Karya ilmiah longsoran tanah 1

LANDSLIDE
(TANAH LONGSOR DI INDONESIA)

DISUSUN OLEH:
M. Fajar Anugrah
4315115004
PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis landslide (tanah longsor di Indonesia)

28 Januari 2013

Oleh
M.fajar anugrah
4815115004

Ketua Jurusan


Mahasiswa

geografi

Dra. Asma Irma S, M.SI

M. Fajar Anugrah

NIP. 196510281990032002

NIM. 4315115004

Mengetahui
Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta

Dr. Sarkadi, M.Si
NIP. 19690704.199403.1.002

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai syarat beasisiswa BBM (bantuan
belajar mahasiswa dengan judul

“Landslide” di Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Jakarta.
Penulis menyadari didalam karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu dengan rendah hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan penulis
mengharap makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi
penulis sendiri.

Jakarta, 27 Desember 2011

Penulis


Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat

BAB II PEMBAHASAN ISI
A.
B.
C.
D.
E.
F.

G.
H.
I.

Pengertian longsor
Proses fisik longsor
Gerakan massa batuan
Jenis-jenis longsor
Penyebab longsor
Wilayah rawan longsor
Tahapan mitigasi bencana longsor
Pencegahan longsor
Penaggulangan longsor

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

ABSTRAK


Gaya atau tenaga eksogen adalah kekuatan alami yang berasal dari luar bumi.
Yang termasuk gaya eksogen adalah angin, aliran air sungai, aliran air permukaan,
hujan, es, organisma, panas matahari. Gaya-gaya ini akan bekerja terhadap batuan
dipermukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi. Proses pengerjaannya
berupa pelapukan, erosi, pelarutan, pengangkutan dan pengendapan. Hal ini lah
salah satu faktor tenaga penyebab longsor, Indonesia termasuk negara yang rentan
akan Tanah Longsor, apalagi didaerah yang dilewati oleh dua sirkum pengunungan
aktif dunia, maka dari itu kita harus mengerti bagaimana cara-cara menangulagi
bencana ini agar kelak tidak akan memakan banyak korban.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah longsor merupakan hal penting bagi para geografer karena tiga alasan utama.
Pertama, dengan mengikis, mengangkut dan menyetorkan tanah dan batuan, mereka
mewakili salah satu proses geomorfik penting yang terlibat dalam pembentukan
permukaan bumi.


Alasan yang kedua bahwa tanah longsor merupakan indikator

sensitif terhadap perubahan

lingkungan. Sebagai proses geomorfik, tanah longsor

merupakan pengatur jangka-pendek terhadap suatu gangguan sistem alam. Ketika
tanah longsor terjadi, mereka dengan cepat mengkonversi lereng yang tidak stabil ke
kondisi yang lebih stabil. Alasan ketiga tanah longsor sering dipelajari oleh ahli geografi
adalah karena tanah longsor dapat menimbulkan bahaya alam yang serius. Karena
melibatkan keterkaitan antara sistem fisik, sosial, dan ekonomi.
B. Identifikasi Masalah


Apa itu tanah longsor?



Bagaimana proses fisik terjadinya tanah longsor?




Apa saja jenis-jenis tanah longsor?



Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tanah longsor?



Bagaimana cara mengatasi tanah longsor?



Bagaimana cara penanggulangan longsor?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui lebih dalam tentang
fenomena lingkungungan yakni tanah longsor sehingga kedepannya tidak mengalami
kekeliruan dalam upaya pengendalian terhadap dampak buruk yang akan terjadi lagi

bagi kelangsungan hidup sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakakan
diatas, maka penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:



Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanah longsor.
Untuk mengetahui jenis-jenis proses terjadinya tanah longsor.



Untuk mengetahui dampak atau akibat yang dituimbulkan oleh tanah longsor



terhadap kehidupan manusia dan lingkiungan.
Untuk mengetahui Upaya apa sajakah yang dapat ditempuh untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya tanah longsor.

D. Manfaat
Manfaaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan

kita pengetahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan tanah
longsor, mengetahui tentang jenis-jenis proses terjadinya tananh longsor,
dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor terhadap kehidupan manusia
dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan
mencegah dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh tanah longsor.
Pengetahuaan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran kita untuk
menjaga lingkungan serta mngubah pola hidup untuk mendukung pelestarian
lingkungan hidup.

BAB II
PEMBAHASAN ISI

A.

Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,

maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng
dan keluar lereng.

B. Proses Fisik Terjadinya Tanah Longsor
Berhubungan dengan longsor, penting menggunakan klasifikasi untuk
membedakan karakteristik yang berkaitan untuk di gunakan pada akhir penelitian.
Pihak yang bekerja pada The World Landslide Inventory (1990), telah
mengupayakan untuk menstandarkan istilah dan mendefinisikan tanah
longsor sekedar sebagai : "Pegerakan massa batuan, bumi, dan puing-puing
menuruni lereng." Definisi yang lebih menyeluruh yang dapat membantu
untuk membedakan longsor dengan proses geomorfologi lainnya adalah
"gerakan ke bawah atau keluar dari massa material pembentuk lereng di
bawah pengaruh gravitasi, yang terjadi di batas-batas diskrit dan
menempatkan semula tanpa bantuan air sebagai agen transportasi.” Tiga
klasifikasi yang paling banyak digunakan berkaitan dengan longsor adalah (Sharpe
1938; Varnes 1958; 1978; Hutchinson 1988) dengan memisahkan ‘gerakan massa'
menjadi dua kategori, yaitu : "penurunan" (yang merupakan materi yang tenggelam
vertikal) dan gerakan-gerakan yang terjadi di lereng. "Pegerakan lereng" ini kemudian
biasanya pertama menjadi "Tanah Longsor" seperti yang disefinisikan diatas. Dan yang
kedua, dalam pegerakan lambat yang lebih luas dan yang tidak jelas seperti "merayap",

"merosot" dan "mengelembung". Dari semua klasifikasi tanah longsor yang berbedabeda yang pernah ada, Sistem yang di buat oleh Varnes (1978) sering disukai karena
pembuatannya cukup sederhana dan mudah untuk diterapkan di lapangan. Dalam
menerapkan klasifikasi ini, penting untuk diingat bahwa kriteria material mengacu pada
material asli lereng tersebut, bukan dengan apa yang akhirnya akan muncul dalam
setoran (reruntuhan).
C. Gerakan Massa Batuan

Yang dimaksud gerakan massa di sini adalah pergerakan massa batuan,
termasuk di dalamnya tanah/soil dan batuan, bahan-bahan lepas yang telah disiapkan
oleh proses pelapukan, menuruni lereng. Pergerakan tersebut semata–mata karena
gaya berat.
Faktor–faktor penyebab gerakan massa adalah :









Gaya berat , sebagai sumber energi untuk menggerakan lapisan tanah atau batuan
menuruni lereng.
Air, berfungsi sebagai penambah besarnya gerakan juga sebagai penambah beban,
sehingga dapat mempermudah gerakan.
Gaya-gaya pengikis yang menghasilkan lereng menjadi curam
Gempa bumi atau getaran-getaran lainnya
Batuan yang tidak kompak atau batuan yang licin
Batuan yang retak–retak karena kekar, sesar, foliasi
Curah hujan yang besar
Perubahan keadaan vegetasi penutup lahan (aktifitas manusia)

Pada massa batuan yang tidak kompak, pori-porinya sebagian diisi air dan sebagian
lainnya diisi udara, sehingga kondisi batuan menjadi lembab. Dengan kondisi
lembabnya ini maka akan menimbulkan kurangnya daya kohesi batuan tersebut.
Air tanah juga dapat mempengaruhi gerakan massa batuan. Gerakan air tanah dapat
memberikan tekanan terhadap butiran-butiran tanah sehingga memperlemah
kemantapan lereng. Selain itu, air tanah juga dapat melarutkan dan menghanyutkan
bahan perekat sehingga memperlemah ikatan antar butir dan berkurangnya daya
kohesi. Larut dan hanyutnya bahan perekat menghasilkan rongga-rongga dalam tanah
dan inipun mengurangi kemantapan tanah.
Tanah longsor (gerakan massa batuan) di Indonesia, umumnya terjadi di lereng terjal
yang terbentuk dari endapan vulkanik yang tidak terpadatkan. Lereng-lereng terjal yang
dipengaruhi struktur geologi seperti patahan, rekahan, lipatan, lebih rentan terhadap
gejala longsor, apalagi jika arah pelapisan batuan searah dengan kemiringan lereng
dan terdapat patahan aktif. Pelapisan batuan yang merupakan perselingan antara
batuan yang kedap air dan batuan yang dapat menyerap air menciptakan bidang yang
berpotensi sebagai bidang gelincir.
Dalam keseharian gerakan massa batuan disebut dengan peristiwa longsor.
Peristiwa ini sangat bervariasi bila dilihat dari sisi akibatnya, yaitu ada yang berakibat
ringan ada yang berakibat berat sampai menghilangkan nyawa dan menghancurkan
pemukiman serta harta bendanya. Contohnya pada minggu akhir Februari 2005 terjadi
longsoran sampah sepanjang 1 km dengan ketinggian 20 meter di TPA di Bandung
menyebabkan kematian belasan orang dan menghancurkan pemukiman di sekitarnya.
Beban tumpukan sampah yang berat itu membebani lapisan tanah di bawahnya. Dalam

musim penghujan, air hujan disamping menambah beban juga bertindak menambah
besarnya tenaga untuk mengerakkan sampah dan lapisan tanah menuruni lereng.
Macam–macam gerakan massa adalah :
1. Creep (rayapan), yaitu tanah yang bergerak sangat pelan. Ciri–cirinya antara lain :
pelengkungan pohon, miringnya tiang–tiang.
2. Solifluction, yaitu campuran material kasar–halus yang bergerak karena jenuh air.
3. Fall (jatuhan), yaitu meluncurnya massa karena grafitasi tanpa bidang pelun-cur
(jatuh bebas).
4. Slide, yaitu pergerakan massa dengan cepat melewati bidang peluncur.
5. Subsidence (amblesan), yaitu gerakan ke bawah tanpa permukaan bebas.
Semuanya adalah gejala gerakan massa batuan dan semua gerakan ini terjadi apa bila
terdapat gangguan dalam keseimbangan.

D. Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan
rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1.

Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2.

Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.

3.

Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4.

Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan
kerusakan yang parah.

5.

Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang
telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

6.

Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan
meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran
sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Tabel Faktor-faktor utama penyebab gerakan tanah
Faktor Penyebab

Mekanisme Utama

1. Hilangnya penahan lateral

a. Aktifitas erosi
b. Pelapukan
c. Kemiringan lereng bertambah akibat gerakan
d. Pemotongan bagian bawah.

2. Kelebihan beban tanah

a. Air hujan yang meresap pada tanah.
b. Penimbunan bangunan
c. Adanya genangan air di lereng bagian atas.

3. Getaran

a. Gempa bumi
b. Getaran karena ulah manusia/kendaraan

4. Hilang tahanan bagian
bawah

a. Pengikisan oleh air
b. Pemotongan lereng bagian bawah.
c. Erosi
d. Penambangan atau pembuatan terowongan.

5. Tekanan lateral

a. Pengisian air di pori-pori antar butir tanah.
b. Pengembangan tanah.

Sumber: Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung 2000.

E. Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor
a. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang
kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya
sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor,
karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada

pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
b. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air,
air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.
c. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari
220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor
terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan
pecah ketika hawa terlalu panas.
d. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir
dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang
kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami
proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila
terdapat pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada
lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah
longsoran lama.
f.

Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat
yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding
rumah menjadi retak.
g. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,
terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
h. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain
itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing
akan menjadi terjal.
i. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman
umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan
sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti
dengan retakan tanah.
j. Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau
sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
* Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
* Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya
gembur dan subur.
* Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
* Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
* Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil
pada longsoran lama.

* Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran
kecil.
* Longsoran lama ini cukup luas.
k. Penggundulan Hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif
gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
l. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan
sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor
apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

F.Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian
yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang
terancam sekitar 1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor :


Jawa Tengah 327 Lokasi



Jawa Barat 276 Lokasi



Sumatera Barat 100 Lokasi



Sumatera Utara 53 Lokasi



Yogyakarta 30 Lokasi



Kalimantan Barat 23 Lokasi



Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.

DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR 2009-2011

No.

Propinsi

Jumlah
Kejadian

Korban
Jiwa

RH RR

RT

LPR JL
(ha) (m)

MD

LL
108 198 1751 2290 140 705

1.

Jawa Barat

77

166

2.

Jawa Tenah

15

17

9

31

22

200

1

75

3.

Jawa Timur

1

3

-

-

27

-

70

-

4.

Sumatera
Barat

5

63

25

16

14

-

540 60

5.

Sumatera
Utara

3

126

-

1

40

8

-

80

6.

Sulawesi
Selatan

1

33

2

10

-

-

-

-

7.

Papua

1

3

5

-

-

-

-

-

Jumlah

103

411

Sumber : . Pusat Mitigasi Bencana Geologi
Keterangan :
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam hektar)

149 256 1854 2498 751 920

JL : Jalan terputus
Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di Propinsi
Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian disebabkan oleh
faktor geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta kegiatannya.

G.Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor


Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.


Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan
wilayah. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.



Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.



Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,

mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah
 Pemeriksaan bencana longsor Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya,
kondisi bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang
terlanda bencana tanah longsor.
H. Pencegahan longsor

Untuk mencegah terjadinya tanah longsor, masyarakat diimbau :


menanam pohon berakar kuat di lereng yang terjal,



tidak mencetak sawah di bagian atas lereng terjal,



tidak memotong lereng terjal di bagian bawah,



tidak membuat kolam air di lereng bagian atas, terutama dasar kolam yang tidak
kedap air,



tidak melakukan tindakan yang menimbulkan getaran di lereng terjal,



tidak menebang pohon di lereng terjal, dan



upayakan di lereng bagian atas ditanami tanaman keras, di lereng bagian tengah
berupa perkebunan, dan lereng bawah persawahan dan permukiman.



penyebaran informasi mengenai bahaya longsor,



menyampaikan anjuran, dan larangan kepada masyarakat, terutama yang tinggal
di daerah rawan longsor.

I. penanggulangan longsor
1 Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain:
 Kondisi medan
 Kondisi bencana
 Peralatan
 Informasi bencana

2.Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya
supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena
kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ahli geografi memiliki peran besar dalam bahaya longsor dan penilaian
terhadap risiko yang ditimbulkan. Hal tersebut terjadi karena
resiko akibat dari keterkaitan antara lingkungan manusia dan fokus tradisional studi
geografis. Hal itu bukan peran eksklusif, karena selalu ada kebutuhan yang
spesial di berbagai bidang seperti fisika tanah, ekonomi dan teknik. Namun,
para geograf juga memberikan kontribusi khusus untuk daerah-daerah
penelitian lereng stabil dengan mengembangkan model dan menyediakan informasi
empiris dari pemantauan lapangan. Proses longsor sendiri merupakan
produk dari keterkaitan antara sejumlah sistem alam,
termasuk geologi, geomorfologi, hidrologi,iklim dan penggunaan sistem tanah oleh
manusia. Memahami tanah longsor memerlukan kemampuan untuk
menganalisis hubungan antara sistem ini. Para geograf telah mampu memberikan
kontribusi yang berharga di daerah ini karena mereka
umumnya memeriksa berbagai kondisi dalam pandangan dari perspektif spasial dan
temporal di berbagai skala. Dari semua itu, para geograf menafsirkan proses ini
sebagai komponen dari suatu sistem fisik manusia. Hal tersebut menyoroti tidak
hanya risiko dan kerentanan masyarakat tetapi juga mengungkapkan faktor manusia
sebagai penyebab stabilitas lereng. Karena Indonesia termasuk negara yang rentan
akan Tanah Longsor, apalagi didaerah yang dilewati oleh dua sirkum pengunungan
aktif dunia, maka dari itu kita harus mengerti bagaimana cara-cara menangulagi
bencana ini agar kelak tidak akan memakan banyak korban.
B. Saran

Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempattempat hunian, antara lain:
 Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
 Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
 Vegetasi kembali lereng-lereng.
 Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor
adalah :
 Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman
 Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
 Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan
 Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
 Jangan menebang pohon di lereng
 Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
 Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
 Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
 Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi

DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia. 2011. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses
desember 2011
2. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah.
Jakarta : Mancamedia.