BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang a. Kebijakan Hutang. - Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Hutang a. Kebijakan Hutang.

  Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang agar dapat mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan

  

leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau

  kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan free cash flow berkurang dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.

  Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dengan pemegang saham. Menurut

  pecking order theory , perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan

  lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah. Para investor memahami dan mengetahui masalah tersebut sehingga menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk (Siswandi, 2011:13).

  Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Debt ratio yang rendah diharapkan dapat mengurangi tingkat kebangkrutan dan financial distress (Ginting, 2011:13).

  b.

   Pecking Order Theory

  Menurut Brealey (2004 : 412) :

  The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance.

  Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan membuat harga saham akan turun”.

  Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada.

  Berdasarkan pendanaan atas pecking order theory, perusahaan cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.

  Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 :

  157) mempunyai empat poin penting yaitu: a.

  Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.

  b.

  Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.

  c.

  Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.

  d.

  Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

  c.

   Signaling Theory

  Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.

  

Signaling theory menjelaskan bahwa perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

  d.

   Agency Theory Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik

  dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan pengelola.

  Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola atau manajemen disebut agent. Dalam manajemen keuangan, salah satu tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan.

  Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya keagenan.

  Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu:

  1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal 2. Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

  3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konlik antara pemegang saham dengan manajemen. Di samping itu, hutang juga akan menurunkan tingkat

  free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.

4. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent.

  Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.

e. Klasifikasi Hutang

  Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak penghasilan.

  Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu: 1 ) Hutang jangka pendek

  Hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi:

  a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit.

  b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan.

  c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya.

  d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term

  

debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang

menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi.

  2 ) Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun.

  Yang termasuk hutang jangka panjang ialah:

  a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot.

  b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati.

  c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel bayar dimana jangka waktu pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu operasi normal.

  2.1.2 Struktur Aset

  Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar.

  2.1.3 Profitabilitas.

  Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (Susilawati, 2012 : 180). Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan penjualan, total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi. Prosedur tersebut mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.

  Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM),

  

return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur

sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

  Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk mendanai investasinya bertambah.

  Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

  Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus:

  Laba

  ROA=

  Total Aset

  Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut.

2.1.4 Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan.

  Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan.

  Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat.

  Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

  Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku.

  Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal.

  Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham (1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal.

  Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu:

  Penjualan t−Penjualan t−1

  Pertumbuhan penjualan =

  Penjualan t−1

  Keterangan : Penjualan t = Besar penjualan pada tahun ke t Penjualan t-1 = Besar penjualan pada tahun ke t-1

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008)

  Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to

  

equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak

  berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap debt to equity ratio.

  2. Eka Prasetya Harmoni (2009)

  Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar di BEI”. Variabel independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common

  

equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel

  dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara simultan mempengaruhi harga saham.

  3. Indahningrum & Handayani (2009)

  Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

  4. Rizki Tampubulon (2009)

  Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), price to

  

earning ratio (PER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).

  Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa

  

earning per share , debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment ,

dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan.

  5. Christnova Hasugian (2010)

  Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan.

  6. Ika Pratiwi Simbolon (2010)

  Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To

Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT.

  Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover dan

  

return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki

hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.

  7. Fitri Andika Sari (2011)

  Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan.

  8. Ivan Nugroho (2011)

  Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow. Sementara variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.

  9. Zera Selvira Hendrianti (2011)

  Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current

  

investment , operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah

  perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital

  

expenditure , dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh

signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.

  10. Santika dan Sudiyanto (2011)

  Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal.

  Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal.

  11. Hari Kusrini (2012)

  Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang secara simultan.

  12. Hardiningsih & Oktaviani (2012)

  Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam

  

Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan

  dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah

  

free cash flow , profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan,

retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to

equity ratio . Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang

  terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.

  13. Sarsa Meta Nugrahaini (2012)

  Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

  

manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal

  perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,

  

manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal.

  14. Susilawati Dkk. (2012)

  Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

  Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No Nama, Tahun, dan Judul Variabel Penelitian Hasil penelitian Penelitian

  1. Dwi Ratih Yuliningrum Variabel Independen: Profitabilitas memiliki (2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur pengaruh negatif dan Profabilitas, Struktur Asset, Asset, Kebijakan signifikan terhadap debt to Dan Kebijakan Dividen Dividen equity ratio . Strukur aset Terhadap Struktur dan rasio pembayaran Pendanaan Pada Perusahaan Variabel Dependen: deviden secara parsial tidak Manufaktur Di Bursa Efek Struktur Pendanaan. signifikan terhadap debt to Indonesia”

  equity ratio . Secara

  simultan, profitabilitas, struktur asset dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio .

  2. Eka Prasetya Harmoni Variabel Independen: Return on total assets, (2009) “Analisis Pengaruh

  Return on Total return on equity, earning

  Variabel Kinerja Keuangan Assets, Return on per share, total assets Terhadap Harga Saham Equity, Earning per turnover secara parsial tidak Pada Perusahaan Share, Total Assets berpengaruh signifikan Perkebunan Yang Terdaftar Turnover . terhadap harga saham. Hasil Di BEI” penelitian menunjukkan

  Variabel Dependen: bahwa return on total Harga Saham assets, return on equity,

  earning per share, total assets turnover secara

  simultan mempengaruhi harga saham.

  3. Indahningrum & Handayani (2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash

  Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh

  flow dan profitabilitas juga

  profitabilitas tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kebijakan hutang. Free cash

  Free cash flow dan

  Variabel Dependen: Kebijakan Hutang.

  Free Cash Flow dan Profabilitas,.

  Variabel Independen:

  5. Christnova Hasugian (2010) “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”

  berpengaruh terhadap return saham.

  earning per share , debt to equity ratio , price to earning ratio , return on investment , dan return on equity secara simultan

  signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa

  on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh

  signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return

  Variabel dependen: Return saham

  Flow,

  Equity (ROE)

  Return on Investment (ROI), dan Return on

  Ratio (DER), Price to Earning Ratio (PER),

  (EPS), Debt to Equity

  Earning per Share

  Variabel independen:

  4. Rizki Tampubulon (2009) “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”.

  Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

  Profitabilitas. Variabel dependen: Kebijakan Utang.

  Free Cash Flow, Dan

  Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,

  Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”

  tidak berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang.

  6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current

  Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Free

  flow berpengaruh signifikan

  , operating cash

  expenditure , dividend payment , current investment

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital

  Variabel dependen: Perubahan Hutang Jangka Panjang.

  Dividend Payment , Current Investment , Operating Cash Flow

  Variabel independen: Capital Expenditure,

  Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.

  Order Hypothesis Terhadap

  8. Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking

  Kepemilikan Institu-sional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang peru-sahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

  Variabel Dependen: Kebijakan Utang

  Cash Flow

  7. Ivan Nugroho (2010) “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.”

  Ratio, Debt To Total Assets,

  investment.

  positif dan tidak signifikan terhadap return on

  turnover memiliki hubungan

  . Total assets

  on investment

  pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return

  on investment . Debt to total assets ratio

  Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return

  Return On Investment Current ratio pada PT.

  Variabel Dependen:

  Current Ratio, Debt To Total Assets, dan Total Assets Turnover

  Variabel Independen:

  Perkebunan Nusantara III (Persero)”.

  Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT.

  positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.

  9. Santika dan Sudiyanto (2011) ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”.

  Variabel Independen: Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas.

  Variabel Dependen: Struktur Modal.

  Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan. Struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

  10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”.

  Variabel independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, dan Arus Kas Pendanaan Variabel dependen: Likuiditas.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.

  11. Hari Kusrini (2012) “Pengaruh

  Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Kebija- kan Utang Pada Perusahaan Manufaktur.”

  Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas.

  Variabel dependen: Kebijakan Utang.

  Ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan utang, Risiko bisnis dan profitabilitas berpe-ngaruh negative tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profita-bilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.

  12. Hardiningsih & Oktaviani (2012) “Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency

  Manajerial Ownership

  manajerial ownership dan pertumbuhan

  berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas,

  manajerial ownership

  Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

  Variabel Dependen: Struktur Modal

  Manajerial Ownership.

  Variabel Independen: Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan,

  Terhadap Struktur Modal Perusahan”.

  13. Sarsa Meta Nugrahaini (2012) “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan

  Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan

  manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

  flow dan kepemilikan

  Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash

  Variabel Dependen: Kebijakan Hutang

  Kepemilikan Manajerial pada Hutang.

  Retained Earning dan

  , Profi- tabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan,

  Free cash flow

  Manufaktur” Variabel Independen:

  penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

  14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor

  Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Free Cash Flow.

  • Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

  Variabel Dependen: Kebijakan Utang

  Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan ber- pengaruh signifikan ter- hadap kebijakan hutang.

  Sumber: diolah oleh peneliti

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang yang diwakili dengan debt to equity ratio (DER).

  Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H

  1 Struktur Aset (X1)

  Kebijakan H

  2 Hutang

  Profitabilitas (X2) (Y)

  H

3 Pertumbuhan

  Penjualan (X3) H

  4 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

  Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan

  

principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk

  menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada proyek- proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi manajer.

  Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil.

  Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung.

  Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance. Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order

  

theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai

modal eksternal.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 78 74

Pengaruh Struktur Aset, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

6 93 116

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 113 118

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

1 62 99

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014

0 9 1

Pengaruh Tingkat Pengembalian Aset, Rasio Lancar Dan Rasio Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2009-2013

0 6 83

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Hutang 2.1.1 Pengertian Hutang dan Jenis-jenis Hutang - Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri D

0 0 27

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10