Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

  Penelitian dan pengembangan model pembelajaran multimedia interaktif android (MITRA) berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika sekolah dasar (SD) telah dilaksanakan dengan menggunakan metode Research and Development (R&D) yang diadobsi dari Sukmadinata (2016: 164). Model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving ini mengadobsi model pengembangan 4D dari Endang

  Mulyatiningsih (2011: 179-183) yaitu: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika SD, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli, dan mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat peserta didik SD. Pada sub bab deskripsi hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

  Rincian waktu dan kegiatan yang dilaksanakan penulis dalam mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

  Tabel 4.1 Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Media Pembelajaran

  Nama No. Bulan Hasil yang Diperoleh

  Kegiatan

  1. September 2017 Potensi dan Mengetahui masalah dalam Masalah pembelajaran matematika kelas 4 SD Negeri Tegalrejo

  Nama No. Bulan Hasil yang Diperoleh

  Kegiatan

  2. September 2017 Pengumpulan Data-data materi ajar Data matematika yaitu pecahan.

  3. Oktober 2017 Desain Menghasilkan perangkat Produk pembelajaran berupa silabus dan RPP, sebagai dasar untuk membuat model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

  4. November 2017 Validasi Mengetahui kelebihan dan Desain kekurangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving oleh dosen pembimbing, ahli materi, dan ahli media.

  5. November 2017 Revisi Desain Model pembelajaran MITRA Produk berbasis problem solving yang sesuai dengan harapan setelah adanya perbaikan (revisi) berdasarkan penilaian dosen pembimbing, ahli materi, dan ahli media.

  6. November 2017 Simulasi Melakukan latihan awal sebelum uji coba terbatas untuk mencocokkan waktu serta kerja model pembelajaran MITRA berbasis problem solving

  7. November 2017 Uji Coba - Data peserta didik kelas 4 Produk SD Negeri Tegalrejo 01

  Salatiga

  • Mempraktikkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving
Nama No. Bulan Hasil yang Diperoleh

  Kegiatan

  8. November 2017 s/d Penulisan Menghasilkan laporan tugas selesai Laporan akhir dengan judul Penelitian “Pengembangan Model Pengembang Pembelajaran MITRA an Model Berbasis Problem Solving Pembelajaran untuk Pemecahan Masalah MITRA Matematika SD”. Berbasis

  Problem Solving

  Berikut adalah proses-proses yang dilakukan pada penelitian ini. Proses pertama, penulis melakukan studi pendahuluan yaitu dengan studi pustaka dan survei lapangan. Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis terhadap 6 guru di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yaitu bahwa guru: menguasai materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik, memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika, memaksimalkan penggunaan buku teks dan menyertakan sumber-sumber lainnya terkait materi pembelajaran sebagai sumber informasi, memberikan tugas secara terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas, memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik, mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan menggunakan media teknik informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana penyampaian informasi kepada peserta didik. Hasil studi pendahuluan tersebut, maka perlu ada langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

  Proses kedua, penulis melakukan penyusunan draf produk awal sebagai bentuk tanggapan terhadap hasil studi pendahuluan. Penulis menentukan Kompetensi Dasar (KD), menyusun silabus pembelajaran untuk pemecahan masalah matematika SD, dan membuat rancangan storyboard MITRA.

  Proses ketiga, penulis melaksanakan serangkaian pengembangan produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving yang telah berhasil dikembangkan untuk kemudian divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Oleh keduanya, penulis melakukan revisi produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. Revisi telah dilaksanakan sehingga tampak perbedaan yang lebih baik sesuai dengan masukan ahli materi maupun ahli media. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

  

solving sudah siap diuji coba terbatas kepada peserta didik SD Negeri

  Tegalrejo 01 Salatiga. Hasil dari uji coba terbatas tersebut ternyata masih terdapat revisi sehingga penulis melaksanakan revisi ulang. Hasil revisi kedua produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving akhirnya dapat diuji coba luas dengan peserta didik SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah peserta didik saat uji coba terbatas. Seusai uji coba terbatas, proses pengembangan produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving berarti dinyatakan telah selesai. Berikut ini adalah uraian dari hasil penelitian dan pengembangan produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Pembelajaran MITRA Berbasis

  Problem Solving

  Studi pendahuluan yang dilaksanakan menghasilkan kesenjangan antara kondisi ideal yang seharusnya dengan kenyataan yang terjadi di lapangan pada pembelajaran matematika di SD. Guru di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga sudah memaksimalkan segala bentuk penyampaian informasi kepada peserta didik dalam

  Berdasarkan hasil observasi dari 6 guru di SD Negeri Tegalrejo

  01 Salatiga diperoleh data sebagai berikut: 1) 83,33% guru menyusun rencana pembelajaran yang relevan secara tertulis sebelum pembelajaran matematika berlangsung, 2) 100% guru menguasai materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik, 3) 100% guru memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika, 4) 100% guru memaksimalkan penggunaan buku teks dan menyertakan sumber-sumber lainnya terkait materi pembelajaran sebagai sumber informasi, 5) 100% guru memberikan tugas secara terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas, 6) 100% guru memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik, 7) 66,67% guru mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan 8) 33,33% guru menggunakan media TIK sebagai sarana penyampaian informasi kepada peserta didik pada pembelajaran matematika.

  Berdasarkan hasil observasi terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga diperoleh data sebagai berikut: 1) 100% peserta didik menyatakan bahwa telah menggunakan buku teks dan sumber-sumber lainnya yang terkait materi pembelajaran sebagai sumber informasi, 2) 90% peserta didik menanggapi tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas, 3) 100% peserta didik mendapatkan respon berupa penghargaan dan/atau sanksi, 4) 75% peserta didik termotivasi untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika, 5) 50% peserta didik turut mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan 6) 20% peserta didik menggunakan media TIK sebagai sarana penyampaian informasi pada pembelajaran matematika.

  Berdasarkan kedua hasil studi pendahuluan, yaitu terhadap 6 bukan hanya guru saja namun peserta didik dapat turut menikmati media TIK sebagai sarana penyampaian informasi. Penggunaan media TIK sebagai sarana atau alternatif guru dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dapat memanfaatkan TIK sebagai fasilitas yang dapat membantu menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan. Jadi, ketertarikan peserta didik terhadap TIK khususnya smartphone yang saat ini sangat besar dan seakan-akan menjadi ketergantungan yang mungkin dapat dikatakan sulit untuk dihindari, kini guru dapat turut mambantu mengarahkan dalam penggunaannya secara positif.

4.1.2 Hasil Pengembangan Model Pembelajaran MITRA Berbasis

  Problem Solving

  Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving merupakan perpaduan antara multimedia interaktif, penggunaan

  smartphone dengan system operasi Android, dan model pembelajaran problem solving. Penggunaan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pembelajaran matematika dapat menjawab

  kebutuhan peserta didik. Peserta didik ikut terlibat aktif dengan menggunakan media TIK sehingga pemecahan masalah matematika dapat terurai. Selain itu, model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving yang dapat menyesuaikan dengan karakteristik dari

  kompetensi yang diajarkan. Susunan KD dalam materi pecahan pada mata pelajaran matematika masih dapat berubah-ubah, namun secara prinsip konten kompetensi tidak begitu jauh menyimpang. Berikut ini adalah hasil pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD.

4.1.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MITRA Berbasis

  pembelajaran yang berisi pemecahan terhadap suatu masalah melalui multimedia interkatif dengan pemanfaatan TIK berupa smartphone sistem operasi Android. Pelajaran ini mencakup proses dengan menggunakan contoh program dengan masalah atau masalah yang dibelajarkan kepada peserta didik. Peserta didik dapat menggunakan proses tersebut untuk mengembangkan solusi.

  Model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dikembangkan dengan tujuan pendidikan: yaitu agar setiap peserta didik memiliki pemahaman atas proses pemecahan masalah dan dapat menghargai nilai proses pemecahan masalah apa yang dapat peserta didik lakukan untuk dirinya sendiri. Secara kognitif, peserta didik dapat menjelaskan proses pemecahan masalah dengan menunjukkan penggunaan proses pemecahan masalah. Secara afektif, peserta didik dapat menghargai penggunaan proses pemecahan masalah dengan mengevaluasi keefektifannya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran MITRA berbasis

  

problem solving dapat memberikan pengalaman belajar

  otentik kepada peserta didik sehingga dapat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran matematika SD menggunakan

  smartphone sistem operasi Android.

  Sintaks model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving. Sintaks tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Identifikasi Masalah Langkah ini mengharuskan peserta didik untuk mengidentifikasi informasi yang tidak relevan atau tidak memadai dalam pemecahan masalah, atau untuk

  2. Terapkan MITRA Langkah ini diperlukan untuk memilih solusi berdasarkan pertimbangan yang benar sebagai bentuk pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan MITRA.

  3. Evaluasi MITRA Langkah ini mengharuskan peserta didik untuk mengidentifikasi kembali masalah yang dapat dipecahkan dengan cara sama seperti masalah yang telah diberikan, untuk mengetahui efek dari berbagai kondisi dalam masalah tertentu, atau untuk mengevaluasi strategi dari solusi yang diberikan.

  Kelebihan model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving adalah:

  1. Bersifat menyenangkan dan interaktif dapat merangsang peserta didik untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

  2. Memecahkan topik yang sulit sampai pada potongan informasi yang dapat diatur.

  3. Membantu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap berbagai topik pemecahan masalah.

  4. Peserta didik dapat belajar mempraktikkan berbagai keterampilan.

  5. Dikembangkan sesuai dengan kurikulum nasional yang berlaku

  6. Menggabungkan warna-warni dan pendekatan visual untuk belajar dengan konten sederhana namun informatif sehingga memberikan pengalaman belajar melakukan kecurangan (supportive), dan kreatif dalam mengatur strategi yang berpengaruh terhadap perilaku peserta didik.

  8. Membantu peserta didik terbuka dengan pengalaman- pengalaman baru.

  9. Membantu peserta didik mengembangkan tujuan pembelajaran.

  10. Meningkatkan harga diri peserta didik dalam memahami dirinya secara utuh.

  Pelaksanaan model pembelajaran MITRA berbasis

  

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD

  yaitu: 1. Menyusun silabus matematika kelas 4 SD.

  2. Memilih danmenentukan kompetensi dasar materi (pecahan).

  3. Menyusun RPP yang memuat model pembelajaran MITRA berbasis problem solving. RPP memuat kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir seperti pada Tabel 4.2 berikut

  Tabel 4.2 Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran pada RPP

  Uraian Singkat Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Apersepsi, motivasi, serta penyampaian Awal kompetensi dan rencana kegiatan.

  Kegiatan Serangkaian kegiatan pembelajaran Inti menggunakan model pembelajaran

  MITRA berbasis problem solving yaitu: memberikan pretest, penggunaan MITRA, Kegiatan Review/refleksi terhadap kegiatan yang Akhir telah dilaksanakan pada kegiatan inti, pemberian penguatan dan kesimpulan, dan kegiatan penutup

  Jadi, pelaksanaan model pembelajaran MITRA berbasis

  

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD

dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

  Menyusun Silabus Matematika Kelas 4 SD Memilih dan Menentukan Kompetensi Dasar Materi

  Menyusun RPP Kegiatan Awal

  Kegiatan Inti

  Identifikas Terapkan Evaluasi i Masalah MITRA MITRA

Pretest

Posttes

t

  Kegiatan Akhir Gambar 4.1

  

4.1.2.2 Spesifikasi Produk Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

  Spesifikasi produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD yaitu: 1. Silabus Matematika Kelas 4 SD.

  2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

  3. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving disajikan dalam bentuk aplikasi dengan format

  .apk

  a. Tampilan Pembuka Gambar 4.2

  Tampilan Pembuka

  b. Tampilan Kompetensi Dasar Gambar 4.3 c. Tampilan Input Nama Gambar 4.4

  Tampilan Input Nama

  d. Tampilan Menu Utama Gambar 4.5

  Tampilan Menu Utama

  e. Tampilan Konten 1) Menu Utama 1

  Gabar 4.7 Tampilan Menu Utama 1B Pecahan Interaktif

  2) Menu Utama 2 Gambar 4.8

  Tampilan Menu Utama 2A Pecahan Senilai Gambar 4.9

  Tampilan Menu Utama 2B Papan Pecahan

  Gambar 4.10 Tampilan Menu Utama 2C Papan Pecahan

  Interaktif 3) Menu Utama 3

  Gambar 4.11 Tampilan Menu Utama 3A Menyederhanakan

  Pecahan

  4) Menu Utama 4 Gambar 4.13

  Tampilan Menu Utama 4 Menemukan Angka Pecahan

  e. Tampilan Kuis Gambar 4.14

  Tampilan Kuis

  f. Tampilan Soal Interaktif 1 g. Tampilan Soal Interaktif 2 Gambar 4.16

  Tampilan Soal Interaktif 2

  h. Tampilan Soal Interaktif 3 Gambar 4.17

  Tampilan Soal Interaktif 3 i. Tampilan Pemberitahuan Jawaban Benar

  Gambar 4.18 j. Tampilan Pemberitahuan Jawaban Salah Gambar 4.19

  Tampilan Pemberitahuan Jawaban Salah k. Tampilan Hasil

  Gambar 4.20 Tampilan Hasil l. Tampilan Konfirmasi Keluar

  Gambar 4.21

  4. Smartphone dengan operating system Android.

  5. Gantungan kunci MITRA Pecahan Matematika SD.

  Gambar 4.22 Gantungan Kunci MITRA Pecahan Matematika SD

4.1.3 Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem

  Solving

  Tingkat validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving untuk pemecahan masalah matematika SD menggunakan 4

  orang ahli yaitu: 2 ahli materi dan 2 ahli media. 2 ahli materi yaitu: Indri Anugraheni, S.Pd., M.Pd. (A1) dan Yustinus, M.Pd. (A2) serta 2 ahli media yaitu: Stefanus C. Relmasira, S.Pd., MS.Ed. (A3) dan Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd. (A4). Berikut ini adalah hasil tingkat uji validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving beserta hasil revisiannya.

4.1.3.1 Hasil Uji Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem Solving

  Hasil uji tingkat validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut penilaian ahli materi diperoleh data seperti pada Tabel 4.3 berikut.

  Tabel 4.3 Hasil Validasi Model Pembelajaran MITRA Berbasis

  4

  4

  7. Kejelasan konsep materi pembelajaran

  3

  4

  8. Kesesuaian ilustrasi dengan materi pembelajaran

  3

  9. Kejelasan contoh yang diberikan

  6. Kesesuaian indikator pencapaian kompetensi dengan materi pembelajaran

  4

  4

  10. Kesesuaian kasus argumentatif dengan materi pembelajaran

  4

  3 Jumlah 34 41

  Total

  75 Rata-rata

  3

  4

  

Problem Solving oleh Ahli Materi

  4

  Aspek Indikator SKOR A1 A2

  Materi Pembe- lajaran

  1. Kesesuaian judul dengan isi materi pembelajaran

  3

  4

  2. Kejelasan petunjuk belajar

  5

  3

  3. Kejelasan kerangka isi

  3

  5

  4. Kesesuaian indikator pencapaian kompetensi dengan KD

  4

  4

  5. Keoperasionalan indikator pencapaian kompetensi

  37.5 Analisis dilakukan setelah memperoleh rata-rata skor penilaian ahli materi pembelajaran matematika yaitu 37.5 dengan pernyataan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis problem solving telah memenuhi syarat dan layak diujicobakan kepada peserta didik setelah ada perbaikan sesuai masukan atau saran ahli materi tersebut dengan Skor Aktual =

  Skor Ideal x100%

  75 = 100 x100% = 75%

  Berdasarkan skor yang diperoleh di atas, maka kategori materi yang terkandung dalam model pembelajaran MITRA berbasis problem solving tergolong dalam interval 61-80% sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis

  

problem solving layak digunakan walaupun masih perlu

  revisi ulang atau dilakukan perbaikan sesuai saran ahli materi. Saran yang diberikan oleh ahli materi Indri Anugraheni, S.Pd., M.Pd. (A1) yaitu: ada beberapa materi yang kurang tepat sehingga penulisan perlu diperbaiki yaitu dari kata menyusun pecahan karena konsepnya salah diganti dengan kata mengurutkan pecahan agar konsepnya benar. Sedangkan komentar yang diberikan oleh ahli materi Yustinus, M.Pd. (A2) yaitu: MITRA bisa digunakan untuk penelitian dan disebarluaskan ke guru-guru SD serta saran yang diberikan adalah penulis harus memastikan semua jenis HP atau smartphone Android mampu mengeksekusi program.

  Berikutnya adalah hasil uji tingkat validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut penilaian ahli media diperoleh data seperti pada Tabel 4.4 berikut.

  Tabel 4.4 Hasil Validasi Model Pembelajaran MITRA Berbasis

  4

  4

  4

  4. Desain materi

  4

  4

  3. Kejelasan tugas

  5

  2. Kejelasan tujuan

  4

  4

  4

  1. Tingkat ketertarikan peserta didik

  5 Desain Materi Pem- belajar- an

  4

  4. Ketersediaan skor/grade

  4

  4

  5. Desain tugas

  4

  4

  4

  4

  4. Kemudahan navigasi menu utama

  2

  3

  3. Kemudahan navigasi interaktifitas

  4

  4

  2. Kemudahan akses tugas

  4

  6. Keterkaitan materi dengan masalah sehari-hari peserta didik

  4 Kontrol 1. Kemudahan akses materi

  4

  8. Fleksibilitas waktu

  4

  4

  7. Kesesuain materi

  2

  4

  3. Ketersediaan fitur umpan balik

  4

  

Problem Solving oleh Ahli Media

  4

  3

  6. Ukuran huruf

  3

  4

  5. Kesesuaian teks

  4

  4. Relevansi gambar/foto dngan konten 4

  4

  3. Warna background

  7. Tata letak gambar/foto

  3

  4

  2. Tingkat ketertarikan background

  4

  5

  1. Relevansi konten

  Tampil- an

  Aspek Indikator SKOR A3 A4

  3

  4

  2. Kesesuaian topik atau pokok bahasan yang dipelajari

  2. Tingkat kemudahan pengoperasian

  2

  4

  1. Ketersediaan fasilitas interaktifitas

  4 Inter- aksi

  3

  3. Kesesuaian bahasa

  4

  4

  4

  4

  4

  1. Tingkat kemudahan akses

  4 Akses

  5

  9. Ketersediaan multimedia interaktif

  3

  4

  8. Kecukupan ukuran gambar

  3 Analisis dilakukan setelah memperoleh rata-rata skor penilaian ahli media pembelajaran matematika yaitu 107 dengan pernyataan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis problem solving telah memenuhi syarat dan layak diujicobakan kepada peserta didik setelah ada perbaikan sesuai masukan atau saran ahli media tersebut dengan menggunakan rumus:

  Skor Aktual =

  Skor Ideal x100% 107

  = 140 x100% = 76.5%

  Berdasarkan skor yang diperoleh di atas, maka kategori media yang terkandung dalam model pembelajaran MITRA berbasis problem solving tergolong dalam interval 61-80% sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran MITRA berbasis

  

problem solving layak digunakan walaupun masih perlu

revisi ulang atau dilakukan perbaikan sesuai saran ahli media.

  Saran yang diberikan oleh ahli media Stefanus C. Relmasira, S.Pd., MS.Ed. (A3) yaitu: MITRA perlu diperjelas instruksinya agar tidak membingungkan peserta didik sebagai pengguna, alangkah baiknya ditambah contoh di awal atau semacam tutorial, dan agar menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami . Segangkan saran yang diberikan oleh ahli media dan Gamaliel Septian Airlanda, M.Pd. (A4) yaitu: huruf terlalu kecil dan tidak bisa di zoom out, fasilitas interaktif belum maksismal, dan masalah belum aktual.

4.1.3.2 Revisi Produk Model Pembelajaran MITRA Berbasis

  Problem Solving

  Berikut ini adalah hasil revisi produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD:

  Layout 1 1.

  Gambar 4.23 Perlu Perbaikan 1

  Pada gambar 4.23 di atas, perlu perbaikan pada judul tampilan yaitu: menyusun pecahan yang seharusnya diganti menjadi mengurutkan pecahan seperti pada Gambar 2.24 berikut:

  Gambar 4.24

  Layout Hasil Perbaikan 1

  2. Layout 2 Gambar 4.25

  Perlu Perbaikan 2 Pada gambar 4.25 di atas, perlu perbaikan yaitu: belum terdapat tampilan skor seharusnya diganti menjadi tampilan yang terdapat skor seperti pada

Gambar 2.26 berikut:

  Gambar 4.26

  Layout Hasil Perbaikan 2

  3. Layout 3

Gambar 4.27 di berikut adalah hasil perbaikan dimana sebelumnya hanya terdapat pada kuis saja,

  namun sekarang pada paket ayo mencoba yang terdapat dalam menu utama (lihat Gambar 4.5) sudah tersedian

  pop-up pesan jawaban benar ataupun jawaban salah.

  Gambar 4.27

  Layout Hasil Perbaikan 3

4.1.4 Uji Kualitas Model melalui Uji Coba Lapangan Terbatas

  Uji kualitas model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving dilaksanakan melalui uji coba lapangan terbatas. Uji coba

  lapangan terbatas dilakukan terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga. Uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik dan melihat hasil uji perbedaan tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik. berikut adalah penjabarannya.

4.1.4.1 Deskripsi Uji Tingkat Efektifitas Hasil Belajar Peserta Didik

  Tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik menggunakan model pembeljaran MITRA berbasis problem

  solving dilaksanakan dengan mengunakan uji coba terbatas

  terhadap peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga sebagai subjek penelitian. Pada uji coba terbatas ini dilaksanakan oleh guru kelas 4 yaitu Sri Rahayu, S.Pd.SD. dan penulis berperan sebagai pengamat dan pengingat alur implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibantu oleh rekan sejawat. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 28 November 2017 dengan alokasi waktu 3x35 menit. bagian dari produk model pembeljaran MITRA berbasis

  

problem solving. RPP yang disusun memuat kegiatan awal,

  kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal dilakukan dengan adanya apersepsi, motivasi, serta penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan. Kegiatan inti dilakukan dengan memberikan pretest dan serangkaian kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving serta penggunaan MITRA bagian akhir sebagai posttest. Pada kegiatan akhir dilakukan

  

review/refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan

  pada kegiatan inti, pemberian penguatan dan kesimpulan, serta kegiatan penutup.

  Perolehan hasil pretest dan posttest peserta didik kelas

  4 SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

  Tabel 4.5 Hasil Pretest dan Posttest

  Skor Pretest Skor Posttest Kelas No.

  Interval Freku- Persen- Freku- Persen- ensi tase ensi tase

  1 ≤20 0% 0% 2 20-40 0% 0% 3 41-60 0% 0% 4 61-80

  15 40% 1 3% 5 81-100 23 60% 37 3%

  Jumlah 38 100% 38 97%

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa skor pretest dan

  

posttest dari 38 peserta didik kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 01

  Salatiga. Perolehan hasil skor pretest yaitu dengan perolehan skor: kurang dari sama dengan 20 terdapat 0 peserta didik peserta didik dengan persentase 0%, antara 61 sampai 80 terdapat 15 peserta didik dengan persentase 40%, dan antara 81 sampai 100 terdapat terdapat 23 peserta didik dengan persentase 60%. Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada Gambar 4.28 berikut.

  

Pretest

  40

  35

  30

  25

20 Pretest

  15

  10

  5 ≤20 20-40 41-60 61-80 81-100

  Gambar 4.28 Kelas Interval Skor Pretest pada Uji Coba Terbatas

  Sedangkan perolehan hasil posttest dari 38 peserta didik SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga yaitu dengan perolehan skor: yaitu dengan perolehan skor: kurang dari sama dengan 20 terdapat 0 peserta didik dengan persentase 0%, antara 20 sampai 40 terdapat 0 peserta didik dengan persentase 0%, antara 41 sampai 60 terdapat 0 peserta didik dengan persentase 0%, antara 61 sampai 80 terdapat 1 peserta didik dengan persentase 3%, dan antara 81 sampai 100 terdapat terdapat 37 peserta didik dengan persentase 97%.

  Posttest

  40

  35

  30

  25

20 Posttest

  15

  10

  5

≤20 20-40 41-60 61-80 81-100

  Gambar 4.29 Kelas Interval Skor Posttest pada Uji Coba Terbatas

  

4.1.4.2 Hasil Uji Perbedaan Tingkat Efektifitas Hasil Belajar

Peserta Didik

  Hasil uji perbedaan tingkat efektifitas hasil belajar peserta didik dalam uji coba terbatas yaitu dengan melihat hasil output dari Uji Wilcoxon yang menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Pada Bab III telah dipaparkan bahwa untuk melihat ada dan/atau tidaknya peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam pemecahan masalah matematika SD maka dilaksanakan Uji

  Wilcoxon menggunakan bantuan piranti lunak SPSS. Berikut

  adalah hasil Uji Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

  Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon

  

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Postest -

  Negative Ranks 1(a) 6,50 6,50 pretest Positive Ranks 32(b) 17,33 554,50 Ties 5(c) Total

  

38

a postest < pretest b postest > pretest c postest = pretest

  Test Statistics (b)

posttest

  • - pretest

    Z -4.903 (b) Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

  Hasil Uji Wilcoxon seperti Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa:

  1. Negative rank atau selisih negatif antara pretest dengan

  posttest adalah 1, artinya adalah 1 data ada penurunan

  dari hasil pretest ke posttes;

  2. Positive ranks atau selisih positif antara pretes adalah 32, artinya ke-32 peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar, khususnya dalam pemecahan masalah Matematika SD. Mean rank positif atau rata-rata peningkatan tersebut sebesar 17,33, sedangkan Sum of

  Ranks atau jumlah ranking sebesar 554,50.

  Ties, yaitu kesamaan skor pretest dan posttest adalah 5, 3.

  artinya ada 5 peserta didik yang skornya sama antara

  Pada ouput tentang Test Statistics diketahui bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan nilai Z yaitu -4,903.

Dasar pengambilan keputusan Uji Wilcoxon berbantuan program SPSS adalah menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-

  

tailed) sebesar 0,000, dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) < 0,05 maka H

  ditolak dan H a diterima, sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H diterima dan H ditolak.

  a

  Jika dirumuskan hipotesis: H :

  M -posttest ≤ M -pretest Median hasil belajar Matematika setelah melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving lebih rendah atau sama dengan sebelum pembelajaran. H :

  a M > M

  • -posttest -pretest

  Median hasil belajar Matematika setelah melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa hipotesisnya menghendaki uji satu sisi (one-tail) maka nilai probabilitas

  0,000 harus dibagi dua, sehingga diperoleh nilai 0,000/2 = 0,000. Nilai 0,000 ini ternyata < 0,05, maka H ditolak dan H

  a

  diterima. Artinya hasil belajar matematika setelah melakukan pembelajaran menggunakan model MITRA berbasis problem

  

solving untuk pemecahan masalah matematika SD hasilnya

lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

  Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD. Tujuannya adalah mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika SD yaitu untuk mengetahui langkah-langkahnya, mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving menurut pendapat ahli, dan mengetahui tingkat efektifitas

  produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving menurut pendapat peserta didik SD. Pembahasan hasil penelitian ini

  merupakan penjelasan dari deskripsi hasil penelitian. Berikut ini adalah uraian pembahasan hasil penelitiannya.

4.2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem

  Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

  Langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

  solving untuk pemecahan masalah matematika SD yaitu: 1) identifikasi masalah, 2) terapkan MITRA, dan 3) evaluasi MITRA.

  Adapun langkah-langkah penerapannya yaitu dengan cara: 1) menyusun silabus matematika kelas 4 SD; 2) memilih dan menentukan KD materi (pecahan), dan 3) menyusun RPP yang memuat model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

  Keberhasilan penulis dalam menentukan langkah-langkah tersebut di atas, tidak lain yang pertama karena terdapat teori terdahulu mengenai model pembelajaran. Dimana model pembelajaran menurut pendapat Darmadi (2017: 42), Trianto (2010: 51), dan Rusman (2017: 244) merupakan pola perencanaan dalam pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru, memuat: tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan penetapan lingkungan secara khusus, ukuran keberhasilan, dan interaksi dengan lingkungan. Sehingga dalam keberhasilannya, model pembelajaran MITRA berbasis problem solving juga memiliki fungsi sesuai dengan fungsi model pembelajaran yang seturut dengan kutipan Suyanto dan Asep Jihad (2013: 137-138) oleh Chauhan yaitu sebagai: pedoman, pengembangan kurikulum, penempatan bahan pembelajaran, dan perbaikan pembelajaran.

  Berikutnya yang kedua adalah keberhasilan pengembangan langkah-langkah model pembelajaran MITRA berbasis problem

  

solving tidak lepas dari teori tentang model pembelajaran problem

solving. Penulis sepakat dengan Bambang Suteng Sulasmono (2012:

  162), Winastwan Gora & Sunarto (2010: 94), Bey dan Asriani (2013: 226), Krulik & Rudnick (2013: 217), serta Hanlie Murray, Alwyn Oliver, dan Piet Human dalam Miftahul Huda (2014: 273-274), dimana model pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga dapat merangsang peserta didik untuk praktik dan belajar memecahkan masalah tersebut secara logis. Tujuannya adalah memberikan rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian oleh peserta didik dapat dilakukan pemecahan masalahnya sehingga dapat menambah keterampilan dalam mencapai materi pembelajaran (Darmadi, 2017: 118).

  Ketigat, hasil penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Permainan Snakes And

  

Ladders terhadap Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa” oleh

  Maretayani tahun 2017 dengan hasil rata-rata 72,77 dengan penerapan model pembelajaran problem solving berbantuan media snakes and

  

ladders, menjadikan penguatan oleh penulis bahwasanya dengan

  Keempat, terakhir dalam mengerucutkan langkah-langkah pembelajaran MITRA berbasis problem solving, penulis mengacu kepada sintaks model pembelajaran problem solving menurut Bey dan Asriani (2013: 226), six step proplem solving process Darmadi (2017: 235), Deb Russel dalam Miftahul Huda (2014: 274-275), dan Lefudin (2014: 235-236), sehingga penulis dapat menentukan langkah-langkahnya yaitu: 1) identifikasi masalah, 2) terapkan MITRA, dan 3) evaluasi MITRA.

  

4.2.2 Pembahasan Tingkat Validitas Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

  Pembahasan tingkat validitas model pembelajaran MITRA berbasis problem solving berdasarkan ahli materi dengan skor rata-rata 3,75 dan persentase rata-rata yaitu 75% dan oleh ahli media dengan skor rata-rata 214 dan persentase rata-rata yaitu 76.5%. Sehingga, sesuai persentase pencapaian pada bab III nilai tersebut dapat termasuk pada interpretasi kategori tinggi (Lihat Tabel 3.15). Demikian model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dapat dikatakan berkualitas sebagai bentuk pemecahan masalah untuk pembelajaran matematika SD.

  Keberhasilan penulis untuk mendapatkan kategori tinggi dalam proses validasi oleh ahli materi karena terdapat ilmu matematika menurut A. Ismunamto (2011: 15-17), John A. Van de Walle yang diterjemahkan oleh Suyono (2008: 13), dan Suhendri (2011: 32). Selain itu, penulis juga tidak membuat materi sendiri. Penulis berpedoman kepada kompetensi dasar matematika untuk SD yang terdapat dalam Dokumen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 sehingga mendapatkan materi dan submateri pecahan.

  Keberhasilan penulis dalam memperoleh kategori tinggi pada dikutip oleh Rahadi (2014: 662), Wicak Hidayat & Sudarma (2011: 192), Solechul Aziz (2012: 5), dan Yuliandi Kusuma (2011: 12).

  Hasil penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika yang Menunjang Pendidikan Karakter Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” oleh Layin Fauziyah & Jailani tahun 2014 yang menghasilkan perangkat pembelajaran multimedia interaktif untuk menunjang pendidikan karakter pada materi pecahan yang hasilnya ternyata layak untuk digunakan dengan kategori cukup valid, praktis, dan efektif. Alasan inilah yang menguatkan penulis untuk dapat mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis

  

problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD. Penulis

  juga mengambil materi dan submateri pecahan sehingga memperoleh hasil validitas pada kategori tinggi.

  Hasil penelitian lainnya yaitu penelitian : 1) berjudul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika pada Materi Bilangan Bulat Kelas IV SDN Lempuyangan I Yogyakarta” oleh Fredy tahun 2013 dengan hasil uji Thitung lebih besar dari t (4,034

  tabel

  > 2,01) dan hasil uji n-gain 0,57 > 0,42 dalam artian hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, sehingga penggunaan multimedia efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik; 2) berjudul “Pengimplementasian Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif pada Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar” oleh Mila C. Paseleng & Rizki Arfiyani dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dapat memberi pengaruh positif terhadap pembentukan minat belajar peserta didik; 3) berjudul “Perancangan dan Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Matematika tentang Pengukuran Waktu, Panjang dan Berat untuk Sekolah Dasar (SD) yang dapat dijadikan sebagai media pendukung pembelajaran bagi guru maupun peserta didik Sekolah Dasar kelas 2; 4) berjudul “Pembelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Balok dengan Aplikasi Multimedia Interaktif di SD Negeri Teguhan Sragen” oleh Agus Hartanto tahun 2013 memperoleh hasil bahwa siswa merasa tertarik sehingga timbul minat belajar yang lebih baik dan terbukti mempermudah siswa dalam memahami materi matematika dengan multimedia interaktif; dan 5) berjudul “Pengembangan Sistem Visualisasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Bagi Siswa SD” oleh Mohamad Saefudin dan Munich Heindari Ekasari tahun 2015 dengan hasil implementasi aplikasi yang dikembangkan sangat membantu siswa dan mendapat tanggapan positif dalam pelajaran matematika dengan bantuan perangkat handphone seperti

  smartphone maupun tablet. Kelima penelitian tersebut juga penulis

  jadikan acuan walaupun kelima penelitian tersebut bukan berpacu pada materi pecahan, namun penulis sepakat dalam pemilihan mata pelajaran matematika, penggunaan multimedia interaktif, dan diterapkan di sekolah dasar, sehingga hasilnya sama layak pakai.

  

4.2.3 Pembahasan Tingkat Efektifitas Model Pembelajaran MITRA

Berbasis Problem Solving

  Pembahasan tingkat efektifitas model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dilihat dari hasil pretest dan posttest (Lihat Tabel 4.5). Teknik analisis data yang digunakan penulis yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon berbantuan piranti lunak SPSS (Statistical

  Product and Service Solution). Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan

  bahwa model pembelajaran MITRA berbasis problem solving termasuk dalam nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H ditolak dan H a diterima (M > M ) yaitu: ouput tentang Test Statistics

  • posttest -pretest
pembelajaran menggunakan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving lebih tinggi dari sebelum pembelajaran.

  Kategori yang diperoleh dalam penerapan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving yaitu mengacu pada hasil posttest (3% dalam interval 61-80 dan 97% dalam interval 81-100) yaitu berada pada rata-rata kelas interval 81-100, sehingga sangat efektif.

  Keberhasilan penulis dalam memperoleh hasil yang demikian, tidak lepas dari hasil penelitian sebelumnya yaitu kesepuluh kajian hasil penelitian relevan yang terdapat pada bab II. Kesepuluh penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan media berupa multimedia interaktif, penggunaan smartphone, dan penerapan model pembelajaran problem solving di SD efektif menunjang hasil belajar peserta didik yang lebih baik. Produk-produk yang dihasilkan dikatakan relevan dan layak pakai. Oleh karena itu, model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD dapat berhasil pula seperti pada kesepuluh hasil penelitian relevan tersebut.

  Jadi, kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik peserta didik yang memperoleh model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving lebih baik daripada yang hanya memakai multimedia

  interaktif saja atau yang hanya memakai model pembelajaran problem solving saja.

4.3 Keterbatasan Penelitian

  Penelitian dan pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis

  problem solving tentunya memiliki keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan

  dalam penelitian ini di antaranya adalah:

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 Tegalsari Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 Tegalsari Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 1 103

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Kumpulrejo 03 Salatiga Semester I Tahun

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori. 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Kumpulrejo 03 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Kumpulrejo 03 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Kumpulrejo 03 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 24