Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek, baik menyangkut aspek hakikat pebelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang mengatur pelaksanaaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran lebih khusus (Sukirman,2008).

  Pada pembelajaran IPA di SD banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satu faktor yaitu lingkungan sekitar yang sangat berpengaruh pada pembelajaran. Berkaitan dengan pentingnya lingkungan dalam pembelajaran IPA, maka ada suatu asas dalam pembelajaran tersebut yang harus diperhatikan dan dipilih oleh guru, yaitu asas-asas didaktik atau asas-asas mengajar yang disebut dengan asas lingkungan, yaitu suatu asas yang mengaitkan suatu proses pembelajaran dengan lingkungan anak. Bagi seorang guru menguasai asas-asas mengajar adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan, karena dengan menguasai asas-asas mengajar ini akan dapat membantu guru dalam meningkatkan dan mengembangkan praktik pengajaran di kelas untuk tercapainnya tujuan pengajaran yang diharapkan.

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan manusia. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya untuk kehidupan sehari-hari, di dalam kehidupan sehari-hari IPA atau

  

sains secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang didapatkan

  dengan proses tertentu. Adapun proses yang dimaksud adalah ilmiah, berbasis pengamatan dan penemuan serta berdasarkan fakta-fakta (Putra, 2013:52-53).

  Hakikat proses dalam pembelajaran IPA tidak terlepas dari pemilihan dan penerapan sebuah metode di dalam pembelajaran, terkait dengan pemilihan model tersebut guru merupakan subjek yang memegang peranan penting. Pemilihan model merupakan salah satu tugas utama dari seorang guru. Di dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru tidak saja bertugas untuk menyampaikan materi tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap perencanaan sebuah proses pembelajaran. Perencanaan sebuah pembelajaran oleh guru antara lain menyangkut komponen- komponen pembelajaran yang dapat menunjang di dalam pencapaian sebuah tujuan, salah satu komponen penting dalam perencanaan proses pembelajaran ialah metode pembelajaran Pemilihan sebuah model di dalam pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa hal karakter materi pelajaran, ketersediaan sarana belajar, serta karakteristik siswa dan bagaimana model yang diterapkan tersebut dapat memudahkan siswa dalam memahami materi IPA yang terkait dengan realitas kehidupan yang siswa alami

  Karakteristik pembelajaran IPA yang mengedepankan penumbuhan rasa ingin tahu siswa dan kemampuan siswa melihat hubungan sebab akibat, menuntut guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa aktif berpikir. Disamping itu guru juga diharapkan mampu melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang ditetapkan juga harus mengakomodasi kebutuhan siswa akan pemahaman konsep yang baik tentang

  IPA dan juga kemampuan siswa memahami proses dan hubungan sebab akibat.

  Permasalahan umum dalam pembelajaran IPA yang sering dijumpai dalam Guru masih memilih menggunakan metode ceramah selama pembelajaran, sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan siswa cenderung kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. kenyataannya pembelajaran IPA menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan lebih memberikan siswa pengalaman belajar yang bermakna.

  Kondisi yang demikianlah yang ditemui di SDN Patemon 01 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, dari hasil observasi yang telah penulis lakukan dapat diamati bahwa penguasaan materi pelajaran oleh siswa masih sangat kurang, khususnya dalam mata pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar IPA di SDN Patemon 01, rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran IPA yaitu 62,43 masih berada sangat jauh dari pencapaian KKM

  ≥ 75 yang telah ditentukan oleh guru, dari 21 siswa 16 diantaranya masih kurang memahami pembekajaran IPA yang berarti siswa belum mencapai KKM dan hanya 5 siswa yang nilainya

  ≥ 75 yang telah tuntas. Perolehan nilai ulangan harian IPA yang masih dibawah KKM menunjukkan bahwa siswa kurang memahami mata pelajaran IPA sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar IPA yang diperoleh.

  Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 januari 2015 di SDN Patemon 01 dapat disimpulakan permasalahan yang ditemui disebabkan karena pembelajaran kurang efektif, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. Cara mengajar yang dilakukan masih konvensional menggunakan metode ceramah, penggunaan metode ceramah tidak menutup kemungkinan pembelajaran itu berhasil akan tetapi metode ceramah yang lebih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi guru kurang memanfaatkan media di setiap proses pembelajaran, guru masih bergantung pada buku teks dan buku pegangan siswa sehingga pengetahuan atau meteri yang didapat siswa dalam bentuk penghafalan konsep. Siswa hanya mendengarkan atau mencatat hal yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan soal-soal yang dan berdampak pada hasil belajar IPA yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

  Mempertimbangkan kondisi dilapangan yang demikian salah satu upaya untuk meningkatakan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Patemon 01 dengan mengubah paradigma guru yang konvensional menjadi guru yang inovatif dan kreatif, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif di salam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga pembelajaran menjadi bervariasi, menarik dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang sulit dipahami.

  Dalam upaya meningkatkan hasil belajar, diperlukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Hal ini juga dijelaskan Mulayasa (2008:107) seperti sebagai berikut:

  “penggunaan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efesiensi pembelajaran ”. Inovasi model pembelajaran dalam IPA diharapkan dapat mendorong siswa mengembangan sendiri konsep-konsep IPA sehingga esensi dari mata pelajaran IPA benar-benar terinternalisasi dalam pikiran siswa, tidak hanya „disuapi‟ dengan materi oleh guru yang berujung pada penghafalan konsep, bukan pemahaman konsep.

  Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut untuk menjadi seorang

  

spectator atau penonton saja yang hanya mendengarkan penjelasan guru namun juga

  dituntut untuk aktif. Sesuai dengan salah satu prinsip Kurikulum Satuan Pendidikan bahwa pendekatan pembelajaran yang diharapkan adalah student centered. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) menjadikan siswa sebagai pemain utama dalam proses pembelajaran, siswa dituntut menjadi pribadi yang aktif dan guru hanya sebagai pembimbing yang hanya bertugas mengarahkan dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

  Untuk mencapai kondisi sebagaimana telah diuraikan diatas, diperlukan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat aktif mengeluarkan pendapat dan menemukan konsepnya sendiri yaitu dengan menggunakan model Discovery. Menurut Oemar Hamalik (2001:63) Model Discovery adalah

  “suatu strategi yang persoalan atau mencari jawaban di dalam pernyataan-pernyataan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas ”.

  Model pembelajaran penemuan adalah model mengajar yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik dalam belajar. Dalam pembelajaran ini, guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. model ini menekankan guru untuk memberikan masalah kepada peserta didik kemudian peserta didik disuruh memecahkan masalah tersebut melalui melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Model pembelajarann penemuan (Discovery) diharapkan dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta kualitas pendidikan IPA.

  Model pembelajaran Discovery merupakan salah satu model mengajar yang mana guru tidak langsung memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari materi yang disampaikannya. Melainkan siswa diberi kesempatan mencari dan menemukan hasil data tersebut. Sehingga proses pembelajaran ini yang akan diingat oleh siswa sepanjang masa, sehingga hasil yang ia dapat tidak mudah dilupakan.

  Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian di SDN Patemon 01 dengan menerapkan model Discovery dalam pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas 4 tentang Energi dan bunyi di SDN Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan telah dikemukakan dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: a)

  Nilai ulangan harian pokok bahasan energi panas dan bunyi masih rendah, belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 75. b) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif hanya menyampaikan informasi tanpa memberikan kesempatan untuk diskusi.

  c) Guru lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pemahaman konsep

d) Kurangnya partisipasi aktif dan kerja sama dalam pembelajaran.

  e) Guru belum melatih siswa untuk berfikir kritis dalam menyelesaikan sebuah masalah.

  1.3 Pembatasan Masalah

  Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu : a)

  Penerapan model Discovery pada pembelajaran IPA siswa kelas 4 SDN Patemon 01 kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.

  b) Peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN

  Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.

  c) Peneliti ini berfokus pada mata pelajaran IPA (KD siklus I yaitu Mendiskripsikan energi panas yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dan KD siklus

  II yaitu Mendiskripsikan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya).

  1.4 Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraukan, maka timbul pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut: a)

  Bagaimana penerapan model Discovery dalam meningkatkan proses pembelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Tahun Pelajaran 2014/2015?

  b) Apakah peningkatan proses pembelajaran melalui model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Tahun

  1.5 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang hendak dicapai melalui penelitian tindakan kelas yaitu: a)

  Menerapkan Model Discovery untuk meningkatkan proses pembelajaran mata

  pelajaran IPA pokok bahasan energi dan bunyi pada siswa kelas 4 SDN Patemon 01.

  b) Meningkatkan hasil belajar IPA melalui peningkatan proses pembelajaran pokok bahasan energi panas dan bunyi dengan menggunakan model Discovery pada siswa kelas 4 SDN Patemon 01.

  1.6 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis.

  1.6.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoritis adalah manfaat yang diperoleh dari penelitian bersifat teori.

  Penelitian ini dapat membuktikan bahwa penerapan model Discovery dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam.

  1.6.2 Manfaat Praktis

  Secara praktis penelitian tindakan kelas ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa,guru dan sekolah. 1) Bagi guru

  Mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery serta untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran, guru lebih terampil dalam mendesain sebuah model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

  2) Bagi siswa Siswa dapat memahami konsep IPA dan menyelesaikan masalah pembelajaran

  IPA yang ada di kehidupan sehari-hari melalui model pembelajaran Discovery 3) Bagi sekolah

  Memberikan sumbangan kepada pihak sekolah sebagai instansi pendidikan agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya, Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan ialah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariatif, contohnya ialah Discovery. Dengan meningkatnya mutu pendidikan akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan dari masyarakat terhadap kualitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KECANGGIHAN TEKNOLOGI INFORMASI, PARTISIPASI PENGGUNA, KEMAMPUAN PENGGUNA, PARTISIPASI MANAJEMEN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (Studi Empiris pada PT PLN (Persero) Area Kudus)

0 5 152

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Santifik Melaui Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD

0 10 130

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konversi Masyarakat Aliran Kejawen Kawruh Jiwa di Desa Gombang ke GKJ Gombang Setro Pepanthan GKJ Salatiga Timur

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemasaran Tour di Rodex Salatiga Tours and Travel Melalui Media Promosi Tourism’s Magazine Book dan Brosur

0 1 17

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD 5 KANDANGMAS

0 1 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interpretasi sebagai Strategi Perencanaan Pengelolaan Pengunjung di Sebuah Destinasi Wisata: Studi Kasus Desa Wisata Bejalen

0 0 16

INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Jepara)

0 0 14

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Kudus)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Soteriologi terhadap Ritual Cheng Beng (清明节) yang Dilakukan oleh Anggota Jemaat GMIT Pola Tribuana Kalabahi

1 2 37

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011- 2015)

0 1 14