari struktru pendananaan atau bukan. Dalam menjalankan kegiatan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Sumber dana suatu perusahaan dapat di lihat di sisi pasiva dari neraca perusahaan, sedangkan penggunaan dana dapat di lihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Untuk setiap penggunaan dana, haruslah ada sumbernya. Dalam arti yang lebih luas, aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan penggunaan bersih dari dana, sedangkan hutang dan modal sendiri mencerminkan sumber dananya (Husnan:2001). Hutang yang dimaksudkan disini adalah hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut disebut pembelanjaan perusahaan.


(23)

Pada hakikatnya masalah pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah keseimbangan keuangan di dalam perusahaan. Dengan demikian pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya.

Menurut Weston dan Copeland (2004:22), keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long term debt to equity ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang terhadap modal ini akan menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan. Struktur modal menurut Atmaja (dalam Murwatiningsih,2004), merupakan perbandingan antara modal sendiri modal hutang perusahaan (biasanya hutang jangka panjang). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa struktur modal adalah perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

2.1.2 Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu :

a. Modal sendiri

Modal sendiri dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Secara umum


(24)

dikatakan pinjaman baru dikembalikan kepada para pemegang saham bilamana perusahaan tersebut dipailitkan (Sutojo dan Kleinsteuber 2002:20). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, modal sendiri dapat diartikan sebagai dana yang berasal dari pemegang saham di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya.

Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing) berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan, sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen (Husnan 2001:276). Komponen dari modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari:

1). Modal saham

Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan (Husnan 2001:276), dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan atau pengambil bagian dalam suatu perseroan terbatas.

2). Cadangan

Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri antara lain:


(25)

b). Cadangan modal kerja

c). Cadangan selisih kurs

d). Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.

3). Laba Ditahan

Menurut Sutojo dan Kleinsteuber (2002:185) laba ditahan adalah akumulasi laba sesudah pajak yang dikumpulkan sejak perusahaan didirikan dan tidak dibagikan kepada pemiliknya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa laba ditahan adalah keuntungan sesudah pajak yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden.

Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk berbagai risiko, baik risiko usaha, risiko investasi, maupun risiko-risiko lainnya. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2001:16), risiko usaha adalah risiko yang disebabkan tidak berhasilnya perusahaan untuk memperoleh hasil di dalam lingkungan di dunia bisnis, hal ini disebabkan oleh produknya mungkin tidak laku terjual, mesin-mesin tidak berjalan secara normal dan sebagainya, sedangkan risiko investasi yaitu kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memperoleh laba yang cukup besar untuk menutup beban-beban finansial yang berupa


(26)

beban bunga, pengembalian cicilan utang ataupun pembayaran dividen kepada para pemegang saham.

Berkaitan dengan uraian tersebut, pembagian risiko investasi perusahaan dinyatakan dalam perbandingan modal sendiri dengan utang jangka panjang atau debt/equity ratio yang direncanakan untuk mendanai investasi. Debt/equity ratio yang paling ideal adalah 50/50, artinya perusahaan dan kreditur masing-masing mendanai 50% jumlah dana yang dibutuhkan untuk pengadaan harta tetap dan perluasan usaha. Dalam struktur modal seperti itu debitur dan kreditur menanggung risiko investasi dengan proporsi sama (Sutojo dan Kleinsteuber 2002:211).

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, dapat dikemukakan bahwa setiap perusahaan harus mempunyai sejumlah modal sendiri minimum yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan hidup perusahaan. Besaran modal sendiri yang lebih dominan dari modal asing dalam struktur modal perusahaan mutlak diperlukan, untuk menjaga tingkat solvabilitas perusahaan.

b. Utang Jangka Panjang

Utang jangka panjang dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir 2002:19), sedangkan menurut Fransisko (2005:15), utang jangka panjang adalah


(27)

kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya masih panjang atau lebih dari satu tahun.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang mempunyai jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun. Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang ini antara lain:

1). Obligasi

Obligasi merupakan surat tanda utang, dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu (Husnan 2001:282). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang yang mempunyai nilai nominal tertentu.

2). Utang hipotik (Mortgage)

Menurut Fransisko (2005:15), utang hipotik adalah utang perusahaan kepada pihak lain yang disertai barang jaminan berupa aktiva tetap berwujud. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa utang hipotik adalah utang jangka panjang kepada pihak lain yang disertai barang jaminan berupa aktiva tetap berwujud. Besaran jumlah utang jangka panjang akan berpengaruh terhadap baik dan buruknya struktur modal. Menurut Sutojo dan Kleinsteuber (2002:323) struktur modal yang kurang sehat ditandai oleh terlalu besarnya jumlah pinjaman dari pihak ketiga untuk mendanai kegiatan bisnis. Berkaitan dengan uraian


(28)

tersebut, apabila hasil pengembalian yang didanai dari utang itu tidak cukup memadai, maka beban bunga perusahaan menjadi terlalu berat bahkan ketersediaan aktiva tetap sebagai aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan akan berkurang karena harus dijual untuk menutupi utangnya, hal itu akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan.

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dapat disimpulkan, bahwa jika proporsi utang jangka panjang dalam struktur modal semakin besar maka akan semakin besar pula risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan, yaitu kemungkinan terjadinya ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kembali utang jangka panjang beserta bunganya pada saat jatuh tempo.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan menurut Sartono (2001) adalah :

a. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. b. Struktur Aset

Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.


(29)

c. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi.

d. Skala Perusahaan

Perusahaan besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.

Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh manajer keuangan dalam menentukan struktur modal perusahaan menurut Saidi (2004) adalah :

a. Tingkat Pertumbuhan Penjualan

Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi cenderung menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal lebih besar dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

b. Stabilitas Penjualan

Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan membelanjai kegiatannya dengan hutang. c. Struktur Aset

Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.

d. Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah deviden yang tetap tersebut.

e. Profitabilitas

Perusahaan yang tingkat pengembalian keuntungan pada investasi tinggi maka akan menggunakan hutang yang relatif kecil.

f. Besaran Perusahaan

Semakin besar suatu perusahaan, maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar.

g. Risiko Bisnis

Perusahaan dengan risiko yang tinggi seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan.


(30)

Dalam suatu perusahaan tingkat operating leverage pada suatu tingkat hasil akan ditunjukkan oleh perubahan dalam volume penjualan yang mengakibatkan adanya perubahan yang tidak proporsional dalam laba atau rugi operasi.

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima (selama periode tertentu). Profitabilitas diukur dengan ROA yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya,2003:120). ROA adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset perusahaan dan menurut Munawir (2001:65), profitabilitas ialah keefektifan operasi serta derajat keuangan suatu perusahaan.

ROA mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana, yang sering disebut dengan hasil pengembalian atas investasi (Return On Investment, ROI). Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank (Siamat,2003:50). ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh


(31)

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bank adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba tertentu dengan menggunakan aktiva yang tertentu pula. Profitabilitas diukur dengan rasio antara laba bersih dengan total aktiva yang digunakan. Dan dalam penelitian ini profitabilitas yang akan diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha perbankan. Biasanya apabila profitabilitas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi harga saham bank tersebut. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,2003:120).

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Bank Indonesia tidak memberlakukan ketentuan yang ketat terhadap rasio ini, sepanjang suatu bank tidak mengalami kerugian atau tidak ada tanda-tanda atau kecenderungan untuk mengalami kerugian di masa yang akan datang, maka bagi Bank Sentral hal tersebut cukup dapat dipahami (Susilo,2000:32).


(32)

dengan nilai total asetnya, dan (2) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh bank dengan total modal sendiri. Menurut Muljono (2001:29) perubahan rasio ROA ini dapat dikarenakan sebab antara lain (1) lebih banyak asset yang digunakan, hingga membuat operating income dalam skala yang lebih besar, (2) adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio / surat berharga ke jenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, (3) adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan (4) adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak poduktif menjadi aset-aset produktif, sedangkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui tingkat profitabilitas adalah (a) masyarakat, (b) pemegang saham, (c) perpajakan, (d) pemerintah, (e) karyawan dan (f) manajemen bank.

Masyarakat berkepentingan untuk mengetahui tingkat profitabilitas bank karena bank merupakan suatu lembaga keuangan yang dipercayakan masyarakat untuk menyimpan dananya dan terjamin akan kerahasiaannya. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi kepentingan para peminjam dana di suatu bank, maka pemerintah melalui Bank Indonesia mewajibkan setiap bank untuk mengumumkan perhitungan laba ruginya di media cetak. Dengan diumumkannya neraca dan laporan keuangan lainnya di media cetak secara meluas, maka bonafiditas dari bank-bank yang bersangkutan dapat diketahui dengan mudah, hingga dengan demikian seorang calon debitur akan memilih bank mana yang akan membiayai proyeknya. Begitu juga bagi seseorang yang akan melaksanakan transaksi


(33)

dengan luar negeri akan dapat memilih bank yang tepat. Dari laba / rugi yang diumumkan dengan dihubungkan dengan pos-pos neraca (pasiva dan aktiva), masyarakat umum juga akan mampu membuat perhitungan secara kasar tentang tingkat efisiensi bank yang bersangkutan dalam melaksanakan kegiatannya.

Untuk kepentingan pemegang saham, sebagian bank-bank di Indonesia pada saat ini dimiliki oleh kelompok yang terbatas antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sekelompok individu pengusaha dan setelah itu segelintir bank yang go public. Sehingga kepentingan para pemilik disini belum dapat diukur dengan jumlah deviden yang akan ia terima dari saham-saham yang dimilikinya, tetapi penilaiannya banyak terbatas apakan manajemen yang mengelola bank-bank tersebut telah sukses atau tidak. Jika dianggap tidak memuaskan maka ada kemungkinan manajemen yang ada akan segera diganti dan sebaliknya ini biasanya terjadi pada bank-bank pemerintah, sedangkan bank-bank yang sahamnya dimiliki oleh lembaga atau individu swasta tentu penilaiannya akan lebih ditekankan pada kemampuan manajemen dalam mengembangkan modalnya untuk memperoleh laba yang rasional dan kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mendukung perkembangan group-group usahanya, serta pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang telah digariskan oleh pimpinan dari group yang bersangkutan.


(34)

diumumkan maka pihak pajak akan dapat lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan. ROA mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana, yang sering disebut dengan hasil pengembalian atas investasi (Return On Investment, ROI). Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank (Siamat, 2003:50). ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bank adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba tertentu dengan menggunakan aktiva yang tertentu pula. Profitabilitas diukur dengan rasio antara laba bersih dengan total aktiva yang digunakan. Dan dalam penelitian ini profitabilitas yang akan diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha perbankan. Biasanya apabila profitabilitas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi harga saham bank tersebut. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,2003:120).


(35)

perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Tinjauan terhadap laporan keuangan biasanya mencakup seluruh jenis analisa, salah satunya yaitu analisa rasio. Rasio yang sering digunakan dan dijadikan sebagai acuan dalam menghitung tingkat kemampuan menghasilkan laba yang merupakan fokus perhatian dari investor adalah rasio profitabilitas. Dengan mengetahui profitabilitas perusahaan maka pemegang saham atau investor dapat memperkirakan apakah dividen yang akan diterimanya meningkat atau sebaliknya.

Kegunaan profitabilitas terhadap penilaian perusahaan mempunyai tujuan pokok sebagai berikut:

a. Sebagai indikator tentang efektivitas manajemen

Tinggi rendahnya profitabilitas yang dihasilkan tergantung sebagian besar pada kelihaian manajemen dan motivasi yang dimilikinya. Ini merupakan salah satu factor karma mampu menggambarkan kriteria yang diperlukan untuk menilai sukses perusahaan sebagai manifestasi manajemen.

b. Suatu alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan

Profitabilitas sebagai alat Bantu proyeksi laba perusahaan karena akan menggambarkan korelasi antara tingkat laba dengan tingkat modal yang ditanam.


(36)

Beberapa indikator untuk menentukan profitabilitas menurut Susilo (2000:32) adalah: (1) ROA, adalah perbandingan antara keuntungan dengan nilai total asetnya, dan (2) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan total modal sendiri. Menurut Muljono (2001:29) perubahan rasio ROA ini dapat dikarenakan sebab antara lain (1) lebih banyak asset yang digunakan, hingga membuat operating income dalam skala yang lebih besar, (2) adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio / surat berharga ke jenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, (3) adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan (4) adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak poduktif menjadi aset-aset produktif.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan


(37)

waktu dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya.

Rasio ini ditunjukkan untuk menilai seberapa bagus tingkat laba suatu perusahaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI). (Sutrisno, 2000:264) Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2000:266). ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi memberikan informasi seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya.

Rasio profitabilitas sebenarnya ada beberapa bentuk, yaitu net profit magin, ROA, ROI, total asset turnover. Namun dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan ROA. Sebab baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan perusahaan. Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Rasio return on asset atau return on investment mengatasi kedua kelemahan tersebut. ROI tidak dipilih karena pada penelitian ini lebih fokus pada penggunaan asset.

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang


(38)

untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham.

Rumus untuk menghitung profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Return on Assets = x 100%

Total Aset

2.1.5 Struktur Aset

Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun aset tetap (Husnan, 2004). Jadi, struktur aset merupakan susunan dari penyajian aset dalam rasio tertentu dan laporan keuangan, yaitu perbandingan antara aset lancar dengan aset tetap. Aset tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki massa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual. Fixed Asset Ratio (FAR) atau dikenal juga dengan tangibility asset, merupakan rasio antara aset tetap perusahaan dengan total asetnya. Perusahaan yang memiliki aset dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih besar karena memiliki aset sebagai penjaminnya (Weston dan Copeland, 2004). Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini


(39)

disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan (Sartono, 2001).

Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aset tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah yang besar. Aset tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada kreditor sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah. Struktur Aset juga dapat mempengaruhi fleksibilitas perusahaan dalam menentukan alternatif pendanaan eksternal karena dianggap memiliki tingkat resiko kebangkrutan relatif kecil daripada rasio aset tetap yang rendah.

Rumus untuk menghitung struktur aset menurut Weston dan Copeland (2004) adalah sebagai berikut:

Aset Tetap (FA)

Struktur Aset (FAR) =


(40)

2.1.6 Current Ratio

Kasmir (2008 : 134) menyebutkan bahwa current ratio merupkan ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current Ratio merupakan ukuran fundamental likuiditas perusahaan dan sering juga disebut sebagai rasio modal kerja (working capital). Current Ratio dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

CR dihitung dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dari hasil perhitungan, apabila rasio ini rendah berarti perusahaan memiliki kemampuan yang rendah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Namun, apabila rasio ini terlalu tinggi juga tidak baik karena mungkin disebabkan adanya kas yang menganggur atau tidak dikelola dengan baik.

Rumus untuk menghitung Current Ratio menurut Kasmir (2008) adalah sebagai berikut:

Aset Lancar

Current Ratio = x 100%


(41)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis menyajikan persamaan dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya sebagaimana pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1.

Hasil Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan dengan Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, & Current Ratio Terhadap Struktur Modal

Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

No Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Aditya (2006)

Faktor-faktor

penentu struktur modal perusahaan food and beverages yang ada di BEJ pada periode 2000 – 2003 Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Menggunakan Variabel dependen struktur modal dan variabel independen profitabilitas dan struktur aktiva. Tidak membahas masalah ukuran perusahaan, likuiditas dan pertumbuhan penjualan. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Operating leverage tdiak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.


(42)

Pertumbunan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 2. Andriyanti (2007) Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Operating Leverage dan Tingkat Pajak Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Menggunakan Variabel dependen struktur modal dan variabel independen struktur aktiva. Tidak membahas masalah ukuran perusahaan, operating leverage dan tingkat pajak. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Operating leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Tingkat pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

3. Rakhmawati

(2008) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEJ

Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Menggunakan Variabel dependen struktur modal dan variabel independen profitabilitas dan struktur aktiva. Tidak membahas masalah ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan pajak. Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Pajak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal


(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Keputusan mengenai komposisi struktur modal perusahaan harus berdasarkan aturan struktur finansial konservatif vertikal yang memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri. Dalam hal penetapan komposisi struktur modal, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut diantaranya profitabilitas, struktur aset dan current ratio.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka disajikan hubungan antar tiap variabel yang diteliti.

1. Hubungan Profitabilitas dengan Struktur Modal

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, hal ini dapat dihubungkan dengan adanya struktur finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan danaya dengan utang jangka pendek.

Sehubungan dengan Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal, maka disajikan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minumandi Bursa Efek Indonesia.


(44)

2. Hubungan Struktur Aset dengan Struktur Modal

Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aset tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Dengan demikian struktur aset dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal.

Sehubungan dengan Pengaruh Struktur Aset terhadap Struktur Modal, maka disajikan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Struktur Aset berpengaruh signifikan terhadap terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minumandi Bursa Efek Indonesia.

3. Hubungan Current Ratio dengan Struktur Modal

Current Ratio dihitung dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dari hasil perhitungan, apabila rasio ini rendah berarti perusahaan memiliki kemampuan yang rendah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Namun, apabila rasio ini terlalu tinggi juga tidak baik karena mungkin disebabkan adanya kas yang menganggur atau tidak dikelola dengan baik.

Sehubungan dengan Pengaruh Current Ratio Terhadap Struktur Modal, maka disajikan hipotesis sebagai berikut:


(45)

H3 : Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minumandi Bursa Efek Indonesia

4. Hubungan Profitabilitas, Struktur Aset dan Current Ratio dengan Struktur Modal

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, hal ini dapat dihubungkan dengan adanya struktur finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan danaya dengan utang jangka pendek dan pada current ratio semakin besar rasio ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

H4 : Profitabilitas, Struktur Aset dan Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia

Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan dana dilakukan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat suatu kerangka berpikir pengaruh profitabilitas, struktur aset dan current ratio terhadap struktur modal secara sistematis pada gambar berikut:


(46)

H1

H2

H3 Variabel Dependen

H4

Variabel Independen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

 H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas terhadap struktur modal Perusahaan.

 H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur aset terhadap struktur modal Perusahaan.

 H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Current Ratio terhadap struktur modal Perusahaan.

Profitabilitas

Struktur Aset

Current Ratio


(47)

 H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas, struktur aset, dan Current Ratio terhadap struktur modal Perusahaan


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu data yang telah dihimpun sebelumnya oleh instansi tertentu, yang telah dilaporkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta dipublikasikan melalui internet dengan website BEI yaitu www.idx.co.id.

2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh meliputi profitabilitas, struktur aset dan current ratio serta struktur modal tahun 2009 – 2011.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan melalui studi pustaka, dokumentasi dan pengumpulan data secara sekunder yang berhubungan melalui Pusat Investasi dan Pasar Modal (PIPM) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti dalam mengumpulkan data juga menggunakan jasa informasi yang tersedia di BEI dalam bentuk website BEI dan website Info Desk. Penelitian ini dimulai bulan Desember 2013 dengan mengumpulkan kutipan-kutipan teori pendukung dan data.


(49)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada bidang makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009–2011. Adapun perusahaan tersebut adalah:

Tabel 3.1.

Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI

No. Kode Nama Emiten

1. ADES Ades Waters Indonesia Tbk

2. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food (formerly Asia Intiselera) Tbk 3. CEKA Cahaya Kalbar Tbk

4. DAVO Davomas Abadi Tbk 5. DLTA Delta Djakarta Tbk 6. FAST Fast Food Indonesia Tbk 7. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 8. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 9. MYOR Mayora Indah Tbk

10. PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk

11. PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk 12. SIPD Sierad Produce Tbk

13. SKBM Sekar Bumi Tbk 14. SKLT Sekar Laut Tbk

15. SMAR SMART Tbk

16. STTP Siantar TOP Tbk

17. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 18. ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk Sumber : www.idx.co.id , 2013

Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel meliputi:

a. Perusahaan harus berjenis industri makanan dan minuman, sesuai dengan pengklasifikasian Bursa Efek Indonesia (BEI), hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh perbedaan industri (industry effect).

b. Perusahaan harus mempunyai laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 – 2011. Perusahaan yang laporan keuangannya


(50)

tidak berakhir tanggal 31 Desember 2009 – 2011 dikeluarkan dari sampel, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam pengukuran variabel.

c. Perusahaan harus tidak menunjukkan adanya saldo total ekuitas dan laba yang negatif pada laporan keuangannya pada tahun 2009 – 2011. Karena saldo ekuitas dan laba yang negatif sebagai penyebut dalam perhitungan rasio menjadi tidak bermakna dalam penghitungan rasio keuangan.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2011 sebanyak 15 emiten, yaitu:

Tabel 3.2.

Perusahaan Makanan dan Minuman yang menjadi Sampel Penelitian

No. Kode Nama Emiten

1. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food (formerly Asia Intiselera) Tbk 2. CEKA Cahaya Kalbar Tbk

3. DLTA Delta Djakarta Tbk 4. FAST Fast Food Indonesia Tbk 5. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 6. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 7. MYOR Mayora Indah Tbk

8. PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk

9. PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk 10. SIPD Sierad Produce Tbk

11. SKLT Sekar Laut Tbk

12. SMAR SMART Tbk

13. STTP Siantar TOP Tbk

14. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 15. ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk Sumber : www.idx.co.id , 2013


(51)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang relevan dengan analisis yang akan digunakan dari berbagai macam literature, sedangkan data skunder yang di analisis dalam penelitian ini adalah data harga saham yang terdapat dalam laporan harga saham yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia serta literature lainnya yang dapat melengkapi.

3.5 Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya

Peneltian ini menggunakan 4 variabel yang dibagi dalam 3 variabel bebas (independen variables) dan varaibel terikat (dependent variabel). Guna keperluan pengujian variabel-variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut:

3.5.1 Variabel Independen

a. Profitabiltias

Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Sartono (2001) menyebutkan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas diukur dengan ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity). Dalam Penelitian ini, hanya digunakan ROA dengan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih

Return on Assets = x 100% Total Aset


(52)

b. Struktur Aset

Dengan hasil perbandingan antara aset tetap dan total aset akan menghasilkan struktur aset artinya semakin banyak jaminan yang dikeluarkan maka perusahaan akan semakin mudah untuk mendapatkan hutang (Weston dan Copeland, 2004).

Aset Tetap (FA)

Strukutr Aset (FAR) =

Total Aset (TA)

c. Current Ratio

Kasmir (2008 : 134) menyebutkan bahwa current ratio merupkan ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current Ratio merupakan ukuran fundamental likuiditas perusahaan dan sering juga disebut sebagai rasio modal kerja (working capital). Current Ratio dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

Aset Lancar

Current Ratio = x 100% Liabilitas Lancar

3.5.2 Variabel Dependen


(53)

modal. Menurut Atmaja (dalam Murwatiningsih,2004), struktur modal merupakan perbandingan antara modal sendiri modal hutang perusahaan (biasanya hutang jangka panjang), hal ini dapat ditulis persamaan :

Hutang jangka panjang Struktur modal =

Modal sendiri

Dari variabel di atas, maka disajikan operasional variabel sebagaimana pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3.

Operasionalisasi Variabel Variabel/

Sumber Defenisi Indikator

Skala Pengukuran Variabel Dependen Struktur Modal (Y) (Murwatiningsih, 2004) Struktur modal merupakan perbandingan antara modal sendiri modal hutang perusahaan (biasanya hutang jangka panjang). - Hutang Jangka Panjang - Modal Sendiri Rasio Variabel Independen Profitabilitas (X1)

(Sartono, 2001) Profotabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. ROA - Laba Bersih - Total Aset Rasio


(54)

Struktur Aset (X2)

(Weston dan Copeland, 2004). Current Ratio (X3) (Kasmir, 2008) Struktur aset adalah perbandingan

antara aset tetap dan total aset artinya semakin banyak jaminan yang dikeluarkan maka perusahaan akan semakin mudah untuk mendapatkan hutang. Current Ratio merupkan ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancarnya. FAR - Aset Tetap - Total Aset CR

- Aset Lancar

- Liabilitas Lancar

Rasio

Rasio

Sumber: Murwatiningsih, Sartono, Weston dan Copeland, Kasmir.

3.6 Analisis Data

Analisis data digunakan dengan menggunakan program SPSS for Windows. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan multiple regresi dengan formula:


(55)

Dimana : Y = Struktur modal b0 = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien persamaan regresi prediktor x1, x2, x3

x1 = Variabel Profitabiltias

x2 = Variabel Struktur Aset

x3= Variabel Current Ratio

e = Penganggu

3.6.1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2006) “ uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka residual tidak memiliki distribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis grafik normal probability plot dan grafik histogram. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2006) sebagai berikut:

1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan


(56)

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut Ghozali (2006) mulitikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 .

c. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006) “uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari:

1) angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006) ”uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan


(57)

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen. Menurut Ghozali (2006) dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik- titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, menggunakan lebih dari satu variabel yang mempengaruhi variabel independen untuk menaksir variabel independen agar taksiran menjadi lebih akurat. Kegiatan pengolahan data meliputi pemberian skor atas pengungkapan item- item yang ada di laporan tahunan dan menyusun data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah skor dan menentukan tingkat luasnya pengungkapan.

a. Uji T (secara parsial)

Pengujian t- test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini


(58)

dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5% H0 ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5%

b. Uji F (secara simultan)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5% H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 5%

Pengujian Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) adalah sebuah koefisien yang menunjukkan persentase pengaruh semua variable independent terhadap variabel dependen. Persentase tersebut menunjukkan seberapa besar variable independent dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin besar koefisien determinasinya maka semakin baik variabel independent dalam menjelaskan variabel dependen. Dengan demikian, persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Untuk mengetahui besarnya masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen dapat dilihat dari koefisien persamaan regresi masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen dan dapat juga


(59)

dilihat dari tingkat signifikansi variabel independent terhadap variabel dependen.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2011. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 15 perusahaan. Daftar perusahaan yang telah ditentukan dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai mean, dan standar deviasi. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1.

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Y 45 .20 8.44 1.3009 1.30644

X1 45 1.29 55.74 14.6087 12.35102

X2 45 .14 .62 .3376 .12065

X3 45 65.89 633.08 194.0202 120.41472

Valid N (listwise) 45

Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013

X1 = ROA, X2 = Struktur Aset, X3 = Current Ratio, Y = DER Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :


(61)

1. Rata-rata dari ROA adalah 14,6087 dengan standar deviasi 12,35102 dan jumlah data yang ada adalah 45. Nilai tertinggi ROA adalah 55,74 sedangkan nilai terendah adalah 1,29.

2. Rata-rata dari Struktur Aset adalah 0,3376 dengan standar deviasi 0,12065 dan jumlah data yang ada adalah 45. Nilai Struktur Aktiva tertinggi adalah 0,62 sedangkan nilai terendah adalah 0,14.

3. Rata-rata dari Current Ratio adalah 194,0202 dengan standar deviasi 120,41472 dan jumlah data yang ada adalah 45. Nilai tertinggi Current Ratio adalah 633,08 sedangkan nilai terendah adalah 65,89.

4. Rata-rata dari DER adalah 1,3009 dengan standar deviasi 1,30644 dan jumlah data yang ada adalah 45. Nilai tertinggi DER adalah 8,44 sedangkan nilai terendah adalah 0,2.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

Salah satu satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2006), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut ini:

 Berdistibusi normal.

Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.

Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.


(62)

Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

4.2.2.1. Uji Normalitas

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2006), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:

a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,

b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Data residual berdistribusi normal, dan Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini :

Tabel 4.2

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,,b Mean .0000000


(63)

Most Extreme Differences Absolute .189

Positive .189

Negative -.151

Kolmogorov-Smirnov Z 1.266

Asymp. Sig. (2-tailed) .081

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai Kolmogrov–Smirnov sebesar 1,266 dan signifikan lebih dari 0,05 karena Asymp. Sig. (2-tailed) 0,081 > dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histrogram dan plot data yang terdistribusi normal.


(64)

Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013

Gambar 4.1 Histogram

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal, hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan, hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang ditampilkan pada Gambar 4.2


(65)

Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2006), pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal, hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan


(66)

secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, maka dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya.

4.2.2.2. Uji Multikolinieritas

Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari:

1) nilai tolerence dan lawannya, 2) Variance Inflatin Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2006).

Tabel 4.3

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.123 .772 2.751 .009

X1 .037 .014 .347 2.589 .013 .962 1.040

X2 -1.189 1.565 -.110 -.760 .452 .829 1.207

X3 -.005 .002 -.455 -3.200 .003 .856 1.169

a. Dependent Variable: Y


(67)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinieritas, hal tersebut dapat dilihat dengan membandingkannya dengan nilai Tolerance atau VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Tolerence yang lebih besar dari 0,10. Jika dilihat dari VIFnya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2006) menyatakan “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2006) adalah sebagai berikut:

1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(68)

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik.

Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi tingkat Struktur Modal perusahaan Makanan dan Minumanyang terdaftar di


(69)

Bursa Efek Indonesia berdasarkan masukan variabel independen yaitu Profitabilitas, Struktur Aset, & Current Ratio.

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari:

1) angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .539a .290 .238 1.14008 1.891

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Output SPSS, diolah oleh peneliti, 2013

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujiannya dapat dilihat bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode, hal tersebut dilihat


(70)

dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,891. Angka D-W di antara -2 sampai +2 yang mengartikan bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4.3 Analisis Regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi sebagai berikut :

Tabel 4.5 ANALISIS REGRESI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.123 .772 2.751 .009

X1 .037 .014 .347 2.589 .013

X2 -1.189 1.565 -.110 -.760 .452

X3 -.005 .002 -.455 -3.200 .003

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013

Berdasarkan tabel 4.5 pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu:


(1)

Lampiran E

Hasil Olahan Data Current Ratio (CR)

No Kode

Nama

Perusahaan

2009 2010 2011

1

AISA

Tiga Pilar Sejahtera Food (formerly Asia Intiselera)

Tbk

117.26

128.5

189.35

2

CEKA

Cahaya Kalbar Tbk

489.45

167.23

168.89

3

DLTA

Delta Djakarta Tbk

470.36

633.08

600.9

4

FAST

Fast Food Indonesia Tbk

153.79

170.82

179.66

5

INDF

Indofood Sukses Makmur Tbk

116.09

203.65

190.95

6

MLBI

Multi Bintang Indonesia Tbk

65.89

94.5

99.42

7

MYOR

Mayora Indah Tbk

229.04

258.08

221.87

8

PSDN

Prasidha Aneka Niaga Tbk

156.27

138.21

155.01

9

PTSP

Pioneerindo Gourmet International Tbk

116.89

124.37

141.99

10

SIPD

Sierad Produce Tbk

202.1

191.68

139.28

11

SKLT

Sekar Laut Tbk

189.02

192.51

169.74

12

SMAR

SMART Tbk

157.97

152.68

186.44

13

STTP

Siantar TOP Tbk

168.85

170.92

103.48

14

TBLA

Tunas Baru Lampung Tbk

112

111.1

137.83


(2)

Lampiran F

Hasil Olahan Data Struktur Modal (DER)

No Kode

Nama

Perusahaan

2009 2010 2011

1

AISA

Tiga Pilar Sejahtera Food (formerly Asia Intiselera)

Tbk

2.14

2.34

0.96

2

CEKA

Cahaya Kalbar Tbk

0.89

1.75

1.03

3

DLTA

Delta Djakarta Tbk

0.27

0.2

0.22

4

FAST

Fast Food Indonesia Tbk

0.63

0.54

0.86

5

INDF

Indofood Sukses Makmur Tbk

2.45

1.34

0.7

6

MLBI

Multi Bintang Indonesia Tbk

8.44

1.41

1.3

7

MYOR

Mayora Indah Tbk

1.03

1.18

1.72

8

PSDN

Prasidha Aneka Niaga Tbk

1.44

1.6

1.04

9

PTSP

Pioneerindo Gourmet International Tbk

4.07

1.86

0.9

10

SIPD

Sierad Produce Tbk

0.39

0.67

1.08

11

SKLT

Sekar Laut Tbk

0.73

0.69

0.74

12

SMAR

SMART Tbk

1.13

1.14

1.01

13

STTP

Siantar TOP Tbk

0.36

0.45

0.91

14

TBLA

Tunas Baru Lampung Tbk

1.8

1.95

1.64


(3)

Lampiran G

Hasil Pengolahan SPSS

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.10052429

Most Extreme Differences Absolute .189

Positive .189

Negative -.151

Kolmogorov-Smirnov Z 1.266

Asymp. Sig. (2-tailed) .081

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(4)

Grafik Normal P-Plot

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.123 .772 2.751 .009

X1 .037 .014 .347 2.589 .013 .962 1.040

X2 -1.189 1.565 -.110 -.760 .452 .829 1.207

X3 -.005 .002 -.455 -3.200 .003 .856 1.169


(5)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .539a .290 .238 1.14008 1.891

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2


(6)

Hasil Uji Hipotesis (Uji T)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.123 .772 2.751 .009

X1 .037 .014 .347 2.589 .013

X2 -1.189 1.565 -.110 -.760 .452

X3 -.005 .002 -.455 -3.200 .003

a. Dependent Variable: Y

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 21.808 3 7.269 5.593 .003a

Residual 53.291 41 1.300

Total 75.098 44

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 75 76

Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

1 40 80

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 -2012

1 42 106

Analisis pengaruh ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas terhadap struktur model pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa efek Indonesia

0 49 109

Pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011

0 2 1

Pengaruh Struktur Aktiva Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 12 140

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 89

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

0 0 2

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - POLSRI REPOSITORY

0 0 6