MEMBANGUN AGRIBISNIS MELALUI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA (Sebuah Wacana) Oleh: Sapto Husodo I. PENDAHULUAN - Man Agribisnis Materi Pdkg Pgbgn SDM Wcana

  

MEMBANGUN AGRIBISNIS MELALUI PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA MANUSIA

(Sebuah Wacana)

Oleh:

  

Sapto Husodo

I.

   PENDAHULUAN

  Salah satu kebijakan yang akan ditempuh dalam mensukeskan visi dan misi pembangun sistem dan usaha agribisnis adalah pengembangan sumberdaya

  

manusia yang menjadi penting disebabkan karena sumberdaya manusia tidak

  hanya sekedar faktor produksi melainkan pelaku langsung dari pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Sumberdaya manusia agribisnis dalam hal ini mencakup SDM agribisnis pelaku langsung seperti tenagakerja yang bekerja pada sub-sistem agribisnis hulu, sub sistem on farm agribusiness dan sub sistem agribisnis hilir, dan SDM agribisnis pendukung sistem agribisnis seperti birokrat pusat hingga ke daerah, SDM perbankan dan SDM penyedia jasa bagi agribisnis.

  Sejauh ini misi pemberdayaan petani dalam rangka mengoptimalkan peranan sub sistem pendukung terhadap keseluruhan sistem agribisnis dijalankan terutama oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian. Dalam kerangka pembangunan agribisnis di daerah, tugas yang amat berat dengan cakupan yang amat luas yang harus dipikul para petugas penyuluh pertanian tersebut tentu saja tidak memungkinkan bagi mereka untuk dibebani lagi dengan tugas dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi perancangan dan perekayasaan (perancangbangun, pelayanan jasa konsultasi, mediator, perekayasa sistem informasi dan evaluator) kegiatan usaha agribisnis di masing-masing wilayah kerja mereka. Oleh karena itu dibutuhkan kehadiran petugas lain yang memiliki kompetensi menjalankan fungsi-

  

fungsi perancangan dan perekayasaan yang dapat berperan sebagai mitra

  penyuluh dalam pemberdayaan petani sekaligus sebagai pendamping petani dalam menjalankan roda agribisnis mereka misalnya dalam hal penetapan cabang usaha yang optimal, perumusan rencana alokasi sumberdaya yang paling menguntungkan, peningkatan efisiensi usahatani, pengelolaan resiko usaha, pengembangan koperasi-koperasi kelompok tani, penentuan jalur-jalur pemasaran yang paling menguntungkan, mediasi pembentukan jaringan usaha dan sebagainya.

  Atas pertimbangan di atas maka diperlukan kehadiran petugas-petugas profesional yaitu Perancang dan Perekayasa Usaha Agribisnis (PPUA) yang memiliki kompetensi merancang dan merekayasa usaha agribisnis yang bersama- sama dengan pelaku usaha agribisnis berperan sebagai ujung tombak pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah.

  Perancang dan Perekayasa Usaha Agribisnis (PPUA) adalah para petugas perancang dan perekayasa usaha agribisnis yang memiliki tugas pokok:

  1. Menyusun rancangbangun usaha agribisnis di tingkat wilayah melalui kegiatan-kegiatan:

  Melakukan interpretasi analisisis agro-ekosistem spesifik lokasi sesuai daya dukung regional dengan tetap merujuk pada orientasi pasar regional, nasional bahkan internasional.

  

  Menyusun perencanaan alokasi sumberdaya optimal, perencanaan berbagai jenis usaha agribisnis dan sistem produksi yang efisien, kompetitif, kerakyatan dan berwawasan lingkungan yang mengundang aktivitas ekonomi sehingga dapat menarik para pelaku agribisnis dari semua sub sistem lainnya untuk berusaha.

  

  Melakukan riset produk dan pasar guna merekomendasikan target sasaran, market share, margin, harga dan lembaga tataniaga dalam rangka mengembangkan jaringan mekanisme pemasaran.

  2. Memberikan pelayanan jasa konsultasi dan rekomendasi untuk pemecahan masalah-masalah manajemen usaha agribisnis yang mencakup:  penyusunan proposal berbagai jenis usaha agribisnis. 

  konsultasi dan rekomendasi manajemen produksi, manajemen resiko, manajemen sumberdaya manusia dan lingkungan, serta manajemen pemasaran usaha agribisnis baik yang berskala kecil, menengah maupun besar.

  3. Memberikan pelayanan jasa mediasi terbentuknya jaringan usaha agribisnis antar sub sistem dengan cara:

  Mengindentifikasi dan menginventarisir para pelaku usaha agribisnis di tingkat regional, nasional dan internasional.

  

  

  d.

  Mampu menyusun disain sistem informasi agribisnis.

  Mampu membuat disain mediasi yang demokratis dan disain jaringan usaha yang berkeadilan c.

  Mampu membuat disain sistem dan usaha agribisnis wilayah yang berdayasaing, berkerakyatan dan berkelanjutan b.

  Agribisnis (PPUA) mengacu pada aspek-aspek kompetensi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan bermasyarakat. Berdasarkan unjuk kerja atau tugas pokok seorang PPUA selanjutnya maka dapat dirumuskan standar kompetensi lulusan Perancang dan Perekayasa Usaha Agribisnis (PPUA) sebagai berikut : a.

  Memberikan saran/rekomendasi tentang pengelolaan sistem dan usaha agribisnis yang berwawasa lingkungan. Sementara itu standar kompetensi Perancang dan Perekayasa Usaha

  Melakukan penilaian terhadap aspek keberlanjutan lingkungan dari praktek-praktek sistem produksi suatu usaha agribisnis.

  Mempelopori dan memediasi terbentuknya jaringan usaha agribisnis antar pelaku usaha agribisnis baik dalam satu sub sistem maupun antar sub sistem.

  5. Melakukan penilaian standar mutu lingkungan terhadap implementasi sistem produksi dari keseluruhan proses usaha agribisnis di wilayahnya guna menjamin: (1) berkembangnya pola- pola usahatani terpadu berwawasan lingkungan, (2) berkembangnya model usaha agribisnis berwawasan lingkungan, (3) meningkatnya produksi, mutu produk pertanian berwawasan lingkungan, dan (4) perbaikan mutu dan lingkungan usaha pertanian, yang meliputi kegiatan :

  Mengumpulkan, mengolah dan melayani data/informasi yang berkaitan dengan praktek-praktek usaha agribisnis seperti informasi harga, permintaan-penawaran komoditas, jalur-jalur tata niaga, akses permodalan, pengembangan akses informasi dan promosi global melalui jaringan internet (E-farming) dan lain-lain.

  

  4. Melakukan rekayasa sistem informasi usaha agribisnis guna memberikan pelayanan informasi usaha agribisnis seoptimal mungkin

kepada para pelaku usaha agribisnis yang mencakup aktivitas :

  Memberikan policy adjusment dan advokasi terhadap munculnya kesenjangan antara tujuan ditetapkannya kebijakan guna menfasilitasi pengembangan usaha agribisnis dengan implementasi kebijakan tersebut di tingkat lapangan.

  

  Mampu menyusun sistem pelayanan manajemen agribisnis dan e.

  Memahami standart kinerja lingkungan agribisnis, mampu menyusun sistem evaluasinya dan mampu melakukan evaluasi.

II. ANALISIS DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN A. Analisis Dampak

  Keberadaan Perancang dan Perekayasa Usaha Agribisnis (PPUA) pada akhirnya diharapkan akan menimbulkan beberapa dampak baik ekonomi, sosial, lingkungan maupun politis.

1. Dampak Ekonomi

  Perancang dan Perekayasa Usaha Agribisnis (PPUA) merupakan tenaga profesional yang bergerak dalam bidang perencanaan sistem agribisnis di wilayah pengembangan yang berbasis di kecamatan. Wilayah kecamatan saat ini dianggap sebagai pusat pertumbuhan ekonomi (economic growth center) yang merupakan area agropolitan (kota pedesaan) yaitu desa yang memiliki sarana-prasarana perkotaan, termasuk lapangan kerja, bank,sekolah, transportasi antar kota, telekomunikasi, rumah sakit dan lain-lain. Pertumbuhan ekonomi di area agropolitan ini perlu dipacu secara sentrifugal guna mencegah terjadinya kecenderungan urbanisasi. Sementara itu tenaga profesional PPUA sebagai ujung tombak pembangunan agribisnis dalam hal ini memiliki posisi sangat strategis yang bersama dengan petugas lapangan lain diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan sektor agribisnis di wilayah kecamatan. Petugas PPUA ini akan membantu menciptakan cara pandang baru dalam pembangunan pertanian di era global. Dengan keberadaan mereka para petani akan dibantu bagaimana cara membaca peluang-peluang pasar, mengantisipasinya dan sekaligus memanfaatkan peluang tersebut melalui proses kajian ekonomi yang komprehensif dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi. Dengan demikian kinerja sektor agribisnis yang dikembangkan ke depan nantinya tidak hanya sekedar memiliki keunggulan komparatif tetapi juga sekaligus keunggulan kompetitif sehingga mampu bersaing di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.

  2. Dampak Sosial

  Keberadaan sebuah pendidikan tinggi secara umum tentunya akan mempengaruhi perubahan struktur sosial di masyarakat. Ketimpangan tingkat pendidikan di masyarakat akan diperkecil dengan semakin banyaknya penduduk yang mendapatkan kesempatan mengenyam bangku pendidikan tinggi. Di samping itu keberadaan PPUA akan membawa perubahan sosial di tengah komunitas petani. Salah satu tugas pokok seorang PPUA adalah sebagai penyedia dan perekayasa informasi ekonomi yang menyeluruh sejak informasi pasar, kelayakan usaha agribisnis, sumber-sumber finansial, hingga jaringan usaha agribisnis. Mudahnya mendapatkan informasi ini merupakan faktor sentral bagi percepatan perubahan sosial masyarakat yang dinamis yang merupakan ciri masyarakat modern. Keberadaan dan kemudahan mendapatkan informasi akan membantu petani dalam membaca prospek dan memberikan peluang aternatif pilihan bagi mereka dalam mengembangkan usaha agribisnisnya.

  3. Dampak Lingkungan

  Sejumlah inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian yang mengarah pada peningkatan produktivitas memang terbukti banyak memberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang berarti peningkatan utilitas dan kesejahteraan (welfare) yang diterima. Namun kenyataannya, ada semacam biaya eksternalitas yang harus ditanggung dalam dimensi jangka panjang. Sebagian besar aktivitas produksi tidak mencantumkan biaya sosial, biaya kerusakan lingkungan hidup dan biaya masa depan dalam perhitungan akutansi. Oleh karena itu di masa datang merupakan sebuah tantangan bagi seluruh pelaku agribisnis jika dalam setiap pengembangan usaha agribisnis senantiasa memperhatikan biaya-biaya eksteranalitas yang mungkin terjadi. Perancang dan Perekayasa Usaha Agribisnis (PPUA) diharapkan tidak hanya piawai dalam analisis-analisis finansial usaha, tetapi juga memiliki wawasan yang memadai dalam hal analisis biaya manfaat secara menyeluruh bagi setiap usaha agribisnis yang akan dikembangkan di suatu wilayah. Strategi seperti ini akan membantu menciptakan pola-pola pembangunan sektor agribisnis yang ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan daya saing produk di era pasar global.

B. Analisis Keberlanjutan

  Di Indonesia terdapat satuan agroekosistem yang tersebar di 32 propinsi, di 268 daerah kabupaten dan kota dan 4200 kecamatan di seluruh Indonesia. Di wilayah kecamatan inilah nantinya petugas PPUA akan ditempatkan. Jika setiap kecamatan akan ditempatkan petugas PPUA sebanyak 3 orang, maka untuk seluruh Indonesia dibutuhkan 12600 orang petugas PPUA. Dengan asumsi setiap tahun mampu diluluskan 60 orang calon PPUA, maka kebutuhan petugas PPUA untuk seluruh Indonesia baru dapat dipenuhi dalam jangka waktu lebih dari 100 tahun. Kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian sehingga mampu menjamin keberlanjutan lembaga pendidikan kedinasan tersebut.