Sejarah Pendidikan Islam pada masa Khula

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Disadari ataupun tidak, sesungguhnya manusia memiliki naluri dan
watak berpolitik, watak untuk mengatur dan mempengaruhi orang lain.
Berpolitik merupakan aktualisasi diri dalam ranah publik sebagai bukti
bahwa dirinya memiliki kekuatan yang dapat

darmabaktikan kepada

bangsa dan negara atau kepada masyarakat luas. Selain itu berpolitik juga
panggilan dari ajaran Islam. salah satunya untuk melakukan dakwah amar
makruf nahi munkar. Tidaklah heran kalau dalam bentangan sejarah yang
panjang, sejak Rasulullah Muhammad saw, khulafaurrasyidin, Umayyah
(661-750) sampai Abbasiyah (750-1258)

diwarnai kejayaan dalam

bidang politik. Selain itu, karena persoalan politik juga, perpecahan,
peperangan dan pertumpahan darah di tubuh umat Islam tidak dapat
dielakkan Bahkan lahirnya aliran teologi Islam juga berawal dari masalah

politik,1 sehingga sesungguhnya Islam tidak dapat dilepaskan dari politik.
Islam diletakkan sebagai agama yang mencerahkan, membangun
peradaban yang anggun dan suka kedamaian, sebagaimana makna yang
terkandung dalam kata “ ‫ ” ﻢﻠﺳأ – ﺎﻣﻼﺳإ – ﻢﻠﺴﻳ‬itu sendiri, yang bermakna
keselamatan, kedamaian, dan penyerahan. Islam hadir membebaskan umat
manusia dari belenggu sejarah, peradaban dan belenggu kultural, tradisi
dan adat istiadat seperti pada zaman jahiliyah. Oleh karena itu, dalam
makalah ini saya akan mencoba sedikit memaparkan tentang peradaban
Islam pada masa khulafa Ar-Rasyidin.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan Islam pada masa Khulafa Ar-Rasyidin ?
1

Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta: Universitas Indonesia,1972,hlm.6. Lebih dijelaskan bahwa perang
Siffin antrara pihak Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.

1


1.3 Tujuan
Mengetahui perkembangan peradaban Islam pada Masa Khulafa ArRasyidin
1.4 Manfaat
Dapat Mengetahui sejarah dan perkembangan peradaban Islam pada Masa
Khulafa Ar-Rasyidin

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
1. Kelahiran Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu bakar Ashiddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin
Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin
Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin At-Taimi Al Qurasyi. Berarti
silsilahnya dengan Nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab). Dilahirkan pada
tahun 573 M. Dia dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh
dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama
utsman (abu kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin

Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya
bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taym bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu
ka’ab bin sa’ad.2
Abu bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika
Islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai
ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil, ia
telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak
segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk masuk
Islam. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi
disakiti oleh suku Quraisy, menemani rasul Hijrah, membantu kaum yang
lemah dan memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, setia dalam setiap
peperangan dan lain-lain.3
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia
juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat
2

Lihat M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Awalu Al-khulafa Ar-Rasyidin. Beirut :
Dar Al-Fikr, 1983, hlm 7-8
3

Dewan ensiklopedi islam. Ensiklopedi islam, jilid I. Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 1993. Hlm. 38.

3

ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad SAW –pun wafat tak lama setelah
kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di
kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat
Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti
Nabi. Itulah perselisihan kedua di Saqifah Bani Sa’idah 4, pada saat kaum
Anshar menuntut diadaknnya pemilihan Khalifah. Sikap kaum Anshar ini
menunjukkan bahwa kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian dalam
hal berpolitik dibandingkan dengan kaum muhajirin. Dalam hal ini,
setidaknya ada persaingan di antara kaum Anshar,Muhajirin dan Bani
Hasyim.5
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti nabi tidak ditemukan,
yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang
wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat. Sesuatu yang masih
merupakan tanda tanya terhadap mandat tersebut. Adakah suatu pertanda
Nabi menunjuk Abu Bakar atau tidak?6

Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang,
golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah 7,sebagai
pengganti Rasul. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan
tersebut, sehingga terjadilah perdebatan di antara mereka dan pada
akhirnya, Sa’ad bin Ubadah yang tidak menginginkan adanya perpecahan
mengatakan bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi
yang memanas, Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap
toleran, kemudian Basyir bin sa’ad Abi An-Nu’man bin Basyir berpidato
dengan mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini8. Dalam
keadaan yang sudah tenang ini, Abu Bakar berpidato, “Ini Umar dan Abu
4

Sebuah tempat di Madinah yang biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk
membahas suatu masalah. Sebagaimana pula Dar An-Nadwah sebuah balai
pertemuan Quraisy di Mekkah. Lihat juga Suyuthi pulungan. Fiqh Siyasati
Ajaran, sejarah, dan pemikiran, cet.1 Jakarta: Rajawali Press,1994, hlm. 102.
5
Syed Mahmudunnasir, op. Cit. Hlm. 80.
6
S. Khuda Bakhs. Politik islam. Delhi: Idarah Al-Adabiy, t.th, hlm.11.

7
Adalah satu-satunya pemimpin yang secara tegas menolak kepemimpinan
Abu bakar dan Umar, Akhirnya ia meninggalkan Madinah menuju Siria sampai
Akhir Hayatnya.
8
Rida, ibid, Hlm. 30. Thabari,ibid, Hlm. 40.

4

Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka
bai’atlah.”
Baik umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan
Abu Bakar dengan mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya
adalah ditunjuknya Abu Bakar sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat
dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah
SAW. Sebelum keduanya membai’at Abu Bakar, Basyir bin Sa’ad
mendahuluinyaa, kemudian diikuti umar dan Abu Ubaidah dan diikuti
serentak oleh semua hadirin.9
Dari paparan di atas, terlihat bahwa Abu Bakar dipilih secara
aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya, misalnya

Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalhah, dan Zubair yang menolak dengan
hormat.10 Mereka

masih mempermasalahkan diangkatnya Abu Bakar

tersebut. Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada
pemerintahan

Ali

bin Abi

Thalib.

Kelompok

lain

yang


tidak

menyetujuinya ialah Anshar Salad bin Ubadah meskipun pada akhirnya
tenggelam dalam sejarah.
Pembahasan-pembahasan tentang Khilafah ini pada akhirnya
menimbulkan berbagai aliran pemikiran dalam Islam. Dengan terpilihnya
Abu Bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama
dunia Islam.
2. Abu Bakar : Peran dan Fungsinya
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari
pidato Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap isi
pidatonya sebagai berikut.
“Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu
percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu.
9

Rida, ibid, hlm. 31, Thabari, ibid, hlm. 41-42
Hasan ibrahim Hasan. Islamic and History culture from 632-1968, terjemah
D. Humam, cet. I. Yogyakarta: Kota kembang, 1989, hlm. 32.
10


5

apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan
jika aku berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu
kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang
yang lemah diantara kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku
memenuhi hak-haknya, dan orang kuat diantara kamu adalah
lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah.
Janganlah

salah

seorang

dari

kaum

meninggalkan


jihad.

Sesungguhnya kaum memenuhi panggilan jihad maka Allah akan
menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-nya. Jika aku tidak
menaati Allah dan Rasul-nya, sekali-kali janganlah kamu
menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu”.11
Ucapan pertama ketika dibai’at12, ini menunjukkan garis besar
politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintan. Di dalamnya
terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat,
mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat
sebagau intisari takwa.13
3. Penyebaran Islam pada masa Abu Bakar
Setelah pergolakan dalam Negeri berhasil dipadamkan (terutama
memerangi orang-orang Murtad), Khalifah Abu Bakar menghadapi
kekuatan

Persia


dan

Romawi

yang

setiap

saat

berkeinginan

menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar
mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan
Muttsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak
dri kekuasaan Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar
memilih empat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu
pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash di font palestina, Yazid bin
11

Abi Al-Wahid An-Najjar. Al-Khulafa Ar-Rasyidin, Beirut: Dar Al-kutub AlIlmiyat, 1990. Hlm. 35, lihat pula suyuthi pulungan, op. Cit. Hlm.107-18.
12
Isi pidato kenegaraan pertama Abu Bakar, lihat Abd Al-walid An-Najjar. AlKhulafa Ar-Rasyidin. Beirut: Dar Al-kutub Al-Ilmiyat, 1990, hlm.35
13
Lihat Dedi Supriyadi, M.Ag. prof , Sejarah Peradaban Islam. Dengan
pengantar Dr. H. I. Nurol Aen, M.A. Bandung : Pustaka setia, 2008. Hlm. 70.

6

Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, dan Syurahbil
bin Hasanah di front yordania. Empat pasukan ini kemudiand dibantu oleh
khalid bin Walid yang bertempur di front siria. Perjuangan pasukanpasukan tersebut, dan ekspedisi-ekspedisi militer berikutnya untuk
membebaskan Jazirah Arab dari penguasaan bangsa Romawi dan bangsa
Persia, baru tuntas pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk
membentuk beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara, menunjukkan
bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara Islam. Hal
seperti ini juga berlaku pada zaman modern, yaitu seorang kepala negara
atau presiden juga sekaligus sebagai panglima tertinggi angkatan
bersenjata.
Di segi lain, fakta historis tersebut menunjukkan pula bahwa
kepemimpinannya telah lulus ujian menghadapi berbagai ancaman dan
krisis yang timbul, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Artinya
ia telah sukses membangun pranata sosial politik dan pertahanan
keamanan pemerintahannya. Dengan kata lain, ia berhasil memobilisasi
segala kekuatan yang ada untuk menciptakan pertahanan dan keamanan
Negara Madinah, menggalang persatuan umat Islam, menghimpun ayatayat Al-Quran yang masih berserakan menjadi suatu mushaf. Keberhasilan
ini tentu karena adanya kedisiplinan,kepercayaan, dan ketaatan yang tinggi
dari rakyat terhadap integritas kepribadian dan kepemimpinannya.14
4. Faktor Keberhasilan Khalifah Abu Bakar
Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam
membangun pranata sosial di bidang politik dan pertahanan keamanan.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu
memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat
untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil
keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini
14

Dedi, ibid, Hlm. 72

7

mendorong para tokoh sahabat, khususnya dan umat Islam umumnya,
berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Adapun tugas-tugas eksekutif ia didelegasikan kepada para
sahabat, baik untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Madinah
maupun pemerintahan didaerah.15
5. Peradaban Pada Masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan
satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar
adalah penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan
kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran dari pelepah kurma,
kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai
usaha untuk menjaga kelestarian Al-Quran setelah syahidnya beberapa
orang penghapal Al-Quran pada perang Yamamah. Sejak itulah Al-Quran
dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-Quran
dihimpun.16
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan
Abu Bakar terbagi beberapa tahapan, yaitu sebagi berikut.
a. Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan
dan kesejahteraan sosila rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia
mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum
muslimin, ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga
negara non muslim, sebagai sumber pendapatan Baitul Mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapat negara
ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhak menerimanya sesuai
dengan ketentuan Al-Quran. Diriwayatkan bahwa Abu Bakar
sebagai khalifah tidak pernah mengambil atau menggunakan uang
dari Baitul Mal. Karena menurutnya, ia tidak berhak mengambil
15
16

Dedi, ibid, Hlm. 72.
Ahmad Al Usairy, op. Cit. Hlm. 150

8

sesuatu dari Baitul malumat Islam. Oleh karena itu, selama ia
menjadi khalifah, ia tetap bergadang untuk memenuhi kebutuhan
hdup keluarganya sehari-hari.
b. Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya
adalah mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri
dengan menunjuk Umar bin Khaththab untuk menggantikannya.
Ada beberapa faktor yang medorong Abu Bakar untuk menunjuk
atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah
kekhawatirannya akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqifah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat
Islam ke jurang perpecahan, bila tidak menunjuk seseorang yang
akan menggantikannya. Pada saat itu, antara kaum Anshar dan
Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak untuk
menjadi khalifah. Lagi pula, pada saat itu umat Islam di bawah
pimpinannya baru saja selesai menumpas kaum murtad dan
sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur diluar kota
madinah. Jika umat Islam terpecah dalam situasi demikian dalam
memperebutkan jabatan khalifah, tentu akibatnya lebih fatal dari
pada menghadapi soal pemberontakan orang-orang murtad. Jadi,
dengan jalan penunjukan itu., ia ingin ada kepastian yang akan
menggantikannya sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi menimpa umat Islam. Artinya, dari segi politik dan
pertahanan keamanan bila pergantian pimpinan tiba saatnya.
Mengapa

pilihan

jatuh

kepada

Umar?

Karena

menurut

pendapatnya, umar adalah sahabat senior yang mampu dan
bijaksana memimpin negara. Lagi pula, Umar disegani oleh rakyat
dan mempunyai sifat-sifat terpuji. Penunjukan itu terjadi ketika
Abu Bakar mendadak jatuh sakit pada tahun ketiga masa
jabatnnya. Dalam penunjukannya itu ia tetap mengadakan
musyawarah atau konsultasi terbatas dengan beberapa orang
sahabat senior, antara lain Abdurrahman bin Auf, Utsman bin

9

Affan, dan Asid bin Hadhir, tokoh Anshar. Konsultasi ini
mengahasilkan persetujuan atas pilihannya pada Umar secara
objektif. Kemudian, dengan terpaksa, karena sakit yang diderita, ia
menemui kaum muslimin yang berkumpul di masjid untuk
memberitahukan keputusannya. Setelah Abu Bakar mendapat
persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia memanggil Utsman
bin Affan untuk menuliskan pengangkatan Umar. Kemudian, ia
memanggil
mengangkat

Umar
kedua

dan

membekalinya

tangan

Umar

nasihat-nasihat,

seraya

berdoa

lalu
untuk

keselamatannya dan kejayaan Islam serta pemeluknya. Sesuai
dengan isi perjanjian tertulis tersebut, dan telah mendapat
persetujuan dari sebagian kaum muslimin, setelah ia meninggal,
Umar bin khaththab dikukuhkan oleh kaum muslimin menjadi
khalifah kedua dalam satu bai’at umum yang berlangsung di
Masjid Nabawi.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang
perlu dicatat :
 Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asas
musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk
mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum
muslimin.
 Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau
kerabatnya, melainkan memilih seorang yang mempunyai
nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani
oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
 Pengukuhan Umar menjadi khalifah sepeninggal Abu
Bakar berjalan dengan baik dalam satu bai’at umum dan
terbuka tanpa ada pertentangan dikalangan kaum muslimin,
sehingga obsesi Abu Bakar untuk mempertahankan
keutuhan umat Islam dengan cara penunjukan itu terjamin.
10

Akhirnya, tatkala Abu Bakar nerasa kematiannya telah dekat dan
sakitnya

semakin

parah,

dia

ingin

untuk

memberikan

kekhalifahannya kepada seseorang sehingga diharapkan manusia
tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah pilihannya kepada Umar bin
Khaththab. Dia meminta pertimbangan sahabat-sahabat senior.
Mereka semua mendukungan pilihan Abu Bakar, dia pun menulis
wasiat untuk itu, lalu dia membai’at Umar. Beberapa hari setelah
itu, Abu Bakar Meninggal. Beliau meninggal dunia pada hari senin
tanggal 23 Agustus 624 M. Shalat jenazah dipimpin oleh Umar,
dan berliau dimakamkan dirumah Aisyah, disamping makam Nabi.
Beliau

berusaia

63

tahun

ketika

meninggal

dunia,

dan

kekhalifahan-nya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 11 hari.17
2.2 KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHTHAB
1. Kelahiran Umar Ibn Al-Khaththab
Umar ibn Al Khaththab,18 (583-644) yang memiliki nama lengkap
Umar bin khattab bin Nufail bin AbdAl-Uzza bin Ribaah bin
Abdillah bin Qarth bin Rail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay adalah
khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.19 Dia
adalah salah seorang sahabat tebesar sepanjang sejarah sesudah
Nabi

Muhammad

SAW.

Kebesarannya

terletak

pada

keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun
sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun negara besar yang
ditegakkan

atas

prinsip-prinsip

keadilan,persamaan,

dan

persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. 20 Dalam
banyak hal, Umar Ibn Al-Khaththab dikenal sebagi tokoh yang
sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius.21
17

Dedi, ibid, Hlm. 73-76
Departemen Agama. Ensiklopedi islam, jilid III. Jakarta : Depag, 1993, Hlm.
1256 dan An-Najjar, op. Cit, Hlm. 106.
19
ibid
20
Amir Nururdin. Ijtihad Umar Ibn Al-Khaththab. Jakarta: Rajawali press, 1991,
Hlm.136.
21
Nurchalish madjid. Pertimbangan kemaslahatan dalam menangkap makna
dan semangat ketentuan keagamaan kasus ijtihad Umar Ibn Al-Khaththab
dalam polemik reaktualisasi Ajaran Islam, jakarta: Pustaka Panjimas
18

11

Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan
yang paling menonjol karena perluasan wilayahnya, disamping
kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan
besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta
yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang
mengatakan, kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang
dilakukan pada masa Umar, Islam belum akan tersebar seperti
sekarang.22
2. Latar Belakang Kehidupan Umar Ibn Al-Khaththab
Umar Ibn Al-Khaththab dilahirkan dikota Mekah dari
keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat.23 Ia lahir
empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar atau sebagaimana
yang ditulis oleh Muhammad Al-Khudari Bek, tiga belas tahun
lebih muda dari Nabi Muhammad SAW.24
Sebelum masuk Islam, Umar termasuk diantara kaum kafir
Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk
Islam.25 Dia adalah musuh dan penentang Nabi Muhammad SAW.
Yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginannya
untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Dia
sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai
penyair tukang tenung.26
Setelah Umar masuk Islam,27 pada bulan Dzulhijjah enam
tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kepribadiannya
bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah
22

Michael H. Hart. The 100 a Ranking of the Most Infuencee Persons in
History. Terjemahan Mahbub Junaidi, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh
dalam Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya. 1986, hlm. 266.
23
A. Syalabi. Tarikh, Al-Islamiy wa Al-Hadarah Al-Islamiyyat, Terjemahan
Mukhtar Yahya. Sejarah Kebudayaan Islam. Jilid I. Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1994.
24
Muhammad Al-Khudhari. Itman Al-Wafa ‘f Sirah Al-Khulafa. Mesir: Maktabah
At-Tijariyah Al-Kubra, 1964, hlm.64.
25
Ensiklopedi Islam, op. Cit.hlm 1256.
26
Ibid.
27
Riwayat yang menceritakan keislaman Umar ada dua versi. Lihat Ibnu
Hisyam. As-Si’rah An-Nabawiyah. Lihat pula Ensiklopedi Islam, op. Cit. Mesir:
Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1955, hlm. 384.

12

menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam.
Bahkan, dia termasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling
dekat dengan Nabi Muhammad SAW.28
3. Pengangkatan Umar Ibn Al-Khaththab sebagai Khalifah
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H.
Menunjuk Umar Ibn Al-Khaththab sebagai penggantinya. 29
Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum pernah terjadi
sebelumnya,

tampaknya

penunjukan

ini

bagi

Abu

Bakar

merupakan hal yang wajar untuk dilakukan. Ada beberapa faktor
yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk Umar menjadi
Khalifah.

Pertama,

kekhawatiran

peristiwa

yang

sangat

menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeeret
umat Islam kejurang perpecahan akan terulang kembali, bila ia
tidak menunjuk seorang yang kan menggantikannya. Kedua, kaum
Anshar dan Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang
berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat islam pada saat itu baru saja
selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. 30 Sementara
sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur diluar kota
Madihan melawan tentara Persia di satu pihak dan tentara Romawi
di pihak lain.31
Berangkat dari kondisi politik yang demikian, tampaknya
tidak menguntungkan apabila pemilihan khalifah diserahkan
sepenuhnya kepada umat secara langsung. Jika alternatif ini dipilih,
besar kemungkinan akan timbul kontroversi berkepanjangan
dikalangan umat Islam tentang siapa uang lebih proporsional
menggantikan Abu Bakar.
Penulis menilai bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar
dalam suksesi kepemimpinan di negara Madinah pada saat itu
28

Dedi, ibid. Hlm.78
Machnun Husein, op. Cit. Hlm 34.
30
J. Suyuthi Pulungan, op. Cit. Hlm.120.
31
Menurut perkiraan Abu Bakar, Pasukan yang sedang berperang pasti sangat
membutuhkan bantuan tambahan berupa anggota pasukan, pangan, dan
pemikiran demi kemenangan perang. Lihat Ensiklopedi Islam, op. Cit. Hlm
1258.
29

13

merupakan langkah yang tepat dan apa yang dilakukan itu
merupakan

implementasi

yang

optimal

terhadap

prinsip

musyawarah.
4. Peradaban pada Masa Khalifah Umar
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain
pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya
adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin
Khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai
sekarang dikutip M. Fauzan,32 sebagai berikut.
Naskah Asas-asas Hukum Acara
Dari Umar Amirul Mu’minin kepada Abdullah bin Qais,
mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan dan rahmatNya kepada engkau.
1) Kedudukan lembaga peradilan
Kedudukan lembaga peradilan di tengah-tengah masyarakat
suatu negara hukum wajib (sangat urgen) dan sunnah yang
harus di ikuti/dipatuhi
2) Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
Pahami persoalan suatu kasus gugatan yang diajukan kepada
anda, dan ambillah keputusan setelah jelas persoalan mana
yang benar dan mana yang salah. Karena sesungguhnya, suatu
kebenaran yang tidak memperoleh perhatian hakim akan
menjadi sia-sia.
3) Samakan pandangan Anda kepada kedua belah pihak dan
berlaku adillah
Dudukkan keduan belah pihak di majelis secara sama,
pandangan mereka dengan pandangan yang sama, agar orang
yang terhormat tidak melecehkan anda, dan orang yang lemah
tidak merasa teraniaya.
4) Kewajiban pembuktian
32

M. Fauzan. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Mahkamah Syar’iyah di Indonesia. Jakarta: Kencana, cetakan ke-2, 2005, hlm.
93-94.

14

Penggugat wajib membuktikan gugatannya, dan tergugat wajib
membuktikan bantahannya.
5) Lembaga damai
Penyelesaian perkara secara damai dibenarkan, sepanjang tidak
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
6) Penundaan persidangan
Barang siapa menyatakan ada suatu hal yang tidak ada di
tempatnya atau sesuatu keterangan, berilah tempo kepadanya
untuk dilaluinya. Kemudian, jika dia memberi keterangan,
hendaklah anda memberikan kepadanya haknya. Jika ia tidak
mampu memberikan yang demikian, anda dapat memutuskan
perkara yang merugikan haknya.
7) Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
Janganlah anda dihalangi suatu putusan yang telah anda
putuskan pada hari ini, kemudian anda tinjau kembali putusan
itu lalu anda ditunjuk pada kebenaran untuk kembali pada
kebenaran, karena kebenaran itu suatu hal yang qadim yang
tidak dapat dibatalkan oleh sesuatu.
8) Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan
penalaran logis
Pergunakanlah kekuatan logis pada suatu kasus perkara yang
diajukan kepada anda dengan menggali dan memahami hukum
yang hidup, apabila hukum suatu perkara kurang jelas dalam
Al-Quran dan sunnah. Kemudian bandingkanlah permasalahan
tersebut satu sama lain dan ketahuilah hukum yang serupa,
kemudian ambillah mana yang lebih mirip dengan kebenaran
9) Orang islam haruslah berlaku adil
Orang Islam dengan orang Islam lainnya haruslah adil,
terkecuali orang yang sudah pernah jadi saksi palsu atau pernah
dijatuhi hukuman had atas orang yang diragukan tentang asalusulnya.
10) Larangan bersidang ketika sedang emosional
15

Jauhilah diri anda dari marah, pikiran kacau, perasaan tidak
senang dan berlaku kasar terhadap para pihak. Karena
kebenaran itu hanya berada di dalam jiwa yang tenang dan niat
yang bersih.
Khalifah Umar selaku Hakim yang bijaksana melakukan dua hal
penting yang patut mendapat perhatian dan menjadi pelajaran berharga
bagi para hakim di sepanjang zaman. Kedua hal penting tersebut adalah :
a. Beliau sekalipun dikenal sebagai orang keras dan tegas
menghadapi setiap pelanggar hukum Allah, dan orang-orang jahat,
namun beliau mampu menguasai dan mengendalikan diri untuk
tidak terburu-buru menjatuhkan suatu keputusan.
b. Beliau memanfaatkan tenaga ahli/penasihat ahli dalam hal ini
sahabat nabi yang terkenal dengan gelarnya Babul-ilm, yaitu Ali
bin Abi Thalib R.A.33
Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan meminta bantuan dari
Ali R.A. adalah apa yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jarimah
(menganalisis unsur kejahatannya sendiri), seperti pemeriksaan darah,
sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan misalnya.
Langkah selanjutnya,Umar menitikberatkan pada bahan bukti yang
diajukan oleh pendakwa (wanita yang menuduh). Tempat yang basah
dari kain itu disiram dengan air panas yang mendidih begitu rupa dan
ternyata di tempat yang disiram tersebut tampak suatu unsur yang
putig, yaitu putih telur yang tidak meleleh bersama-sama air panas.
Khalifah Umar R.A.memeberikan peringatan keras kepada wanita
tersebut yang akhirnya mengakui terus terang segala perbuatannya
yang tidak benar, dan pemuda yang tidak berdosa (bersalah) itu, berkat
kecerdasann hakimnya, dapat bebas dari segala tuduhan.34

33
34

Ibid.
Dedi, Ibid. Hlm 85-86

16

2.3 KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
1. Kelahiran Utsman bin Affan
Nama lengkap adalah utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin
Umayyah bin Abd Al-Manaf dari suju Quraisy. Lahir pada tahun
576 M. Enam tahun seteah peperangan kabah oleh pasukan
bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ibu
Khalifah Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rabi’ah
bin Habib bin Abdi Asy-syams bin Abd Al-Manaf. Utsman bin
Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan bakar. Sesaat
setelah masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari
pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia dijuluki dzun nurain, karena
menikahi dua putri Rasulullah SAW. Secara berurutan setelah yang
satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum..35
Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya
ke Absenia dan termasuk Muhajir pertama ke Yatsrib. Ia termasuk
orang yang saleh ritual dan sosial. Siang hari ia gunakan untuk
shaum dan malamnya untuk shalat. Setiap hari jumat, utsman bin
Affan membebaskan seorang budak laki-laki dan seorang budak
perempuan pada masa paceklik, masa pemerintahan Abu Bakar,
Utsman menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang
sangat

murah,

bahkan

membagi-bagikannya

kepada

kaum

muslimin. Utsman termasuk orang yang sangat penyayang,
sehingga pernah suatu pagi, ia tidak tega membangunkan
pelayannya untuk mengambil air wudhu, padahal ia sedang sakit
dan sudah udzur.36
Pada zaman Nabi Muhammad SAW. Utsman bin Affan
mengikuti beberapa peperangan, dintaranya perang uhud, khaibar
pembebesan kota Mekah, perang thaif, Hawazin dan Tabuk.
Perang Badar, tidak ia ikuti karena disuruh Rasulullah SAW.
Menunggu istrinya yang sedang sakit sampai meninggalnya.
35

Ira M. Lapidus. History of IslamicSocieties, Terj. Ghufron A mas’adi. Jakarta:
Raja Grapindo Parsada.
36
Ali mufrodi. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: logos, 1997

17

2. Proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan
Sebelum meninggal, Umar telah memanggil tigacalon
penggantinya yaitu Utsman, Ali dan Sa’ad bin Abi Waqqash.
Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar
berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai
pejabat. Disamping itu, Umar telah membentuk dewan formatur
yang bertugas memilih penggantinya kelak. Dewan formatur
dibentuk Umar berjumlah 6 orang. Mereka adalah Ali, Utsman,
Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Di samping itu, Abdullah bin
Umar dijadikan anggota, tetapi ia tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan khalifah ditentukan sebagai berikut :
pertama yang berhak menjadi khalifah adalah yang dipilih oleh
anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua, apabila suara
terbai secara berimbang (3:3), Abdullah bin Umar berhak
menentukannya. Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin
Umar tidak di terima, calon yang dipilih oleh Abd Ar-Rahman bin
Auf harus diangkat menjadi khalifah. Kalau masih ada yang
menentangnya,penentang tersebut hendaklah dibunuh.
Langkah yang ditempuh oleh Abd Ar-Rahman setelah
Umar wafat adalah meminta pendapat kepada anggota formatur
secara terpisah untuk membicarakan calon yang tepat untuk
diangkat menjadi khalifah. Hasilnya adalah munculnya kedua
kandidat khalifah, yaitu Utsman dan Ali. Ketika diadakan
pejajagan suara diluar sidang formatur yang dilakukan oleh Abd
Ar-Rahman, terjadi silang pemilihan. Lalu, Abd Ar-Rahman
bermusyawarah dengan masyarakat dan sejumlah pembesar diluar
anggota formatur ternyata, suara di masyarakat telah terpecah
menjadi dua, yakni kubu Bani Hasyim yang mendukung Ali dan
kubu Bani Umayyah yang medukung Utsman.
Kemudian, Abd Ar-Rahman memanggil Ali dan Utsman
secara berurutan lalu ia menanyakan kepada mereka sanggupkah
18

mereka melaksanakan tugasnya berdasarkan Al-Quran, sunah
Rasul, dan kebijaksanaan dua khalifah sebelum mereka? Mereka
berdua pun menjawab pertanyaan yg diajukan Abd Ar-Rahman,
dan akhirnya ia mengangkat Utsman sebagai Khalifah ketiga dan
menyuruh untuk pembai’atan
Masa pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang
paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu
selama 12 tahun. Awal pemerintahan Utsman, atau kira-kira 6
tahun masa pemerintahannya penuh dengan berbagai prestasi.37
3. Peradaban pada masa Utsman bin Affan
Karya

besar

monumental

khalifah

Utsman

adalah

membukukan mushaf Al-Quran. Pembukuan ini didasarkan atas
alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan
dikalangan umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer
ke Armenia dan azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh
suatu kepanitiaan yang diketuai oleh zaid bin tsabit.
Adapun kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang luas
itu, meliputi pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan,
jalan, masjid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang
kemudian tumpuh pesat. Semua jalan yang menuju ke Madinah
dilengkapi dengan khalifah filah dan fasilitas bagi para pendatang.
Masjid Nabi di Madinah diperluas. Tempat persediaan air
dibangun di Madinah, di kta-kota padang pasir, dan di ladangladang peternakan unta dan kuda.38 Pembangunan berbagai sarana
umum ini menunjukkan bahwa utsman sebagai khalifah sangat
memerhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi
kebudayaan sebuah masyarakat.

37

Dedi, Ibid. Hlm. 87-88
Jamil Ahmad. Seratus Muslim Terkemuka, Terj. Tim Penerjemah Pustakawan
Firdaus. Jakarta: 1984, hlm. 38; lihat pula Suyuthi pulungan, op. Cit. Hlm 147
38

19

2.4 KHALIFAH ALI BIN ABU THALIB
1. Kelahiran Ali bin Abu Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul Mukminin keempat
yang dikenal sebagai orang yang alim, cerdas dan taat beragama. Beliau
juga saudara sepupu Nabi SAW (anak paman Nabi, Abu Thalib), yang
jadi menantu Nabi SAW, suami dari putri Rasulullah yang bernama
Fathimah. Fathimah adalah satu-satunya putri Rasulullah yang ada serta
mempunyai keturunan. Dari pihak Fathimah inilah Rasulullah mempunyai
keturunan sampai sekarang.
Khalifah Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang
pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad
SAW, semenjak kecil diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, kemudian
setelah kakeknya meninggal di asuh oleh pamannya Abu Thalib. Karena
hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali
diasuh Nabi SAW dan di didik. Pengetahuannya dalam agama Islam amat
luas. Karena dekatnya dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang
banyak meriwayatkan Hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan
hampir di seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa
berada dalam barisan muka.
Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, beliau selalu mengajak Ali
untuk memusyawarahkan masalah-masalah penting. Begitu pula Umar
bin Khathab tidak mengambil kebijaksanaan atau melakukan tindakan
tanpa musyawarah dengan Ali. Utsman-pun pada masa permulaan
jabatannya dalam banyak perkara selalu mengajak Ali dalam
permusyawaratan. Demikian pula, Ali juga membela Utsman ketika
berhadapan dengan pemberontak.39
2. Proses pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Dalam pemilihan Khalifah terdapat perbedaan pendapat
antara pemilihan Abu bakar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib.
39

Pulungan, 1997:40

20

Ketika kedua pemilihan Khalifah terdahulu (Khalifah Abu Bakar
dan Khalifah Ustman ibn Affan), meskipun mula-mula terdapat
sejumlah orang yang menentang, tetapi setelah calon terpilih dan
diputuskan menjadi Khalifah, semua orang menerimanya dan
ikut berbaiat serta menyatakan kesetiaannya. Namun lain halnya
ketika pemilihannya Ali bin Abi Thalib, justru sebaliknya.
Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, masyarakat
beramai-ramai datang dan membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai
Khalifah. Beliau diangkat melalui pemilihan dan pertemuan
terbuka. Akan tetapi suasana pada saat itu sedang kacau, karena
hanya ada beberapa tokoh senior masyarakat Islam yang tinggal di
Madinah. Sehingga keabsahan pengangkatan Ali bin Abi Thalib
ditolak oleh sebagian masyarakat termasuk Mu’awiyah bin Abi
Sufyan. Meskipun hal itu terjadi, Ali masih menjadi Khalifah
dalam pemerintahan Islam.
Pro dan kontra terhadap pengangkatan Ali bin Abi Thalib
sebagai Khalifah di karenakan beberapa hal yaitu bahwa orang
yang tidak menyukai Ali diangkat menjadi Khalifah, bukanlah
rakyat umum yang terbanyak. Akan tetapi golongan kecil (keluarga
Umaiyyah) yaitu keluarga yang selama ini telah hidup bergelimang
harta selama pemerintahan Khalifah Ustman. Mereka menentang
Ali karena khawatir kekayaan dan kesenangan mereka akan hilang
lenyap karena keadilan yang akan dijalankan oleh Ali. Adapun
rakyat terbanyak, mereka menantikan kepemimpinan Ali dan
menyambutnya dengan tangan terbuka. Beliau akan dijadikan
tempat berlindung melepaskan diri dari penderitaan yang mereka
alami.40

40

op.,cit.syalabi.h.283

21

3. Peristiwa Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib
Konflik politik antara Ali ibn Abi thalib dengan Muawiyah
ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak ali Ibn Abi
Thalib diutus seorang ulama yang terkenal sangat jujur dan tidak
“cerdik” dalam politik, yaitu Abu Musa Al-Asy’ari. Sebaiknya dari
pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang terkenal
sangat “cerdik” dalam berpolitik, yaitu Amr Ibn Ash.41
Dalam Tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib
dirugiakan oleh pihak Muawiyah Ibn Abu Sufyan karena
kecerdikan Amr bin Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa AlAsy’ari. Pendukung Ali kemudian terpecah menjadi dua, yakni
kelompok pertama adalah mereka yang secara terpaksa
menghadapi hasil Tahkim dan mereka teap setia kepada Ali,
sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak
hasil Tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan Ali. Mereka
melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat
dalam tahkim, termasuk Ali.42
Sebagai oposisi terhadap kekuasaan yang ada, khawarij
mengeluarkan beberapa statemen yang menuduh orang-orang yang
terlibat tahkim sebagai orang-orang kafir. Khawarij berpendapat
bahwa Utsman Ibn Affan telah menyeleweng dari ajaran Islam.
Demikian pula, Ali juga telah menyeleweng dari ajaran Islam
karena melakukan tahkim. Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi
Thalib dalam pandangan Khwarij, yakni murtad dan telah kafir.
Disamping dua khalifah umat iIslam diatas, politisi lain dipandang
kafir oleh Khawarij adalah Muawiyah, Amr bin Ah, Abu Musa AlAsy’ari, dan semua orang yang menerima tahkim.
Dalam mengeluarkan statemen politiknya, khawarij
tampaknya tidak lagi berada dalam jalur politik, tetapi berada
dalam wilayah atau jalur teologi atau kalam yang merupakan
41

Lihat Harun Nasution. Islam Ditinjau dari berbagai Aspek, jilid II. UI-Press.
1986. Hlm 32. Lihat pula Nurcholish Madjid, hlm 269.
42
M. Ali As-Syais, op. Cit. Hlm 95-99

22

fondasi bagi keberagaan umat Islam. Khawarij dinilai keluar dari
wilayah politik karena menilai kafir terhadap orang-orang yang
telah terlibat dan menerima tahkim. Kafir dan mukminnya
seseorang, paling tidak menurut Harun Nasution, bukan wilayah
politik, tetapi wilayah kalam dan teologi. Karena menilai kafir
terhadap Utsman Ibn Affan ,Ali Ibn Abi Thalib, Muawiyah, Abu
Musa Al-Asy’ari, Amr Ibn Ash, Khawarij tidak lagi dinilai sebagai
aliran politik, tetapi dianggap sebagai aliran kalam.43
Disamping penentang, Ali Ibn Abi Thalib memiliki
pendukung yang sangat fanatik dan setia kepadanya. Dengan
adanya oposisi terhadap pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib,
kesetiaan mereka terhadap Ali Ibn Abi Thalib semakin bertambah,
apalagi setelah Ali wafat dibunuh oleh kalangan Khawarij. Mereka
yang fanatik terhadap Ali dikenal dalam sejarah sebagi kelompok
syi’ah.
Peristiwa tahkim tersebut menyebabkan sebagian pengikut
Ali tidak setuju dan mereka keluar dari barisan Ali, kemudian
mereka menjadikan Nahrawan sebagai markasnya serta terusmenerus merongrong pemerintahan Ali. Golongan yang keluar dari
barisan Ali tersebut biasa disebut sebagai Khawarij. Kerepotan
khalifah dalam menyelesaikan kaum Khawarij ini digunakan
Muawiyah untuk merebut Mesir. Padahal, Mesir dapat dikatakan
sebagi sumber kemakmuran dan ekonomi dari pihak Ali.
Dengan terjadinya berbagi pemberontakan dan keluarnya
sebagian pendukung Ali, banyak pengikut Ali gugur dan juga
berkurang serta hilangnya sumber ekonomi dari mesir karena
dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kharisma khalifah menurun,
sementara Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya.
Hal tersebut memaksa khalifah Ali menyetujui perdamaian dengan
Muawiyah.

43

ibid

23

penyelesaian melalui kopromi dengan Muawiyah itu
sebenarnya merupakan kegagalan bagi Ali. Berbagai kerusuhan
yang harus dihadapi Ali sejak penobatannya menjadi khalifah,
terutama disebabkan oleh kegagalannya menindas pemberontakan
Muawiyah. Pemberontakan yang hebat dari Thalhah dan Zubair
memperlemah kedudukan Ali dan memeprkuat kekuasaan
Muawiyah. Pemberontakan-pemberontakan terjadi pula di
Bashrah, Mesir, dan Persia untuk mendapat kemerdekaan. Khalifah
Ali harus menangani pemberontakn-pemberentokan ini dan
memulihkan ketertiban di dalam imperium, terutama kaum
Khawarij sangat memperlemah kekuatannya dan terus-menerus
menyibukkannya.44
Jumlah manusia, keuangan, dan sumber-sumber kekayaan
Muawiyah jauh lebih kuat dibandingkan dengan khalifah Ali. Ali
tidak memiliki sumber-sumber kekayaan yang memadai dan
memimpin suatu kaum yang kesetiannya kepadanya berubah-ubah
dan meragukan. Sebaliknya, Muawiyah memiliki sumber-sumber
yang kaya di Siria dan memiliki dukungan yang tangguh dari
keluarganya. Bani Umayah maupun orang-orang Siria dengan kuat
berada dibelakangnya dan memasoknya dengan sumber-sumber
kekuatan yang tak habis-habisnya. Ali hanyalah seorang jendral
dan seorang prajurit yang gagah berani, sedangkan Muawiyah
adalah diplomat yang licik dan seorang politikus yang pintar,. Dia
memainkan kelicikan apabila keberanian bertarung tidak berhasil.
Dengan cerdik, dia memanfaatkan pembunuhan khalifah Ali dan
membantu rencanya. Karena dia sendiri adalah seorang yang paling
licik pada waktu itu, Muawiyah menjalin persahabatan dan
persekutuan dengan Amar, yang juga orang yang paling cerdik dan
banyak akal pada saat itu. Karena gagal dalam menggunakan
pedang, Muawiyah dan sekutunya menipu dan mengalahkan

44

Syed Mahmudunnasir, op. Cit. Hlm 148

24

khalifah Ali dengan permainan kecerdikan dan kelicikan di dalkam
perang siffin.45
Penyelesaian kompromis Ali dengan Muawiyah tidak
disukai oleh kaum persusuh karena hal itu membebaskan khalifah
untuk memusatkan perhatiannya pada tugas menghukum mereka.
Kaum Khawarij menrencanakan untuk membunuh Ali, Muawiyah
dan Amar memilih seorang khalifah yang sehaluan dengan mereka,
yang dengan bebas dipilih dari seluruh umat Islam. Karena itu,
Abdurrahman, pengikut seta kaum Khawarij, memberikan pukulan
yang hebat kepada Ali sewaktu dia akan Adzan di Masjid. Pikulan
itu fatal dan khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H.
Bertepatan dengan tahun 661 M.46
Dalam kisah lain diceritakan bahwa kematian khalifah Ali
diakibatkan oleh pukulan pedang yang beracun milik Abdurrahman
Ibn Muljam.

45
46

Ibid.
Ibid hlm. Hlm 149.

25

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka yang menjadi kesimpulan makalah,
bahwa bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan
satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar
adalah penghimpunan Al-Quran. Selain itu, peradaban Islam yang terjadi
pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi beberapa tahapan, yakni
Dalam bidang pranata sosial ekonomi dan

mengenai suksesi

kepemimpinan.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman
dalam peradilan. Karya besar monumental khalifah Utsman adalah
membukukan mushaf Al-Quran. Pada masa pemerintahan Khalifah Ali
terjadi peristiwa tahkim. Yakni, konflik politik antara Ali ibn Abi thalib
dengan Muawiyah.
3.2 Saran
Penulis berharap setelah kita mempelajari pembahasan makalah ini
, kita sebagai umat Islam akhir zaman bisa mangambil teladan dalam
membangkitkan kembali peradaban islam dengan tetap konsisten terhadap
akidah kita. Dan kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritikan dan masukan
yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan agar dalam
penyusunan makalah selanjutnya akan semakin mendekati kebenaran.

26

3.3 Daftar Pustaka
 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan. Jakarta: Universitas Indonesia,1972,hlm.6. Lebih
dijelaskan bahwa perang Siffin antrara pihak Ali bin Abi Thalib
dan Muawiyah.
 Dewan ensiklopedi islam. Ensiklopedi islam, jilid I. Jakarta: Ikhtiar
Baru Van Hoeve, 1993. Hlm. 38.
 Lihat M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Awalu Al-khulafa ArRasyidin. Beirut : Dar Al-Fikr, 1983, hlm 7-8
 Syed Mahmudunnasir, op. Cit. Hlm. 80.
 S. Khuda Bakhs. Politik islam. Delhi: Idarah Al-Adabiy, t.th,
hlm.11.
 Lihat juga Suyuthi pulungan. Fiqh Siyasati Ajaran, sejarah, dan
pemikiran, cet.1 Jakarta: Rajawali Press,1994, hlm. 102.
 Hasan ibrahim Hasan. Islamic and History culture from 632-1968,
terjemah D. Humam, cet. I. Yogyakarta: Kota kembang, 1989, hlm.
32.
 Lihat Dedi Supriyadi, M.Ag. prof , Sejarah Peradaban Islam.
Dengan pengantar Dr. H. I. Nurol Aen, M.A. Bandung : Pustaka
setia, 2008. Hlm. 70.
 lihat Abd Al-walid An-Najjar. Al-Khulafa Ar-Rasyidin. Beirut: Dar
Al-kutub Al-Ilmiyat, 1990, hlm.35

27

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22