Lahan Tanah Andisols untuk Tanaman Kenta
Lahan Tanah Andisols untuk Tanaman Kentang
TUGAS KELOMPOK
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Lahan Pertanian Kelas A Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pengampu
Ir. Marga Mandala, MP., Ph. D.
Oleh:
Kelompok 5
Andina Dwi Pramesti
(141510501002)
Moh. Kamil
(141510501171)
Wardatul Jannah
(141510501259)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. PENDAHULUAN
Pengelolaan lahan pertanian,mengapa harus dikelola, kaarena sebagai
sumber kehidupan, khususnya bagi sektor pertanian, lahan harus dijaga kualitas
dan kelesatriannya. Untuk itu, perlu dilakukan suatu sistem pengelolaan lahan.
Secara spesifik, pengertian pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan
atau perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi
produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya.
Sistem pertanian berkelanjutan, pengelolaan lahan merupakan salah satu
komponen pengelolaan teknologi pertanian, karena sistem pertanaman intensif
dapat mengarah pada pertukaran antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek
dan kerusakan lingkungan seperti menurunnya kesuburan tanah dalam jangka
panjang. Kegiatan pengelolaan lahan bertujuan untuk (1) mengatur pemanfaatan
sumberdaya lahan pertanian secara optimal; (2) mendapatkan hasil maksimal; dan
(3) mempertahankan kelestarian sumberdaya lahan.
Pertanian berkelnajutan merupakan goal atau suksesnya usaha pertanian.
Pengelolaan menjadi snagat penting karena setia jenis tanah memiliki karakter
tersendiri da treatment tersendiri dalam penggunaannya untuk tanaman. oleh
sebab itu perlu dilakukan pengelolaan untuk capaian optimum dalam
menghasilkan prduk budidaya yang optimum. Slaah satu jenis tanha yang cukup
subur adalah Andisol.
Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah
utama yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman
holtikultura. Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun
tahunan selain itu dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan
lindung. Hal ini dikarenakan Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan
organik cukup tinggi sehingga tanah tersebut cukup baik dalam penyediaan
nitrogen bagi tanaman. Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur
khususnya yang mempunyai kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah
andisols mempunyai aerasi dan porositas tinggi sehingga tanaman mudah
berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur hara berupa kation-kation basa dan
nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada umumnya tersusun dari
bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai permeabilitas dan aerasi
cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka seharusnya pengolahan
tanah untuk budidaya pertanian tidak diperlukan lagi.
Tanaman hortikultura yang akan ditanam pada lahan andisol harus yang
sesuai dengan kondisi lahan. Tanamn yang sering ditanam adalah tanaman
hortikulutra jenis umbi yaitu kentang. Biasnya di dataran tinggi dengan gudung
berapi ditanami kentang, karen sebagian daerah sekitar gunung adalah Andisol.
Tujuan penyesuailan dan pengelolaan lahan tiada lain selain ingin mencapai hasil
produksi budidaya tanaman yang optimal dalam memenuhi mkebutuhan pangan
akan tetpa berdaulat khususnya di Indonesia.
II. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH
2.1
Gambaran umum lanskap
Andisols berasal dari bahasa Jepang, “an” yang berarti hitam dan “do”
yang berarti tanah, sehingga Andisols dapat diartikan sebagai tanah yang berwarna
hitam. Pada umumnya, masyarakat mengetahui bahwa jenis tanah Andisols
merupakan jenis tanah yang memiliki warna hitam, ringan, gembur, serta terasa
licin apabila dipirit dan pada umumnya berada pada daerah gunung berapi.
Menurut sistem Klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo, Andisols merupakan
tanah berwarna hitam atau coklat tua, memiliki struktur remah, kadar bahan
organik tinggi, dan licin jika dipirid. Tanah bagian bawah berwarna coklat sampai
coklat kekuningan, tekstur sedang, dan akumulasi liat sering ditemukan di lapisan
bawah. Andisols dijumpai pada daerah beriklim tropika basah dengan curah hujan
antara 2.500-7.000 mm/tahun. Tanah Andisols umumnya dijumpai pada daerah
dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 750 sampai 3.000 m dpl. Namun, hasil
penelitian terakhir terhadap geografi tanah-tanah Andisols di Indonesia
menunjukkan bahwa tanah-tanah tersebut tidak hanya dijumpai di dataran tinggi,
namun dijumpai juga di dataran rendah.
Gambar 1. Landscape lereng vulkan daerah Sembalun, Lombok Timur, NTB
tempat tanah Andisols dijumpai.
Salah satu daerah penyebaran tanah Andisols di Pulau Lombok adalah di
seputar Gunung Rinjani yang meliputi Kabupaten Lombok Barat sampai Lombok
Timur. Di Kabupaten Lombok Barat tanah Andisols terdapat di daerah GondangSelengan. Di daerah ini tanah Andisols menyebar pada daerah dengan bentuk
wilayah berombak (lereng 5 sampai 8%), daerah bergelombang (lereng 8 sampai
15%) dan berbukit (lereng 15 sampai 30%) (Tim Pusat Penelitian Tanah 1989).
Sementara itu di Kabupaten Lombok Timur tanah Andisols menyebar di sekitar
Sembalun yang menyebar pada daerah berombak sampai bergunung (Tim Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2013).
Sedangkan Pusat Penelitian Tanah (1983) dan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2014) mendefinisikan tanah
Andisols sebagai tanah yang mempunyai horison A molik, atau A umbrik dan
mungkin terdapat di atas horison B kambik; atau horison A okhrik dan horison B
kambik; tidak mempunyai horison diagnostik lain (kecuali jika tertimbun oleh 50
cm atau lebih bahan baru); pada kedalaman 0 - 35 cm atau lebih mempunyai satu
atau kedua-duanya dari: (a) bulk density (pada kandungan air 1/3 bar) dari fraksi
tanah halus (kurang dari 2 mm) kurang dari 0,85 g cm-3 dan kompleks pertukaran
didominasi oleh bahan amorf, (b) 60% atau lebih adalah abu vulkanik vitrik, abu
atau bahan piroklastik vitrik yang lain dalam fraksi debu, pasir dan kerikil.
Definisi Andisols
tersebut di atas
mengadopsi
definisi Andisols dari
FAO/UNESCO. Dalam sistem klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff
2014), tanah yang dikenal dengan Andisols tersebut di atas setara dengan Ordo
Andisols, yaitu tanah yang mempunyai sifat andik. Belakangan ini Andisols yang
sebelumnya dinyatakan hanya dijumpai di dataran tinggi, ternyata dapat dijumpai
juga di dataran rendah. Para peneliti Indonesia menemukan bahwa Andisols tidak
hanya terdapat pada iklim tropika basah, tetapi terdapat juga di daerah tropika
beriklim kering seperti di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai gunung berapi aktif
terbanyak (30%) di dunia. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dari letusan
gunung berapi adalah jenis batuan yang dikeluarkan selama terjadinya erupsi.
Jenis batuan beku yang dikeluarkan oleh gunung berapi akan sangat menentukan
jenis dan karakteristik tanah yang terbentuk Erupsi gunung berapi, mengeluarkan
bahan vulkanik (lahar, lava, pasir, debu dan abu) yang kemudian terakumulasi di
bagian puncak, lereng, bagian kaki dan daerah sekitarnya. Pada tahap awal bahanbahan yang relatif baru tersebut membentuk tanah yang disebut sebagai Regosol
(Entisols). Dengan bertambahnya waktu, bahan abu vulkanik kemudian
berkembang menjadi tanah-tanah yang terdeteksi mengandung mineral non
kristalin (short-range-order), berwarna gelap, mengandung karbon organik tinggi,
gembur, berat isi rendah, terasa licin (smeary) bila dipirid, memiliki permukaan
mineral liat yang luas, dan mengandung banyak gelas vulkanik. Tanah-tanah yang
berkembang dari hasil erupsi gunung berapi ini, memperlihatkan ciri khas dan
unik yang tidak dimiliki oleh tanah-tanah lain yang berkembang dari bahan bukan
vulkanik yang disebut dengan tanah Andisols (andisol). Tanah abu vulkanik atau
tanah Andisols adalah salah satu tanah yang subur dan paling produktif
dibandingkan dengan tanah-tanah lain.
Tabel 1. Beberapa jenis tanah utama di Indonesia yang berkembang dari bahan
vulkanik.
Tanah Andisols adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti
abu vulkanik, batu apung, sinder, lava, dan/atau bahan vulkanoklastik yang fraksi
koloidnya didominasi oleh mineral non kristalin seperti alofan, imogolit,
ferihidrit, atau komplek Al-humus. Proses pembentukan yang utama pada tanah
Andisols adalah proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk),
sedangkan proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan
tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organik dan terjadinya
kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa tanah
Andisols. Secara keseluruhan proses pembentukan tanah Andisols dikenal dengan
nama Andisolsisasi.
2.2
Bahan induk
Bahan induk atau Litologi adalah bahan anorganik atau organik yang
merupakan bahan penyusun tanah. Bahan induk yang membentuk tanah Andisols
adalah bahan vulkanik hasil erupsi gunung berapi yang disebut tephra. Karena
tephra merupakan bahan dari magma yang mengalami pendinginan yang cepat,
sehingga mineral utama yang dominan adalah gelas vulkanik. Tephra sebagai
bahan induk tanah Andisols, berdasarkan tingkat kemasamannya yang dicirikan
oleh kandungan SiO2 dibagi menjadi lima jenis, yaitu.
1. Riolit (70 - 100% SiO2)
2. Dasit (62 - 70% SiO2)
3. Andesit (58 - 62% SiO2)
4. Andesit basaltik (53,5 - 58% SiO2)
5. Basalt (45 sampai 53,5% SiO2).
Bahan induk yang membentuk tanah Andisols di Indonesia adalah bahan
vulkanik yang bersifat riolitik, dasitik, andesit, andesit basaltik dan basaltik.
2.3
Suhu Udara dan Iklim
Sebagian besar tanah Andisols menempati ketinggian tempat di atas 700
meter dari permukaan laut dan beriklim basah. Kondisi suhu udara yang sejuk
berkisar antara 16-22o C sangat memungkinkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan komoditas pertanian dataran tinggi. Dataran tinggi yang berhawa
sejuk tersebut mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi daerah
agrowisata, sehingga terbuka peluang pasar bagi berbagai komoditas hortikultura
yang bernilai tinggi. Pertanian dataran tinggi yang banyak diusahakan oleh
masyarakat tani di Indonesia adalah tanaman pangan dan hortikultura sayuran.
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Curah hujan rata-rata tahunan pada dataran tinggi iklim basah di
Indonesia umumnya lebih dari 2.000 mm, bulan kering ( 70% dan pada
malam hari > 90%. Selain suhu, faktor lain yang harus dipenuhi untuk sayuran
dataran tinggi adalah panjang hari dan intensitas cahaya. Panjang hari dan
intensitas cahaya di dataran tinggi cukup sesuai untuk tanaman sayuran.
2.4
Topografi
Berdasarkan karakteristik biofisik terutama lereng, setidaknya terdapat
2,050 juta ha (38%) tanah Andisols yang potensial untuk pertanian, yaitu pada
lahan dengan bentuk wilayah datar sampai berbukit. Lahan potensial tersebut
secara teknis-agronomis mampu mendukung pertumbuhan tanaman semusim
maupun tanaman tahunan secara optimal. Jika lahan tersebut dikelola dengan baik
maka tidak akan mengganggu kelestarian sumberdaya dan lingkungan.
Berdasarkan bentuk wilayahnya, tanah Andisols yang dapat digunakan untuk
pertanian tanaman semusim (tanaman pangan dan sayuran) adalah tanah Andisols
yang berada pada lahan dengan bentuk wilayah datar sampai berombak dan
bergelombang, dengan lereng kurang dari 15% seluas 1.166.452 ha atau 21,62%.
Sedangkan untuk lahan yang mempunyai lereng lebih dari 15 sampai 45%,
budidaya pertanian yang sesuai adalah tanaman perkebunan seperti teh, kopi, kina,
dan kayu manis.
2.5
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses
pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan
(translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit.
Akumulasi bahan organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al
merupakan sifat khas pada beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat
primer telah berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range
order” seperti alophan, imogolit, dan ferihidrit (Chairunnisa dkk., 2013). Tingkat
pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah
vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk.
Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short
range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi
mineral lain. Bahan organik memegang peranan penting dalam pedogenesis
andisol. Bahan organik menghasilkan humus yang menghasilikan humus yang
berikatan dengan Al dan Fe menjadi Al-humus atau Fe-humus yang kemudian
melakukan polikondensasi dengan bahan-bahan mineral yang amorf akan
menstabilkan BO dan melindungi biogradasi jasad-jasad mikro dan memiju
pengakumulasian senya tersebut dalam profil sehingga tidak mengalami
pergerakan dalam tanah. Hal tersebut disebut dengan melanisasi (Resman, 2010).
III. Pemanfaatan pada Bidang Pertanian
Budidaya Tanaman Kentang
Kentang merupakan jenis tanaman pangan golongan umbi-umbian dari
famili Solanaceae berbentuk perdu atau semak dengan penamaan ilmiah Solanum
tubersum.L yang berasal dari Amerika Serikat. Memiliki klasifikasi morfologi
dengan batang yang berongga dan berkayu,berdaun majemuk dengan warna hijau
keputih-putihan,memiliki perakaran tunggang dan serabut dengan sistem bunga
hermafrodit (bunga berkelamin dua). Kentang merupakan sayuran yang memiliki
tingkat
permintaan
yang
tinggi
sehingga
prospek
yang
cukup
bagus
untuk budidaya kentang di Indonesia, karena tekstur tanahnya juga cocok untuk
ditanam kentang. Berikut merupakan cara budidaya tanaman kentang yang baik.
Syarat pertumbuhan tanaman kentang yaitu iklim memiliki curah hujan ratarata 1500 mm/tahun dengan lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21
°C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Media tanam
yaitu tanah gembur, banyak mengandung bahan organik dengan pH 5,8-7,0
Pembibitan dilakukan dengan cara yaitu umbi bibit berasal dari umbi produksi
berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul.
Memilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai
generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. Apabila bibit membeli
(usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata
tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi
dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi
direndam dulu menggunakan pupuk organik cair selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air)
(Suryana, 2013).
Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah Andisols setelah diketahui
uraian tentang syarat tumbuh tanaman kentang. Indonesia sebagian besar memiliki
jenis tanah Andisols sehingga peluang kentang cukup besar. Andisol memiliki
bahan organik yang cukup tinggi dengan pH 5-7 sehingga cocok bagi
pertumbuhan tanaman. Indonesia masih memiliki masalah tentang perkentangan
karena dengan adanya impor kentang untuk memenuhi kebutuhan akan bibit,
benih dan bahan pangan terutama untuk industri pengolahan (termasuk memenuhi
kebutuhan restoran siap saji seperti KFC). Sangat disayangkan, karena Indonesia
memiliki jenis tanah yang cocok untuk tanaman kentang (Setiadi, 2009).
Tanaman kentang cocok tumbuh pada dataran tinggi sehingga perlu adanya
pengolahan tanah yang baik dan tepat. Pengolahan tanah yang kurang tepat dapat
mengakibatkan run off yang cukup tinggi karena kentang memiliki perakaran
yang tidak kuat. Pengolahan tanah pada dataran tinggi dapat dilakukan dengan
membuat sengkedan (terasering) dan juga dapat dilakukan penanaman agroforestri
yaitu dengan menanam tanaman berkayu dan dibawahnya ditanami tanaman
kentang. Namun, tanaman kentang juga dapat ditanam pada ketinggian 300-700
mdpl yaitu pada dataran menengah (Suryana, 2013).
IV. Potensi, Sifat dan Permasalahan Tanah
4.1
Karakteristik Berdasarkan Morfologi
Tanah Andisols dapat terlihat dan dikelompokkan menjadi beberapa
kategori seperti susunan horizon, dan bentuk struktur serta tekstur. Tanah andisol
memiliki susunan horizon A-Bw-C dan pada beberapa tempat horizon AC. Untuk
horizon permukaan berjenis melanik, molik, fulvik dan umbrik yang mana harus
memiliki kandungan organik sebesar 6 persen dalam lapisan paling atas dengan
ketebalan 30 cm.
Secara umum tanah andisol di Indonesia memiliki susunan horizon A-BwC, dan pada beberapa tempat terdapat horizon AC sebagai horizon timbunan dan
beberapa horizon timbunan lainnya seperti A-Bw-C 2A-2Bw-2C yang terbentuk
akibat erupsi gunung berapi yang terjadi secara berulang ulang.
Tanah andisol memiliki warna gelap kecoklatan terutama pada horiozon
humus dengan struktur remah, terlihat lebih gembur, kadar bahan organik tinggi,
terasa licin saat berada ditangan. Tanah andosol di berbagai tempat memiliki kadar
bahan organik yang berbeda beda dan berkisar antara 3 persen hingga 22 persen
tergantung dari warna dan massa jenis. Mengenai tekstur tanah andosol mulai dari
lempung berpasir hingga liat berpasir tergantung dari ukuran partikel saat terjadi
erupsi dan selama proses pelapukan. Sayang, jenis tanah ini bukan jenis tanah
yang baik untuk kelapa sawit.
4.2
Karakteristik Berdasarkan Mineralogi
Setiap tanah pasti tersusun atas mineral termasuk tanah andosol yang
berperan sangat penting dalam menentukan sifat kimiawi dan fisika tanah. Dengan
melihat komposisi mineral terkandung dalam tanah, maka dapat pula menentukan
proses pelapukan seperti apa yang telah terjadi, mineral tanah dapat dikategorikan
menjadi dua bagian yakni mineral primer dan sekunder.
Mineral primer atau sering disebut dengan fraksi pasir merupakan mineral utama
dengan susunan-nya sangat tergantung dari material erupsi gunung berapi yang
berupa pasir dan abu yang mengalami pelapukan bersama bahan piroklastik,
namun masih memiliki sifat fisik maupun kimia yang sama dengan bahan
awalnya. Sementara itu untuk mineral sekunder sering disebut fraksi liat yang
mempunyai ukuran sangat kecil yaitu dibawah 2 mikrometer dan terbentuk dari
proses kimiawi dari mineral primer. Andisols berkembang dari bahan volkanik
seperti abu volkan, batu apung, sinder, lava, dan sebagainya, dan atau bahan
volkaniklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral ‘ short-range-order’
(alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus (Chairunnisa dkk., 2013).
4.3
Karakteristik Berdasarkan Sifat Kimia
Tanah andisol sebelumnya berasal dari material gunung berapi yang
mengalami pelapukan dan tentu saja melibatkan proses kimiawi didalamnya.
Berdasarkan sifat kimia maka bahan organik tanah bersama unsur yang ada
didalam tanah seperti Al, Fe dan silika aktif merupakan unsur paling dominan
dalam mengatur reaksi kimia pada tanah andosol. Tanah andosol di Indonesia
memiliki kandungan unsur Al sangat dominan jika dibandingkan dengan unsur
besi dan silika aktif, penyebab tingginya kadar almunium tersebut karena berasal
dari batuan induk yang bersifat masam (liparit), sedangkan jika berasal dari
batuan induk basa maka kadar Al akan rendah. Hal ini menjadi penyebab kenapa
tanah andosol sangat resisten dengan unsur fosfor, terutama tanah andosol dengan
kadar Al tinggi. Andisol memeiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi
dengan pH 5-7 dan memiliki C-organik berkisar 2-5 % (Saridevi dkk., 2013).
4.4
Karakteristik Berdasarkan Sifat Fisika
USDA (2015), secara garis besar tanah andosol memiliki sifat fisika
seperti memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada tanah lain, memiliki
kadar air yang lebih tinggi, memiliki batas mencair tinggi dan indeks plastisitas
rendah. Tanah andosol akan mengalami perubahan yang sifatnya tidak akan
kembali ke bentuk asal jika dikeringkan.
Rendahnya massa jenis tanah andosol disebabkan oleh kandungan alofan
yakni mineral yang memiliki sifat bentuk non kristalin. Selain itu penyebab
lainnya adalah kandungan organik yang memiliki bentuk berongga. Struktur fisika
tanah andosol terdiri dari dua kategori yaitu makrostruktur dan microstruktur,
dimana makrostruktur terdapat di horizon A dengan bentuk granular sehingga
sangat tahan terhadap daya rusak air hujan.
4.5
Potensi dan Kendala Pemanfaatan Tanah Andosol
Indonesia karena memiliki banyak gunung berapi sehingga Indonesia
memiliki tanah yang subur, tidak hanya andosol melainkan seperti tanah
Inceptisol dan tanah entisol yang jumlahnya secara umum lebih banyak daripada
andosol. Perlu diketahui bahwa luas tanah andosol di Indonesia yaitu sebesar 5.4
juta hektar yang paling banyak ada di sumatera kemudian disusul oleh jawa.
Presentase tanah andosol jika berdasarkan kemiringan lokasi sebagian besar atau
sekitar 62 persen berada di kawasan lereng curam, dan sisanya ada pada lokasi
tanah berbukit dan bergelombang. Berdasarkan karakteritik biofisik dan
kemiringan suatu tempat, maka ada sekitar 2 juta hektar tanah andosol yang
berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Dengan pembagian untuk wilayah
dengan bentuk tanah yang bergelombang lebih cocok untuk ditanami sayuran,
palawija dan holtikultura, sementara untuk lahan dengan kemiringan cukup tinggi
lebih bagus ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, kayu manis, kina, teh dan
tanaman perkebunan lainnya (Chairunnisa dkk., 2013).
Tanah Andisol adalah salah satu tanah yang paling produktif apabila
dikelola dengan baik. Tanah Andisol cenderung memiliki jumlah humus yang
besar (isinya 7-12% karbon organik di dalam tanah). Lempung amorf dan
alofannya memiliki kapasitas tukar kation sangat tinggi (150 cmol/kg, yang lebih
tinggi dari montmorillionit). Sayangnya, tanah ini dapat menyerap dan
mengendapkan fosfor. Jika fosfor ditambahkan dengan pupuk kurang dari 10%,
maka efisiensinya akan berkurang akibat kandungan Al larut dan tanah liat Fe.
Tanah Andisol menyimpan air dalam jumlah yang besar. Tetapi ketika kering,
tanah ini menjadi tidak padat dan berdebu. Karena itu, tanah Andisol rentan
terhadap erosi (Resman, 2010).
Pertanian sayuran menduduki tempat khusus dalam sistem pertanian di
Indonesia, karena pengusahaannya yang sangat intensif. Sayuran biasanya
diusahakan di daerah dataran tinggi karena tanah yang subur dan suhu yang
mendukung untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Sayuran yang ditanam di
daerah dataran tinggi lebih menghasilkan produksi yang tinggi karena dipengaruhi
oleh suhu yang lebih rendah dibandingkan di dataran rendah. Tanah andisol
merupakan tanah yang berasal dari bahan vulkan dan kaya bahan organik (USDA,
2015). Peningkatan produksi tanaman sangat berkaitan dengan keadaan hara
dalam tanah. Jenis dan jumlah unsur hara yang diberikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman untuk tingkat produksi tertentu.
Tanaman hortikultura sayuran merupakan tanaman yang secara terusmenerus dibudidayakan di lahan kering dataran tinggi yang ditempati tanah
Andisols. Selama periode tahun 1969 sampai tahun 2006 trend produktivitas
tanaman hortikultura sayuran tidak menunjukkan adanya pelambatan. Tanah
Andisols di dataran tinggi merupakan tanah yang banyak diusahakan untuk
tanaman hortikultura karena nilai ekonomis yang lebih tinggi dari pada tanaman
pangan lainnya. Dalam usahatani tanaman hortikultura, teknologi petani saat ini
sudah memberikan keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
pangan. Sebenarnya banyak teknologi budidaya tanaman hortikultura yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, seperti teknologi
Budidaya Balitsa. Teknologi ini selain diarahkan untuk peningkatan produktivitas
tetapi juga diarahkan untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan
bahan-bahan alami lokal (untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
pestisida sintesis).
4.6
Problematika Tanah Andisol
a.
Topografi/Bentuk Wilayah
Tanah Andisols merupakan tanah subur yang baik digunakan untuk lahan
pertanian, tetapi tanah Andisols umumnya terletak pada lereng-lereng gunung
berapi, dengan topografi dominan berbukit sampai bergunung. Lereng curam
bukan
merupakan
masalah
yang
serius, karena
pengelolaannnya
telah
memperhatikan azas kelestarian lingkungan. Aktivitas budidaya sayuran di tanah
Andisols pada lereng miring dilakukan secara intensif tetapi masih jauh dari azas
konservasi tanah dan air. Kondisi tanah dengan topografi yang demikian sangat
rawan terhadap kerusakan lahan dan lingkungan sekitarnya. Tanaman sayuran
adalah tanaman yang mempunyai daya jangkau akarnya sangat dangkal, sehingga
daya memegang tanah agar tidak tererosi dan longsor juga sangat rendah.
Aktivitas budidaya yang sangat intensif juga menyebabkan terjadi erosi yang
cukup tinggi. Pada lahan budidaya sayuran di dataran tinggi, sebagian besar petani
belum menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air yang benar karena
teknik konservasi dirasakan sulit dalam pengerjaannya dan membutuhkan waktu
yang lama serta memerlukan tenaga kerja yang besar. Dengan tidak diterapkannya
tindakan konservasi tanah dan air, maka tanah Andisols di dataran tinggi sangat
rentan terhadap erosi dan longsor.
b.
Ketersediaan Unsur Hara Fosfat dan Nitrogen
Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Pada tanah Andisols unsur fosfat sebagian besar terikat
oleh mineral liat non kristalin alofan, imogolit, dan ferihidrit. Alofan mampu
meretensi P hingga 97,8%, dan keberadaan Al dan Fe dalam bentuk amorf juga
mempunyai kemampuan dalam mengikat P. Meskipun tanah Andisols mempunyai
kemampuan besar dalam mengikat P, tetapi karena P-total yang ada dalam tanah
cukup tinggi, maka kandungan P-tersedia dalam tanah tersebut masih dapat
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman.
Unsur nitrogen dalam tanah Andisols merupakan unsur hara esensial yang
kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya. Penggunaan
pupuk N dalam dosis tinggi dapat meningkatkan hasil tanaman pertanian, tetapi
penyerapan N yang bersumber dari pupuk urea atau amonium sulfat oleh tanaman
pada tanah abu vulkanik tidaklah terlalu tinggi. Akibatnya, kandungan N dalam
tanah menjadi berlebihan terutama di daerah pertanian intensif. Dengan demikian,
aplikasi pupuk N adalah dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan.
V. Permasalahan yang Dihadapi dalam Usaha Pertanian Permasalahan
Permasalahan yang paling menonjol pada tanah andisols adalah sifat
kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali seperti semula
bila mengalami kekeringan. Hal ini disebabkan koloid amorf seperti abu vulkan
dan bahan organic yang mempunyai daya jerap air tinggi jika mengalami
kekeringan sampai 15 atmosfir / lebih film air yang terikat pada permukaan
partikel akan menguap dan akan terjadi kontak ikatan kimia antar partikel,
sehingga tanah mengkerut dan bersifat irreversible, akibatnya jika sudah
mengalami kekeringan sulit untuk dibasahi kembali. Sehingga apabila mengalami
kekeringan rawan terhadap erosi air hujan. Tanah andisols memiliki kandungan Al
yang tinggi dengan retensi fosfat 85% atau lebih (USDA, 2015).
5.1
Perbaikan
Pengelolaan tanah andisols dilakukan dengan pengapuran dengan dosis
yang cukup. Pada tanah andisols yang berada di daerah lereng banyak
dimanfaatkan untuk menanam tanaman tahunan yang memiliki perakaran kuat
untuk mengikat air. Unsur P di dalam tanah andisols sebenarnya tersedia dalam
jumlah yang banyak, tetapi unsur P tersebut terfiksasi oleh alofan sehingga unsur
P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Untuk mengatasi masalah fiksasi P oleh
alofan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik segar yang
berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang terdefisiensi tersebut bagi
mikroorganisme, sehingga bahan-bahan organik akan terdekomposisi menjadi
asam-asam organik seperti asam humat yang akan berikatan dengan Al bebas pada
alofan menggantikan ion P yang terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia
untuk diserap oleh akar tanaman bebas pada alofan menggantikan ion P yang
terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar tanaman.
Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak perlu diolah secara
berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan mikrobia tanah yaitu mikoriza
sehingga ketersediaan P meningkat.Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas
sehingga tidak perlu diolah secara berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan
mikrobia tanah yaitu mikoriza sehingga ketersediaan P meningkat (Chairunnisa
dkk., 2013).
VI. Solusi Pengelolaan Tanah dan Air
Lahan yang digunakan bisa pada dataran tinggi dan menengah dengan
memperhatikan pengolelaan tanahnya. Pengelolaan tanah juga diperhatikan
seperti pH tanah, waktu dan pertimbangannya. Pengolahan tanah pada dataran
tinggi hanya perlu dibuatkan terasering untuk mengurangi erosi. Tanah Andisols
biasanya memiliki pH 5-7 sehingga sudah cocok untuk tanaman kentang.
Pengelolaan tanahnya perlu memperhatikan curah hujan untuk mengurangi run off
yang berlebihan. Sedangkan pada dataran menengah dapat dilakukan pengelolaan
minimum yaitu mengolah tanah pada tempat yang dianggap penting dalam
pertumbuhan tanaman dimana tanah tersebut merupakan tanah Andisols yang
memiliki pH 5-7 dengan tanah gembur dan bahan organik 2-5%.
Pengolahan media tanaman yaitu menebarkan Natural Glio yang sudah
terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu merata
pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk
kandang/1000 m2). Pemupukan anorganik juga diaplikasikan seperti urea(200
kg/ha), SP 36(200 kg/ha) dan KCT(75 kg/ha). Pemupukan juga dilakukan yaitu
pupuk makro urea/ ZA pada 21 hari setelah tanam 300 kg/ha dan 45 hari setelah
tanam 150 kg/ha, SP36 pada 21 hari hst 250 kg/ha, KCL pada 21 hsr 150 kg/ha
dan 45 hst 75 kg/ha. Pupuk makro yang diberikan jarak 10 cum dari batang
tanaman.
POC NASA diaplikasikan mulai unmur 1 minggu s/d 10 atau 11
minggu dengan alternatif 1 yaitu 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis
4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 liter air, alternatif 2 yaitu 5-6 kali
(interval 2 minggu sekali dengan dosis 6 tutp/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum
200 liter. HORMONIK diaplikasikan dengan penyemprotan POC NASA akan
lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/
drum 200 liter air) (Suryana, 2013).
Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati dan tumbuh tidak
normal, cara ini dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.Penyiangan dilakukan
dengan penyulaman dilakukan 2 kali dalam masa penanaman. Pemangkasan
bunga perlu dilakukan karena tanaman kentang memang mempunyai bunga,
apabila bunga tetap dibiarkan akan mengganggu proses pertumbuhan umbi
(Suryana, 2013). Pengairan dilakukan 7 hari sekali secara rutin dengan digembor,
Power sprayer atay dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20
menit) (Suryana, 2013).
Pemanenan dilakukan setelah kentang berumur berkisar antara 150-190 hari.
Panen umbi dilakukan pada pagi hari yang dimulai dengan memangkas batang
kentang dengan benda tajam seperti;arit dan pisau kemudian di cangkul secara
perlahan agar umbi tidak rusak,selanjutnya semua umbi kentang dikumpulkan
kedalam wadah keranjang untuk memudahkan pengankutan, pengemasan,dan
penyimpanan.Tanaman kentang yang siap mempunyai ciri-ciri yaitu biasanya
daunnya berwarna kekuningan, batang tanaman juga kekuningan, kulit umbi akan
lekat dengan daging umbi, dan kulit tidak cepat mengelupas (Suryana, 2013).
Tahap pasca panen kentang yang perlu dilakukan supaya diperoleh umbi
kentang yang bermutu baik pada dasarnya meliputi tahap pembersihan, sortasi dan
grading, penyimpanan dan pengemasan. Ada pun tahap pasca panen tersebut
adalah yaitu tahap Pembersihan merupakan proses menghilangkan kotoran yang
menempel pada umbi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel pada umbi supaya umbi terlihat bersih. Umbi kentang dibersihkan dari
segala kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar
tanaman dipangkas, kemudian dicuci dengan air bersih. Cara mencucinya dapat
dilakukan dengan cara memasukkan umbi kedalam bak air atau dilakukan
pencucian dalam air yang mengalir. Umbi-umbi yang sudah dibersihkan tersebut
ditaruh pada terpal atau bahan lain untuk dikeringanginkan. Dalam pengeringan
umbi yang baru dicuci itu jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari
(Rukmana, 2008).
Tahap Sortasi dan Grading merupakan proses pemilihan dan pemisahan
umbi berdasarkan kurang baik untuk memperoleh umbi yang seragam dalam
ukuran dan kualitasnya. Caranya, dengan memilih umbi yang sudah dibersihkan
itu antara umbi yang baik dan umbi yang kurang baik berdasarkan: (1) Ada
tidaknya cacat pada umbi, (2) Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi, dan (3)
Ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih
itu dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran (grading/pengklasifikasian)
(Rukmana, 2008).
Pengklasifikasian Bibit Kentang
Mutu
Berat umbi
Super
>400 gram
A
>250gram-400 gram
B
>100 gram- 250 gram
C
>60gram-100 gram
D
30 gram-60 gram
Sumber : Rukmana (2008)
Keterangan
Umbi konsumsi
Umbi konsumsi
Umbi konsumsi
Umbi bibit
Umbi bibit
Umbi kentang dalam tahap penyimpanan dimasukkan kedalam wadah
berupa kotak kayu/krat/keranjang/waring, kemudian wadah itu dimasukkan ke
dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapi. Jika wadah berisi kentang itu
disimpan dalam gudang, usahakan gudang penyimpanan mempunyai ventilasi
udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya sekitar 6575%dan gudang dalam keadaan bersih (Rukmana, 2008).
Tahap Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan,
mengurangi
kehilangan
air,
dan
mempermudah
pengangkutan
dan
perhitungan.Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam
wadah tertentu, misalnya dengan karung, jaring plastik/waring yang bersih dan
tidak ada sisa bahan lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya ditutup rapatrapat, misalnya dijahit dengan jarum karung atau tali plastik (Rukmana, 2008).
VII. REKOMENDASI PENELITIAN
Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa salah satu permasalahan
yang ada pada tanah Andisol yaitu unsur P di dalam tanah sebenarnya tersedia
dalam jumlah yang banyak, tetapi unsur P tersebut terfiksasi oleh alofan sehingga
unsur P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Dari permasalahan terseebut dapat
dilakukan penelitian mengenai bagaimana cara / penanganan yang terbaik dalam
memperbaiki unsur P tersebut sehingga dapat tersedia oleh tanaman. Penelitian
tersebut sangat bermanfaat dalam memaksimalkan hasil produksi tanaman
sehingga juga membantu dalam meningkatkan pendapatan petani yang memiliki
lahan pada tanah-tanah Andisol.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2014.
Tanah Andisols Di Indonesia. Bogor : Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Chairunnisa, C., H. Hanum, dan Mukhlis. 2013. Peran Beberapa Bahan Silikat
(Si) dan Pupuk Fosfat (P) dalam Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Andisol
dan Pertumbuhan Tanaman. Online Agroekoteknologi, 1(3): 732-743.
Resman. 2010. Karakteristik Sifat Kimia Andisol pada Toposekuen Lereng
Selatan Gunung Merapi Kabupaten Sleman. Agriplus, 20(03): 205-208.
Rukmana, R. 2008. Usahatani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta:
Kanisius.
Saridevi, G. A. Y. R., I W. D. Atmaja, dan I. M. Mega. 2013. Perbedaan Sifat
Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol
Inceptisol, dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4): 214-223.
Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryana, D. 2013. Menanam Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
United States Department of Agriculture. 2015. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi
Ketiga Bahasa Indonesia. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.
TUGAS KELOMPOK
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Lahan Pertanian Kelas A Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pengampu
Ir. Marga Mandala, MP., Ph. D.
Oleh:
Kelompok 5
Andina Dwi Pramesti
(141510501002)
Moh. Kamil
(141510501171)
Wardatul Jannah
(141510501259)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. PENDAHULUAN
Pengelolaan lahan pertanian,mengapa harus dikelola, kaarena sebagai
sumber kehidupan, khususnya bagi sektor pertanian, lahan harus dijaga kualitas
dan kelesatriannya. Untuk itu, perlu dilakukan suatu sistem pengelolaan lahan.
Secara spesifik, pengertian pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan
atau perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi
produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya.
Sistem pertanian berkelanjutan, pengelolaan lahan merupakan salah satu
komponen pengelolaan teknologi pertanian, karena sistem pertanaman intensif
dapat mengarah pada pertukaran antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek
dan kerusakan lingkungan seperti menurunnya kesuburan tanah dalam jangka
panjang. Kegiatan pengelolaan lahan bertujuan untuk (1) mengatur pemanfaatan
sumberdaya lahan pertanian secara optimal; (2) mendapatkan hasil maksimal; dan
(3) mempertahankan kelestarian sumberdaya lahan.
Pertanian berkelnajutan merupakan goal atau suksesnya usaha pertanian.
Pengelolaan menjadi snagat penting karena setia jenis tanah memiliki karakter
tersendiri da treatment tersendiri dalam penggunaannya untuk tanaman. oleh
sebab itu perlu dilakukan pengelolaan untuk capaian optimum dalam
menghasilkan prduk budidaya yang optimum. Slaah satu jenis tanha yang cukup
subur adalah Andisol.
Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah
utama yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman
holtikultura. Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun
tahunan selain itu dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan
lindung. Hal ini dikarenakan Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan
organik cukup tinggi sehingga tanah tersebut cukup baik dalam penyediaan
nitrogen bagi tanaman. Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur
khususnya yang mempunyai kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah
andisols mempunyai aerasi dan porositas tinggi sehingga tanaman mudah
berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur hara berupa kation-kation basa dan
nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada umumnya tersusun dari
bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai permeabilitas dan aerasi
cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka seharusnya pengolahan
tanah untuk budidaya pertanian tidak diperlukan lagi.
Tanaman hortikultura yang akan ditanam pada lahan andisol harus yang
sesuai dengan kondisi lahan. Tanamn yang sering ditanam adalah tanaman
hortikulutra jenis umbi yaitu kentang. Biasnya di dataran tinggi dengan gudung
berapi ditanami kentang, karen sebagian daerah sekitar gunung adalah Andisol.
Tujuan penyesuailan dan pengelolaan lahan tiada lain selain ingin mencapai hasil
produksi budidaya tanaman yang optimal dalam memenuhi mkebutuhan pangan
akan tetpa berdaulat khususnya di Indonesia.
II. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH
2.1
Gambaran umum lanskap
Andisols berasal dari bahasa Jepang, “an” yang berarti hitam dan “do”
yang berarti tanah, sehingga Andisols dapat diartikan sebagai tanah yang berwarna
hitam. Pada umumnya, masyarakat mengetahui bahwa jenis tanah Andisols
merupakan jenis tanah yang memiliki warna hitam, ringan, gembur, serta terasa
licin apabila dipirit dan pada umumnya berada pada daerah gunung berapi.
Menurut sistem Klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo, Andisols merupakan
tanah berwarna hitam atau coklat tua, memiliki struktur remah, kadar bahan
organik tinggi, dan licin jika dipirid. Tanah bagian bawah berwarna coklat sampai
coklat kekuningan, tekstur sedang, dan akumulasi liat sering ditemukan di lapisan
bawah. Andisols dijumpai pada daerah beriklim tropika basah dengan curah hujan
antara 2.500-7.000 mm/tahun. Tanah Andisols umumnya dijumpai pada daerah
dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 750 sampai 3.000 m dpl. Namun, hasil
penelitian terakhir terhadap geografi tanah-tanah Andisols di Indonesia
menunjukkan bahwa tanah-tanah tersebut tidak hanya dijumpai di dataran tinggi,
namun dijumpai juga di dataran rendah.
Gambar 1. Landscape lereng vulkan daerah Sembalun, Lombok Timur, NTB
tempat tanah Andisols dijumpai.
Salah satu daerah penyebaran tanah Andisols di Pulau Lombok adalah di
seputar Gunung Rinjani yang meliputi Kabupaten Lombok Barat sampai Lombok
Timur. Di Kabupaten Lombok Barat tanah Andisols terdapat di daerah GondangSelengan. Di daerah ini tanah Andisols menyebar pada daerah dengan bentuk
wilayah berombak (lereng 5 sampai 8%), daerah bergelombang (lereng 8 sampai
15%) dan berbukit (lereng 15 sampai 30%) (Tim Pusat Penelitian Tanah 1989).
Sementara itu di Kabupaten Lombok Timur tanah Andisols menyebar di sekitar
Sembalun yang menyebar pada daerah berombak sampai bergunung (Tim Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2013).
Sedangkan Pusat Penelitian Tanah (1983) dan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2014) mendefinisikan tanah
Andisols sebagai tanah yang mempunyai horison A molik, atau A umbrik dan
mungkin terdapat di atas horison B kambik; atau horison A okhrik dan horison B
kambik; tidak mempunyai horison diagnostik lain (kecuali jika tertimbun oleh 50
cm atau lebih bahan baru); pada kedalaman 0 - 35 cm atau lebih mempunyai satu
atau kedua-duanya dari: (a) bulk density (pada kandungan air 1/3 bar) dari fraksi
tanah halus (kurang dari 2 mm) kurang dari 0,85 g cm-3 dan kompleks pertukaran
didominasi oleh bahan amorf, (b) 60% atau lebih adalah abu vulkanik vitrik, abu
atau bahan piroklastik vitrik yang lain dalam fraksi debu, pasir dan kerikil.
Definisi Andisols
tersebut di atas
mengadopsi
definisi Andisols dari
FAO/UNESCO. Dalam sistem klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff
2014), tanah yang dikenal dengan Andisols tersebut di atas setara dengan Ordo
Andisols, yaitu tanah yang mempunyai sifat andik. Belakangan ini Andisols yang
sebelumnya dinyatakan hanya dijumpai di dataran tinggi, ternyata dapat dijumpai
juga di dataran rendah. Para peneliti Indonesia menemukan bahwa Andisols tidak
hanya terdapat pada iklim tropika basah, tetapi terdapat juga di daerah tropika
beriklim kering seperti di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai gunung berapi aktif
terbanyak (30%) di dunia. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dari letusan
gunung berapi adalah jenis batuan yang dikeluarkan selama terjadinya erupsi.
Jenis batuan beku yang dikeluarkan oleh gunung berapi akan sangat menentukan
jenis dan karakteristik tanah yang terbentuk Erupsi gunung berapi, mengeluarkan
bahan vulkanik (lahar, lava, pasir, debu dan abu) yang kemudian terakumulasi di
bagian puncak, lereng, bagian kaki dan daerah sekitarnya. Pada tahap awal bahanbahan yang relatif baru tersebut membentuk tanah yang disebut sebagai Regosol
(Entisols). Dengan bertambahnya waktu, bahan abu vulkanik kemudian
berkembang menjadi tanah-tanah yang terdeteksi mengandung mineral non
kristalin (short-range-order), berwarna gelap, mengandung karbon organik tinggi,
gembur, berat isi rendah, terasa licin (smeary) bila dipirid, memiliki permukaan
mineral liat yang luas, dan mengandung banyak gelas vulkanik. Tanah-tanah yang
berkembang dari hasil erupsi gunung berapi ini, memperlihatkan ciri khas dan
unik yang tidak dimiliki oleh tanah-tanah lain yang berkembang dari bahan bukan
vulkanik yang disebut dengan tanah Andisols (andisol). Tanah abu vulkanik atau
tanah Andisols adalah salah satu tanah yang subur dan paling produktif
dibandingkan dengan tanah-tanah lain.
Tabel 1. Beberapa jenis tanah utama di Indonesia yang berkembang dari bahan
vulkanik.
Tanah Andisols adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti
abu vulkanik, batu apung, sinder, lava, dan/atau bahan vulkanoklastik yang fraksi
koloidnya didominasi oleh mineral non kristalin seperti alofan, imogolit,
ferihidrit, atau komplek Al-humus. Proses pembentukan yang utama pada tanah
Andisols adalah proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk),
sedangkan proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan
tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organik dan terjadinya
kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa tanah
Andisols. Secara keseluruhan proses pembentukan tanah Andisols dikenal dengan
nama Andisolsisasi.
2.2
Bahan induk
Bahan induk atau Litologi adalah bahan anorganik atau organik yang
merupakan bahan penyusun tanah. Bahan induk yang membentuk tanah Andisols
adalah bahan vulkanik hasil erupsi gunung berapi yang disebut tephra. Karena
tephra merupakan bahan dari magma yang mengalami pendinginan yang cepat,
sehingga mineral utama yang dominan adalah gelas vulkanik. Tephra sebagai
bahan induk tanah Andisols, berdasarkan tingkat kemasamannya yang dicirikan
oleh kandungan SiO2 dibagi menjadi lima jenis, yaitu.
1. Riolit (70 - 100% SiO2)
2. Dasit (62 - 70% SiO2)
3. Andesit (58 - 62% SiO2)
4. Andesit basaltik (53,5 - 58% SiO2)
5. Basalt (45 sampai 53,5% SiO2).
Bahan induk yang membentuk tanah Andisols di Indonesia adalah bahan
vulkanik yang bersifat riolitik, dasitik, andesit, andesit basaltik dan basaltik.
2.3
Suhu Udara dan Iklim
Sebagian besar tanah Andisols menempati ketinggian tempat di atas 700
meter dari permukaan laut dan beriklim basah. Kondisi suhu udara yang sejuk
berkisar antara 16-22o C sangat memungkinkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan komoditas pertanian dataran tinggi. Dataran tinggi yang berhawa
sejuk tersebut mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi daerah
agrowisata, sehingga terbuka peluang pasar bagi berbagai komoditas hortikultura
yang bernilai tinggi. Pertanian dataran tinggi yang banyak diusahakan oleh
masyarakat tani di Indonesia adalah tanaman pangan dan hortikultura sayuran.
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Curah hujan rata-rata tahunan pada dataran tinggi iklim basah di
Indonesia umumnya lebih dari 2.000 mm, bulan kering ( 70% dan pada
malam hari > 90%. Selain suhu, faktor lain yang harus dipenuhi untuk sayuran
dataran tinggi adalah panjang hari dan intensitas cahaya. Panjang hari dan
intensitas cahaya di dataran tinggi cukup sesuai untuk tanaman sayuran.
2.4
Topografi
Berdasarkan karakteristik biofisik terutama lereng, setidaknya terdapat
2,050 juta ha (38%) tanah Andisols yang potensial untuk pertanian, yaitu pada
lahan dengan bentuk wilayah datar sampai berbukit. Lahan potensial tersebut
secara teknis-agronomis mampu mendukung pertumbuhan tanaman semusim
maupun tanaman tahunan secara optimal. Jika lahan tersebut dikelola dengan baik
maka tidak akan mengganggu kelestarian sumberdaya dan lingkungan.
Berdasarkan bentuk wilayahnya, tanah Andisols yang dapat digunakan untuk
pertanian tanaman semusim (tanaman pangan dan sayuran) adalah tanah Andisols
yang berada pada lahan dengan bentuk wilayah datar sampai berombak dan
bergelombang, dengan lereng kurang dari 15% seluas 1.166.452 ha atau 21,62%.
Sedangkan untuk lahan yang mempunyai lereng lebih dari 15 sampai 45%,
budidaya pertanian yang sesuai adalah tanaman perkebunan seperti teh, kopi, kina,
dan kayu manis.
2.5
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses
pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan
(translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit.
Akumulasi bahan organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al
merupakan sifat khas pada beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat
primer telah berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range
order” seperti alophan, imogolit, dan ferihidrit (Chairunnisa dkk., 2013). Tingkat
pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah
vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk.
Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short
range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi
mineral lain. Bahan organik memegang peranan penting dalam pedogenesis
andisol. Bahan organik menghasilkan humus yang menghasilikan humus yang
berikatan dengan Al dan Fe menjadi Al-humus atau Fe-humus yang kemudian
melakukan polikondensasi dengan bahan-bahan mineral yang amorf akan
menstabilkan BO dan melindungi biogradasi jasad-jasad mikro dan memiju
pengakumulasian senya tersebut dalam profil sehingga tidak mengalami
pergerakan dalam tanah. Hal tersebut disebut dengan melanisasi (Resman, 2010).
III. Pemanfaatan pada Bidang Pertanian
Budidaya Tanaman Kentang
Kentang merupakan jenis tanaman pangan golongan umbi-umbian dari
famili Solanaceae berbentuk perdu atau semak dengan penamaan ilmiah Solanum
tubersum.L yang berasal dari Amerika Serikat. Memiliki klasifikasi morfologi
dengan batang yang berongga dan berkayu,berdaun majemuk dengan warna hijau
keputih-putihan,memiliki perakaran tunggang dan serabut dengan sistem bunga
hermafrodit (bunga berkelamin dua). Kentang merupakan sayuran yang memiliki
tingkat
permintaan
yang
tinggi
sehingga
prospek
yang
cukup
bagus
untuk budidaya kentang di Indonesia, karena tekstur tanahnya juga cocok untuk
ditanam kentang. Berikut merupakan cara budidaya tanaman kentang yang baik.
Syarat pertumbuhan tanaman kentang yaitu iklim memiliki curah hujan ratarata 1500 mm/tahun dengan lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21
°C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Media tanam
yaitu tanah gembur, banyak mengandung bahan organik dengan pH 5,8-7,0
Pembibitan dilakukan dengan cara yaitu umbi bibit berasal dari umbi produksi
berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul.
Memilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai
generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. Apabila bibit membeli
(usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata
tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi
dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi
direndam dulu menggunakan pupuk organik cair selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air)
(Suryana, 2013).
Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah Andisols setelah diketahui
uraian tentang syarat tumbuh tanaman kentang. Indonesia sebagian besar memiliki
jenis tanah Andisols sehingga peluang kentang cukup besar. Andisol memiliki
bahan organik yang cukup tinggi dengan pH 5-7 sehingga cocok bagi
pertumbuhan tanaman. Indonesia masih memiliki masalah tentang perkentangan
karena dengan adanya impor kentang untuk memenuhi kebutuhan akan bibit,
benih dan bahan pangan terutama untuk industri pengolahan (termasuk memenuhi
kebutuhan restoran siap saji seperti KFC). Sangat disayangkan, karena Indonesia
memiliki jenis tanah yang cocok untuk tanaman kentang (Setiadi, 2009).
Tanaman kentang cocok tumbuh pada dataran tinggi sehingga perlu adanya
pengolahan tanah yang baik dan tepat. Pengolahan tanah yang kurang tepat dapat
mengakibatkan run off yang cukup tinggi karena kentang memiliki perakaran
yang tidak kuat. Pengolahan tanah pada dataran tinggi dapat dilakukan dengan
membuat sengkedan (terasering) dan juga dapat dilakukan penanaman agroforestri
yaitu dengan menanam tanaman berkayu dan dibawahnya ditanami tanaman
kentang. Namun, tanaman kentang juga dapat ditanam pada ketinggian 300-700
mdpl yaitu pada dataran menengah (Suryana, 2013).
IV. Potensi, Sifat dan Permasalahan Tanah
4.1
Karakteristik Berdasarkan Morfologi
Tanah Andisols dapat terlihat dan dikelompokkan menjadi beberapa
kategori seperti susunan horizon, dan bentuk struktur serta tekstur. Tanah andisol
memiliki susunan horizon A-Bw-C dan pada beberapa tempat horizon AC. Untuk
horizon permukaan berjenis melanik, molik, fulvik dan umbrik yang mana harus
memiliki kandungan organik sebesar 6 persen dalam lapisan paling atas dengan
ketebalan 30 cm.
Secara umum tanah andisol di Indonesia memiliki susunan horizon A-BwC, dan pada beberapa tempat terdapat horizon AC sebagai horizon timbunan dan
beberapa horizon timbunan lainnya seperti A-Bw-C 2A-2Bw-2C yang terbentuk
akibat erupsi gunung berapi yang terjadi secara berulang ulang.
Tanah andisol memiliki warna gelap kecoklatan terutama pada horiozon
humus dengan struktur remah, terlihat lebih gembur, kadar bahan organik tinggi,
terasa licin saat berada ditangan. Tanah andosol di berbagai tempat memiliki kadar
bahan organik yang berbeda beda dan berkisar antara 3 persen hingga 22 persen
tergantung dari warna dan massa jenis. Mengenai tekstur tanah andosol mulai dari
lempung berpasir hingga liat berpasir tergantung dari ukuran partikel saat terjadi
erupsi dan selama proses pelapukan. Sayang, jenis tanah ini bukan jenis tanah
yang baik untuk kelapa sawit.
4.2
Karakteristik Berdasarkan Mineralogi
Setiap tanah pasti tersusun atas mineral termasuk tanah andosol yang
berperan sangat penting dalam menentukan sifat kimiawi dan fisika tanah. Dengan
melihat komposisi mineral terkandung dalam tanah, maka dapat pula menentukan
proses pelapukan seperti apa yang telah terjadi, mineral tanah dapat dikategorikan
menjadi dua bagian yakni mineral primer dan sekunder.
Mineral primer atau sering disebut dengan fraksi pasir merupakan mineral utama
dengan susunan-nya sangat tergantung dari material erupsi gunung berapi yang
berupa pasir dan abu yang mengalami pelapukan bersama bahan piroklastik,
namun masih memiliki sifat fisik maupun kimia yang sama dengan bahan
awalnya. Sementara itu untuk mineral sekunder sering disebut fraksi liat yang
mempunyai ukuran sangat kecil yaitu dibawah 2 mikrometer dan terbentuk dari
proses kimiawi dari mineral primer. Andisols berkembang dari bahan volkanik
seperti abu volkan, batu apung, sinder, lava, dan sebagainya, dan atau bahan
volkaniklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral ‘ short-range-order’
(alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus (Chairunnisa dkk., 2013).
4.3
Karakteristik Berdasarkan Sifat Kimia
Tanah andisol sebelumnya berasal dari material gunung berapi yang
mengalami pelapukan dan tentu saja melibatkan proses kimiawi didalamnya.
Berdasarkan sifat kimia maka bahan organik tanah bersama unsur yang ada
didalam tanah seperti Al, Fe dan silika aktif merupakan unsur paling dominan
dalam mengatur reaksi kimia pada tanah andosol. Tanah andosol di Indonesia
memiliki kandungan unsur Al sangat dominan jika dibandingkan dengan unsur
besi dan silika aktif, penyebab tingginya kadar almunium tersebut karena berasal
dari batuan induk yang bersifat masam (liparit), sedangkan jika berasal dari
batuan induk basa maka kadar Al akan rendah. Hal ini menjadi penyebab kenapa
tanah andosol sangat resisten dengan unsur fosfor, terutama tanah andosol dengan
kadar Al tinggi. Andisol memeiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi
dengan pH 5-7 dan memiliki C-organik berkisar 2-5 % (Saridevi dkk., 2013).
4.4
Karakteristik Berdasarkan Sifat Fisika
USDA (2015), secara garis besar tanah andosol memiliki sifat fisika
seperti memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada tanah lain, memiliki
kadar air yang lebih tinggi, memiliki batas mencair tinggi dan indeks plastisitas
rendah. Tanah andosol akan mengalami perubahan yang sifatnya tidak akan
kembali ke bentuk asal jika dikeringkan.
Rendahnya massa jenis tanah andosol disebabkan oleh kandungan alofan
yakni mineral yang memiliki sifat bentuk non kristalin. Selain itu penyebab
lainnya adalah kandungan organik yang memiliki bentuk berongga. Struktur fisika
tanah andosol terdiri dari dua kategori yaitu makrostruktur dan microstruktur,
dimana makrostruktur terdapat di horizon A dengan bentuk granular sehingga
sangat tahan terhadap daya rusak air hujan.
4.5
Potensi dan Kendala Pemanfaatan Tanah Andosol
Indonesia karena memiliki banyak gunung berapi sehingga Indonesia
memiliki tanah yang subur, tidak hanya andosol melainkan seperti tanah
Inceptisol dan tanah entisol yang jumlahnya secara umum lebih banyak daripada
andosol. Perlu diketahui bahwa luas tanah andosol di Indonesia yaitu sebesar 5.4
juta hektar yang paling banyak ada di sumatera kemudian disusul oleh jawa.
Presentase tanah andosol jika berdasarkan kemiringan lokasi sebagian besar atau
sekitar 62 persen berada di kawasan lereng curam, dan sisanya ada pada lokasi
tanah berbukit dan bergelombang. Berdasarkan karakteritik biofisik dan
kemiringan suatu tempat, maka ada sekitar 2 juta hektar tanah andosol yang
berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Dengan pembagian untuk wilayah
dengan bentuk tanah yang bergelombang lebih cocok untuk ditanami sayuran,
palawija dan holtikultura, sementara untuk lahan dengan kemiringan cukup tinggi
lebih bagus ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, kayu manis, kina, teh dan
tanaman perkebunan lainnya (Chairunnisa dkk., 2013).
Tanah Andisol adalah salah satu tanah yang paling produktif apabila
dikelola dengan baik. Tanah Andisol cenderung memiliki jumlah humus yang
besar (isinya 7-12% karbon organik di dalam tanah). Lempung amorf dan
alofannya memiliki kapasitas tukar kation sangat tinggi (150 cmol/kg, yang lebih
tinggi dari montmorillionit). Sayangnya, tanah ini dapat menyerap dan
mengendapkan fosfor. Jika fosfor ditambahkan dengan pupuk kurang dari 10%,
maka efisiensinya akan berkurang akibat kandungan Al larut dan tanah liat Fe.
Tanah Andisol menyimpan air dalam jumlah yang besar. Tetapi ketika kering,
tanah ini menjadi tidak padat dan berdebu. Karena itu, tanah Andisol rentan
terhadap erosi (Resman, 2010).
Pertanian sayuran menduduki tempat khusus dalam sistem pertanian di
Indonesia, karena pengusahaannya yang sangat intensif. Sayuran biasanya
diusahakan di daerah dataran tinggi karena tanah yang subur dan suhu yang
mendukung untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Sayuran yang ditanam di
daerah dataran tinggi lebih menghasilkan produksi yang tinggi karena dipengaruhi
oleh suhu yang lebih rendah dibandingkan di dataran rendah. Tanah andisol
merupakan tanah yang berasal dari bahan vulkan dan kaya bahan organik (USDA,
2015). Peningkatan produksi tanaman sangat berkaitan dengan keadaan hara
dalam tanah. Jenis dan jumlah unsur hara yang diberikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman untuk tingkat produksi tertentu.
Tanaman hortikultura sayuran merupakan tanaman yang secara terusmenerus dibudidayakan di lahan kering dataran tinggi yang ditempati tanah
Andisols. Selama periode tahun 1969 sampai tahun 2006 trend produktivitas
tanaman hortikultura sayuran tidak menunjukkan adanya pelambatan. Tanah
Andisols di dataran tinggi merupakan tanah yang banyak diusahakan untuk
tanaman hortikultura karena nilai ekonomis yang lebih tinggi dari pada tanaman
pangan lainnya. Dalam usahatani tanaman hortikultura, teknologi petani saat ini
sudah memberikan keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
pangan. Sebenarnya banyak teknologi budidaya tanaman hortikultura yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, seperti teknologi
Budidaya Balitsa. Teknologi ini selain diarahkan untuk peningkatan produktivitas
tetapi juga diarahkan untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan
bahan-bahan alami lokal (untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
pestisida sintesis).
4.6
Problematika Tanah Andisol
a.
Topografi/Bentuk Wilayah
Tanah Andisols merupakan tanah subur yang baik digunakan untuk lahan
pertanian, tetapi tanah Andisols umumnya terletak pada lereng-lereng gunung
berapi, dengan topografi dominan berbukit sampai bergunung. Lereng curam
bukan
merupakan
masalah
yang
serius, karena
pengelolaannnya
telah
memperhatikan azas kelestarian lingkungan. Aktivitas budidaya sayuran di tanah
Andisols pada lereng miring dilakukan secara intensif tetapi masih jauh dari azas
konservasi tanah dan air. Kondisi tanah dengan topografi yang demikian sangat
rawan terhadap kerusakan lahan dan lingkungan sekitarnya. Tanaman sayuran
adalah tanaman yang mempunyai daya jangkau akarnya sangat dangkal, sehingga
daya memegang tanah agar tidak tererosi dan longsor juga sangat rendah.
Aktivitas budidaya yang sangat intensif juga menyebabkan terjadi erosi yang
cukup tinggi. Pada lahan budidaya sayuran di dataran tinggi, sebagian besar petani
belum menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air yang benar karena
teknik konservasi dirasakan sulit dalam pengerjaannya dan membutuhkan waktu
yang lama serta memerlukan tenaga kerja yang besar. Dengan tidak diterapkannya
tindakan konservasi tanah dan air, maka tanah Andisols di dataran tinggi sangat
rentan terhadap erosi dan longsor.
b.
Ketersediaan Unsur Hara Fosfat dan Nitrogen
Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak
tersedia bagi tanaman. Pada tanah Andisols unsur fosfat sebagian besar terikat
oleh mineral liat non kristalin alofan, imogolit, dan ferihidrit. Alofan mampu
meretensi P hingga 97,8%, dan keberadaan Al dan Fe dalam bentuk amorf juga
mempunyai kemampuan dalam mengikat P. Meskipun tanah Andisols mempunyai
kemampuan besar dalam mengikat P, tetapi karena P-total yang ada dalam tanah
cukup tinggi, maka kandungan P-tersedia dalam tanah tersebut masih dapat
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman.
Unsur nitrogen dalam tanah Andisols merupakan unsur hara esensial yang
kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya. Penggunaan
pupuk N dalam dosis tinggi dapat meningkatkan hasil tanaman pertanian, tetapi
penyerapan N yang bersumber dari pupuk urea atau amonium sulfat oleh tanaman
pada tanah abu vulkanik tidaklah terlalu tinggi. Akibatnya, kandungan N dalam
tanah menjadi berlebihan terutama di daerah pertanian intensif. Dengan demikian,
aplikasi pupuk N adalah dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan.
V. Permasalahan yang Dihadapi dalam Usaha Pertanian Permasalahan
Permasalahan yang paling menonjol pada tanah andisols adalah sifat
kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali seperti semula
bila mengalami kekeringan. Hal ini disebabkan koloid amorf seperti abu vulkan
dan bahan organic yang mempunyai daya jerap air tinggi jika mengalami
kekeringan sampai 15 atmosfir / lebih film air yang terikat pada permukaan
partikel akan menguap dan akan terjadi kontak ikatan kimia antar partikel,
sehingga tanah mengkerut dan bersifat irreversible, akibatnya jika sudah
mengalami kekeringan sulit untuk dibasahi kembali. Sehingga apabila mengalami
kekeringan rawan terhadap erosi air hujan. Tanah andisols memiliki kandungan Al
yang tinggi dengan retensi fosfat 85% atau lebih (USDA, 2015).
5.1
Perbaikan
Pengelolaan tanah andisols dilakukan dengan pengapuran dengan dosis
yang cukup. Pada tanah andisols yang berada di daerah lereng banyak
dimanfaatkan untuk menanam tanaman tahunan yang memiliki perakaran kuat
untuk mengikat air. Unsur P di dalam tanah andisols sebenarnya tersedia dalam
jumlah yang banyak, tetapi unsur P tersebut terfiksasi oleh alofan sehingga unsur
P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Untuk mengatasi masalah fiksasi P oleh
alofan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik segar yang
berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang terdefisiensi tersebut bagi
mikroorganisme, sehingga bahan-bahan organik akan terdekomposisi menjadi
asam-asam organik seperti asam humat yang akan berikatan dengan Al bebas pada
alofan menggantikan ion P yang terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia
untuk diserap oleh akar tanaman bebas pada alofan menggantikan ion P yang
terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar tanaman.
Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak perlu diolah secara
berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan mikrobia tanah yaitu mikoriza
sehingga ketersediaan P meningkat.Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas
sehingga tidak perlu diolah secara berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan
mikrobia tanah yaitu mikoriza sehingga ketersediaan P meningkat (Chairunnisa
dkk., 2013).
VI. Solusi Pengelolaan Tanah dan Air
Lahan yang digunakan bisa pada dataran tinggi dan menengah dengan
memperhatikan pengolelaan tanahnya. Pengelolaan tanah juga diperhatikan
seperti pH tanah, waktu dan pertimbangannya. Pengolahan tanah pada dataran
tinggi hanya perlu dibuatkan terasering untuk mengurangi erosi. Tanah Andisols
biasanya memiliki pH 5-7 sehingga sudah cocok untuk tanaman kentang.
Pengelolaan tanahnya perlu memperhatikan curah hujan untuk mengurangi run off
yang berlebihan. Sedangkan pada dataran menengah dapat dilakukan pengelolaan
minimum yaitu mengolah tanah pada tempat yang dianggap penting dalam
pertumbuhan tanaman dimana tanah tersebut merupakan tanah Andisols yang
memiliki pH 5-7 dengan tanah gembur dan bahan organik 2-5%.
Pengolahan media tanaman yaitu menebarkan Natural Glio yang sudah
terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu merata
pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk
kandang/1000 m2). Pemupukan anorganik juga diaplikasikan seperti urea(200
kg/ha), SP 36(200 kg/ha) dan KCT(75 kg/ha). Pemupukan juga dilakukan yaitu
pupuk makro urea/ ZA pada 21 hari setelah tanam 300 kg/ha dan 45 hari setelah
tanam 150 kg/ha, SP36 pada 21 hari hst 250 kg/ha, KCL pada 21 hsr 150 kg/ha
dan 45 hst 75 kg/ha. Pupuk makro yang diberikan jarak 10 cum dari batang
tanaman.
POC NASA diaplikasikan mulai unmur 1 minggu s/d 10 atau 11
minggu dengan alternatif 1 yaitu 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis
4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 liter air, alternatif 2 yaitu 5-6 kali
(interval 2 minggu sekali dengan dosis 6 tutp/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum
200 liter. HORMONIK diaplikasikan dengan penyemprotan POC NASA akan
lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/
drum 200 liter air) (Suryana, 2013).
Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati dan tumbuh tidak
normal, cara ini dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.Penyiangan dilakukan
dengan penyulaman dilakukan 2 kali dalam masa penanaman. Pemangkasan
bunga perlu dilakukan karena tanaman kentang memang mempunyai bunga,
apabila bunga tetap dibiarkan akan mengganggu proses pertumbuhan umbi
(Suryana, 2013). Pengairan dilakukan 7 hari sekali secara rutin dengan digembor,
Power sprayer atay dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20
menit) (Suryana, 2013).
Pemanenan dilakukan setelah kentang berumur berkisar antara 150-190 hari.
Panen umbi dilakukan pada pagi hari yang dimulai dengan memangkas batang
kentang dengan benda tajam seperti;arit dan pisau kemudian di cangkul secara
perlahan agar umbi tidak rusak,selanjutnya semua umbi kentang dikumpulkan
kedalam wadah keranjang untuk memudahkan pengankutan, pengemasan,dan
penyimpanan.Tanaman kentang yang siap mempunyai ciri-ciri yaitu biasanya
daunnya berwarna kekuningan, batang tanaman juga kekuningan, kulit umbi akan
lekat dengan daging umbi, dan kulit tidak cepat mengelupas (Suryana, 2013).
Tahap pasca panen kentang yang perlu dilakukan supaya diperoleh umbi
kentang yang bermutu baik pada dasarnya meliputi tahap pembersihan, sortasi dan
grading, penyimpanan dan pengemasan. Ada pun tahap pasca panen tersebut
adalah yaitu tahap Pembersihan merupakan proses menghilangkan kotoran yang
menempel pada umbi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel pada umbi supaya umbi terlihat bersih. Umbi kentang dibersihkan dari
segala kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar
tanaman dipangkas, kemudian dicuci dengan air bersih. Cara mencucinya dapat
dilakukan dengan cara memasukkan umbi kedalam bak air atau dilakukan
pencucian dalam air yang mengalir. Umbi-umbi yang sudah dibersihkan tersebut
ditaruh pada terpal atau bahan lain untuk dikeringanginkan. Dalam pengeringan
umbi yang baru dicuci itu jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari
(Rukmana, 2008).
Tahap Sortasi dan Grading merupakan proses pemilihan dan pemisahan
umbi berdasarkan kurang baik untuk memperoleh umbi yang seragam dalam
ukuran dan kualitasnya. Caranya, dengan memilih umbi yang sudah dibersihkan
itu antara umbi yang baik dan umbi yang kurang baik berdasarkan: (1) Ada
tidaknya cacat pada umbi, (2) Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi, dan (3)
Ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih
itu dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran (grading/pengklasifikasian)
(Rukmana, 2008).
Pengklasifikasian Bibit Kentang
Mutu
Berat umbi
Super
>400 gram
A
>250gram-400 gram
B
>100 gram- 250 gram
C
>60gram-100 gram
D
30 gram-60 gram
Sumber : Rukmana (2008)
Keterangan
Umbi konsumsi
Umbi konsumsi
Umbi konsumsi
Umbi bibit
Umbi bibit
Umbi kentang dalam tahap penyimpanan dimasukkan kedalam wadah
berupa kotak kayu/krat/keranjang/waring, kemudian wadah itu dimasukkan ke
dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapi. Jika wadah berisi kentang itu
disimpan dalam gudang, usahakan gudang penyimpanan mempunyai ventilasi
udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya sekitar 6575%dan gudang dalam keadaan bersih (Rukmana, 2008).
Tahap Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan,
mengurangi
kehilangan
air,
dan
mempermudah
pengangkutan
dan
perhitungan.Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam
wadah tertentu, misalnya dengan karung, jaring plastik/waring yang bersih dan
tidak ada sisa bahan lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya ditutup rapatrapat, misalnya dijahit dengan jarum karung atau tali plastik (Rukmana, 2008).
VII. REKOMENDASI PENELITIAN
Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa salah satu permasalahan
yang ada pada tanah Andisol yaitu unsur P di dalam tanah sebenarnya tersedia
dalam jumlah yang banyak, tetapi unsur P tersebut terfiksasi oleh alofan sehingga
unsur P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Dari permasalahan terseebut dapat
dilakukan penelitian mengenai bagaimana cara / penanganan yang terbaik dalam
memperbaiki unsur P tersebut sehingga dapat tersedia oleh tanaman. Penelitian
tersebut sangat bermanfaat dalam memaksimalkan hasil produksi tanaman
sehingga juga membantu dalam meningkatkan pendapatan petani yang memiliki
lahan pada tanah-tanah Andisol.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2014.
Tanah Andisols Di Indonesia. Bogor : Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Chairunnisa, C., H. Hanum, dan Mukhlis. 2013. Peran Beberapa Bahan Silikat
(Si) dan Pupuk Fosfat (P) dalam Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Andisol
dan Pertumbuhan Tanaman. Online Agroekoteknologi, 1(3): 732-743.
Resman. 2010. Karakteristik Sifat Kimia Andisol pada Toposekuen Lereng
Selatan Gunung Merapi Kabupaten Sleman. Agriplus, 20(03): 205-208.
Rukmana, R. 2008. Usahatani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta:
Kanisius.
Saridevi, G. A. Y. R., I W. D. Atmaja, dan I. M. Mega. 2013. Perbedaan Sifat
Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol
Inceptisol, dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4): 214-223.
Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryana, D. 2013. Menanam Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
United States Department of Agriculture. 2015. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi
Ketiga Bahasa Indonesia. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.