Hiperkes PAPARAN PANAS PAPARAN DINGIN DA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga
merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat,
yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Siapapun tidak ingin ketika ia bekerja, kemudian sakit karena keselamatan kerja yang
kurang. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan pekerja menjadi cidera atau sakit.
Misal kecelakaan kerja di bengkel, terkena paku, tertimba benda berat, atau dapat pula di
sebabkan karena kondisi tempat kerja yang mungkin terlalu panas, ataupun terlalu
dingin. Kondsi cuaca panas di tempat kerja akibat tingginya temperatur, kelembapan,
radiasi sinar matahari, dan rendahnya kecepatan angin dapat menyebabkan heat
stress.Begitu juga sebaliknya, kondisi yang sangat dingin dapat menyebabkan terjadinya
hipotermia. Begitu juga mengenai suhu ataupun tekanan udara yang ada di tempat kerja,
jika tidak sesuai dapat menimbulkan masalah kesehatan. Inilah yang akan di bahas dalam
makalah ini.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud paparan panas?
b. Apa dampak paparan panas?

c. Apakah yang dimaksud dengan paparan dingin?
d. Apakah dampak paparan dingin?
e. Apakah yang dimaksud tekanan turun?
3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah untuk mempelajari
tentang paparan panas, juga untuk mempelajari tentang dampaknya. Selain itu, makalah
ini juga bermanfaat untuk mengetahui maksud dari paparan dingin. Tujuan lain juga
dimaksudkan untuk mengetahui dampak dari paparan dingin, juga untuk mengetahui
apakah yang dimaksud dengan tekanan turun.

1

BAB II
PEMBAHASAN
I. PAPARAN PANAS (Heat Stress)
Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia
dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat
aklimatisasi. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang diterima tubuh
manusia atas beban tekanan panas tersebut. Secara umum :
Suhu Tinggi + Kelembaban tinggi + Kerja Fisik = Tekanan Panas.

Panas dapat didefinisikan sebagai energi dalam perjalanan dari objek suhu yang tinggi ke
objek suhu yang lebih rendah.
Sedangakan cuaca kerja atau iklim kerja panas adalah kombinasi atau perpaduan antara :
(1) suhu udara, (2) kelembaban udara, (3) kecepatan gerakan udara, dan (4) panas radiasi.
Kombinasi dari keempat faktor diatas dihubungkan dengan produksi panas, disebut
tekanan panas.
Dimana suhu udara diukur dengan termometer dan disebut suhu kering, sedangkan suhu
basa dan kelembaban dapat diukur bersama- sama dengan “ sling psychrometer” atau
arsmann psychrometer”
Tujuan dari identifikasi bahaya tekanan panas yaitu untuk; menghitung indeks tekanan
panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan
panas, meliputi ; kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi;
untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan tekanan panas, yaitu
melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan suhu
tubuh pekerja.
Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada
diluar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi. Namun secara umum dapat
ditentukan batas kemampuan dan batas toleransi yang diperkenankan untuk manusia
beradaptasi, dengan temperatur ligkungan pada kondisi ekstrim dengen menentukan
rentang toleransi terhadap temperatur lingkungan kerja.

Pada temperatur lingkungan tinggi diatas 34 0C, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat
panas dari radiasi dari lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi suhu lngkungan
rendah (lebih rendah dari dari suhu tubuh norma,37 -380C, (care body temperature), maka
2

panas tubuh akan keluar. dengan cara penguapan (evaporasi), dan ekspirasi, sehingga
tubuh dapat kehilngan panas.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Suhu tubuh di pengaruhi oleh factor-faktor antaran lain meliputi; kecepatan metabolisme
basal tiap individu, rangsangan saraf simpatis, hormone pertumbuhan (growth hormone),
hormone tiroid, hormone kelamin, gangguan organ, lingkungan tempat kerja, dan lainlain .
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100%
lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat
adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress

individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang
meningkatkan metabolisme.
Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% diatas normal.
Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di
atas suhu basal.
Gangguan organ
3

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan

kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien,
dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu
tubuh. Suhu tubuh harus dijaga agar tetap berada pada suhu normal agar seluruh organ
tubuh dapat bekerja dengan normal. Jika terjadi perubahan core temperature tubuh maka
beberapa fungsi organ tubuh akan terganggu. Sistem metabolisme tubuh secara alami
dapat bereakasi untuk menjaga kenormalan suhu tubuh seperti dengan keluarnya keringat,
menggigil dan meningkatkan/mengurangi aliran darah pada tubuh.
Untuk pengaturan suhu tubuh secara eksternal faktor-faktor yang harus dikontrol yaitu:
suhu udara, kelembaban, kecepatan udara, pakaian, aktivitas fisik, radiasi panas dari

berbagai sumber panas dan lamanya waktu terpapar panas.
PENGARUH TEKANAN PANAS PADA MANUSIA
a. Paparan Tekanan Panas Terhadap Efek Kesehatan (Heat Strain)
Untuk itu potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dan mendapat perhatian
khusus adalah tekanan panas. Tekanan panas berlebih di tubuh baik akibat proses
metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan
masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope,
heat cramps, heat exhaustion hingga yang serius yaitu heat stroke.
Heat rash
4

Merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat tekanan panas.
Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab dimana keringat tidak mampu
menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebagaian kecil area
kulit atau bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi keringat
tidak akan kembali normal untuk 4 sampai 6 minggu.
Heat syncope
Adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan ini adalah pening
dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas pada waktu yang cukup lama.
Heat cramp

Gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan kejang pada kakai, tangan dan abdomen dan
banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan cairan dan
garam selama melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas
Heat exhaustion
Diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika
jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang diminum selama
terkena panas. Gejalanya adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual,
pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37°C - 40°C)
Heat stroke,
Adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait dengan pekerjaan
pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan
kematian. Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C
atau lebih, panas, kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di
tubuh korban, pening, menggigil, muak, pusing, kebingungan mental dan pingsan.
Multiorgan-dysfunction syndrome Continuum.
Adalah rangkaian sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/sebagian anggota
tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.
Penyakit lain yang bias timbul adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan
ginjal dan gangguan psikiatri. (Climate Change and Health Office SafeEnvironments
Programme Health Canada, 2006). Penyakit akibat terpapar panas ini diakibatkan karena

naik/turunnya suhu tubuh. Suhu normal tubuh berkisar anatara 37-38oC (99 – 100oF)
(NCDOOL, 2001).
b.

Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit

Radiasi (R)

5

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala
penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit
(60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran
panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya
lebih dingin dari suhu tubuh.

Konduksi (KOND)
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda
yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang
kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan
benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda
menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
Evaporasi (E)
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per
jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul
air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan
konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh
memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satusatunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual (
yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi

panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
Konveksi (KONV)

6

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada
waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan dipanaskan (dengan melalui
konduksi dan radiasi) menjadi kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin.
Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
Salah satu potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dan mendapat perhatian
khusus adalah panas. Panas berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh
maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat
strain) dari yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat
exhaustion hingga yang serius yaitu heat stroke. Studi ini merupakan identifikasi bahaya
yang bertujuan untuk; menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor
eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas yaitu kelembaban, kecepatan
angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi; melakukan evaluasi terhadap kesehatan
pekerja akibat paparan panas melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan darah
diastolik, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja. Penelitian ini dilakukan di bagian peleburan
dan pengecoran unit COR I dan II serta unit TEMPA sebagai kontrol di industri strategis

PT.X. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis indeks tekanan panas dengan metode
ISBB diketahui bahwa indeks tekanan panas bagian peleburan unit COR I adalah 31,51
derajat C ±1,75, pada bagian pengecoran 28,29 derajat C ±1,3, pada bagian
peleburan dan pengecoran ferro unit COR I adalah 33,87 derajat C ±6,36 dan 28,22
derajat C ±1,66, pada bagian peleburan dan pengecoran non-ferro adalah 30,3 derajat
C ±2,41 dan 30,32 deajat C ±3,14. Dan sebagai kontrol dilakukan di unit TEMPA
diketahui nilai indeks tekanan panas yaitu 25,11 derajat C ±0,92. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri tenaga Kerja KEP-MEN/51/1999 nilai indeks tekanan panas pada
bagian peleburan unit COR I, peleburan ferro, peleburan dan pengecoran non-ferro unit
COR II telah melebihi ambang batas yaitu 30 derajat C. Berdasarkan hasil perhitungan
Heat Index diperoleh nilai antara 80 derajat F-90 derajat F dan berdasarkan Belding Hatch
index diperoleh nilai Heat Stress Index pada lokasi peleburan dan pengecoran unit COR I
masing masing 140 dan 40, untuk bagian peleburan dan pengecoran ferro unit COR II
masing masing sebesar 150 dan 40 dan bagian peleburan dan pengecoran non ferro unit
cor II adalah 90. Analisis kesehatan dilakukan terhadap 48 orang pekerja yang terdiri dari
24 orang pekerja di unit COR I dan II dan 24 orang pekerja lainnya di unit TEMPA
sebagai kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Hazard Index, diketahui bahwa
bagian peleburan dan pengecoran unit COR I dan II dapat menimbulkan risiko kesehatan
7

bagi pekerja yang bekerja di lokasi tersebut (Hazard Index>1). Risiko terjadinya gangguan
kesehatan pekerja diperoleh dari nilai RR yang mana pekerja yang terpapar panas berisiko
mengalami penurunan tekanan darah sistolik 1,55 kali lipat, penurunan tekanan darah
diastolik 1,57 kali lipat dan kenaikan suhu tubuh 9,25 kali lipat dibandingkan pekerja yang
tidak terpapar panas suhu ekstrim. Untuk parameter denyut nadi tidak adanya hubungan
positif dengan paparan panas. Kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan pekerja (AR) adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan
tekanan diastolic 36% dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%.
Faktor–faktor Risiko
Pada temperatur atau suhu yang tinggi; Pada kelembaban
yang tinggi Faktor – faktor risiko serangan panas termasuk:
1. Temperatur atau suhu tinggi
2. Kelembaban yang tinggi (Karena hal ini
3. menghalangi penguapan keringat)
4. Ventilasi yang tak memadai
5. Paparan radiasi panas yang tinggi,
6. seperti terkena sinar matahari langsung
7. Aktivitas kerja manual yang berat.
8. Memakai pakaian yang dapat
9. menghalangi penguapan keringat dan
10. menghalangi pengurangan panas.
Kita harus mempertimbangkan semua faktor – faktor tersebut di atas dan tidak hanya
mengandalkan faktor tunggal saja (seperti temperatur) dalam memberikan penilaian terhadap
risiko dari serang terik panas.
Jenis Pekerjaan apa sajakah yang mempunyai
risiko lebih tinggi terhadap serangan hawa
panas?
Para pekerja yang diharuskan bekerja di lingkungan yang panas, di luar gedung ataupun di
dalam gedung, bisa jadi mengalami serangan hawa panas, jika tidak ada melakukan langkah –
langkah pencegahan. Sebagai contoh, pekerja konstruksi atau pekerja untuk perbaikan jalan,
pekerja

binatu,

pekerja

catering

yang

bekerja

di

dapur,

pekerja

jasa

pengantaran/pengangkutan barang dan lain sebagainya. Para pekerja yang baru pertama kali
8

melakukan pekerjaan pekerjaan cenderung mendapatkan serangan hawa panas karena badan
mereka masih belum mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerja yang panas.
Gejala–gejala Serangan Hawa Panas
1. Kehausan, kelelahan, kelesuan
2. Mual dan sakit kepala
3. Hampir pingsan dan sejenak kemudian kehilangan
4. kesadaran
5. Kulit yang lembab dan pucat
6. Lemah dan detak nadi yang cepat, dan bahkan
7. kekejangan otot
KASUS
Seorang pemuda 20 tahun baru 10 hari bekerja sebagai pengangkut pasir. Ia jatuh sakit
karena kelelahan dan ototnya terasa pegal semua. Di tempat kerjanya udaranya sangat
panas dan berdebu. Saat ia bekerja jantungnya berdenyut sangat cepat 120 X permenit.
PENJELASAN
Dari kasus tersebut, Pemuda merasa kelelahan, otot pegal dan denyut jantung mencapai
120 kali per menit dapat disebabkan karena berbagai faktor di tempat kerja. Salah satu
faktor penyebab pemuda merasakan berbagai keluhan tersebut adalah paparan panas.
Karena pemuda dalam melakukan pekerjaannya terpapar panas dari lingkungan
.
Kelelahan dan otot terasa pegal dapat terjadi karena tubuh manusia yang berdarah panas,
mempunyai sistem untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan, meskipun tubuh
terpajan oleh berbagai tingkat temperatur dari lingkungan. Untuk menjaga agar suhu tubuh
berada pada batas yang aman, tubuh harus melepaskan atau membuang kelebihan
panasnya. Proses yang utama adalah melalui sirkulasi darah dan pengeluaran keringat.
Respon otomatis pengaturan panas tubuh biasanya terjadi jika temperature darah melebihi
98,6°F dan pengaturan serta pengendalian temperatur tubuh dilakukan oleh otak.
Pengeluaran keringat oleh tubuh bukan untuk mendinginkan tubuh tapi untuk
mengeluarkan cairan dari kulit melalui proses evaporasi. Pada kondisi kelembaban yang
tinggi, proses evaporasi keringat dari kulit akan menurun dan upaya tubuh untuk menjaga
temperatur tubuh pada batas yang bisa diterima akan menjadi terganggu. Kondisi ini akan
dapat mengganggu kemampuan kerja individu yang bekerja di lingkungan yang panas.
Dengan banyaknya darah yang mengalir ke permukaan tubuh bagian luar, akan
menyebabkan penurunan aktivitas otot, otak, organ internal, penurunan kekuatan, dan
9

fatigue

yang

terjadi

lebih

cepat.

Selain itu, aklimatisasi atau proses penyesuaian diri terhadap panas juga dapat
menyebabkan kelelahan. Aklimatisasi merupakan proses adaptasi secara fisologis dan
psikologis yang terjadi sehingga seseorang menjadi terbiasa untuk bekerja pada
lingkungan kerja yang panas. Peningkatan penyesuaian terjadi seiring dengan makin
lamanya terpajan oleh panas dan penurunan tingkat efek (strain) yang dirasakan.
Peningkatan daya toleransi terhadap panas membuat seseorang menjadi lebih efektif
dalam bekerja pada kondisi yang mungkin mengganggu sebelum terjadi aklimatisasi.
Seseorang yang terpajan oleh panas lingkungan kerja akan terlihat tanda-tanda seperti
tertekan dan tidak nyaman, peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, sakit kepala,
perasaan mau mabuk, hilang kesadaran, dan beberapa tanda lainnya seperti heat
exhaustion.
Sebelum terjadinya pajanan yang berulang, terdapat tanda adaptasi dimana terjadi
perubahan fisiologis dengan peningkatan keringat secara efisien yang secara bersamaan
akan menimbulkan sirkulasi yang stabil. Setelah terpajan panas beberapa hari seseorang
yang melakukan pekerjaan yang sama akan mengalami penurunan suhu tubuh dan denyut
nadi, namun terjadi peningkatan keringat (penurunan tekanan pada termoregulator), dan
tidak

ada

tanda-tanda

tertekan

seperti

yang

dialami

sebelumnya.

Aklimatisasi penuh terhadap panas terjadi pada pajanan harian yang relatif singkat.
Minimum waktu pajanan untuk dapat beraklimatisasi terhadap panas adalah 100 menit
perhari secara kontinyu. Namun dalam kasus diatas, memungkinkan bahwa pemuda
tersebut tidak melakukan penyesuaian diri dari lingkungan kerja yang panas.
Kemungkinan pemuda tersebut pada hari pertama sampai dengan hari ke sepuluh selalu
bekerja 100% sesuai dengan jam kerja tanpa ada penyesuaian diri pada hari minggu
pertama

kerja.

NIOSH, menyarankan untuk selalu melakukan aklimatisasi yang rutin, yaitu : Pekerja
yang tidak aklimatisasi seharusnya diaklimatisasi dengan periode lebih dari 6 hari. Jadwal
aklimatisasi dimulai dengan pajanan 50% untuk mengantisipasi kelebihan beban kerja dan
waktu pajanan pada hari pertama. Pada hari berikutnya ditingkatkan 10% setiap harinya,
sehingga

mencapai

100%

pada

hari

keenam.

Naiknya denyut jantung mencapai 120 kali permenit juga merupakan akibat dari aktivitas
kerja dan berada pada lingkungan kerja yang panas. Denyut jantung tersebut tidak normal
karena denyut jantung normal manusia adalah 60-80 kali per menit. Aktivitas kerja
manusia dan berada pada lingkungan panas dapat merangsang jantung untuk berkontraksi
10

lebih cepat. Hal ini sesuai dengan teori tentang denyut nadi jantung dalam Psysiologi
Bases of Exercise bahwa latihan yang lama pada lingkungan yang panas menyebabkan
denyut jantung lebih tinggi daripada latihan pada temperature rendah menurut P.O.
Astrand,

1961

Denyut jantung dapat berubah karena meningkatnya Cardiac Output (curahan jantung)
yang diperlukan otot yang sedang bekerja dan karena penambahan strain pada aliran darah
karena

terpapar

panas.

Pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel –sel otot sehingga aliran darah
meningkat untuk memindahkan zat –zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan
otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin meningkat metabolisme otot sehingga curah
jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan
aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekwensi denyut jantung
yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Selain itu iklim kerja yang panas
juga meningkatkan kinerja jantung untuk untuk mengalirkan darah ke kulit untuk
meningkatkan penguapan keringat dalam rangka mempertahankan suhu tubuh.
SOLUSI
1. Aklimatisasi
a. Pekerja yang tidak aklimatisasi seharusnya diaklimatisasi dengan periode lebih dari 6
hari. Jadwal aklimatisasi dimulai dengan pajanan 50% untuk mengantisipasi kelebihan
beban kerja dan waktu pajanan pada hari pertama. Pada hari berikutnya ditingkatkan 10%
setiap

harinya,

sehingga

mencapai

100%

pada

hari

keenam.

b. Pekerja yang secara tetap teraklimatisasi kemudian tidak terpajan 9 hari atau lebih
seharusnya menjalani periode aklimatisasi selama 4 hari. Jadwal aklimatisasi dimulai
dengan pajanan 50% unutk mengantisipasi kelebihan pajanan pada hari pertama. Pada hari
berikutnya ditingkatkan 20% setiap harinya, sehingga mencapai 100% pada hari keempat.
c. Pekerja yang secara tetap beraklimatisasi kemudian tidak terpajan selama 4 hari karena
sakit seharusnya mendapat izin untuk kembali bekerja dan harus menjalani periode
aklimatisasi selama 4 hari seperti pada poin b.
2. Penggantian Cairan
Air yang dingin (50° – 60°F) atau cairan yang dingin (kecuali alkohol) seharusnya
disediakan untuk membantu mereka minum lebih sering, misalnya 1 gelas setiap 20 menit.
Minuman yang mengandung garam mineral bukanlah hal yang penting terutama bagi
pekerja yang sudah melakukan aklimatisasi.
Sistem Kerja yang Aman dan Sehat
11

1. Lingkungan Kerja
Memisahkan fasilitas peralatan kerja yang dapatmenimbulkan panas di tempat bekerja dan
menggunakan material yang sudah diisolasi untuk meminimalkan pengeluaran panas pada
area kerja yang lainnya; Meningkatkan aliran udara dengan menggunakan ventilasi yang
memadai atau sistem mesin pendinginruangan yang memadai, terutama di tempat–tempat
kerja seperti dapur–dapur dan peti–peti logam kontener
Hindarilah bekerja di bawah sinar terik matahari langsung dan memasang alat pencegah
panas matahari sementara jika memungkinkan.
2. Pengaturan Kerja
Hindari bekerja di lingkungan yang panas dalam waktu yang lama. Perhatikan laporan
cuaca, dan semua ataupun sebagian besar pekerjaan haruslah
dijadwalkan pada:
- periode waktu yang lebih dingin, seperti di pagi hari; dan
- tempat yang lebih dingin, seperti area yang sudah ada pelindungnya atau area yang teduh
Meminimalkan pekerjaan fisik yang mengharuskan menggunakan alat–alat mekanik di
tempat kerja. Membuat pengaturan kerja bagi para pekerja untuk istirahat di tempat yang
sejuk atau daerah teduh selama periode waktu panas. Memperbolehkan karyawan untuk
istirahat secara teratur atau merotasi ke sisi lain tempat kerja dalam jam kerja untuk
mengurangi serangan panas pada lingkungan kerja yang panas.
3. Sediakan Air Minum Botol Dingin
Sediakan air minum botol dingin untuk para pekerja setiap waktu selama kerja.
Mendorong para pekerja untuk minum air secukupnya atau minuman lain yang layak
untuk menambah cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh karena keringat.
4. Pakaian Yang Cocok
Pakaian dengan warna cerah akan mengurangi penyerapan panas dan membantu
pengeluaran panas. Pakaian yang longgar dapat membantu penguapan keringat, tapi
pakaian yang terlalu longgar dapat menyebabkan terselip atau terseret ke bagian–bagian
mesin yang bergerak. Pakaian yang terbuat dari bahan alami dapat membantu pengeluaran
panas. Helm dengan pinggiran yang lebar atau topi dengan tepi yang lebar dapat
mencegah terik sinar matahari langsung di bagian wajah, leher dan punggung.
5. Kesehatan Pekerja
Perhatian khusus harus diberikan pada setiap laporan yang disampaikan oleh pekerja yang
menderita gejala serangan hawa panas. Para pekerja harus dilatih untuk memperhatikan
respon tubuhnya. Bilamana terjadi gejala serangan hawa panas, mereka harus segera
12

menginformasikan kepada atasannya dan mengambil tindakan–tindakan memadai
secepatnya. Beberapa pekerja mungkin mempunyai kesulitan kesulitan dalam beradaptasi
dengan lingkungan kerja yang panas karena keadaan kondisi kesehatan mereka atau efek
dari obat – obatan. Para majikan harus memikirkan hal ini dan mempertimbangkan
pemberian rekomendasi bagi para pekerja untuk pergi ke dokter saat akan memberikan
tugas kerja bagi para pekerja tersebut.
Yang dimaksud dengan heat stress disini adalah reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap
suhu yang berada diluar kenyamanan bekerja. Paparan panas terhadap tubuh dapat berasal
dari lingkungan kerja (panas eksternal),panas yang berasal dari aktivitas kerja (panas
internal) dan panas karena memakai pakain yang terlalu tebal. Heat stress terjadi apabila
tubuh sudah tidak mampu menseimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya beban
panas dari luar. Jika tubuh terpapar panas,maka sistem yang ada didalam tubuh akan
menpertahankan suhu tubuh internal agar tetap pada suhu normal (36-38 C) dengan cara
mengalirkan darah lebih banyak kekulit dan mengeluarkan cairan atau keringat. Pada
saat demikian jantung bekerja keras memompa darah ke kulit untuk mendinginkan
tubuh,sehingga darah lebih banyak bersirkulasi di daerah kulit luar. Ketika suhu
lingkungan mendekati suhu tubu normal,maka pendinginan makin sulit dilakukan oleh
sistem tubuh. Jika suhu luar sudah berada diatas suhu tubuh maka sirkulasi darah dan
keringat yang keluar tidak mampu menurunkan suhu tubuh kesuhu normal. Dalam kondisi
seperti ini,jantung terus memompa darah kepermukaan tubuh,kelenjar keringat terus
mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan
keringat menjadi cara yang efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan.
Namun jika kelembaban udara cukup tinggi,maka keringat tidak dapat menguap dan suhu
tubuh tidak dapat dipertahankan,dalam kondisi ini tubuh mulai terganggu. Kondisi ini
mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja dilingkungan panas. Dengan
banyaknya darah mengalir kekulit luar,maka pasokan darah ke otak,otot-otot aktif dan
organ internal lainnya menjadi berkurang sehingga kelelahan dan penurunan kekuatan
tubuh mulai lebih cepat terjadi. Konsentrasi bekerja juga mulai terganggu.
Bekerja di area panas dapat meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan,misalnya karena
telapak tangan licin akibat berkeringat,pusing,fogging dari kaca mata safety dan luka
bakar jika tersentuh benda panas. Selain dari bahaya ini jelas,frekuensi kecelakaan,secara
umum tampaknya lebih tinggi di lingkungan yang panas daripada di kondisi lingkungan
yang lebih moderat. Salah satu alasannyaadalah bahwa bekerja di lingkungan yang panas
menurunkan kewaspadaan mental dan kinerja fisik individu. Peningkatan suhu tubuh dan
13

ketidaknyamanan fisik dapat meningkatkanemosi,kemarahan,dan kondisi emosional
lainnya yang kadang-kadang menyebabkan pekerja mengabaikan prosedur keselamatan
atau kurang hati-hati terhadap bahaya ditempat kerja. Paparan berlebihan terhadap
lingkungan kerja yang panas dapat mengakibatkan berbagai gangguan terhadap tubuh.
Berikut adalah gangguan yang dapat terjadi akibat panas:
Heat Stroke
Heat stroke adalah akibat yang paling serius dari bekerja di lingkungan panas. Hal ini
terjadi karena sistem pengatur suhu tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh
dengan mengeluarkan keringat (keringat terhenti). Suhu tubuh naik secara dramatis,dan
korban mengalami gannguan
mental serta kejang-kejang. Jika hal ini terjadi,korban harus segera dikeluarkan dari area
panas dan ditempatkan diarea dingin,tubuhnya harus dibasahi dengan kain basah untuk
menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama. Selanjutnya korban harus
dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Jangan sampai terlambat
karena bisa berakibat kematian.
Heat Exhaustion
Heat exhaustion atau kelelahan panas dapat mengalami beberapa gangguan klinis yang
dapat menyerupai gejala awal heat stroke. Kelelahan panas diakibatkan oleh hilangnya
sejumlah besar cairan tubuh melalui keringat,kadang-kadang disertai kehilangan cairan
elektrolit yang berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih berkeringat
tetapi mengalami kelelahan,pusing,mual atau sakit kepala. Dalam kasus yang lebih
serius,korban bisa muntah atau hilang kesadaran,kulit basah atau lembab,pucat atau
memerah dan suhu tubuh normal atau sedikit diatas normal. Pada kondisi ini korban harus
segera dipindahkan ketempat yang dingin untuk mendapatkan perawatan danistrihat yang
cukup. Heat CrampsHeat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada
otot-otot akibat kehilangan cairan elektrolit,meskipun sudah minum air secukupnya namun
tidak bisa menggantikan garam didalam tubuh,bahkan air yang diminum mengencerkan
cairan elektrolit yang ada didalam tubuh dan semakin mempermudah cairan elektrolit
tersebut keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin rendah,dan hal ini
menyebabkan otot mengalami kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada
otot kaki,lengan,atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Kram
dapat terjadi selama satu atau setengah jam,dan dapat dipulihkan dengan meminum cairan
yang mengandung elektrolit atau garam.
Fainting
14

Fainting atau pingsan bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa bekerja dilingkungan
panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh darah dibawah kulit dan bagian
bawah tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh,sehingga darah terkumpul disana dan
otak mengalami kekurangan suplai darah. Setelah pekerja yang pingsan dipindahkan ke
ruangan yang lebih dingan dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir ke otak
agar korban sadar kembali.
Heat Rash
Heat rash atau biang keringat dapat terjadi pada lingkungan panas yang lembab,dimana
keringat tidak bisa menguap dan menempel dikulit atau kulit tetap basah,sehingga
memuncukan biang keringat. Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa beristirahat
diruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan kulit. Jika biang keringatnya
parah,maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.
Transient Heat Fatigue
Transient heat fatigue adalah kelelahan panas sementara yang terjadi karena
ketidaknyamanan akibat paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan mental atau
psikologis. Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap panas,dan dapat
mengganggu kinerja,koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat ketahanan terhadap panas dari
pekerja yang suka mengalami transient heat fatigue dapat dinaikkan secara bertahap
dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan panas.
II. PAPARAN DINGIN (Hipotermia)
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:


Ringan: 33°-36°.



Sedang: 30°-33°.



Berat: 27°-30°.



Sangat berat:

Dokumen yang terkait

ALAT PENGERING ONCOM KEDELAI DENGAN ENERGI PANAS MATAHARI

2 52 1

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT (Lycopersicum Esculentum Mill) TERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK AKUT

0 32 18

ANALISIS NILAI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PUBLIKASI LAPORAN HASIL PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 18 21

STRATEGI COPING PADA ORANG LANJUT USIA KORBAN BENCANA LUAPAN LUMPUR PANAS LAPINDO SIDOARJO

1 29 2

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI DI JAWA TENGAH DALAM MENUNJANG SISTEM KELISTRIKAN DI JAWA TENGAH (Studi Kasus di PLTP Dieng)

2 29 18

E RB E DA AN P E RI L AKU S E KS UA L RE M AJA YA NG M E NGI KUT I DA N T I DA K M E NGI KUT I P USAT I NF ORM ASI DA N KO S E L I NG RE M AJA ( P I K R ) P AD A RE M AJA S M U DI KAB UP AT E N JE M B E R

0 21 18

HUBUN GAN AN TAR A KUA LITAS P ELAYA NA N DA N P ROMOTION MIX (BERD ASARKAN P ERSE P S I P ASIEN) DE NGAN P ROSES P ENGAM BILAN KEP UT USAN P ASIEN DA LAM P EM AN F AA TAN P ELAY AN AN RA WAT INAP DI RSD KAL IS AT

0 36 20

KARAKTERISASI BAJA KARBON SEDANG AISI 1045 YANG DILAPISI ALUMINIUM DENGAN METODE CELUP PANAS (HOT DIPPING)

3 12 41

PERBANDINGAN LATIHAN DENGAN MENGGUNAKAN BOLA UKURAN 4 DAN 5 TERHADAP KETEPATAN MENENDANG BOLA KE ARAH GAWANG PADA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SD NEGERI WAY PANAS TAHUN AJARAN 2013/2014

0 30 51

RANCANG BANGUN PROTEKSI MESIN MOBIL TERHADAP PANAS (OVER HEATING) DAN PERINGATAN TERHADAP PERUBAHAN TEGANGAN UNTUK MENCEGAH KERUSAKAN AKI

16 79 73