BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PPU-9/2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

  telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, selanjutnya disebut (UU Perbankan), menyebutkan pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk Mengacu pada pengertian tersebut, bank merupakan bisnis kepercayaan di mana masyarakat akan menempatkan uangnya pada bank yang menjadi pilihannya, yang memiliki performa dan tingkat kesehatan yang baik. Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki nilai yang sangat strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga ini merupakan perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of fund).

  Peranan utama bank sebagi lembaga intermediasi keuangan (financial

  intermediary ) adalah mengalihkan dana (deficitI) di samping menyediakan jasa-

  jasa keuangan lainnya. Oleh karena bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi 1 Indonesia (a), Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-

  

Undang Nomor 7Tahun 1992 tentang Perbankan. Lembar Negara Nomor 182, Tahun 1998,

Tambahan Lembar Negara No.3790 , (Selanjutnya disebut sebagai “Undang-Undang Perbankan

  2 Darmadi Sudibyo dan Eko B. Supriyatno,ed., Budaya Kerja Perbankan:Jalan Lurus Menuju Integritas , (Jakarta:LP3ES Indonesia , 2006), hlm.103 3 Husein Umar, Business An Introduction (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.172 4 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 9 keuangan atau perantara keuangan maka dalam hal ini faktor kepercayaan dari masyarakat atau nasabah merupakan faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan. Dalam melakukan fungsi intermediasi, bank harus mengambil risiko dan mempunyai kemampuan untuk dapat mengukur risiko. Dalam industri perbankan masalahnya akan menjadi kompleks karena dua hal utama. Pertama, risiko bank bersifat sistemik, artinya apabila satu bank mengalami masalah, maka bukan hanya pemilik bank saja yang dirugikan, karyawan yang kehilangan pekerjaan dan stakeholder bank lainnya yang akan terkena akibatnya, tetapi masalahnya akan dapat merambat kepada bank lain melalui transaksi pinjam meminjam antar bank. Kedua, bisnis perbankan adalah merupakan bisnis yang bersifat kepercayaan, oleh karena itu, uang para pemilik dana harus dilindungi agar para deposan tidak trauma untuk menyimpan uangnya di bank, yang berpotensi dapat mengakibatkan runtuhnya sistem perbankan. Oleh karena itu di negara manapun pada umumnya industri perbankan dikenal sebagai industri yang paling banyak diatur dan diawasi oleh pemerintah atau bank sentral (most highly regulated industri ).

  Perjanjian kerja outsourcing atau alih daya merupakan bagian kapitalisme global dan cenderung merugikan pekerja. Sistem itu disukai kalangan pengusaha karena bisa memangkas berbagai tunjangan yang harus dikeluarkan perusahaan. Sistem outsourcing tidak hanya ada di Indonesia, tetapi di semua negara. Di

  5 6 Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain ,(Yogyakarta: Ekonisia, 2003), hlm 19.

  Risnafany Hartanto, Implementasi Manajemen Risiko Dalam Penerimaan Nasabah oleh Bank dalam PBI nomor 11/28/PBI 2009, hlm. 3. mana-mana pada semua negara pada prinsipnya sama, pengusaha menghindari karyawan tetap, dan menghindari hak-hak pekerja.

  Pengertian atau definisi dari outsourcing tidak ditemukan dalam Undang- Undang Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 64, Pasal 65 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan selanjutnya disebut (UU Ketenagakerjaan) diatur dua bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, inilah yang kemudian populer dan dikenal oleh masyarakat sebagai outsourcing dan sekaligus menjadi dasar pelaksanaan

  

outsourcing di Indonesia. Bentuk penyerahan pekerjaan itu adalah melalui

  pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh Kalangan pekerja dan pengusaha masih berbeda pandang melihat putusan

  Mahkamah Konstitusi selanjutnya disebut (MK) terkait pengujian UU Ketenagakerjaan pada 17 Januari 2012 lalu. Guna menghindari kesimpangsiuran lebih jauh, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencoba menindaklanjuti putusan MK No 27/PUU-IX/2011 itu melalui Surat Edaran Menteri Nomor B.31/PHIJSK/2012 tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu selanjutnya disebut (PKWT). MK menegaskan outsourcing adalah kebijakan usaha yang wajar dari suatu perusahaan dalam rangka efisiensi usaha. Akan tetapi pekerja yang melaksanakan pekerjaan dalam perusahaan

  

outsourcing tidak boleh kehilangan hak-haknya yang dilindungi konstitusi. Agar

  para pekerja tidak dieksploitasi, Mahkamah menawarkan dua model

  

outsourcing . Meskipun dua model usulan Mahkamah diarahkan untuk melindungi

  pekerja, kalangan buruh merasa belum cukup. Tenaga outsourcing dalam pekerjaan yang sifatnya bukan borongan atau tidak selesai dalam sekali waktu tetap diperbolehkan. Inilah yang merisaukan kalangan pekerja dan menilai putusan MK makin melegalkan praktik outsourcing.

  Ada tiga hal penting yang dikritik. Pertama, putusan MK mengukuhkan keberadaan outsourcing dalam sistim ketenagakerjaan di Indonesia. Pekerja masih bekerja di perusahaan penyedia (agent) tenaga kerja bukan di perusahaan pengguna tenaga kerja (user). Kalangan serikat pekerja lebih menginginkan outsourcing yang bergerak di bidang penyediaan tenaga kerja (bukan borongan) dihapuskan. Sehingga pekerja bekerja di perusahaan pengguna tenaga kerja secara langsung tanpa outsourcing. Kedua, putusan MK memperkecil jarak benefit yang diperoleh pekerja outsourcing dengan pekerja tetap dengan jenis pekerjaan sama.

  Meminimalisir diskriminasi penting, sehingga prinsip equal job equal pay dapat diterapkan. Dalam konteks ini, tetap saja pekerja outsourcing sulit beralih posisi menjadi pekerja di perusahaan pengguna tenaga kerja. Ketiga, posisi tawar pekerja outsourcing sangat lemah terutama membentuk serikat buruh. Ketika pekerja ingin menuntut kenyamanan di tempat kerja, pekerja bingung akan menuntut kemana; perusahaan penyedia atau pengguna tenaga kerja.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya:

1. Bagaimana outsourcing pada jasa perbankan? 2.

  Bagaimana perjanjian kerja dengan sistem outsourcing di jasa perbankan?

  3. Bagaimana sistem outsourcing pada jasa industri perbankan setelah adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan ini mengindikasikan pada suatu tujuan yang diharapkan mampu dicapai yaitu a.

  Untuk mengetahui outsourcing pada jasa perbankan.

  b.

  Untuk mengetahui perjanjian kerja dengan sistem outsourcing di jasa perbankan.

  c.

  Untuk mengetahui sistem outsourcing pada jasa industri perbankan setelah adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011.

2. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu: a.

  Manfaat teoritis 1)

  Diharapkan dapat digunakan bagi pendalaman kajian sehubungan dengan fungsi hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum sistem outsourcing pada jasa industri perbankan setelah adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011

  2) Diharapkan dapat memberikan referensi bagi dilakukannya penelitian lanjutan dengan obyek yang sama. b.

  Manfaat Praktis 1)

  Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pendidikan ilmu hukum mengenai pelaksanaan kaidah-kaidah hukum terutama hukum sistem outsourcing pada jasa industri perbankan setelah adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011

  2) Untuk memberikan sarana tambahan informasi terhadap pihak-pihak pelaku bisnis yang terkait dengan aktivitas outsourcing dan membutuhkan pengetahuan tentang norma hukum yang mengaturnya, sehingga mampu memahami segala aspek-aspek yuridis yang menyangkut dengan sistem outsourcing pada jasa industri perbankan setelah adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011

  3) Memberikan manfaat kepada para praktisi hukum khususnya yang bergerak dalam bidang outsourcing

D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis menemukan judul antara lain : 1.

  Hak-hak Pekerja/Buruh dan Praktek Outsourcing menurut UU No. 13 Tahun 2003 ”Outsourcing ditinjau dari KUHPerdata dan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

2. Analisis Hukum Perjanjian Kerja Outsourcing di Sumatera Utara

  (Implementasi Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003), diteliti oleh Swary Natali Tarigan, NIM 077011070. Penelitian ini membahas mengenai klasifikasi pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang perusahaan yang merupakan dasar pelaksanaan outsourcing, hubungan hukum antara pekerja/buruh outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing, dan penyelesaian sengketa terhadap pekerja/buruh

  outsourcing yang melanggar aturan kerja pada perusahaan pemberi kerja.

3. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/ Buruh dalam Perjanjian Kerja

  Waktu Tertentu (PWKT) Ditinjau dari Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diteliti oleh Muhammad Fajrin Pane, NIM 067005017. Penelitian ini membahas mengenai peraturan perundang- undangan di bidang ketenagakerjaan mengatur tentang PKWT, pengaturan PKWT dalam perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja, perlindungan hukum terhadap pekerja/ buruh yang terikat dalam PKWT.

  Dalam penelitian skripsi ini penulis mengambil judul tentang Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan MK No.

  27/PPU-9/2011. Judul penelitian ini belum diteliti oleh peneliti yang lain. Kajian pada penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis mengkaji dan mengambil perumusan masalah tentang bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban bagi pekerja dalam perjanjian kerja dengan sistem outsourcing.

  Bagaimana outsourcing pada jasa perbankan? Bagaimana perjanjian kerja dengan sistem outsourcing di jasa perbankan? Bagaimana sistem outsourcing pada jasa industri perbankan setelah adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011. Perumusan masalah di atas berbeda dari penulisan skripsi sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengambil judul ini sebagai judul skripsi.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian dengan metode normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai sebagai data sekunder. Dengan demikian jenis data yang diperoleh adalah data sekunder. Hal ini terjadi karena sifat dari penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian normatif, sehingga metode kepustakaanlah yang paling sesuai dengan sifat penelitian ini.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris. Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan perjanjian perjanjian pengadaan barang dan jasa. Sedangkan pendekatan

  

empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai prilaku

  masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.

  Penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif yaitu menggambarkan realitas sosial dari fakta-fakta yang diketemukan, untuk selanjutnya dilakukan upaya analisis dengan mendasarkan pada teori-teori yang terdapat dalam disiplin ilmu hukum, khususnya Hukum Perdata berkenaan dengan Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , (Jakarta: RajaGrafindu Persada, 2001), hlm.13. 8 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hal. 36.

  2. Data Penelitian Data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk mendukung data sekunder. Adapun data-data tersebut adalah a.

  Data sekunder Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data primer, dengan mempelajari data sekunder yang berupa bahan-bahan pustaka, peraturan, ketentuanketentuan hukum yang berhubungan dengan permasalahan dan/atau perihal yang diteliti.

  b.

  Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang dalam hal ini diperoleh dengan wawancara, yaitu cara memperoleh Informasi dengan mempertanyakan langsung pada pihak-pihak yang diwawancarai terutama orang-orang yang berwenang, mengetahui dan terkait dengan Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan MK No. 27/PPU-9/2011. Wawancara lebih banyak dilakukan melalui diskusi/tanya jawab lisan, untuk selanjutnya dianalisis oleh peneliti untuk kepentingan pembahasan lanjutan dan penarikan solusi atas persoalan yang dibahas bagi kepentingan penelitian tersebut.

  3. Alat pengumpul data Alat pengumpulan data yang di gunakan untuk memperoleh data sekunder adalah dengan cara studi kepustakaan dan kajian dokumen. Untuk melengkapi penelitian ini agar mempunyai tujuan yang jelas dan terarah serta dapat dipertanggung jawabkan sebagai salah satu hasil Karya Ilmiah, maka metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk mendukung antara lain : a.

  Library Research atau penelitian kepustakaan Mengadakan penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari buku-buku literatur, catatan kuliah, jurnal, majalah-majalah ilmiah yang ada kaitannya dengan skripsi ini dan KUHPerdata digunakan sebagai rujukan dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta penelitian.

  b.

  Field Research atau penelitian lapangan Pengumpulan data melalui riset dilakukan dengan melakukan wawancara kepada Andi Peneliti Bank Indonesia Cabang Medan yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.

4. Analisis data

  Analisis data adalah suatu tahapan yang sangat penting dalam suatu penelitian sehingga akan mendapatkan hasil yang akan mendekati kebenaran yang ada. Dalam penulisan tesis ini digunakan teknik analisis kualitatif, yaitu data yang terkumpul dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara induktif.

F. Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan

  BAB II OUTSOURCING PADA INDUSTRI JASA PERBANKAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian outsourcing, pengaturan outsourcing, alasan penggunaan outsourcing di jasa perbankan dan outsourcing pada jasa perbankan Indonesia

  BAB III PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OURSOURCING DI JASA PERBANKAN Pada bagian ini akan membahas kegiatan usaha bank umum, perjanjian yang dipakai dalam outsourcing, perjanjian outsourcing dalam jasa perbankan dan penyelesaian perselisihan outsourcing.

  BAB IV SISTEM OUTSOURCING PADA INDUSTRI JASA PERBANKAN SETELAH ADANYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PPU-9/2011 Pada bab ini akan membahas tentang Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor.27/PPU-9/2011, Pelaksanaan Sistem Outsourcing di Jasa Perbankan dan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Outsourcing Pasaca- Putusan MK No. 27/PPU-9/2011 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan membahas kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini, sedangkan saran yang ada diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terlibat dalam Sistem Outsourcing di Jasa Perbankan dan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Outsourcing Pasaca-Putusan Mahkamah Konstitusi

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diabetes Mellitus 2.1.1. Pengertian Diabetes Mellitus - Gambaran Pola Makan dan Dukungan Keluarga Penderita Diabetes Melitus yang Menjalani Rawat Jalan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

0 0 19

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan - Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Pers

0 0 31

1.1. Latar Belakang - Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Persero) Kantor Caban

0 0 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKOPERASIAN DI INDONESIA A. Pengertian Koperasi - Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Bagi Hasil pada Koperasi Pegawai Negeri Kencana II Medan

0 0 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Bagi Hasil pada Koperasi Pegawai Negeri Kencana II Medan

0 0 13

BAB II PERMASALAHAN YANG MENGHAMBAT PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH A. Pengertian Usaha dan Wirausa ha - Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cacing Usus - Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides Terhadap Hasil Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test) dengan Alergen dari Cacing Ascaris pada Anak Sekolah Dasar Negeri 047/XI Koto Baru yang Memiliki Riwayat Atopi di Kecamatan P

0 0 8

Sistem Outsourcing Pada Industri Jasa Perbankan Setelah Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PPU-9/2011

0 0 29