perkembangan kognitif pada anak sd

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK SD

Disusun oleh :
ERNIYATI
NIM : 1305114761

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2014

Perkembangan Kognitif Pada Anak SD
1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak kita lihat anak-anak yang perkembangan kognitif nya kurang
memuaskan. Hal ini terjadi karna kurangnya peranan orang tua . mungkin, hal ini dikarnakan
orang tua yang kurang mengerti akan perkembangan kognitif pada anaknya. Padahal,
Perkembangan kognitif merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak usia
sekolah, terutama SD. Di mana saat itu merupakan masa-masa emasnya mereka
mengembangkan intelektual mereka, kreatifitas, dan lain sebagainya. Hal ini bukan hanya
merupakan tanggung jawab guru di sekolah akan tetapi, hal ini juga merupakan tanggung

jawab orang tua di rumah. Apalagi, sebagian besar waktu anak berada di lingkungan
keluarga. Dalam menyikapi hal ini, makalah ini pun dibuat, agar para orang tua memperoleh
pengetahuan tentang perkembangan kognitif anak usia sekolah, terutama SD. agar para orang
tua bisa melakukan hal-hal yang dapat menunjang perkembangan kognitif pada anak.
2. Tujuan
Agar bia mengetahui perkembangan kognitif pada anak SD
3. Rumusan Masalah
3.1. Apa itu perkembangan kognitif ?
3.2. Apa sajakan yang merupakan aspek perkembangan kognitif ?
3.3. Apa sajakah aspek pada fase pra operasional ?
3.4. Apa sajakah Upaya Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah
Dasar ?
4. Pembahasan
4.1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan kemampuan anak berpikir dengan
penalaran yang semakin canggih seiring dengan bertambahnya usia. Mulai dari anak yang
bersifat alami kemudian memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari
informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia yang semakin maju. Anak pun
akan terus-menerus bereksperimen dengan obyek-obyek yang mereka jumpai. Anak-anak
tidak hanya sekedar bereksperimen namun mereka juga mengumpulkan hal-hal yang telah


mereka pelajari kemudian terisolasi. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak mengontruksi
keyakinan-keyakinan

dan

pemahaman-pemahaman

mereka

berdasarkan

pengalaman

(konstruktivisme).
Hal-hal yang dipelajari dan dapat dilakukan anak-anak diorganisasikan sebagai
kumpulan tindakan dan pikiran yang serupa, yang digunakan secara berulang dalam rangka
merespon lingkungan (skema). Perkembangan dan pembelajaran kognitif terjadi sebagai hasil
dua proses yang saling melengkapi (komplementer) asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
melibatkan respons terhadap obyek atau peristiwa sesuai dengan skema yang sudah ada, dan

di dalam akomodasi anak-anak memodifikasi skema yang telah ada sehingga sesuai dengan
obyek atau peristiwa baru yang telah dialami. Didalam peristiwa baru ini anak mulai
berinteraksi karena melalui interaksi dengan orang lain anak akan berfikir bahkan menyadari
bahwa individu-individu yang berbeda akan memandang hal-hal secara berbeda dan
pandangan-pandangan mereka tentang dunia belum tentu akurat atau logis.
4.2. Aspek-Aspek Perkembangan Kognitif
4.2.1. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang
memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi
yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi
atau data yang senantiasa mengitarinya.
4.2.2. Memori
Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, sebab segala bentuk belajar
individu melibatkan memori. Dengan memori, individu dimungkinkan untuk dapat
menyimpan informasi yang ia terimasepanjang waktu.
4.2.3. Atensi
Sejumlah psikolog memandang atensi mempunyai peranan dalam proses persepsi. Dalam hal
ini atensi diliat sebagai alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada titiktitik yang berbeda pada proses persepsi.
4.3. Aspek – Aspek Fase Pra Operasional
Pada usia anak sd ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan

praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional dapat

dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris
dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi
perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional
yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas
yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun
kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini
belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik.
Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh
kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun
rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat
menggambar manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari
bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan

melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang
bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan
objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan
objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar,
setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat
meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas
bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya
tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4
tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami
perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima
dan merasa sebagaimana yang mereka lakukan.

3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut
subfase berpikir secara intuitif


karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan

mengetahui sesuatu.
Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal. Model
pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan
pemanggilan kembali di kemudian hari.
2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan
ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi
kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
4.4. Upaya Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar
Pada dasarnya anak-anak sebagai generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan
sendirinya. Mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk itu,
yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal.
Dengan demikian, orangtua, disamping guru memegang peran penting untuk
menciptakan lingkungan tersebut guna merangsang segenap potensi anak agar dapat
berkembang secara maksimal. Berikut merupakan upaya mengopitimalkan perkembangan
kognitif anak usia sekolah dasar yaitu :

1. Memahami Anak
Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang tua
dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai
individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling
melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan sebagai bunga-bunga aneka warna di
suatu taman yang indah, mereka akan tumbuh dan merekah bersama.

2. Bukan Orang Dewasa Mini
Anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini. Mereka memiliki
keterbatasan-keterbatasan bila harus dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu mereka
juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kaca mata anak-anak.
Untuk itu dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta
toleransi yang mendalam. Mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat dengan
membayangkan bahwa mereka adalah orang-orang dewasa seperti kita, tentu bukan
merupakan sikap yang bijaksana.
3. Dunia Bermain
Dunia mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh spontanitas dan
menyenangkan. Sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh semangat apabila terkait
dengan penuh suasana yang menyenangkan. Namun sebaliknya akan dibenci dan dijauhi oleh
anak apabila suasananya tidak menyenangkan.

Seorang anak akan rajin belajar, melakukan pekerjaan rumahnya apabila suasana belajar
adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan.
4. Berkembang
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis. Tidak bisa anak
yang dulu sewaktu masih bayi tampak begitu lucu dan penurut, sekarang pada usia 3 tahun
misalnya, juga tetap dituntut untuk lucu dan penurut. Ada fase-fase perkembangan yang
dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
fase perkembangan tersebut.
5. Senang Meniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan
tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru. Anak-anak yang gemar membaca
umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan dimana orang-orang di
sekelilingnya adalah juga gemar membaca. Mereka meniru ibu, ayah, kakak atau orang-orang
lain di sekelilingnya yang mempunyai kebiasaan membaca dengan baik tersebut.
Dengan demikian maka orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contohcontoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku bersemangat dalam
mempelajari hal-hal baru.

6. Kreatif
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif.Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli
sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya : rasa ingin tahu yang

besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani
menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya.
Dalam hal ini maka orang tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anakanak, dengan bersikap luwes dan kreatif pula. Bahan-bahan pelajaran di sekolah, termasuk
bahan ulangan dan ujian hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk memberikan satusatunya jawaban yang benar menurut guru atau kunci. Kepada mereka tetaplah perlu diberi
kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya secara “liar” , dengan menerima dan
menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif.
5. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan kemampuan anak berpikir dengan penalaran yang
semakin canggih seiring dengan bertambahnya usia. Aspek – aspek perkembangan kognitif terdiri
atas :
1. Persepsi
2. Memori
3. atensis

Fase praoperasional mencakup 3 aspek yaitu :
1. Berfikir simbolik
2. Berfikir Egosentris
3. Berfikir Intuitif
Dalam upaya mengoptimalkan perkembangan kognitif pada anak sekoah dasar, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Memahami anak
2. Buka orang dewasa mini
3. Dunia bermain
4. Berkembang
5. Senang meniru
6. Kreatif

b. Saran
sebaiknya, orang tua lebih memperhatikan perkembngan kognitif pada anak. Karna hal itu
bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga tanggung jawab orang tua dirumah.

Daftar Pustaka
http://friscaoktaviana.blogspot.com/2013/07/perkembangan-kognitif-anak.html
http://mitaelmi.wordpress.com/2012/12/21/aspek-perkembangan-kognitif-anak-usia-sekolahdasar/
Desmita.2012.Psikologi Perkembangn Peserta Didik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22