MANA JEMEN HULU HILIR TANAMAN TEH
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai potensi di sektor
pertaniannya. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang devisa
negara. Sektor pertanian di Indonesia dalam arti luas memiliki beberapa sub
sektor yaitu pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
perternakan. Masing- masing sub sektor memiliki peranan masing-masing dalam
mencukupi kebutuhan manusia. Semua sub sektor-sub sektor ini membantu
manusia mencukupi kebutuhan pangan agar dapat beraktivitas sehari-hari.
Pesatnya perkembangan zaman menyebabkan pertumbuhan populasi manusia
semakin meningkat sehingga kebutuhan pangan pun juga meningkat. Kendala
yaang terjadi dalam sektor pertanian tersebut berkaitan erat dengan konsep
agribisnis serta pengembangannya sebagai upaya penyelesaiannya. Sektor
pertanian tidak akan pernah lepas dari kegiatan on farm dan off farm. Seluruh
proses yang berhubungan langsung dengan proses budidaya pertanian, seperti
menyemai bibit, mengawinkan hewan ternak, memupuk, memberi pakan ternak,
mengendalikan hama dan penyakit, panen dan lain-lain. Sedangkan pertanian off
farm adalah proses komersialisasi hasil-hasil budidaya pertanian, seperti
pedagang, pengepul dan lain-lain.
Kegiatan on farm merupakan modal utama bagi kegiatan off farm karena
hasil kegiatan on farm tersebut menjadi bahan baku yang dibutuhkan kegiatan off
farm. Kegiatan on farm (usahatani) ini bertujuan memenuhi stok/bahan baku
kegiatan off farm (agroindustri) agar kegiatan off farm tersebut dapat berjalan
terus menerus tanpa terhenti siklusnya. Kegiatan off farm ini dapat meningkatkan
nilai tambah dari produk tersebut dengan dilakukannya perlakuan-perlakuan
tambahan atau yang biasa disebut dengan agroindustri. Agroindustri termasuk
dalam kegiatan yang tergolong off farm karena kegiatannya menggunakan bahan
baku dari hasil sektor pertanian. Agroindustri ini bisa diterapkan pada setiap
subsektor-sub sektor pertanian. Subsektor-subsektor yang dimasksud adalah
subsektor
pangan,
perkebunan,
perikanan,
peternakan
dan
kehutanan.
Agroindustri atau pengolahan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan nlai
tambah bagi produk pertanian sebelum dipasarkan.
Kegiatan on farm yang dilakukan adalah budidaya tanaman teh yang
dilakukan pada perkebunan. Semua kegiatan yang berhubungan dengan budidaya
teh dilakukan sedemikian rupa hingga mendapatkan output daun-daun teh yang
nantinya akan menjadi input pada pengelolahan selanjutnya. Pengelolahan
selanjutnya yang dimaksud yaitu kegiatan off farm. Kegiatan off farm yang
dilakukan adalah agroindustri teh hitam. Semua kegiatan tersebut baik budidaya
maupun agroindustri akan berjalan dengan baik dan efisien apabila dilakukan
manajemen agribisnis yaitu dengan dilakukannya perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasian,
dan
pengendalian. Tujuan
akhir
dengan
dilakukannya manajemen agibisnis kegiatan usahatani on farm dan off farm (hulu
hingga hilir) yaitu diharapkan dapat menjalankan suatu usaha di bidang pertanian
dengan perlakuan dan hasil yang optimal serta memperoleh benefit secara
maksimal.
PEMBAHASAN
MANAJEMEN ON FARM (USAHATANI TEH HITAM)
A. Latar Belakang Pemilihan Komoditas
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting
dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis
tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang
berhubungan dengan pemasarannya. Di masa yang akan datang, mungkin saja
komoditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah
produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih
ditetapkan jenisnya atau varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim
lokasi yang direncanakan. Pemilihan komoditas tersebut akan mendasari
perencanaan-perencanaan pada tahap usaha pertanian selanjutnya, seperti
pemilihan lokasi, perencanaan agroindustri hingga perencanaan lokasi pemasaran
dan target / pangsa pasarnya.
Tanaman teh adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya
digunakan untuk membuat teh. Tanaman ini termasuk genus Camellia, suatu
genus tumbuhan berbunga dari famili Theaceae. Hasil tanaman berupa pucuk
daun diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan yang saat ini
ekstraknya populer digunakan sebagai bahan treatment dan lain sebagainya.
Mengkonsumsi teh selain menyegarkan tubuh, ternyata juga memberi manfaat
bagi kesehatan. Senyawa bermanfaat yang dikandung pucuk teh antara lain adalah
polifenol dan flourida. Polifenol bermanfaat sebagai anti kanker dan fluorida
bermanfaat bagi kesehatan gigi. Selain tanaman teh yang dikenal memiliki banyak
manfaat, permintaan akan teh di pasaran baik dalam dan luar negeri yang tinggi.
Banyak budaya mengenai kebiasaan minum-minuman teh di saat berkumpul
dengan keluarga dan di saat santai. Hal-hal tersebut merupakan indikator bahwa
teh memiliki peluang yang tinggi pada permintaannya baik pada saat ini maupun
yang akan datang. Perencanaan untuk budidaya tanaman teh ini berada pada
lokasi di dataran tinggi yang topografi dan iklimnnya cocok untuk budidaya
tanaman teh. Sehingga alasan tersebut menjadi dasar pemilihan komoditas teh
untuk budidaya hingga pemasarannya.
B. Perencanaan Lokasi
Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah
pegunungan dengan ketinggian berkisar 400 hingga 2000 mdpl. Faktor iklim yang
harus diperhatikan seperti kelembaban relatif suhu udara yang baik berkisar 13 –
15OC pada siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan
bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi
penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak
sinar matahari makin tinggi suhu. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha
untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran
tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan
adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin
dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama
dan penyakit.
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang
subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat
keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di lereng-
lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis
tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini
terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan
dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui klasifikasi
kesesuaian tanah dan kemampuan lahan.
Sepanjang iklim dan tanah yang subur bagi pertanaman teh, elevasi
(ketinggian suatu tempat terhadap daerah sekitarnya (di atas permukaan laut))
tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan
antara elevasi dan unsur iklim seperti suhu udara. Makin rendah elevasi
pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu pada daerah rendah
diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara menjadi lebih
rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian elevasi di
Indonesia terdapat 3 daerah, yaitu: Daerah rendah < 800 m di atas permukaan laut
Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut Daerah tinggi > 1.200 m di
atas permukaan laut. Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat
teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih
baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada
keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl . Di daerah-daerah yang
rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi.
Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman
tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm
yang merata sepanjang tahun. Sehingga lokasi direncanakan akan di bangun di
daerah Bogor tepatnya di kecamatan Cisarua.
Cisarua merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota Bogor.
Kecamatan Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650 M1400 M dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm/thn dan suhu udara antara
17,580C-23,91°C. Apabila dihubungkan dengan syarat tumbuh tanaman teh yang
dapat tumbuh baik di ketinggian 400-2000 mdpl, curah hujan tidak kurang dari
2000 mm/thn dan suhu udara berkisar 13 hingga 15 derajat celcius kecamatan
Cisarua, bogor memiliki kriteria yang mendekati syarat tumbuh tanaman teh dan
menjadi daerah ideal untuk menghasilkan tanaman teh yang baik.
Perkebunan yang ada di kecamatan Cisarua tersebut akan berdampingan
dengan lokasi tempat penyimpanan dan pengolahan daun teh yang telah dipanen.
Daun teh yang telah dipetik akan mudah layu dan tidak akan bertahan lama
sehingga lokasi pengolahan dari daun teh tersebut berada tidak jauh dari
perkebunan. Hal tersebut bertujuan menjaga kualitas dari daun teh agar tetap segar
pada saat proses pengolahan berlangsung.
C. Skala Usaha Pertanian
Skala usaha terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha
hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan
tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga
ketersediaan input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi
dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis,
akan dapat menghasilkan skala ekonomi yang tinggi. Namun, kenyataannya di
lapangan sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh
karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu
dalam merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai skala
usaha menjadi sangat penting. Pada umumnya, tanaman hortikultura dapat
diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi.
Akan tetapi pada komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kina, karet,
tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala yang
kecil.
Usaha tanaman teh ini direncanakan dalam skala besar. Sesuai dengan
alasan dasar budidaya teh ini yaitu dikarenakan pangsa pasar yang luas serta
dalam pengelolahannya membutuhkan perawatan yang tidak mudah sehingga
diperlukan dalam skala besar agar jauh lebih efektif. Oleh karena itu dibutuhkan
teh khususnya yang telah siap saji dalam jumlah banyak untuk memenuhi
permintaan pasar dan memperoleh keuntungan besar dengan adanya kondisi
tersebut. Skala besar yang dimaksudkan yaitu dengan merambah pasar hingga ke
luar negeri (ekspor).
D. Perencanaan Proses Produksi Pertanian
a. Persiapan bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan dalam on farm the kali ini menggunakan
bahan tanam berupa setek batang. Hal ini dipilih karena metode setek merupakan
metode yang paling efektif mengingat lahan tanam yang sangat luas tentu
membutuhkan bahan tanam dalam jumlah sangat banyak. Selain itu salah satu
kelebihan dari metode setek yaitu sifat yang diturunkan serupa dengan induknya.
b. Persiapan Lahan Semai
Lahan yang digunakan sebagai lahan pesemaian perlu disiapkan jauh hari
sebelum dilakukan pembibitan. Lokasi yang cocok untuk dilakukan pesemaian
adalah lahan kebun dengan spesifikasi sebagai berikut;
Tempat yang terbuka
Drainase tanah yang baik
Berdekatan dengan sumber air
Berdekatan dengan akses transportasi
Topografi yang landa
c. Pembuatan Bedengan Semai
Bedengan yang digunakan sebagai lokasi pesemaian merupakan lokasi
yang tidak terlalu menjadi persoalan yang berarti. Bedengan yang dibutuhkan
hanya lahan yang dibuat secara berpetak-petak dengan ukuran 1m x 15 m. Jarak
yang dibutuhkan untuk memisahkan bedengan satu dengan lainnya sebesar 60 cm
dimana terdapat parit pada jarak tersebut sedalam 10 cm yang dimaksudkan
sebagai tempat resapan air manakala air terlampau banyak. Pada tiap petak
bedengan diberlakukan pola rangka sungkup yang dibuat oleh kerangka bambu
dan ditutupi oleh plastik berbentuk setengah lingkaran layaknya atap rumah
seperti gambar dibawah ini,
d. Penanaman
Media tanam
disusun pada lahan
Semai
berupa
polibag
bedengan semai
secara rapat dan disiram hingga keadaan cukup basah sebelum dilakukan
penanaman. Setelah itu bahan tanam berupa setek ditanam dengan cara
ditancapkan tangkainya ke tanah lalu dilakukan penyiraman kembali hingga
tangkai sedikit goyah. Kemudian bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama
4 bulan. Setelah itu dilakukan pembukaan sungkup secara bertahap dalam waktu 2
bulan dengan rincian selama 2 jam pada minggu 1 dan 2, dan selanjutnya bertahap
4, 6, 8 dan 12 jam sampai tanpa sungkup.
e. Seleksi Bibit Semai
Pelaksanaan seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan setelah bibit
tumbuh. Bibit yang tumbuh sehat dipisahkan dari yang kecil. Bibit yang baik
dipindahkan keluar agar beradaptasi di bawah sinar matahari. Untuk sementara
diberi naungan dari alang-alang atau paku andam. Adaptasi dapat juga dilakukan
dengan cara membuka plastik naungan secara bertahap. Kriteria bibit siap tanam
sebagai dasar penentuan mutu bibit sebagai berikut :
Umur bibit minimal 8 bulan
Tinggi minimal 30 cm dengan jumlah daun 5 helai.
Tumbuh sehat, mekar dan berdaun normal
Perakaran baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan
f.
kalus.
Beradaptasi minimal 1 bulan terhadap sinar matahari.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang dilakukan adalah persiapan lahan dimana lahan
tersebut belum pernah ditanami tanaman teh atau disebut dengan penanaman baru.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain;
Survey dan Pemetaan Tanah
o Jalan kebun, kontrol, dan transportasi
o Lokasi emplasmen pabrik, perumahan dan lain-lain
o Peta kebun dan peta kemampuan lahan
o Pembuatan fasilitas yang mendukung pengembangan kebun
Pembongkaran Pohon dan Tunggul
o Pohon dan tunggul dibongkar langsung
o Pohon dimatikan terlebih dahulu dengan cara mengoleskan bahan
kimia pada batang kemudian dikuliti.
Babad dan Nyasap
Pembabatan pohon dan tunggul dilakukan setelah pembongkaran
pohon dan tunggul selesai. Setelah pembabatan tanah disasap dengan
cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma. Pekerjaan ini
dilakukan musim kemarau.
Pengolahan Tanah
Pencangkulan pertama dilakukan sampai sedalam 60 cm untuk
menggemburkan tanah. Selanjutnya pencangkulan kedua sedalam 30-40
cm setelah 2-3 minggu setelah pencangkulan pertama sambil meratakan
tanah
Pembuatan Jalan dan Saluran Drainase
Selesai membuat petakan tanah berukuran 20 x 20 m, perlu segera
dibuat jalan kebun untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanaman.
Lebar jalan kebun cukup 1 m dengan panjang tergantung keadaan. Jangan
terlalu banyak membuat jalan sehingga banyak lahan terbuang atau terlalu
sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Selesai pembuatan
jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah erosi. Pembuatan saluran
drainase agar mempertimbangkan kemiringan serta letak jalan kebun.
g.
Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar jumlah
tanaman teh sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang dipakai
panjang 50 cm dengan tebal 1 cm. Cara pengajiran pada lahan datar dan landai
dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian dilakukan dengan
sistem barisan lurus atau zigzag sesuai jarak tanam. Pada lahan miring pengajiran
dilakukan dengan sistem kontrol.
h.
Pembuatan Lubang Tanam
Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara kedua
ajir yang telah ditanam. Ukuran lobang tanam untuk bibit asal stump biji adalah
30 x 30 x 40 cm dan untuk bibit asal setek 20 x 20 x 40 cm. Lobang dibuat 1
minggu sebelum ditanam.
i.
Penanaman Bibit Teh
Sebelum ditanam lobang diberi pupuk dasar 11 g urea + 5 g TSP + 5 g
KCl. Untuk daerah pH tinggi lobang diberi belerang murni sebanyak 10-15 g atau
50-100 g belerang lumpur tiap lobang. Bibit asal stump biji atau bibit asal polibag
setelah ditanam, lobang tanam diratakan agar bekas penanaman tidak nampak
cekung atau cembung. Jarak tanam yang diterapkan adalah 120cm x 90cm
menyesuaikan dengan kemiringan lahan.
j.
Pembuatan Rorak
Sesuai dengan kemiringan tanah rorak dibuat 2 – 3 baris tanaman secara
selang seling dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60 cm.
Rorak perlu dikuras 3 kali dalam setahun. Tanah yang menutup dikeluarkan dari
rorak agar berfungsi kembali. Fungsi dari pada rorak ini sebagai kantong
peresapan air yang berguna dimusim kering. Rorak disamping mencegah erosi
dapat memperbaiki abrasi tanah dan tempat penampungan bahan organik. Jumlah
rorak di daerah datar jumlahnya dapat sama atau lebih dibanding lereng yang
miring, tergantung
aliran air.
k. Penyulaman
Penyulaman tanaman yang mati harus diganti dengan yang baru. Bibit
untuk menyulam adalah bibit terbaik dari klon yang sama. Penyulaman dilakukan
mulai 2 – 4 minggu setelah adanya penanaman. Penyulaman harus dilakukan
sampai tanaman berumur 2 tahun. Penyulaman tahun pertama diperkirakan sekitar
10%, tahun ke 2 sebesar 5% sehingga tanaman menghasilkan populasi menjadi
penuh.
l.
Penyiangan
Apabila penanaman tanaman teh telah selesai dilakukan, tanah perlu
diratakan kembali. Satu setengah atau 2 bulan setelah tanaman ditanam, gulma
mulai tumbuh dan perlu disiangi. Penyiangan dapat juga dilakukan dengan
herbisida bila tersedia. Penyiangan dengan cara manual perlu diulangi 1,5 – 2
bulan kecuali ada gangguan serangga hama/penyakit penyiangan dilakukan
dengan cara strip weeding.
m. Pembentukan Bidang Petik
Pembentukan bidang petik berfungsi agar tanaman menjadi bentuk perdu,
dimana kerangka tanaman percabangannya ideal dengan bidang petik yang luas
sehingga pucuk yang dihasilkan banyak. Pelaksanaan cara ini sebagai berikut :
Setalah umur tanaman 6 bulan batang utama dipotong pada ketinggian 20 cm
dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
Tunas sekunder yang tumbuh setelah 6 bulan dibiarkan mencapai panjang 50
cm kemudian dirundukkan kesegala arah.
Setelah 6 bulan dirundukkan, tunas daun yang tumbuh 60 – 70 cm dilakukan
pemotongan setinggi 45 cm. Jendangan setinggi 60 – 65 cm dilakukan 3
bulan setelah dipotong di atas.
n.
Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi
bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan
produktivitas tanaman yang tinggi. Cara pemangkasan dan tingkat kemahiran
pemangkas sangat menentukan keberhasilan suatu pemangkasan selain faktor
lainnya. Sebelum pangkasan dimulai, terlebih dahulu harus dibuat contoh
pangkasan (indung pangkasan) yang diawasi dengan ketat. Secara garis besarnya
urutan pelaksanaan cara pemangkasan adalah sebagai berikut:
1. Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.
2. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk
sudut 45° menghadap ke dalam perdu.
3. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak,
oleh karena itu gaet atau gergaji harus tajam.
4. Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (< 2 cm)
menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu jari (> 2
cm) mempergunakan gergaji pangkas.
5. Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm
(ukuran pensil).
6. Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
7. Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedalam perdu, pemangkasan
dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan barisan tanaman.
o.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan untuk
perkembangan dan pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu pemupukan harus
dilakukan pada waktu,
dosis, jenis, dan pelaksanaan yang tepat. Waktu
pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan antara 60 –
200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara dari
pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai secara
keseluruhan. Sedangkan lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut terbawa
aliran air. Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat
agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat menunjang produktivitas
yang ingin dicapai. Namun demikian untuk mempermudah pemberian pupuk di
lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan sudah harus ditetapkan baik
untuk tanaman TBM maupun tanaman TM seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1. Dosis Pupuk TBM
Tabel 2. Dosis Pupuk TM
p.
Pengendalian HPT
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman merupakan salah satu bentuk
pemeliharaan tanaman agar dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
akan mempengaruhi produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Fungisida
yang dianjurkan untuk memberantas penyakit penting pada tanaman teh bahan
aktifnya terdiri atas: tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%,
bitertanol 30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol 25%, klorotalonial
75%, tembaga amonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan, tembaga
50%, benomyl, benomyl+tiram dan mankozeb 80%.
Berikut penggolongan jenis hama dan penyakit pada tanaman teh.
Hama Penting
Hama Kurang
Penyakit Penting
Penyakit Kurang
Kepik pengisap
Ulat penggulung
Penting
Tungau kuning
Tungau jingga
Cacar daun
Penyakit akar
Penting
Jamur akar coklat
Jamur leher akar
daun
Ulat jengkal
Empoasca sp.
Penyakit busuk
Jamur busuk akar
daun
Ulat penggulung
Penyakit
pucuk
ujung
mati Jamur busuk akar
Selain hama dan penyakit, masalah gulma pada the muda dan produktif perlu
mendapatkan perhatian. Permukaan tanah yang terbuka terhadap solar radiasi
sinar matahari mendorong laju pertumbuhan gulma. Cara pengendaliannya terdiri
dari ;
1. Cara kultur teknis, dengan pemberian mulsa dan pupuk hijau,
2. Cara mekanis dengan mencabut gulma,
3. Cara kimiawi, dengan menggunakan herbisisda baik herbisida kontak atau
sistemik.
q. Pemetikan
Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat
pengolahan dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi
secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari
tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan
pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan seperti: jenis pemetikan,
jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun muda.
Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan
tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin
kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat
pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan lapisan
daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi. Maksud dari jenis
petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan.
Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,
1. Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b)
dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.
2. Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk
burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m,
b+3m).
3. Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung
dengan beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.
E. Pola
– pola
produksi
Pola
produksi dalam usahatani teh direncanakan akan dilakukan dengan komoditas
tunggal. Teh merupakan satu-satunya komoditas yang akan dibudidayakan dan
tidak terdapat komoditas lain yang akan dibudidayakan dalam lahan yang akan
digunakan. Teh akan dibudidayakan sepanajang tahun guna pemenuhan kebutuhan
dalam dan luar negeri. Perencanaan pola produksi dengan menggunakan
komoditas tunggal dilakukan dengan alasan untuk mengoptimalkan penggunaan
input-input produksi yang ada sehingga dapat mencapai target produksi yang telah
ditetapkan. Penerapan pola produksi komoditas tunggal ini akan dilakukan pada
lahan seluas 4 hektar.
F. Sumber – Sumber Input Pengadaan
NO
NAMA SAPRODI
VARIABLE COST
HARGA PERJUMLAH YANG
HARGA TOTAL
1
Bibit Teh Hitam
SATUAN
Rp 400,00/bibit
2
Polybag Hitam
Rp 23000/kg
74 kilogram
Rp 1.702.000,00
3
Plastik Bedengan
Rp 210.000/600m2
945 m2
Rp 350.000,00
4
Pupuk Urea
Rp 1800,00/kg
21.710 kilogram
Rp 39.078.000,00
5
Pupuk TSP
Rp 2500,00/kg
50 kilogram
Rp 125.000,00
6
Pupuk KCl
Rp 2900,00/kg
50 kilogram
Rp 145.000,00
7
Pupuk Phospat
Rp 2000,00/kg
9600 kilogram
Rp 19.200.000,00
8
Pupuk Kalium
Tenaga kerja
Rp 4000,00/kg
Rp
9600 kilogram
20 orang (48
Rp 38.400.000,00
Rp
Bulanan
Tenaga Kerja
1.500.000/orang/bulan
bulan)
1.440.000.000,00
10
11
DIGUNAKAN
10000 bibit
Rp 4.000.000,00
Harian
a. Pengolahan
Tanah
b. Penanaman
c. Penyiangan
d. Pembuatan
Rorak
e. Penyulaman
f. Pemb.Bidang
Petik
g. Pemangkasan
h. Pemupukan
i. Pengendalian
HPT
j. Pemetikan
Rp 35.000/orang/hari
130 orang (6 hari)
Rp 27.300.000,00
Rp 35.000/orang/hari
280 orang (2 hari)
Rp 19.600.000,00
Rp 35.000/orang/hari
80 orang (24 hari)
Rp 67.200.000,00
Rp 35.000/orang/hari
30 orang (1 hari)
Rp 1.050.000,00
Rp 35.000/orang/hari
20 orang (2 hari)
Rp 1.400.000,00
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (2 hari)
Rp 12.600.000,00
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (4 hari)
Rp 25.200.000,00
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (2 hari)
Rp 12.600.000,00
Rp 35.000/orang/hari
30 orang (16 hari)
Rp 16.800.000,00
Rp 35.000/orang/hari
280 orang (4 hari)
Rp 39.200.000,00
12
Air
Rp 3700,00/m3
1440 m3
Rp 5.328.000,00
13
BBM
Rp 7000,00/liter
1440000 liter
Rp 1.008.000,00
TOTAL
Rp
N
O
VARIABLE
FIXED COST
NAMA
HARGA PER-
JUMLAH YANG
SAPRODI
SATUAN
DIBUTUHKAN
1
Pajak
2
Cangkul
Gunting
3
1.734.486.000,00
TOTAL HARGA
Rp
341.952.000/10ha/th
Rp 30.000/buah
10 hektar
100 cangkul
Rp 1.367.808.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 22.500/buah
200 gunting tanaman
Rp 4.500.000,00
Rp 100.000/buah
20 garu
Rp 2.000.000,00
4
Tanaman
Garu
5
Keranjang Petik
Rp 40.000/buah
300 keranjang
Rp 12.000.000,00
6
Sprinkle
Rp 140.000/unit
50 unit
TOTAL FIXED
Rp 7.000.000,00
Rp 1.396.308.000,00
COST=
Biaya Total (TC) = biaya variabel (VC) + biaya tetap (FC)
= Rp 1.734.486.000,00 + Rp 1.396.308.000,00
= Rp 3.130.794.000,00
MANAJEMEN OFF FARM ( AGROINDUSTRI TEH HITAM)
A. Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pemilihan lokasi menetukan keberhasilan dalam sebuah kegiatan
agroindustri, lokasi yang tepat dan startegis dapat membantu sebuah perusahaan
berkembang dengan baik. Kegiatan operasional perusahaan berada di pucak
Bogor tepatnya di Kecamatan Cisarua. Kecamatan Cisarua yang berada
diketinggian 900-1800 m di atas permukaan laut ini memiliki suhu rata rata
hingga 16o-24° Celcius. Hawa yang cukup dingin dan baik dihuni oleh binatang
dan tumbuhan, sehingga Kecamatan Cisarua cocok dikembangkan perkebunan
holtikultura seperti kebun teh.
Lokasi kebun teh dan pabrik daun teh berada pada tempat yang sama, hal
ini dilakukan agar proses produksi daun teh dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan mengingat permintaan akan produk teh kering yang semakin
meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi letak pabrik yang berdekatan dengan
kebun teh yaitu kondisi kesegaran daun teh, dimana produk teh kering akan
memiliki kualitas tinggi apabila menggunakan pucuk daun teh segar.
B. Pemilihan Tekonologi, Fasilitas Persediaan dan Pemasukan
Perkembangan teknologi yang digunakan dalam pengolahan dan
operasional pabrik dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang
dihasilkan. Penggunaan teknologi yang tepat dapat meningkatkan kualitas sebuah
produk dan kuantitas produk yang dihasilkan. Perusahaan agroindustri daun teh
ini melakukan pemilihan teknologi pada teknologi padat modal, yang artinya
dalam pengolahan daun teh menjadi daun teh kering perusahaan ini lebih
mengandalkan mesin dan teknologi dibanding dengan tenaga manusia. Hal ini
berkaitan dengan pengolahan daun teh basah menjadi daun teh kering
memerlukan teknologi yang lebih maju agar produksi lebih efektif dan efisien.
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan daun teh basah menjadi
daun kering dapat dikatakan cukup modern, karena setiap tahap pengolahan sudah
memakai mesin yang canggih sehingga dapat selesai lebih cepat. Beberapa jenis
teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini antara lain, Rotary Panner, Open
Top Roller dan Ball Tea. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan teknologi dan
mesin yang cukup modern membuat produk teh yang memiliki kualitas baik dan
mampu menembus pasar ekspor.
Pengemasan dan penyimpanan setelah disortasi sesuai mutunya, teh
dimasukkan kedalam peti penyimpanan agar mutu teh tetap bertahan pada kondisi
yang diinginkan sebelum dikemas. Peralatan untuk penyimpanan teh biasanya
berbentuk peti miring yang terbuat dari bahan stainless steel yang bagian
bawahnya diberi lubang. Alat ini biasa disebut tea bins. Setelah volume teh dalam
peti penyimpanan sudah cukup banyak untuk dikemas dan siap untuk diekspor
atau diperdagangkan, maka teh ini disalurkan melalui lubang yang ada dibawah
peti dan ditampung di atas pelat bergerak berputar menuju tempat pengepakan.
Untuk pasar eksport biasanya digunakan peti kayu yang bagian dalamnya dilapisi
kertas timah atau alumunium. Sedangkan untuk pasar lokal atau dalam negeri
biasanya hanya berupa bungkusan yang terbuat dari kertas berlapis-lapis.
C. Perencanaan Tenaga Kerja
Sumber daya manusia
merupakan
salah
satu
modal
utama
dalam menjalankan bisnis suatu perusahaan. Perusahaan dituntut secara
profesional mengorganisir sumber daya manusia agar dapat sejalan dengan visi
dan misi perusahaan. Perusahaan pabrik teh kering merupakan perusahaan
perkebunan dan pengolahan teh yang banyak menyerap tenaga kerja. Perkebunan
teh membutuhkan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan di pabrik sekitar 250
orang tenaga kerja dalam setiap kali proses produksi.
Jumlah tenaga kerja sebanyak 250 orang kemudian dibagi lagi menjadi
beberapa sektor kerja, diantaranya 100 orang tenaga kerja untuk rotary panner, 50
orang tenaga kerja untuk Open Top Roller dan 50 orang tenaga kerja untuk ball
tea. Sisanya 10 orang tenaga kerja pada bagian teknik, 20 orang tenaga kerja
sebagai kantor (proses produksi menggunakan mesin dan kendali), dan 19 orang
tenaga kerja sebagai quality control serta 1 orang tenaga kerja untuk Tea Tester.
D. Perencanaan Bahan Baku dan Pelengkap
Karakteristik teh sebagai bahan baku industri pengolahan sangat
ditentukan oleh mutu dan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut.
Teh sebagai bahan baku industri pengolahan, memiliki keterbatasan karena
seringkali tidak dapat memenuhi kontinuitas baik dari segi jumlah maupun mutu
teh. Untuk menjamin kecukupan bahan bakunya, beberapa industri pengolahan teh
memiliki industri terpadu (terintegrasi) yaitu mulai dari perkebunan teh hingga
industri hilir yaitu industri minuman teh jadi. Namun, disini teh kering berupa teh
celup lah yang diusahakan dan direncanakan. Sehingga perkebunan teh yang
dimiliki cukup luas. Barang yang di stock adalah biji teh itu sendiri yang
persediaannya haruslah banyak. Jenis teh yang di stock adalah teh hitam yang
bagus untuk dipasarkan dalam bentuk teh celup.
Perusahaan agroindustri teh ini yang menghasilkan teh hitam dengan
kapasitas pabrik 100.000 kg teh hitam per hari. Kegiatan produksi di masingmasing pabrik dipengaruhi oleh jumlah pucuk teh basah yang masuk ke pabrik,
jumlah pucuk yang masuk dipengaruhi oleh hasil kebun dan kebutuhan pesanan
atas produk agroindustri teh.
Pucuk basah mulai datang di pabrik setelah melalui tahap waktu timbang
pertama yaitu pukul 11.00 WIB dan waktu timbang kedua yaitu pukul 13.00 WIB.
Hasil petikan daun teh dari lahan budidaya ditimbang langsung di lokasi lalu
diangkut dengan 3 unit truck dan ditimbang ulang di pabrik agar hasil timbangan
semakin akurat. Team quality control selanjutnya akan mengambil sampel pucuk
daun teh untuk dianalisa mutu pucuk daun teh basah yang telah dipetik.
E. Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan di Pabrik
Pucuk basah daun teh hitam yang sudah sampai di pabrik diturunkan dari
truk pengangkutan lalu diletakkan di wadah persegi yang besar, withering
trough sebagai penempatan sementara sebelum masuk pucuk basah dimasukkan
ke dalam rotary panner. Rotary panner berfungsi sebagai mesin pelayuan
cepat, waktu yang dibutuhkan adalah 5-7 menit saja. Setelah tahap pelayuan
cepat, daun teh tersebut dimasukkan ke dalam mesin penggulung selama 25 menit
yaitu Open Top Roller (OTR). Kadar air daun teh setelah proses penggulungan
tersebut berkurang 30 persen. Daun teh yang sudah digulung tadi dikeringkan
dalam mesin pengeringan yang bernama ball tea.
Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 10-14 jam pada suhu
120oC-150oC dan menghasilkan output teh kering dengan kadar air lima persen.
Tahap terakhir dari proses ini adalah penyortiran. Penyortiran teh kering
tersebut juga melalui beberapa tahap mesin penyortir, antara lain :
1. Mydleton, yaitu pemisahan partikel berdasarkan ukuran, bentuk dan
kebersihan teh kering.
2. Winower, yaitu pemisahan partikel berdasarkan berat jenis teh kering.
5. Colour separator, yaitu pemisahan partikel berdasarkan warna.
Teh hijau memiliki beberapa grade menurut kehalusan partikel dan kebersihan
dari serat dan batang. Grade tersebut dipisahkan menjadi grade ekspor dan grade
lokal.
Jumlah teh pucuk basah yang masuk pabrik sekitar 55.406 kg tiap sekali
proses produksi. Setalah melalui beberapa tahap pengolahan, berat daun
mengalami penyusutan karena sudah menjadi daun teh kering. Berat daun teh
kering sebesar 1 kg didapat dari pengolahan 5 kg daun teh basah, sehingga jumlah
teh kering yang dihasilkan pabrik ini yaitu 11.081 kg. Harga untuk 1 kg daun teh
hitam kering adalah sekitar Rp 150.000,-. Pabrik ini melakukan proses produksi
sebanyak 4 kali, sehingga produk teh hitam kering yang dihasilkan sebanyak
44.324 kg.
Seluruh
teh
jadi
diuji
coba
mutunya
oleh
quality
control
berdasarkan masing-masing grade. Mutu teh dinilai berdasarkan rasa, aroma
dan warna seduhan. Produk jadi dari pengolahan agroindustri daun teh pada
perusahaan ini yaitu berupa teh kering (teh celup) yang biasanya dapat langsung
disedu dengan air panas untuk dikonsumsi. Produk teh hitam kering dikemas
setiap 1000 kg, biaya yang dikeluarkan untuk 1000 kg adalah Rp 250.000,-.
KESIMPULAN
Kegiatan on farm (usahatani tanaman teh hitam) ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akan kegiatan off farm yaitu agroindustri teh hitam. Dalam
kegiatan on farm dibutuhkan kegiatan manajemen seperti perencanaan yang
meliputi pemilihan komoditas, perencanaan lokasi, skala usaha, perencanaan
proses produksi pertania, pola-pola produksi, dan sumber input-input pengadaan.
Selain manajemen dalam kegiatan on farm, diperlukan kegiatan manajemen off
farm yang meliputi perencanaan lokasi dan tata letak, perencanaan teknologi,
perencanaan tenaga kerja, perencanaan bahan baku dan pelengkap serta
pelaksanaan kegiatan pengolahan. Semua hal tersebut direncanakan agar dapat
memperkirakan apa saja yang perlu disiapkan sehingga pada saat pelaksanaan
dapat terlaksana dengan baik dan efisien. Dari hasil perencanaan tersebut
didapatkan total keseluruhan biaya pada on farm yaitu Rp 3.130.794.000,00 dan
total keseluruhan biaya pada off farm yaitu Rp 1.400.000.000,00 dalam empat kali
produksi. Jumlah total biaya pada on farm dan off farm yaitu sebesar Rp
4.530.794.000,00
sedangkan
pemasukan
dari
hasil
produksi
yaitu
Rp
6.648.600.000,00. Sehingga dalam empat kali proses didapatkan keuntungan
sebesar Rp 2.117.806.000. Apabila telah dilakukan perencanakan tersebut,
didapatkan semua data mengenai input-input yang dibutuhkan, biaya dan
pemasukan
sehingga
untuk
proses
manajemen
selanjutnya
seperti
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan menjadi lebih
mudah dan dapat lebih terkontrol apabila terjadi suatu kesalahan dan dengan
sesegera mungkin dapat dilakukan pengendalian.
Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai potensi di sektor
pertaniannya. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang devisa
negara. Sektor pertanian di Indonesia dalam arti luas memiliki beberapa sub
sektor yaitu pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
perternakan. Masing- masing sub sektor memiliki peranan masing-masing dalam
mencukupi kebutuhan manusia. Semua sub sektor-sub sektor ini membantu
manusia mencukupi kebutuhan pangan agar dapat beraktivitas sehari-hari.
Pesatnya perkembangan zaman menyebabkan pertumbuhan populasi manusia
semakin meningkat sehingga kebutuhan pangan pun juga meningkat. Kendala
yaang terjadi dalam sektor pertanian tersebut berkaitan erat dengan konsep
agribisnis serta pengembangannya sebagai upaya penyelesaiannya. Sektor
pertanian tidak akan pernah lepas dari kegiatan on farm dan off farm. Seluruh
proses yang berhubungan langsung dengan proses budidaya pertanian, seperti
menyemai bibit, mengawinkan hewan ternak, memupuk, memberi pakan ternak,
mengendalikan hama dan penyakit, panen dan lain-lain. Sedangkan pertanian off
farm adalah proses komersialisasi hasil-hasil budidaya pertanian, seperti
pedagang, pengepul dan lain-lain.
Kegiatan on farm merupakan modal utama bagi kegiatan off farm karena
hasil kegiatan on farm tersebut menjadi bahan baku yang dibutuhkan kegiatan off
farm. Kegiatan on farm (usahatani) ini bertujuan memenuhi stok/bahan baku
kegiatan off farm (agroindustri) agar kegiatan off farm tersebut dapat berjalan
terus menerus tanpa terhenti siklusnya. Kegiatan off farm ini dapat meningkatkan
nilai tambah dari produk tersebut dengan dilakukannya perlakuan-perlakuan
tambahan atau yang biasa disebut dengan agroindustri. Agroindustri termasuk
dalam kegiatan yang tergolong off farm karena kegiatannya menggunakan bahan
baku dari hasil sektor pertanian. Agroindustri ini bisa diterapkan pada setiap
subsektor-sub sektor pertanian. Subsektor-subsektor yang dimasksud adalah
subsektor
pangan,
perkebunan,
perikanan,
peternakan
dan
kehutanan.
Agroindustri atau pengolahan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan nlai
tambah bagi produk pertanian sebelum dipasarkan.
Kegiatan on farm yang dilakukan adalah budidaya tanaman teh yang
dilakukan pada perkebunan. Semua kegiatan yang berhubungan dengan budidaya
teh dilakukan sedemikian rupa hingga mendapatkan output daun-daun teh yang
nantinya akan menjadi input pada pengelolahan selanjutnya. Pengelolahan
selanjutnya yang dimaksud yaitu kegiatan off farm. Kegiatan off farm yang
dilakukan adalah agroindustri teh hitam. Semua kegiatan tersebut baik budidaya
maupun agroindustri akan berjalan dengan baik dan efisien apabila dilakukan
manajemen agribisnis yaitu dengan dilakukannya perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasian,
dan
pengendalian. Tujuan
akhir
dengan
dilakukannya manajemen agibisnis kegiatan usahatani on farm dan off farm (hulu
hingga hilir) yaitu diharapkan dapat menjalankan suatu usaha di bidang pertanian
dengan perlakuan dan hasil yang optimal serta memperoleh benefit secara
maksimal.
PEMBAHASAN
MANAJEMEN ON FARM (USAHATANI TEH HITAM)
A. Latar Belakang Pemilihan Komoditas
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting
dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis
tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang
berhubungan dengan pemasarannya. Di masa yang akan datang, mungkin saja
komoditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah
produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih
ditetapkan jenisnya atau varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim
lokasi yang direncanakan. Pemilihan komoditas tersebut akan mendasari
perencanaan-perencanaan pada tahap usaha pertanian selanjutnya, seperti
pemilihan lokasi, perencanaan agroindustri hingga perencanaan lokasi pemasaran
dan target / pangsa pasarnya.
Tanaman teh adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya
digunakan untuk membuat teh. Tanaman ini termasuk genus Camellia, suatu
genus tumbuhan berbunga dari famili Theaceae. Hasil tanaman berupa pucuk
daun diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan yang saat ini
ekstraknya populer digunakan sebagai bahan treatment dan lain sebagainya.
Mengkonsumsi teh selain menyegarkan tubuh, ternyata juga memberi manfaat
bagi kesehatan. Senyawa bermanfaat yang dikandung pucuk teh antara lain adalah
polifenol dan flourida. Polifenol bermanfaat sebagai anti kanker dan fluorida
bermanfaat bagi kesehatan gigi. Selain tanaman teh yang dikenal memiliki banyak
manfaat, permintaan akan teh di pasaran baik dalam dan luar negeri yang tinggi.
Banyak budaya mengenai kebiasaan minum-minuman teh di saat berkumpul
dengan keluarga dan di saat santai. Hal-hal tersebut merupakan indikator bahwa
teh memiliki peluang yang tinggi pada permintaannya baik pada saat ini maupun
yang akan datang. Perencanaan untuk budidaya tanaman teh ini berada pada
lokasi di dataran tinggi yang topografi dan iklimnnya cocok untuk budidaya
tanaman teh. Sehingga alasan tersebut menjadi dasar pemilihan komoditas teh
untuk budidaya hingga pemasarannya.
B. Perencanaan Lokasi
Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah
pegunungan dengan ketinggian berkisar 400 hingga 2000 mdpl. Faktor iklim yang
harus diperhatikan seperti kelembaban relatif suhu udara yang baik berkisar 13 –
15OC pada siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan
bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi
penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak
sinar matahari makin tinggi suhu. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha
untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran
tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan
adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin
dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama
dan penyakit.
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang
subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat
keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di lereng-
lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis
tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini
terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan
dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui klasifikasi
kesesuaian tanah dan kemampuan lahan.
Sepanjang iklim dan tanah yang subur bagi pertanaman teh, elevasi
(ketinggian suatu tempat terhadap daerah sekitarnya (di atas permukaan laut))
tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan
antara elevasi dan unsur iklim seperti suhu udara. Makin rendah elevasi
pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu pada daerah rendah
diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara menjadi lebih
rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian elevasi di
Indonesia terdapat 3 daerah, yaitu: Daerah rendah < 800 m di atas permukaan laut
Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut Daerah tinggi > 1.200 m di
atas permukaan laut. Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat
teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih
baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada
keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl . Di daerah-daerah yang
rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi.
Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman
tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm
yang merata sepanjang tahun. Sehingga lokasi direncanakan akan di bangun di
daerah Bogor tepatnya di kecamatan Cisarua.
Cisarua merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota Bogor.
Kecamatan Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650 M1400 M dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm/thn dan suhu udara antara
17,580C-23,91°C. Apabila dihubungkan dengan syarat tumbuh tanaman teh yang
dapat tumbuh baik di ketinggian 400-2000 mdpl, curah hujan tidak kurang dari
2000 mm/thn dan suhu udara berkisar 13 hingga 15 derajat celcius kecamatan
Cisarua, bogor memiliki kriteria yang mendekati syarat tumbuh tanaman teh dan
menjadi daerah ideal untuk menghasilkan tanaman teh yang baik.
Perkebunan yang ada di kecamatan Cisarua tersebut akan berdampingan
dengan lokasi tempat penyimpanan dan pengolahan daun teh yang telah dipanen.
Daun teh yang telah dipetik akan mudah layu dan tidak akan bertahan lama
sehingga lokasi pengolahan dari daun teh tersebut berada tidak jauh dari
perkebunan. Hal tersebut bertujuan menjaga kualitas dari daun teh agar tetap segar
pada saat proses pengolahan berlangsung.
C. Skala Usaha Pertanian
Skala usaha terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha
hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan
tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga
ketersediaan input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi
dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis,
akan dapat menghasilkan skala ekonomi yang tinggi. Namun, kenyataannya di
lapangan sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh
karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu
dalam merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai skala
usaha menjadi sangat penting. Pada umumnya, tanaman hortikultura dapat
diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi.
Akan tetapi pada komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kina, karet,
tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala yang
kecil.
Usaha tanaman teh ini direncanakan dalam skala besar. Sesuai dengan
alasan dasar budidaya teh ini yaitu dikarenakan pangsa pasar yang luas serta
dalam pengelolahannya membutuhkan perawatan yang tidak mudah sehingga
diperlukan dalam skala besar agar jauh lebih efektif. Oleh karena itu dibutuhkan
teh khususnya yang telah siap saji dalam jumlah banyak untuk memenuhi
permintaan pasar dan memperoleh keuntungan besar dengan adanya kondisi
tersebut. Skala besar yang dimaksudkan yaitu dengan merambah pasar hingga ke
luar negeri (ekspor).
D. Perencanaan Proses Produksi Pertanian
a. Persiapan bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan dalam on farm the kali ini menggunakan
bahan tanam berupa setek batang. Hal ini dipilih karena metode setek merupakan
metode yang paling efektif mengingat lahan tanam yang sangat luas tentu
membutuhkan bahan tanam dalam jumlah sangat banyak. Selain itu salah satu
kelebihan dari metode setek yaitu sifat yang diturunkan serupa dengan induknya.
b. Persiapan Lahan Semai
Lahan yang digunakan sebagai lahan pesemaian perlu disiapkan jauh hari
sebelum dilakukan pembibitan. Lokasi yang cocok untuk dilakukan pesemaian
adalah lahan kebun dengan spesifikasi sebagai berikut;
Tempat yang terbuka
Drainase tanah yang baik
Berdekatan dengan sumber air
Berdekatan dengan akses transportasi
Topografi yang landa
c. Pembuatan Bedengan Semai
Bedengan yang digunakan sebagai lokasi pesemaian merupakan lokasi
yang tidak terlalu menjadi persoalan yang berarti. Bedengan yang dibutuhkan
hanya lahan yang dibuat secara berpetak-petak dengan ukuran 1m x 15 m. Jarak
yang dibutuhkan untuk memisahkan bedengan satu dengan lainnya sebesar 60 cm
dimana terdapat parit pada jarak tersebut sedalam 10 cm yang dimaksudkan
sebagai tempat resapan air manakala air terlampau banyak. Pada tiap petak
bedengan diberlakukan pola rangka sungkup yang dibuat oleh kerangka bambu
dan ditutupi oleh plastik berbentuk setengah lingkaran layaknya atap rumah
seperti gambar dibawah ini,
d. Penanaman
Media tanam
disusun pada lahan
Semai
berupa
polibag
bedengan semai
secara rapat dan disiram hingga keadaan cukup basah sebelum dilakukan
penanaman. Setelah itu bahan tanam berupa setek ditanam dengan cara
ditancapkan tangkainya ke tanah lalu dilakukan penyiraman kembali hingga
tangkai sedikit goyah. Kemudian bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama
4 bulan. Setelah itu dilakukan pembukaan sungkup secara bertahap dalam waktu 2
bulan dengan rincian selama 2 jam pada minggu 1 dan 2, dan selanjutnya bertahap
4, 6, 8 dan 12 jam sampai tanpa sungkup.
e. Seleksi Bibit Semai
Pelaksanaan seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan setelah bibit
tumbuh. Bibit yang tumbuh sehat dipisahkan dari yang kecil. Bibit yang baik
dipindahkan keluar agar beradaptasi di bawah sinar matahari. Untuk sementara
diberi naungan dari alang-alang atau paku andam. Adaptasi dapat juga dilakukan
dengan cara membuka plastik naungan secara bertahap. Kriteria bibit siap tanam
sebagai dasar penentuan mutu bibit sebagai berikut :
Umur bibit minimal 8 bulan
Tinggi minimal 30 cm dengan jumlah daun 5 helai.
Tumbuh sehat, mekar dan berdaun normal
Perakaran baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan
f.
kalus.
Beradaptasi minimal 1 bulan terhadap sinar matahari.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang dilakukan adalah persiapan lahan dimana lahan
tersebut belum pernah ditanami tanaman teh atau disebut dengan penanaman baru.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain;
Survey dan Pemetaan Tanah
o Jalan kebun, kontrol, dan transportasi
o Lokasi emplasmen pabrik, perumahan dan lain-lain
o Peta kebun dan peta kemampuan lahan
o Pembuatan fasilitas yang mendukung pengembangan kebun
Pembongkaran Pohon dan Tunggul
o Pohon dan tunggul dibongkar langsung
o Pohon dimatikan terlebih dahulu dengan cara mengoleskan bahan
kimia pada batang kemudian dikuliti.
Babad dan Nyasap
Pembabatan pohon dan tunggul dilakukan setelah pembongkaran
pohon dan tunggul selesai. Setelah pembabatan tanah disasap dengan
cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma. Pekerjaan ini
dilakukan musim kemarau.
Pengolahan Tanah
Pencangkulan pertama dilakukan sampai sedalam 60 cm untuk
menggemburkan tanah. Selanjutnya pencangkulan kedua sedalam 30-40
cm setelah 2-3 minggu setelah pencangkulan pertama sambil meratakan
tanah
Pembuatan Jalan dan Saluran Drainase
Selesai membuat petakan tanah berukuran 20 x 20 m, perlu segera
dibuat jalan kebun untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanaman.
Lebar jalan kebun cukup 1 m dengan panjang tergantung keadaan. Jangan
terlalu banyak membuat jalan sehingga banyak lahan terbuang atau terlalu
sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Selesai pembuatan
jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah erosi. Pembuatan saluran
drainase agar mempertimbangkan kemiringan serta letak jalan kebun.
g.
Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar jumlah
tanaman teh sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang dipakai
panjang 50 cm dengan tebal 1 cm. Cara pengajiran pada lahan datar dan landai
dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian dilakukan dengan
sistem barisan lurus atau zigzag sesuai jarak tanam. Pada lahan miring pengajiran
dilakukan dengan sistem kontrol.
h.
Pembuatan Lubang Tanam
Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara kedua
ajir yang telah ditanam. Ukuran lobang tanam untuk bibit asal stump biji adalah
30 x 30 x 40 cm dan untuk bibit asal setek 20 x 20 x 40 cm. Lobang dibuat 1
minggu sebelum ditanam.
i.
Penanaman Bibit Teh
Sebelum ditanam lobang diberi pupuk dasar 11 g urea + 5 g TSP + 5 g
KCl. Untuk daerah pH tinggi lobang diberi belerang murni sebanyak 10-15 g atau
50-100 g belerang lumpur tiap lobang. Bibit asal stump biji atau bibit asal polibag
setelah ditanam, lobang tanam diratakan agar bekas penanaman tidak nampak
cekung atau cembung. Jarak tanam yang diterapkan adalah 120cm x 90cm
menyesuaikan dengan kemiringan lahan.
j.
Pembuatan Rorak
Sesuai dengan kemiringan tanah rorak dibuat 2 – 3 baris tanaman secara
selang seling dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60 cm.
Rorak perlu dikuras 3 kali dalam setahun. Tanah yang menutup dikeluarkan dari
rorak agar berfungsi kembali. Fungsi dari pada rorak ini sebagai kantong
peresapan air yang berguna dimusim kering. Rorak disamping mencegah erosi
dapat memperbaiki abrasi tanah dan tempat penampungan bahan organik. Jumlah
rorak di daerah datar jumlahnya dapat sama atau lebih dibanding lereng yang
miring, tergantung
aliran air.
k. Penyulaman
Penyulaman tanaman yang mati harus diganti dengan yang baru. Bibit
untuk menyulam adalah bibit terbaik dari klon yang sama. Penyulaman dilakukan
mulai 2 – 4 minggu setelah adanya penanaman. Penyulaman harus dilakukan
sampai tanaman berumur 2 tahun. Penyulaman tahun pertama diperkirakan sekitar
10%, tahun ke 2 sebesar 5% sehingga tanaman menghasilkan populasi menjadi
penuh.
l.
Penyiangan
Apabila penanaman tanaman teh telah selesai dilakukan, tanah perlu
diratakan kembali. Satu setengah atau 2 bulan setelah tanaman ditanam, gulma
mulai tumbuh dan perlu disiangi. Penyiangan dapat juga dilakukan dengan
herbisida bila tersedia. Penyiangan dengan cara manual perlu diulangi 1,5 – 2
bulan kecuali ada gangguan serangga hama/penyakit penyiangan dilakukan
dengan cara strip weeding.
m. Pembentukan Bidang Petik
Pembentukan bidang petik berfungsi agar tanaman menjadi bentuk perdu,
dimana kerangka tanaman percabangannya ideal dengan bidang petik yang luas
sehingga pucuk yang dihasilkan banyak. Pelaksanaan cara ini sebagai berikut :
Setalah umur tanaman 6 bulan batang utama dipotong pada ketinggian 20 cm
dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
Tunas sekunder yang tumbuh setelah 6 bulan dibiarkan mencapai panjang 50
cm kemudian dirundukkan kesegala arah.
Setelah 6 bulan dirundukkan, tunas daun yang tumbuh 60 – 70 cm dilakukan
pemotongan setinggi 45 cm. Jendangan setinggi 60 – 65 cm dilakukan 3
bulan setelah dipotong di atas.
n.
Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi
bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan
produktivitas tanaman yang tinggi. Cara pemangkasan dan tingkat kemahiran
pemangkas sangat menentukan keberhasilan suatu pemangkasan selain faktor
lainnya. Sebelum pangkasan dimulai, terlebih dahulu harus dibuat contoh
pangkasan (indung pangkasan) yang diawasi dengan ketat. Secara garis besarnya
urutan pelaksanaan cara pemangkasan adalah sebagai berikut:
1. Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.
2. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk
sudut 45° menghadap ke dalam perdu.
3. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak,
oleh karena itu gaet atau gergaji harus tajam.
4. Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (< 2 cm)
menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu jari (> 2
cm) mempergunakan gergaji pangkas.
5. Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm
(ukuran pensil).
6. Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
7. Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedalam perdu, pemangkasan
dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan barisan tanaman.
o.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan untuk
perkembangan dan pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu pemupukan harus
dilakukan pada waktu,
dosis, jenis, dan pelaksanaan yang tepat. Waktu
pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan antara 60 –
200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara dari
pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai secara
keseluruhan. Sedangkan lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut terbawa
aliran air. Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat
agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat menunjang produktivitas
yang ingin dicapai. Namun demikian untuk mempermudah pemberian pupuk di
lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan sudah harus ditetapkan baik
untuk tanaman TBM maupun tanaman TM seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1. Dosis Pupuk TBM
Tabel 2. Dosis Pupuk TM
p.
Pengendalian HPT
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman merupakan salah satu bentuk
pemeliharaan tanaman agar dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
akan mempengaruhi produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Fungisida
yang dianjurkan untuk memberantas penyakit penting pada tanaman teh bahan
aktifnya terdiri atas: tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%,
bitertanol 30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol 25%, klorotalonial
75%, tembaga amonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan, tembaga
50%, benomyl, benomyl+tiram dan mankozeb 80%.
Berikut penggolongan jenis hama dan penyakit pada tanaman teh.
Hama Penting
Hama Kurang
Penyakit Penting
Penyakit Kurang
Kepik pengisap
Ulat penggulung
Penting
Tungau kuning
Tungau jingga
Cacar daun
Penyakit akar
Penting
Jamur akar coklat
Jamur leher akar
daun
Ulat jengkal
Empoasca sp.
Penyakit busuk
Jamur busuk akar
daun
Ulat penggulung
Penyakit
pucuk
ujung
mati Jamur busuk akar
Selain hama dan penyakit, masalah gulma pada the muda dan produktif perlu
mendapatkan perhatian. Permukaan tanah yang terbuka terhadap solar radiasi
sinar matahari mendorong laju pertumbuhan gulma. Cara pengendaliannya terdiri
dari ;
1. Cara kultur teknis, dengan pemberian mulsa dan pupuk hijau,
2. Cara mekanis dengan mencabut gulma,
3. Cara kimiawi, dengan menggunakan herbisisda baik herbisida kontak atau
sistemik.
q. Pemetikan
Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat
pengolahan dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi
secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari
tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan
pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan seperti: jenis pemetikan,
jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun muda.
Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan
tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin
kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat
pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan lapisan
daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi. Maksud dari jenis
petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan.
Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,
1. Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b)
dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.
2. Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk
burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m,
b+3m).
3. Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung
dengan beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.
E. Pola
– pola
produksi
Pola
produksi dalam usahatani teh direncanakan akan dilakukan dengan komoditas
tunggal. Teh merupakan satu-satunya komoditas yang akan dibudidayakan dan
tidak terdapat komoditas lain yang akan dibudidayakan dalam lahan yang akan
digunakan. Teh akan dibudidayakan sepanajang tahun guna pemenuhan kebutuhan
dalam dan luar negeri. Perencanaan pola produksi dengan menggunakan
komoditas tunggal dilakukan dengan alasan untuk mengoptimalkan penggunaan
input-input produksi yang ada sehingga dapat mencapai target produksi yang telah
ditetapkan. Penerapan pola produksi komoditas tunggal ini akan dilakukan pada
lahan seluas 4 hektar.
F. Sumber – Sumber Input Pengadaan
NO
NAMA SAPRODI
VARIABLE COST
HARGA PERJUMLAH YANG
HARGA TOTAL
1
Bibit Teh Hitam
SATUAN
Rp 400,00/bibit
2
Polybag Hitam
Rp 23000/kg
74 kilogram
Rp 1.702.000,00
3
Plastik Bedengan
Rp 210.000/600m2
945 m2
Rp 350.000,00
4
Pupuk Urea
Rp 1800,00/kg
21.710 kilogram
Rp 39.078.000,00
5
Pupuk TSP
Rp 2500,00/kg
50 kilogram
Rp 125.000,00
6
Pupuk KCl
Rp 2900,00/kg
50 kilogram
Rp 145.000,00
7
Pupuk Phospat
Rp 2000,00/kg
9600 kilogram
Rp 19.200.000,00
8
Pupuk Kalium
Tenaga kerja
Rp 4000,00/kg
Rp
9600 kilogram
20 orang (48
Rp 38.400.000,00
Rp
Bulanan
Tenaga Kerja
1.500.000/orang/bulan
bulan)
1.440.000.000,00
10
11
DIGUNAKAN
10000 bibit
Rp 4.000.000,00
Harian
a. Pengolahan
Tanah
b. Penanaman
c. Penyiangan
d. Pembuatan
Rorak
e. Penyulaman
f. Pemb.Bidang
Petik
g. Pemangkasan
h. Pemupukan
i. Pengendalian
HPT
j. Pemetikan
Rp 35.000/orang/hari
130 orang (6 hari)
Rp 27.300.000,00
Rp 35.000/orang/hari
280 orang (2 hari)
Rp 19.600.000,00
Rp 35.000/orang/hari
80 orang (24 hari)
Rp 67.200.000,00
Rp 35.000/orang/hari
30 orang (1 hari)
Rp 1.050.000,00
Rp 35.000/orang/hari
20 orang (2 hari)
Rp 1.400.000,00
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (2 hari)
Rp 12.600.000,00
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (4 hari)
Rp 25.200.000,00
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (2 hari)
Rp 12.600.000,00
Rp 35.000/orang/hari
30 orang (16 hari)
Rp 16.800.000,00
Rp 35.000/orang/hari
280 orang (4 hari)
Rp 39.200.000,00
12
Air
Rp 3700,00/m3
1440 m3
Rp 5.328.000,00
13
BBM
Rp 7000,00/liter
1440000 liter
Rp 1.008.000,00
TOTAL
Rp
N
O
VARIABLE
FIXED COST
NAMA
HARGA PER-
JUMLAH YANG
SAPRODI
SATUAN
DIBUTUHKAN
1
Pajak
2
Cangkul
Gunting
3
1.734.486.000,00
TOTAL HARGA
Rp
341.952.000/10ha/th
Rp 30.000/buah
10 hektar
100 cangkul
Rp 1.367.808.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 22.500/buah
200 gunting tanaman
Rp 4.500.000,00
Rp 100.000/buah
20 garu
Rp 2.000.000,00
4
Tanaman
Garu
5
Keranjang Petik
Rp 40.000/buah
300 keranjang
Rp 12.000.000,00
6
Sprinkle
Rp 140.000/unit
50 unit
TOTAL FIXED
Rp 7.000.000,00
Rp 1.396.308.000,00
COST=
Biaya Total (TC) = biaya variabel (VC) + biaya tetap (FC)
= Rp 1.734.486.000,00 + Rp 1.396.308.000,00
= Rp 3.130.794.000,00
MANAJEMEN OFF FARM ( AGROINDUSTRI TEH HITAM)
A. Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pemilihan lokasi menetukan keberhasilan dalam sebuah kegiatan
agroindustri, lokasi yang tepat dan startegis dapat membantu sebuah perusahaan
berkembang dengan baik. Kegiatan operasional perusahaan berada di pucak
Bogor tepatnya di Kecamatan Cisarua. Kecamatan Cisarua yang berada
diketinggian 900-1800 m di atas permukaan laut ini memiliki suhu rata rata
hingga 16o-24° Celcius. Hawa yang cukup dingin dan baik dihuni oleh binatang
dan tumbuhan, sehingga Kecamatan Cisarua cocok dikembangkan perkebunan
holtikultura seperti kebun teh.
Lokasi kebun teh dan pabrik daun teh berada pada tempat yang sama, hal
ini dilakukan agar proses produksi daun teh dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan mengingat permintaan akan produk teh kering yang semakin
meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi letak pabrik yang berdekatan dengan
kebun teh yaitu kondisi kesegaran daun teh, dimana produk teh kering akan
memiliki kualitas tinggi apabila menggunakan pucuk daun teh segar.
B. Pemilihan Tekonologi, Fasilitas Persediaan dan Pemasukan
Perkembangan teknologi yang digunakan dalam pengolahan dan
operasional pabrik dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang
dihasilkan. Penggunaan teknologi yang tepat dapat meningkatkan kualitas sebuah
produk dan kuantitas produk yang dihasilkan. Perusahaan agroindustri daun teh
ini melakukan pemilihan teknologi pada teknologi padat modal, yang artinya
dalam pengolahan daun teh menjadi daun teh kering perusahaan ini lebih
mengandalkan mesin dan teknologi dibanding dengan tenaga manusia. Hal ini
berkaitan dengan pengolahan daun teh basah menjadi daun teh kering
memerlukan teknologi yang lebih maju agar produksi lebih efektif dan efisien.
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan daun teh basah menjadi
daun kering dapat dikatakan cukup modern, karena setiap tahap pengolahan sudah
memakai mesin yang canggih sehingga dapat selesai lebih cepat. Beberapa jenis
teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini antara lain, Rotary Panner, Open
Top Roller dan Ball Tea. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan teknologi dan
mesin yang cukup modern membuat produk teh yang memiliki kualitas baik dan
mampu menembus pasar ekspor.
Pengemasan dan penyimpanan setelah disortasi sesuai mutunya, teh
dimasukkan kedalam peti penyimpanan agar mutu teh tetap bertahan pada kondisi
yang diinginkan sebelum dikemas. Peralatan untuk penyimpanan teh biasanya
berbentuk peti miring yang terbuat dari bahan stainless steel yang bagian
bawahnya diberi lubang. Alat ini biasa disebut tea bins. Setelah volume teh dalam
peti penyimpanan sudah cukup banyak untuk dikemas dan siap untuk diekspor
atau diperdagangkan, maka teh ini disalurkan melalui lubang yang ada dibawah
peti dan ditampung di atas pelat bergerak berputar menuju tempat pengepakan.
Untuk pasar eksport biasanya digunakan peti kayu yang bagian dalamnya dilapisi
kertas timah atau alumunium. Sedangkan untuk pasar lokal atau dalam negeri
biasanya hanya berupa bungkusan yang terbuat dari kertas berlapis-lapis.
C. Perencanaan Tenaga Kerja
Sumber daya manusia
merupakan
salah
satu
modal
utama
dalam menjalankan bisnis suatu perusahaan. Perusahaan dituntut secara
profesional mengorganisir sumber daya manusia agar dapat sejalan dengan visi
dan misi perusahaan. Perusahaan pabrik teh kering merupakan perusahaan
perkebunan dan pengolahan teh yang banyak menyerap tenaga kerja. Perkebunan
teh membutuhkan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan di pabrik sekitar 250
orang tenaga kerja dalam setiap kali proses produksi.
Jumlah tenaga kerja sebanyak 250 orang kemudian dibagi lagi menjadi
beberapa sektor kerja, diantaranya 100 orang tenaga kerja untuk rotary panner, 50
orang tenaga kerja untuk Open Top Roller dan 50 orang tenaga kerja untuk ball
tea. Sisanya 10 orang tenaga kerja pada bagian teknik, 20 orang tenaga kerja
sebagai kantor (proses produksi menggunakan mesin dan kendali), dan 19 orang
tenaga kerja sebagai quality control serta 1 orang tenaga kerja untuk Tea Tester.
D. Perencanaan Bahan Baku dan Pelengkap
Karakteristik teh sebagai bahan baku industri pengolahan sangat
ditentukan oleh mutu dan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut.
Teh sebagai bahan baku industri pengolahan, memiliki keterbatasan karena
seringkali tidak dapat memenuhi kontinuitas baik dari segi jumlah maupun mutu
teh. Untuk menjamin kecukupan bahan bakunya, beberapa industri pengolahan teh
memiliki industri terpadu (terintegrasi) yaitu mulai dari perkebunan teh hingga
industri hilir yaitu industri minuman teh jadi. Namun, disini teh kering berupa teh
celup lah yang diusahakan dan direncanakan. Sehingga perkebunan teh yang
dimiliki cukup luas. Barang yang di stock adalah biji teh itu sendiri yang
persediaannya haruslah banyak. Jenis teh yang di stock adalah teh hitam yang
bagus untuk dipasarkan dalam bentuk teh celup.
Perusahaan agroindustri teh ini yang menghasilkan teh hitam dengan
kapasitas pabrik 100.000 kg teh hitam per hari. Kegiatan produksi di masingmasing pabrik dipengaruhi oleh jumlah pucuk teh basah yang masuk ke pabrik,
jumlah pucuk yang masuk dipengaruhi oleh hasil kebun dan kebutuhan pesanan
atas produk agroindustri teh.
Pucuk basah mulai datang di pabrik setelah melalui tahap waktu timbang
pertama yaitu pukul 11.00 WIB dan waktu timbang kedua yaitu pukul 13.00 WIB.
Hasil petikan daun teh dari lahan budidaya ditimbang langsung di lokasi lalu
diangkut dengan 3 unit truck dan ditimbang ulang di pabrik agar hasil timbangan
semakin akurat. Team quality control selanjutnya akan mengambil sampel pucuk
daun teh untuk dianalisa mutu pucuk daun teh basah yang telah dipetik.
E. Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan di Pabrik
Pucuk basah daun teh hitam yang sudah sampai di pabrik diturunkan dari
truk pengangkutan lalu diletakkan di wadah persegi yang besar, withering
trough sebagai penempatan sementara sebelum masuk pucuk basah dimasukkan
ke dalam rotary panner. Rotary panner berfungsi sebagai mesin pelayuan
cepat, waktu yang dibutuhkan adalah 5-7 menit saja. Setelah tahap pelayuan
cepat, daun teh tersebut dimasukkan ke dalam mesin penggulung selama 25 menit
yaitu Open Top Roller (OTR). Kadar air daun teh setelah proses penggulungan
tersebut berkurang 30 persen. Daun teh yang sudah digulung tadi dikeringkan
dalam mesin pengeringan yang bernama ball tea.
Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 10-14 jam pada suhu
120oC-150oC dan menghasilkan output teh kering dengan kadar air lima persen.
Tahap terakhir dari proses ini adalah penyortiran. Penyortiran teh kering
tersebut juga melalui beberapa tahap mesin penyortir, antara lain :
1. Mydleton, yaitu pemisahan partikel berdasarkan ukuran, bentuk dan
kebersihan teh kering.
2. Winower, yaitu pemisahan partikel berdasarkan berat jenis teh kering.
5. Colour separator, yaitu pemisahan partikel berdasarkan warna.
Teh hijau memiliki beberapa grade menurut kehalusan partikel dan kebersihan
dari serat dan batang. Grade tersebut dipisahkan menjadi grade ekspor dan grade
lokal.
Jumlah teh pucuk basah yang masuk pabrik sekitar 55.406 kg tiap sekali
proses produksi. Setalah melalui beberapa tahap pengolahan, berat daun
mengalami penyusutan karena sudah menjadi daun teh kering. Berat daun teh
kering sebesar 1 kg didapat dari pengolahan 5 kg daun teh basah, sehingga jumlah
teh kering yang dihasilkan pabrik ini yaitu 11.081 kg. Harga untuk 1 kg daun teh
hitam kering adalah sekitar Rp 150.000,-. Pabrik ini melakukan proses produksi
sebanyak 4 kali, sehingga produk teh hitam kering yang dihasilkan sebanyak
44.324 kg.
Seluruh
teh
jadi
diuji
coba
mutunya
oleh
quality
control
berdasarkan masing-masing grade. Mutu teh dinilai berdasarkan rasa, aroma
dan warna seduhan. Produk jadi dari pengolahan agroindustri daun teh pada
perusahaan ini yaitu berupa teh kering (teh celup) yang biasanya dapat langsung
disedu dengan air panas untuk dikonsumsi. Produk teh hitam kering dikemas
setiap 1000 kg, biaya yang dikeluarkan untuk 1000 kg adalah Rp 250.000,-.
KESIMPULAN
Kegiatan on farm (usahatani tanaman teh hitam) ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akan kegiatan off farm yaitu agroindustri teh hitam. Dalam
kegiatan on farm dibutuhkan kegiatan manajemen seperti perencanaan yang
meliputi pemilihan komoditas, perencanaan lokasi, skala usaha, perencanaan
proses produksi pertania, pola-pola produksi, dan sumber input-input pengadaan.
Selain manajemen dalam kegiatan on farm, diperlukan kegiatan manajemen off
farm yang meliputi perencanaan lokasi dan tata letak, perencanaan teknologi,
perencanaan tenaga kerja, perencanaan bahan baku dan pelengkap serta
pelaksanaan kegiatan pengolahan. Semua hal tersebut direncanakan agar dapat
memperkirakan apa saja yang perlu disiapkan sehingga pada saat pelaksanaan
dapat terlaksana dengan baik dan efisien. Dari hasil perencanaan tersebut
didapatkan total keseluruhan biaya pada on farm yaitu Rp 3.130.794.000,00 dan
total keseluruhan biaya pada off farm yaitu Rp 1.400.000.000,00 dalam empat kali
produksi. Jumlah total biaya pada on farm dan off farm yaitu sebesar Rp
4.530.794.000,00
sedangkan
pemasukan
dari
hasil
produksi
yaitu
Rp
6.648.600.000,00. Sehingga dalam empat kali proses didapatkan keuntungan
sebesar Rp 2.117.806.000. Apabila telah dilakukan perencanakan tersebut,
didapatkan semua data mengenai input-input yang dibutuhkan, biaya dan
pemasukan
sehingga
untuk
proses
manajemen
selanjutnya
seperti
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan menjadi lebih
mudah dan dapat lebih terkontrol apabila terjadi suatu kesalahan dan dengan
sesegera mungkin dapat dilakukan pengendalian.