BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Tulisan ini mengkaji pengetahuan petani dalam budidaya tanaman nilam di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat.

  Pengehtuan petani dalam membudidayakan nilam yang dikaji ini dilihat dari aktifitas- aktifitas petani dalam mengolah nilam. Pengetahuan diperlukan dalam proses pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, panen, bahkan pengetahuan dalam proses penyulingan daun nilam yang diolah menjadi minyak.

  Di Indonesia, pemahaman terhadap sistem pengatahuan dan teknologi lokal mulai dibicarakan dalam berbagai seminar, lokakarya, dan diskusi di kalangan ahli ilmu-ilmu sosial dan alam, khususnya antropologi dan sosiologi, biologi, hukum adat, pertanian, kehutanan, kesehatan, dan farmasi. Sejak sepuluh tahun terahir ini, berbagai penelitian dilakukan secara interdisipliner, baik oleh kalangan universitas, LIPI, maupun aktifitas LSM, untuk mengkaji sejauh mana sistem pengetahuan dan teknologi lokal dapat mengelola sumber daya alam dan social relevan guna dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. (Adimiharja, 1999: 6). Menurut Ezra M. Choesin “seiring perkembangan jaman dan pelaksanaan program-program pembangunan masyarakat, pemerintah maupun pihak-pihak lain secara 1 aktif memperkenalkan pengetahuan “Barat” atau “ilmiah” kepada kelompok-kelompok

  Indonesian journal of social and cultural anthropology masyarakat yang belum pernah mengenalnya. Hal ini telah melahirkan kekhawatiran bahwa pengetahuan baru tersebut akan menghapus dan menggantikan pengetahuan masyarakat lokal, yang selama ini telah menjadi acuan mereka dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.

  Kebanyakan masyarakat yang tinggal di Desa memilih untuk memenuhi hidup dengan bertani. Begitu juga dengan masyarakat Pakpak yang tinggal di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Sebagian masyarakat di daerah ini memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani. Karena desa ini memiliki potensi yang tinggi di sektor pertanian. Bermacam-macam jenis tanaman yang di tanam oleh petani di Desa tersebut, namun yang paling sering di temui seperti tanaman gambir, kopi, padi dan nilam.

  Seperti yang dituliskan oleh Junita Sianturi di Sopo Panisionan dalam blog seputar Pakpak pada hari kamis, tanggal 05 juli 2012. “Pakpak Bharat adalah salah satu Kabupaten yang memiliki potensi yang sangat tinggi di sektor pertanian. Beragam hasil pertanian ada di daerah tersebut, mulai tanaman pangan, hortikultura, tanaman keras sampai perkebunan. Namun dari beragam komoditas tersebut hanya ada beberapa jenis tanaman yang menjadi andalan dari kabupaten tersebut, yaitu tanaman nilam dan gambir.

  Kedua tanaman ini untuk ke depan mampu menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) Pakpak Bharat terutama pendapatan petaninya”. Walaupun kedua tanaman ini mampu menggenjot pendapatan masyarakat, penulis lebih tertarik untuk meneliti nilam. Karena menurut peniliti nilam lebih unik dari tanaman gambir.

  Secara umum nilam merupakan tanaman yang diolah oleh petani melalui penyulingan yang hasilnya berupa minyak. Nilam merupakan bahan baku yang penting untuk industri wewangian, kosmetika. Minyak nilam memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1) sukar tercuci, (2)sukar menguap dibandingkan degan minyak atsiri lainya, (3) dapat dicampur dengan minyak eteris lainya. Karena sifat-sifatnya inilah nilam dipakai sebagai fiksatif (unsur pengikat) untuk industri wewangian. (Santoso, Budi : 23). Pada umumnya nilam bagi orang Pakpak disebut dengan dilam . Tanaman ini mereka kenal sejak kecil yang diperkenalkan oleh orang tua mereka. Biasanya tanaman ini dijadikan sebagai tanaman sampingan selain padi dan kopi. Cara penanaman nilam di daerah ini berbeda-beda, tergantung kondisi tanah yang akan dijadikan tempat nilam ditanam. Menurut salah satu informan penulis yaitu pak Isman Bancin, cara penanam nilam di hutan dan di dekat perkampungan itu berbeda karena di hutan tanahnya masih subur, sedangkan diperkampungan kurang subur atau sudah tandus.

  Sampai perang Dunia ke II, daerah yang dikenal sebagai penghasil utama nilam di Indonesia adalah Aceh. Di daerah ini, nilam telah banyak dibudidayakan sejak awal abad xx. Walaupun daunya saat itu belum dapat diolah sendiri, tapi tanaman ini telah menjadi barang dagangan yang menarik. Barulah pada 1920 penyulingan minyak nilam dilakukan sendiri oleh petani sendiri. Namun kualitas nilam yang dihasilkan masih rendah, karena sering didapati tercampur minyak nabati dari tanaman lainya. Di samping itu penanamanya yang masih dalam bentuk berpindah-pindah dan tradisional, menyebabkan 2 tanaman ini dituduh sebagai penguras unsur hara tanah. Penanaman yang berpindah-

  Dilam dalam bahasa Indonesia disebut dengan Nilam pindah ini disebkan masih adanya anggapan yang keliru bahwa produksi nilam akan menurun apabila ditanam lebih dari satu kali pada areal yang sama. Padahal menurut beberapa hasil penelitian di Aceh menunjukkan bahwa tanaman nilam dapat memberi hasil yang memuaskan apabila ditanam di areal yang sama selama tiga tahun berturut- turut dengan memperhatikan sistem rotasi, pemupukan, dan pengapuran. (Sudaryani, Titik dan endang sugiharti, 1999: 2) Kini budidaya bercocok tanam nilam sudah menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia termasuk juga menyebar di Pakpak.

  Sehingga pada saat ini sebagian masyarakat Pakpak membudidayakan tanaman tersebut.

  Seiring dengan perkembangan zaman, suku Pakpak banyak mengalami perkembangan. Sebagai contoh pada tahun 2009 minyak nilam di Kabupaten Pakpak Bharat mencapai harga tertinggi pada kisaran Rp 850.000 per kilogram (kg). Berdasarkan data stastistik Pakpak Bharat 2009 produksi minyak nilam Kabupaten Pakpak Bharat : adalah 8,14 ton, dengan luas areal 195 ha (Pakpak Bharat dalam Prospek tanaman nilam kian hari semakin memberikan nilai ekonomi yang tinggi.

  Dengan perubahan zaman juga mengakibatkan pengetahuan semakin berubah, yang didukung oleh canggihnya alat media cetak dan alat elektonik yang membantu masyarakat untuk mengakses sebuah informasi dan pengetahuan yang baru dengan mudah dan cepat. Tidak hanya di kota saja bahkan masyarakat desa juga sudah bisa menggunakan alat elektronik untuk mencari pengetahuan baru yang bisa menambah wawasan, sehingga dengan pengetahuan yang mereka dapatkan dari alat elektonik maupun media massa maka lambat laun mereka akan melupakan cara lama yang mereka miliki sejak kecil.

  Alat yang biasa digunakan oleh petani untuk mencari sebuah informasi yaitu hanpone yang bisa membuka internet, biasanya mereka mencari tahu tentang cara penanaman yang simpel yang lebih mudah tapi menghasilkan minyak yang banyak dan bagus dan pupuk yang cocok digunakan untuk tanah yang tandus dan yang lainya, juga cara mengatasi hama ulat yang sering memakan daun nilam. Hal ini dituturkan oleh salah satu informan penulis bernama Isman Bancin (34tahun). Ia menyatakan bahwa dengan kehadiran alat kmunikasi berupa hanpone yang kebetulan bisa membuka internet membuatnya semakin mudah mendapatkan informasi yang dia inginkan sehingga dapat menyempurnakan pengetahuan yang dimiliki.

  Pengetahuan yang dimiliki oleh petani untuk mengolah nilam memang bermacam-macam, namun tujuanya hanya satu yaitu demi mendapatkan hasil yang sempurna dan mendapatkan minyak yang banyak. Seperti yang diutarakan oleh pak Isman, menurut dia di Pakpak daun nilam dipetik dari batangnya kemudian tangkainya dibuang, sedangkan di tanah Karo nilam dicincang tanpa membuang batangnya. Dengan melihat hal tersebut jelas terlihat bahwa kebudayaan suatu masyarakat itu memang berbeda-beda.

  Menjadi seorang petani, ada dua hal yang bisa membuat petani kalah dalam melakukan suatu tindakan yaitu, petani memiliki lahan namun tidak memiliki pengetahuan, dan yang kedua petani memiliki pengetahuan namun tidak memiliki lahan, hal inilah yang sering dialami oleh petani. Dalam sejarah peradapan manusia selalu termuat upaya manusia yang tidak ada habis-habisnya untuk meraih kebebasan dan kemerdekaanya. Sejak awal, manusia petani senatiasa kalah. Kekalahan yang pertama datang dari alam. Ini sesuatu yang sangat ironis bila mengingat pada awalnya kultur bercocok tanam lahir berkat anugrah kekayaan alam. Tetapi ini dapat dipahami apabila karena ketergantungan petani pada alam sebenarnya menciptakan ancaman di dalam dirinya sendiri. Sementara kekalahan kedua yang menimpa petani adalah dengan terbentuknya masyarakat dan lembaga beserta system kekuasaan dan politik yang ada di dalamnya” (Suetomo, 1997: 4).

  Dari paparan latar belakang tersebt, maka penulis melakukan penelitian di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Alasan pmilihan lokasi penelitian di desa tersebut dilatarbelakangi beberapa alasan sebagai berikut: pertama lokasi yang penulis pilih tidah jauh dari tempat tinggal penulis. Kedua di desa ini masih banyak yang membudidayakan nilam. Ketiga penulis ingin tahu pengetahuan petani dalam membudidayakan nilam di desa tersebut.

1.2 Tinjauan Pustaka

  Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melaui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Asumsinya adalah bahwa setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Karena itu, objek kajiannya bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomena material tersebut diorganisasikan dalam pikiran (mind) manusia (Spradley dalam Amiruddin: 1997).

  Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketaui oleh manusia dalam suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun lingkungan sosial menurut asas-asas susunan tertentu (Ariyono, 1985: 376) dalam buku (Yety Rohwulaningsu 1993:1). Selanjutnya (Yeti Rohwulaningsu) mengatakan, “adapun pengetahuan bermula dari pengalaman-pengalaman individu atau kelompok idividu dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dalam arti luas yang kemudian diabstraksikan menjadi konsep-konsep dan dan pendirian-pendirian atau pedoman dalam tingkah lakunya. Dengan demikia pengetauan sangat besar peranananya dalam kehidupan manusia termasuk petani, sehingga tanpa pengetahuan kemungkinan manusia tidak dapat melangsungkan kehidupanya”. Pengetahuan dimaksud pada petani disini adalah pengetahuan yang sudah melekat pada diri mereka yang mereka anggap berharga, sama halnya dengan pengertian nilai budaya yang sudah terkonsep dalam alam pikiran sebagian masyarakat yang mereka anggap berharga, bernilai, dan penting dalam hidup mereka sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman mereka.

  Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan suatu cara kehidupan, dapat dikatakan bahwa petani-petani mengerjakan pertanian untuk penanaman modal kembali dan usaha, dengan sudut pandang tanah sebagai modal dan komoditi. Seorang melihat petani sebagai seorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan. Tanah dan dirinya bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama. (Redfield, 1982: 29-51).

  Tanaman nilam sering juga disebut pogostemon patchouli pellet atau dilem wangi (jawa), merupakan tanan yang belum begitu dikenal secara meluas oleh masyarakat.

  Nilam banyak ditanam orang untuk diambil minyaknya. Minyak nilam merupakan salah satu dari beberapa jenis minyak atsiri. Minyak ini banyak digunakan dalam industry kosmetika dan banyak dicari konsumen di luar negeri (Sudaryani, Titik dan Endang Sugiharti, 1999: 1).

  Kearifan tradisi yang tercermin dalam sistem pengetahuan dan teknologi lokal di masyarakat dari berbagai daerah masih mempertimbangkan nilai-nilai adat, seperti bagaimana masyarakat melakukan prinsip-prinsip konservasi, manajemen dan eksploitasi sumber daya alam, ekonomi dan sosial. Hal ini tampak jelas pada perilaku mereka yang memiliki rasa hormat begitu tinggi terhadap lingkungan alam yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupanya. Dalam melakukan eksploitasi sumber daya alam, sistem pengetahuan dan daya adaptasi penggunaan teknologi akan selalu di sesuaikan dengan kondisi lingkungan alam serta sistem distribusi dan pengalokasian hasil eksploitasi tersebut. (Adimihardja, 2000: 7).

  Kearifan dan sistem pengetahuan serta teknologi tradisional yang masih perlu digali dan dikaji. Karena banyak diantaranya yang mempunyai implikasi positif bagi program-program pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dengan mengetahui persepsi mereka mengenai lingkunganya akan memberikan masukan-masukan bagi upaya pemeliharaan, pelestarian serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup para petani di daerah pedesaan dengan tetap berpijak pada kearifan tradisional yang telah mereka miliki secara turun-temurun.

  Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan lokal (indigenous knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal-balik antara masyarakat dengan lingkungannya (Marzali, dalam Mumfangati, dkk., 2004). Jadi, konsep sistem kearifan lokal berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional. Karena hubungan yang dekat dengan lingkungan dan sumber daya alam, masyarakat lokal, tradisional, atau asli, melalui “uji coba” telah mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi dimana mereka tinggal yang telah dianggap mempertahankan sumber daya alam, serta meninggalkan kegiatan-kegiatan yang dianggap merusak lingkungan (Mitchell, 2003)

  Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan

  diakses 5/30/2015) dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan .

  Perwujutan bentuk kearifan tradisi yang merupakan pencerminan dari sistem pengetahuan dan teknologi lokal di berbagai daerah di Indonesia, dapat dilihat pada petani nilam di Pakpak. Masyarakat Pakpak memiliki sejumlah nilai budaya, pengetahuan, aturan, kepercayaan, tabu, sanksi, upacara dan sejumlah perilaku budaya yang arif dalam pengelolaan lingkungan. Usman pelly (1987: 269) dalam bukunya Mariana Makmur dkk menyatakan bahwa masyarakat Pakpak sangat menghargai alam dengan adanya tabu-tabu yang selalu dipatuhi. Lebih lanjut Zuraida dkk, (1992) juga dalam buku Mariani dkk, menyatakan bahwa orang Pakpak memiliki aturan-aturan dalam menjaga konservasi alam. Kearifan dalam konservasi alam tersebut terjadi dalam berhubungan dengan alam. Ada yang disadari dan ada pula yang tidak disadari oleh masyarakat Pakpak yang tekandung dalam sejumlah nilai, aturan, tabu dan upacara terutama kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam seperti dalam sistem ladang berpindah, mencari damar, berburu dan meramu dan pengolahan hutan kemeyan. 5 (diakses 26 mei 2015)

  

Kearifan tradisional pakpak dalam berhubungan dengan alam memiliki sejumlah nilai budaya, pengetahuan, aturan,

  Selain itu berhubungan dengan kepercayaan tradisional di setiap lebuh dan kuta ditemukan atau dikenal adanya area-area yang pantang untuk diganggu unsur biotic dan abiotik yang ada didalamnya karena dianggap mempunyai kekuatan gaib, antara lain: rabang, gua, daerah pinggiran sungai, dan jenis-jenis pohon dan binatang tetentu yang dianggap memiliki mana . Jenis tumbuhan tersebut misalnya pohon ara, simbernaik

  (sejenis pohon penyubur tanah). Jenis binatang yang jarang di ganggu misalnya: monyat, kera, dan harimau. Pada awalnya tempat-tempat tersebut dijadikan sebagai tempat persembahan terhadap kekuatan gaib, namun saat ini walaupun umumnya mereka telah menganut agama-agama besar seperti Islam dan Kristen, tetap dianggab keramat dan mempunyi kekuatan sehingga kalau diganggu dapat berakibat terhadap keselamatan baik secara langsung maupun tidak langsung (Berutu, 1994). Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup dewasa ini semakin banyak dibicarakan. Masalah ini muncul bersamaan dengan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara lingkungan hidup demi kelangsungan hidup manusia dan untuk terpeliharanya kelestarian lingkungan itu sendiri. Orang semakin menyadari betapa kerusakan lingkungan telah membawa kerugian yang sangat besar bagi manusia.

  Menurut Bintarto (1979 : 22), lingkungan hidup manusia terdiri atas lingkungan hidup fiscal (sungai, udara, air, rumah dan lainya), lingkungan biologis (organism hidup, antara lain: hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia), lingkungan social (sikap kemasyarakatan, sikap kerohanian dan sebagainya). Dengan katalain, manusia adalah bagian bagian dari lingkungan itu sendiri. Ia tidak dapat lepas dari lingkunganya, baik 6 lingkungan alam maupun lingkungan social.

  Mana merupakan tempat penunggu mahluk halus tempat ini bisa berupa pohon besar, goa, bahkan di tengah hutan yang belum pernah disentuh.

  Manusia sebagai bagian dari lingkungannya, mempunyai hubungan timbal-balik yang selaras dengan lingkunganya; dengan kata lain, ada keseimbangan dan interaksi.

  Dalam interaksinya yang terus-menerus itu, manusia mendapatkan pengalaman tentang lingkungan hidupnya. Gambaran tentang lingkungan hidupnya itu disebut citra lingyang dapat diharapkan manusia dari lingkunganya, baik secara alamiah maupun sebagai hasil dari tindakanya, serta tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

  Dari semua makhluk hidup, manusialah yang mampu beradaptasi dengan lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan biotic. Dalam beradaptasi itu ia selalu berupaya untuk memanfaatkan sumber-sumber alam yang ada untuk menunjang hidupnya, iteraksi manusia terhadap lingkunganya maupun ekosistemnya tersebut dapat melibatkan terganggunya keseimbangan ekologis. Dengan semakin pesatnya kemajun teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dapat dikatakan telah menguasai alam dan dapat mempengaruhi lingkungan hidupnya. Namun yang terjadi kemudian manfaat teknologi mulai disangsikan dan dianggab merusak tata lingkungan yang membawa bencana. Sesungguhnya kesadara akan pentingya memelihara keseimbangan lingkungan hidup bukanlah suatu hal yang baru bagi masyarakat kita. Jauh sebelum Undang-Undang Nomor 4 itu lahir, para leluhur kita telah memiliki kearifan dalam pemeliharaan lingkungan hidup. Dengan caranya sendiri, sesuai dengan cara berpikir dan tradisi-tradisi yang berlangsung pada zamanya, telah mampu menciptakan cara-cara dan media untuk melestarikan lingkungan.

  Untuk menjaga kearifan dan pemeliharaan lingkungan hidup masyarakat Pakpak menggunakan pengetahuan tradisional. Menurut Zainul Daulay “Pengetahuan

   tradisional adalah pengetahuan masyarakat asli dan lokal yang membadankan gaya

  hidup tradisional yang relevan untuk konservai dan penggunaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan”. Namun pengetahuan tradisional tidak selalu bisa dijadikan sebagai pedoman untuk seterusnya, karena semakin lama masyarakat semakin pintar dan pengetahuan semkin maju.

  Melalui proses sosialisasi atau pendidikan, pengetahuan yang dimiliki oleh petani akan di wariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga masyarakat yang menepati lingkungan tertentu akan tahu apa yang harus dilakukan. Walalupun nantinya ada orang luar atau yang ingin masuk ke lingkungan tersebut, mereka tahu tindakan apa yang akan mereka lakukan. Karena orang luar kadang bisa masuk dan membawa suatu perubahan yang tidak sesui dengan apa yang diketahui oleh masyarakat setempat.

  Seperti yang dikatakan oleh (Michael R. Dove) tentang Manusia dan Alang-Alang di Indonesia, disini Michael menuliskan bahwa orang luar dan masyarakat setempat yang mempunyai pengetahuan yang berbeda tentang alang-alang. Masyarakat setempat berpendapat bahwa tanaman alang-alang bermanfaat bagi mereka, sementarata orang luar yang datang ketempat mereka menganggap bahwa tanaman tersebut hanya sebagai tanaman perusak tanah.

1.3 Rumusan Masalah

  Pakpak Bharat khususnya Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe, merupakan salah satu kecamatan yang secara umum berprofesi sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah 7 yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah “pengetahuan petani Pakpak khususnya Pengetahuan tradisonal pengetahuan asli yang melekat pada diri seseorang. untuk kec. Sitelu Tali Urang Jehe tenteng nilam” dengan rincian pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengetahuan petani nilam dalam proses produksi yang mencakup: pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan proses penyulingan.

  2. Bagaimana proses distribusi hasil panen yang mencakup: panen dan budaya kerja dengan pembeli.

  1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana petani menggunakan pengetahuannya dalam hal produksi yang mencakup pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, serta sampai kepada masa penyulingan dan juga bagaimana pengetahuan mereka tentang distribusi dalam pasar nilam.

  Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk membuka wawasan pemikriran masyarakat keseluruhan serta pemerintah agar melihat betapa bermanfaatnya dan mudahnya mendapatkan rezeki dengan mengembangkan budidaya nilam. dapat melihat dan menyikapi dengan wawasan pemikiran yang jelas dan terang dan tidak ada ketimpangan. Secara teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bidang kearifan lokal.

  1.5 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualititif yang bersifat deskriptif yaitu salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi (menafsirkan) objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982 : 119). Dalam metode penelitian ini peneliti akan mencari tahu tentang pengetahuan yang digunakan oleh petani nilam dalam membudidayakan nilam di Pakpak Bharat. Peneliti akan mendeskrifsikan tentang pengetahuan-pengetahuan yang digunakan dalam pembudidayaan tersebut. Dalam penelitian kualitatif, data-data yang di dapatkan di lapangan (field research) bisa berupa kata-kata, gambar maupun tindakan. Data yang berupa kata-kata diperoleh melalui wawancara, data gambar diperoleh melalui file fotografi dan data berupa tindakan diperoleh melalui observasi partisipasi.

1.6 Tekhnik Pengumpulan Data

1.6.1 Observasi partisipasi

  Peneliti melakukan observasi partisipasi (participant observation) yang artinya metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar melihat dalam keseharian informan (Bungin, 2007).

  Observasi partisipasi yang peneliti lakukan adalah ikut berkumpul dengan beberapa informan yang kategori ibu-ibu. Ketika informan sedang melakukan aktifitas seperti menanam, merawat dan panen, maka peneliti akan ikut bergabung melakukan aktifitas yang mereka lakukan. Sedangkan observasi yang peneliti lakukan dengan para bapak, peneliti hanya melihat-lihat aktifitas dengan cara mencoba datang ke lahan tersebut dan berbincang-bincang tentang kegiatan yang dilakukan oleh bapak-bapak tersebut. Sama halnya dengan observasi yang peneliti lakukan dengan para ibu, dengan para informan yang masih muda juga peneliti mengobservasi dengan cara ikut berkumpul dengan mereka.

  1.6.2 Wawancara

  Wawancara Mendalam (indepth-interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam peneliltian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperolah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan inporman atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Dengan metode ini, peneliti akan menggunakan pedoman wawancara serta instrument wawancara seperti recorder, kamera, buku tulis, pulpen dan alat-alat yang berhubungan untuk penelitian ini.

  1.6.3 Informan Peneliti

  Sebelum melakukan wawancara mendalam, peneliti akan mencari terlebih dahulu beberapa informan pangkal untuk mendapatkan informasi umum mengenai petani nilam yang ada di desa Sitelu Tali Urang Jehe. Adapun informan pangkal tersebut adalah Kepala Desa Tanjung Meriah.

  Setelah informasi didapat peneliti, maka peneliti menetapkan siapa yang akan dijadikan informan kunci. Informan kunci adalah petani nilam yang sudah lama menguasai tentang nilam sejumlah 10 orang. Jumlah tersebut dinggab cukup karena telah dapat menjawab permasalahan penelitian.

  Untuk mendapatkan data pelengkap, peneliti juga menambahkan wawancara dengan informan biasa, yaitu masyarakat yang tinggal di daerah yang memiliki usaha nilam dan individu yang berminat membudidayakan nilam sebanyak 8 orang.

1.7 PENGALAMAN PENELITIAN

  Untuk melanjutkan tahap berikutnya yaitu bab 2 dan seterusnya memerlukan data lapangan yang diperoleh melalui informan pangkal, informan kunci dan informan biasa yang langsung dilakukan di lokasi penelitian yaitu di Desa Tanjung Meriah dan harus ikut turun ke ladang petani nilam. Informan pangkal yang juga petani nilam yang deitemui dapat menunjukkan informan kunci yang mengetahui dan memahami pokok permasalahan yang sedang diteliti. Setiap petani nilam mempunyai kemungkinan sebagai informan biasa, asalkan ia memiliki waktu dan kesempatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Informan biasa ini untuk melengkapi data yang sifatnya umum.

  Awal mula di minggu pertama peneliti melakukan wawancara adalah dengan salah seorang keluarga peneliti sendiri. Setelah informan bersedia diwawancarai, peneliti pun tidak mebuang-buang waktu untuk langsung mewawancarainya. Diawal wawancara kami pun tertawa-tawa kecil karena tidak biasa melakukan tanya jawab seperti itu. Butuh waktu sekitar 5 menit untuk menetralkan suasana. Akhirnya peneliti pun mulai mewawancarainya dan informan pun mulai terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan peneliti. Setelah selesai mewawancarainya tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada informan tersebut.

  Tidak kalah sulitnya dengan awal mula peneliti melakukan wawancara pertama, wawancara selanjutnya kepada informan-informan yang telah peneliti tentukan pun lumayan sulit. Ketika peneliti datang untuk mewawancarai informan yang lain ada sedikit rasa malu peneliti karena peneliti tidak terlalu sering datang ke rumah beliau sehingga kedatangan peneliti sedikit terlihat aneh. Peneliti pun mulai meminta kesediaan beliau untuk peneliti wawancarai dan dengan sedikit senyuman beliau bersedia. Terpancar dari raut muka beliau sebuah kebingungan dan pastilah timbul pertanyaan-pertanyaan didalam kepala beliau sebenarnya untuk apa peneliti mewawancarainya. Untuk menjawab kebingungan beliau peneliti pun coba menjelaskan maksud wawancara peneliti yaitu untuk skripsi. Akan tetapi walaupun sudah peneliti jelaskan beliau tetap saja bertanya kepada peneliti.

  Dan untuk kesekian kalinya peneliti harus menjelaskan kepada beliau maksud wawancara peneliti. Akhirnya beliau mengerti walaupun tergurat di wajah beliau sedikit kekecewaan karena mungkin dalam pikirannya, beliau mengharapkan wawancara ini gunanya mendata warga miskin yang akan dipakai pemerintah untuk memberikan bantuan, seperti BLT (bantuan langsung tunai) yang biasanya beliau terima dari pemerintah.

  Ketika pertama kali peneliti bertanya kepada beliau pemahaman tentang pengetahuan dalam membudidayakan nilam beliau masih bingung, mungkin karena pertanyaan peneliti kurang tepat. Kemudian peneliti langsung bertanya bagaimana cara menanam nilam dari awal hingga panen serta cara perawatan, barulah beliau bisa menjawab. Setelah beberapa pertanyaan dijawab oleh beliau peneliti merasa puas dengan jawabanya. Beberapa hari penelitian telah berlangsung, namun data yang penulis dapat belum memuaskan, sehingga di minggu berikutnya penulis harus melakukan wawancara langsung di ladang petani.

  Penelitian berikutnya dilakukan dengan informan yang berbeda. Penelitian yang dilakukan itu berlangsung di minggu ke dua. Kebetulan penulis sudah menentukan beberapa informan yang benar-benar tahu tentang nilam dan memiliki lahan nilam. Di hari ini penulis bertemu dengan pak Sanggup. Kebetulan pak sanggup merupakan informan kunci yang sudah tahu maksud dan tujuan peneliti. Pada saat itu penulis bersama dengan adek penulis sendiri datang pada jam 8 pagi, supaya kami bisa ikut langsung ke ladang informan tersebut. pada saat itu kami menemukan pak Sanggup sedang minum kopi di teras rumah. Begitu bertemu kami pun langsung member salam dan kami dipersilahkan masuk kerumah. Sebelum berangkat keladang kami sempat ditunjukkan beberapa botol nilam yang disimpan di tempat khusus oleh pak Sanggup. Penulis pun langsung mengambil kamera dan menyimpan fhoto minyak nilam simpanan pak Sanggup. Selain minyak nilam, pak Sanggup juga menunjukkan daun nilam yang sudah siap untuk di suling. Beberapa menit telah kami habiskan berbincang-bincang tentang minyak dan daun nilam dan semua yang disampaikan oleh pak Sanggup pada saat itu telah terekam dalam memori hanpone penulis. Wawanvara tentang daun kering dan nilam pun selesai dan kami berankat keladang. Adek peneliti yang selalu setia menemani peneliti pun ikut membuat suasana diperjalanan menuju ladang semakin asik. Jarak ladang dari perkampungan lumayan jauh. Lebih kurang 30 menit kami menempuh perjalanan akhirnya kami sampai juga di tengah ladang atau tembak nilam pak Sanggup. Tanpa menyia-nyiakan waktu penulispun langsung mengmbil fhoto lahan yang baru di buka dan siap untuk ditanam, nilam yang baru ditanam, mulai bercabang sampai nilam yang sudah siap di panen. Sangat banyak sekali data yang penulis dapatkan pada saat itu. Tanpa terasa penulis sudah menghabiskan waktu yang banyak di ladang tersebut pada hari itu. Karena kelelahan kami pun pamit pulang karena hari berikutnya penulis sudah berjanji akan kembali lagi ke ladang pak Sanggup tersebut. Sehingga data terlengkapi.

  Di minggu berikutnya penulis masih melakukan wawancara dengan para petani, namun dengan informan yang berbeda-beda. Seperti biasa dengan langsung ikut ke ladang diharapkan setiap aktifitas tidak terlewatkan. Dengan demikian pula pedoman saya dalam menanyakan suatu objek permasalahan adalah apa yang ada di hadapan dengan petanyaan- pertanyaan apa itu, mengapa begitu, untuk apa itu, kenapa harus seperti itu, siapa dan mengapa ada disitu. Yang paling penting adalah hubungan dan komunikasi langsung dengan petani nilam secara baik dan sopan, dengan demikian saya dapat diterima pada setiap waktu.

  Kebetulan tempat tinggal penulis tidak begitu jauh dengan Desa Tanjung Meriah, jadi penulis tidak perlu menyewa tempat tinggal. akan tetapi harus mengorbankan waktu adik penulis karena harus mengantar jemput ke lokasi penelitian. Walaupun kadang penulis diantar dengan muka cemberut tapi tetap dijalani.

  Pada minggu ketiga, penulis masih aktif melakukan pencarian data langsung di lokasi ladang petani. Hal ini setiap harinya penulis lakukan rata-rata dari pukul 09-15 WIB berada di ladang petani. Selain melakukan pencarian data di ladang, penulis juga mencari data di tempat penyulingan minyak nilam. penyulingan dilakukan di tempat yang berbeda, karena para petani tidak memiliki tempat penyulingan “kukusen” masing-masing. Jadi ketika nilam sudah dikeringkan biasanya mereka menyewa truk untuk mengangkat nilam dari ladang.

  Pada minggu ke empat penulis tidak begitu aktif lagi di ladang, karena data-data yang telah terkumpul harus di teliti duu, jika masih kurang biasanya penulis mendatangi petani di malam hari. Karena pada saat itu lah mereka sudah bisa bersantai dan mereka juga tidak merasa terganggu. Pada minggu terahir juga dilakukan pencarian data skunder untuk melengkapi data skunder yang telah di dapat sebelumnya. Pencarian data ini dilakukan kepada kepala Desa dan masyarakat yang tingal di daerah tersebut.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Adsorpsi - Pengaruh Suhu Dan Waktu Aktivasi Terhadap Kualitas Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus Merkusii Jungh & De Vr)

0 0 17

Pengaruh Suhu Dan Waktu Aktivasi Terhadap Kualitas Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus Merkusii Jungh & De Vr)

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Daya Hambat Sampo yang Mengandung Minyak Kelapa Murni Terhidrolisis Terhadap Jamur Penyebab Ketombe

0 0 21

Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Tipe Bahaya Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi - Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Tipe Bahaya Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

0 0 21

Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Tipe Bahaya Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Kopi Ateng yang Menjual dalam Bentuk Gelondong Merah (Cherry red) dengan Kopi Biji di Desa Bangun Das Mariah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun)

0 5 16

BAB II GAMBARAN UMUM - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 1 13