Contoh kasus konseling individu mengguna

contoh kasus konseling individu menggunakan rational emotive
Contoh Kasus “ Minder “
lolly adalah siswa kelas XI SMA. Dia bisa di bilang siswi berprestasi di sekolahnya,
dia anak yang baik, periang, dan banyak mempunyai teman. Namun setelah kematian
pacarnya yang kecelakaan. perilakunya menjadi berubah.dia lebih terlihat murung ,
menyendiri, dan sering menangis tanpa sebab. Perilakunya ini berdampak ada kehidupan
disekolah dan dirumahnya. Nilainya menurun, prestasinya jadi rendah dan malas belajar.
Identifikasi Masalah :
Dari ilustrasi permasalahan diatas dapat bahwa lolly kehilangan pikiran positifnya ,
pikirannya irasional , dan kesulitan memahamiapa yang ia alami.
Diagnosis :
Diagnosis memiliki arti suatu uapaya untuk mengenal, menetapkan atau menentukan
sifat, serta hakekat dalam suatu peristiwa melalui pengamatan terhadap gejala.
Berdasarkan dari hasil analisis dan sintesis di atas yang menjadi penyebab
permasalahan lolly adalah kehilangan pikiran rasionalnya.
Prognosis :
Dilihat dari permasalahan yang dihadapi oleh lolly tersebut maka dapat digunakan
beberapa alternatif bantuan untuk membantu menyelesaikan masalahnya, yaitu dengan
dilakukanya konseling individu untuk memberikan alternatif bantuan kepada konseli
mengenai kesulitan belajar akibat rasa mindernya. Dalam permasalahan ini saya
menggunakan teknik konseling dengan menekankan pada pendekatan RET (Rational Emotif

Therapy) , yang bertujuan untuknmenumbuhkan kesadaran lolly terkait seringnya
menyalahkan diri sendiri, dan menghapus pikiran irasiaonal yang lolly alami.
Treatmen :
Proses wawancara dilakukan di ruang BK,
menyempatkan waktunya.
Waktu

: pukul 10.00 – 10.45 WIB

Tempat

: di ruang BK

Tanggal

: 12 Mei 2013

Hasil Wawancara : PERTEMUAN PERTAMA

di jam kosong pelajaran lolly


Pertanyaan dan jawaban

Keterangan

Klien : assalamualaikum bu,

Opening

Konselor : waaalaikumsalam, lolly.. silahkan duduk.. jam pelajaran apa ini ? apa (pembukaan)
gurunya tidak masuk?
Klien : jam pelajaran matematika bu, tidak bu, karena beliau ada kepentingan dinas,
jadi kami hanya di berikan tugas.
Konselor : lalu apa kamu sudah mengerjakannya ?
Klien : belom bu, saya tidak konsen mengerjakannya.
Konselor : loh kenapa begitu, apa ada yang menyebabkan kamu tidak konsen
seperti itu ?
Klien : Hehee... yaa bu, saya aja ga tau... sebenarnya saya juga bingung apa yang
saya pikirkan..
Konselor : ibu senang kalau kamu bersedia menceritakan apa yang sedang menjadi Attending

beban fikiranmu kepada ibu, kamu bisa berbagi masalah dengan ibu, ibu siap (penerimaan)
menjadi teman mu .. pelan pelan saja ceritanya.
Konseli : saya bingung harus cerita darimana bu, saya takut.

Konselor : Tidak perlu takut, tidak pelu bingung, waktunya masih banyak, kamu Refleksi of feellin
tenangin diri dulu, ibu siap menunggu. Pelan-pelan sajaa lol..

(pemantulan

Klien : iyaa bu, begini bu, saya memiliki pacar , yang meninggal 6 bulan lalu, saya perasaan)
merasa sedih dan kehilangan arah bu semenjak itu.
Konselor : ya yaa, saya memahami perasaan lolly. Ungkapkan pelan-pela saja.

Acceptance

Klien : pacar saya meninggal saat akan menjemput saya di sekolah bu, dan
kejadiannya tepa di depan mata saya, saya merasa menyesal, kenapa harus
memintanya jemput, kenapa tidak saya mandiri sajaa, kenapa saya harus manja
seperti ini , saya memang bodoh bu.. seandainya saya tidak memaksa dia untuk
menjemput , dia pasti akan tetap bersama saya sekarang ,saya bodoh sekali bu.

Konselor :ibu sangat memahami perasaan lolly , terus apa lagi yang lolly rasakan, ?
Klien

:padahal saya sangat menyayangi dia bu, tp saya sndri yang

mencelakakannya.
Konselor : coba ceritakan kronologi peristiwa nya, pelan-pelan sajaa..
Klien : saat itu bu, saya sms pacar saya untuk menjemput saya pulang sekolah,
pacar saya sudah kuliah bu. Karna kebetulan dia sedang tidak ada kuliah maka saya

Exploring

ingin dia menjemput saya sepulang sekolah. Setelah bel sekolah berbunyi, saya
langsung keluar kelas dan menunggunya d gerbang sekolah, baru 5 menit saya
disitu, saya melihat tabrakan hebat bu, antara bis dan motor satria FU milik pacar
saya, saya langsung berlari dan menangis histeris bu, ambilance datang dan
membawa pacar saya ke rumah sakit, tapi itu tidak menolongnya, pacar saya
meninggal bu. Saya pingsan dan saya ...(menangis)
Konselor : (memberikan tisue)... menangis saja jika itu membuat lolly bisa lebih empathy
tenang. Ibu bisa merasakan apa yang lolly alami dan rasakan saat itu.

Klien : ...... (masih menangis)....
Konselor : jadi lolly merasa, kejadian itu kesalahan lolly karena sudah meminta dia
menjemput lolly ?
Konseli : iya bu, saya merasa ini semua kesalahan saya. Saya berfikir saya juga
harus mati untuk menebus semua kesalahan ini
Konselor : cobaa dipikir dua, tiga kali lagi apakah berfikir seperti itu sudah sesuai ?

rejection

Klien : entahlah bu,

Konselor : bagaimana dengan orang tua lolly dengan orang tua pacar lolly?

Lead

Klien : orang tua saya selelu menguatkan saya bu, walaupun sampai sekarang saya
belom bisa memaafkan diri saya sendiri. Kalau orang tua pacar saya, mereka
berusaha menerima semua takdir ini dengan ikhlas bu, mereka tidak membenci
saya, bahkan mereka masih menganggap saya sebagai anaknya sendiri. Kadang saya
masih sering sekali bekunjung kesanaa bu, sepulang sekolah.

Konselor : orang tua lolly daan orang tua pacar lolly tidak membenci lolly, restatement
sekarang mari kita berfikir bersama, dari orang tua lolly dan orang tua pacar lolly
sangat menguatkan lolly , tetapi lolly inin menebus kesalahan dengan ikut mati,
menurut lolly apa itu cara yang palin tepat ?
Klien : gimana yaa bu, saya selalu merasa di kejar-kejar perasaaan bersalah, fikiran
itu selalu terlintas bu.
Konselor : jadi menurut lolly permasalahan selesai ketika lolly ikut mati paraphasing
bersamanya ? tanpa menghiraukan perasaan keluarga lolly dan keluarga pacar lolly ,
begitu ?
Klien : yaa bu saya rasa itu cara terbaik.saya merasa hampa tanpa kehadiran pacar

saya bu.
Konselor : sekarang coba lolly fikirkan dlu, apakah dengan semua rencana dan counfrontation
fikiran lolly itu semua dapat selesai, apakah dengan ikut mati lolly bisa merasa
bahagia ? apakah pikiran dn harapan lolly itu tidak malah menambah masalah baru
untuk orang tua lolly, dan orang tua pacar lolly yg sudah menggangap lolly anak
sendiri harus kehilangan lagi ?
Klien : iya sih bu, saya rasa itu malah menambah masalah , hmmmmm... saya
bingung bu.
Konselor : berarti lolly merasa sekarang ikut mati bukan solusi yang tepat dalam belief

menyelesaikan masalah ini bukan ?
Konseli : Saya mengerti bu, tapi saya masih sulit memaafkan diri saya sendiri. Saya
merasa akar permasalahan terpusat pada sayaa bu.
Konselor : coba fikir lol, kalau orang tua pacarmu saja bisa tegar menerima confrontation
kenyataan ini, bahwa anaknya sudah meninggal, mengapa kamu tidak sekuat itu ?
padahal mereka pun sama halnya dengan kamu yang menyayangi nya.
Konseli : yaa yaa bu, beraryi fikiran saya terlalu pendek bu ?
Konselor : apa lolly pernah menceritakan ini kepada orang tua lolly ?
Konseli : Tidak bu, saya selalu bingung untuk memulai cerita, ujung-ujungnya saya
pusing ,nangis dan lemas bu.
Konselor : sekarang apa kamu merasa lemas dan pusing ?
Konseli : sedikit bu, bagaimana jika dilanjut lain waktu bu ? saya rasa lemas sekali
bu.
Konselor : baukalh tidak masalah. Sebelumnya dari yg telah kamu ungkapkan , apa
kesimpulang yang kamu dapat ?
Konseli : saya merasa saya telah merasa berdosa telah membuat pacar saya
meninggal, tapi sya tidak tahu bagaimana menghilangkan perasaan itu. Dan saya
masih bingung bagaimana mengembalikan diri saya yang sebenarnya.
Konselor : baik kalau begitu kita lanjutkan lain waktu lagi, jika lolly telah siap
untuk melanjutkan dan menyelesaikan nya sampai lolly dapat kembali menjadi diri

sendiri. Silahkan beristirahat ya..
Konseli : iya bu saya siap untuk menyelesaikan ini hingga tuntas, terimakasih atas

lead

pethatian ibu.. assalamualaikum bu.
Konselor : sama-sama lolly.. wa’alaikumsalam

SOLUSI DAN PERMASALAHAN DALAM BK
SOLUSI PERMASALAHAN DALAM BK
Agar memudahkan kita melakukan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah, hendaknya perlu diketahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan Bimbingan Konseling pada siswa Anda terutama mereka yang
mempunyai
a.Identifikasi

masalah.

Adapun


langkah-langkah

tersebut

meliputi:

Masalah

Pada langkah ini yang harus diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala
awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah
apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya.
Beberapa cara untuk mengenal gejala masalah antara lain :
1. mengamati perkembangan dan perilaku anak sehari-hari dengan menggunakan
berbagai teknik observasi.
2. mengamati dan menganalisis hasil kerja anak
3. mempelajari laporan-laporan yang diterima mengenai anak tersebut.
4. melakukan wawancara atau menyebaran angket kepada anak untuk mengetahui
berbagai perilaku mereka.
5. melakukan pengukuran dan pemeriksaan terhadap anak
Sebagai contoh, Benin seorang siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus,

untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga
disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong, dan
baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi
belajarnyapun mulai menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni
mengadakan pertemuan dengan guru untuk mengamati Benin.
Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu
Heni kemudian melakukan evaluai berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang
nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi
Benin tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Benin menurun,
maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalmi masalah ” kurang menguasai
materi pelajaran “. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah
selanjutnya yaitu diagnosis.

b.Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ”
berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah.
Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal
yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul.
Dalam pelaksanaan , langkah diagnosis dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :

1. mengumpulkan informasi mengenai latar belakang gejala yang tampak .
2. melakukan analisis dan sintesis terhadap informasi latar belakang yang telah
dikumpulkan.
3. memperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada anak
Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak.
Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang
terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan
menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak.
Dari informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi
belajamya menurun. Dari informasi keluarga didapat keterangan bahwa kedua orang
tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan
jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah
bercerai menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun,
maka Benin sedang mengalami masalah pribadi.
c.Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang
akan diberikan.
Langkah prognosis dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. menelaah rumusan jenis dan bentuk masalah.
2. menetapkan intensitas masalah
3. berdasarkan tahapan 2 diatas , dibuat urutan proiritas sesuai intensitas atau kekuatan
masalah.
4. membuat perkiraan alternatif tindakan bantuan yang mungkin dilakukan
5. menelaah setiap alternatif dilihat dari prioritas dan kemungkinan pelaksanaannya
6. menetapkan perencanaan pemberian bantuan
Selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah
apa yang sedang dihadapi individu. Seperti rumusan kasus Benin, maka

diperkirakan Benin menghadapi masalah, rendah diri karena orang tua telah bercerai
sehingga merasa kurang mendapat perhatian dari mereka.
Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang dihadapi Benin, maka
dibuat alternatif tindakan bantuan, seperti memberikan konseling individu yang
bertujuan untuk memperbaiki perasaan kurang diperhatikan, dan rendah diri.
Dalam hal ini konselor menawarkan alternatif layanan pada orang tua Benin
dan juga Benin sendiri untuk diberikan konseling. Penawaran tersebut berhubungan
dengan kesediaan individu Benin sebagai orang yang sedang mempunyai masalah
(klien).
Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan:
1) pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau

kelompok

2) siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu
lain yang lebih ahli
3) kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa
diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing, maka
penanganan kasus tersebut perlu dialihkan penyelesainnya kepada orang yang lebih
berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya.
Layanan pemindahtanganan karena masalahnya tidak mampu diselesaikan
oleh pembimbing tersebut dinamakan dengan layanan referal. Pada dasarnya
bimbingan merupakan proses memberikan bantuan kepada pihak siswa agar ia
sebagai pribadi memiliki pemahaman akan diri sendiri dan sekitarnya, yang
selanjutnya dapat mengambil keputusan untuk melangkah maju secara optimal guna
menolong diri sendiri dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dan siswa atau
individu yang mempunyai masalah tersebut menetukan alternatif yang sesuai
dengan kemampuannya.
d.Pemberian Bantuan
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan
merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakan masalah
dan latar belakang yang menjadi penyebanya. Langkah pemberian bantuan ini
dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan.
Langkah pemberian bantuan sebagai berikut :
1. merencanakan program
2. pengorganisasian

3. pengaturan dan pembagian tugas
4. penjadwalan
5. penyediaan sarana
6. penggunaan pendekatan dan teknik
7. koordinasi
8. pemantauan
9. evaluasi
Pada kasus Benin telah direncanakan pemberian bantuan secara individual.
Pada tahap awal diadakan pendekatan secara pribadi, pembimbing mengajak Benin
menceritakan masalahnya, mungkin pada awalnya Benin akan sangat sulit
menceritakan masalahnya, karena masih memiliki perasaan takut atau tidak percaya
terhadap pembimbing.
Dalam hal ini pembimbing dituntut kesabarannya untuk bisa membuka hati
Benin agar mau menceritakan masalahnya, dan menyakinkan kepada Benin bahwa
masalahnya

tidak

akan

diceritakan

pada

orang

lain

serta

akan

dibantu

menyelesaikannya.
Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali pertemuan
saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan jadwal dan sifat pertemuan
yang tidak terikat, kapan Benin sebagai individu yang mempunyai masalah
mempunyai waktu untuk menceritakan masalahnya dan bersedia diberikan bantuan.
Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan transferensi yang
positif dimana klien mau memproyeksikan perasaan ketergantungannya kepada
pembimbing (konselor).
e.

Evaluasi

dan

Tindak

Lanjut

Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan
mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi dan tindak lanjut.
Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan berlangsung
sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi
diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dalam kasus Benin, pengumpulan data
dilakukan

dengan

wawancara

antara

pembimbing

dengan

Benin

sendiri,

pembimbing dengan orang tua Benin, teman dekat atau sahabat Benin, dan
beberapa orang guru.

Observasi juga dilakukan terhadap Benin pada jam istirahat, bagaimana
Benin bergaul dengan temannya, bagaimana teman-temannya memperlakukan
Benin dan sebagainya. Sedang observasi yang dilakukan baik oleh pembimbing
maupun guru, yaitu untuk mengetahui aktivitas Benin dalam Pembimbing juga
berkunjung kerumah Benin guna mengetahui kondisi rumah Benin sekaligus
mewawancarai orang tuanya mengenai sikap Benin di rumah Dari beberapa data
yang

telah

tekumpul,

kemudian

pembimbing

mengadakan

evaluasi

untuk

mengetahui sampai sejauh mana upaya pemberian bantuan telah dilaksanakan dan
bagaimana

hasil

dari

pemberian

bantuan

tersebut,

bagaimana

ketepatan

pelaksanaan yang telah diberikan.
Dari evaluasi tersebut dapat diambil langkah-langkah selanjutnya; apabila
pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat merubah tindakan
atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda.

Proses Konseling Berfokus Pada Solusi (Dengan
alternatif contoh kata-kata kunci)
 1 Komentar

1 Votes

A.

Membuka Percakapan

1. Menyambut dan menerima klien dengan penuh perhatian,
kehangatan, dan ketulusan.
(Misalnya: Selamat siang juga…Silahkan…Silahkan…Duduknya sini…
Sebentar ya. Bapak bereskan ini dulu sekalian. Baik…Bagaimana nak
baik-baik saja kan? Syukurlah…………..Ada yang perlu disampaikan kepada
bapak sehingga kalian datang kemari…?)
2.

Membuka pembicaraan dengan topik-topik netral.

(Misalnya: Ini mas Bayu kan…maaf bapak suka lupa. Mas Bayu itu klas 8
B ya…? Baik….. Apa tidak ada pelajaran mas Bayu sehingga pada jam
pelajaran begini datang kemari? Ooh.. memang minta ijin untuk kemari?
Benar sudah seijin pak guru? Baiklah…).
3.

Membuka pembicaraan tentang maksud dan tujuan klien.

(Misalnya: Pada jam pelajaran begini mas Bayu tidak mengikuti
pelajaran, tapi memilih datang kemari. Apa yang mas Bayu inginkan..?)
4. Menjelaskan kedudukan dan peran klien dan konselor selama proses
konseling.
(Misalnya: Seperti yang sudah mas Bayu tahu, bantuan pemecahan
masalah melalui konseling seperti ini, diperlukan kerjasama antara orang
yang sedang bermasalah dengan orang yang akan membantu

memecahkannya agar diperoleh kejelasan tentang masalahnya dan
ketepatan pemecahannya. Oleh karena itu Bapak nanti akan bertanya
tentang hal-hal yang Bapak perlukan, dan mas Bayu hendaknya dengan
sukarela menjawabnya/memberikan keterangan apa adanya sesuai
dengan kenyataanya. Di samping itu, dalam mencari pemecahannya mas
Bayu tidak “menunggu” saja hasil dari berfikir Bapak, tapi juga ikut
memikirkannya. Paham mas Bayu…?)
5. Bertanya dan mendengarkan sejenak permasalahan yang
diungkapkan klien, untuk mengenali permasalahan yang sedang dialami
atau membelenggu klien.
(Misalnya: Coba sekarang utarakan kepada Bapak yang mas bayu
rasakan tidak enak, yang menggangu pikiran atau perasaan mas Bayu
saat ini. Ketahuilah…semua apa yang menjadi masalah mas Bayu akan
bapak jaga kerahasiaannya, baik sekarang maupn kapan saja…)

B. Proses Menuju Solusi
6. Sesegera mungkin mendorong klien beralih dari pembicaraan tentang
masalah yang sedang dialami menjadi diskusi, dengan fokus pemecahan
masalah atau solusi.
(Misalnya: Baik, saya memahami masalahmu namun ada hal yang lebih
penting dari pada sekedar membicarakan masalah yang sedang mas bayu
alami. Apa itu menurut mas Bayu…? Yaitu….. (solusinya)).
Menumbuhkembangkan kesadaran:
7.

Mendiskusikan tentang kekecualian (exeption).

(Misalnya: Dalam keadaan atau suasana seperti apa mas Bayu lepas dari
perasaan yang membebani atau membelenggu seperti ini?)
8. Jika exeption gagal, maka memunculkan pertanyaan ajaib (miracle
question).
Membuat pilihan sadar:
9. Membantu merumuskan perilaku exeption yang positif sebagai
tujuan.
(Misalnya: Coba katakan perilaku positif seperti apa yang akan mas Bayu
lakukan?…Ayo katakan!……(Sebagai ganti perilaku saya yang……….saya
akan…….)).

10.
Membantu mengoperasionalkan tujuan, sehingga tujuan
menjadi spesifik dan terukur.
(Misalnya: Coba katakana dengan lebih konkrit dan rinci lagi perilaku
yang akan mas bayu lakukan itu…!)
11.

Mendiskusikan bagaimana cara mencapai tujuan.

(Misalnya: Apa saja yang akan mas Bayu lakukan untuk bisa begitu…?
Apa lagi?)
12.
Mendorong pencapaian tujuan pada kurun waktu kekinian,
bukan esok atau pada suatu waktu nanti. Anggaplah sesi konseling itu
adalah sesi terakhir.
(Misalnya: Setelah mas Bayu terbelenggu oleh…, sekarang mas bayu
berada pada keadaan….Selanjutnya mas Bayu akan mengatakan akan
berbuat apa hari ini…bukan esok?)
13.

Mendiskusikan seberapa tingkat ketercapaian tujuan.

(Misalnya: Seberapa yakinkah tujuan itu atau perilaku itu bisa mas Bayu
wujudkan?)
14.
Menyadarkan klien bahwa tanggung jawab kendali
pencapaian tujuan adalah klien.
(Misalnya: baik…terwujud tidaknya perilaku itu tidak tergantung pada
siapa-siapa, tetapi tergantung pada mas Bayu sendiri. Bagaimana?)
C. Mengakhiri Sesi Konseling
Penyimpulan:
15.

Perumusan alternatif-alternatif solusi.

(Misalnya: jadi beberapa alternatif pemecahannya adalah……)
16.

Penetapan solusi yang dilakukan.

(Misalnya: Solusi yang mas Bayu pilih adalah…..)
17.
Operasionalisasi tindakan-tindakan yang dilakukan utnuk
pencapaian tujuan.
(Misalnya: yang akan mas Bayu lakukan agar perilaku yang mas Bayu
inginkan itu dapat terwujud adalah…….)

18.
tujuan.

Penetapan indikator atau kriteria tingkat ketercapaian

(Misalnya: Ukuran dari perilaku yang mas Bayu inginkan itu terwujud
adalah……)
19.
Perencanaan sesi konseling berikutnya (kapan: hari dan
waktu/jam), serta empat dimana sesi berikutnya akan dilakukan.
(Misalnya: Baiklah….Bagaimana mas Bayu untuk pertemuan selanjutnya?
Masih perlu ketemu kan? Katakan……. Kapan (hari, jam)….tempatnya……!)
Sumber: Hand Out-Mata Kuliah Teori2 Konseling. 2011. Dosen
Pengampu: Prof. Dr. Soeharto, M.Pd-Dra. Chadijah H.A., M.Pd.

Dokumen yang terkait

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Mekanisme pengajuan klaim produk individu asuransi jiwa pada PT. MAA Life Assurance Syariah

6 85 87

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Keabsahan praktik wakaf (studi kasus daerah Pebayuran KM 08 Kertasari-Pebayuran KAB.Bekasi-Jawa

1 43 117

Pengaruh sistem informasi akuntansi dan audit sistem informasi terhadap pengendalian internal :(studi kasus pada PT.Telkom, tbk)

34 203 107