REVIEW JURNAL Bantuan Luar Negri Austral

REVIEW JURNAL
“Kebijakan dan Implementasi Bantuan Luar Negeri Ausaid di Timor Leste :
Evaluasi Terhadap Proyek Dukungan Rencana Strategik Sektor Kesehatan”
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol.1, No.1, Maret 2012
Oleh :
Putu Aparajita Devi
135030107111105
Ekonomi Politik Pembangunan | Kelas B
 Penulis Jurnal :
-

Manuela Pereira (Kementrian Kesehatan Timor Leste)

-

Yodi Mahendradhata (Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, UGM, Yogyakarta)

-

Retna Siwi Padmawati (Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, UGM, Yogyakarta)

 Metodologi
Penelotian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Responden 16 orang (13 orang dari
Kementrian Kesehatan dan 3 orang dari donor AusAid dan Bank Dunia, development
partnert)
 Isi dari jurnal
Isi dari jurnal ini adalah evaluasi dari kebijakan bantuan luar negeri yang dinilai kurang
maksimal, terlebih dalam pengembangan Sumber Daya Manusianya.
Timor Leste ingin memperkuat pondasi sistem kesehatan yang perdu adanya dukungan
dari sumber daya alam yang berkompeten dan memadahi. Salah satunya dengan
mendapatkan bantuan luar negri, dimana Timor Leste mendapatkan bantuan luar negri
dari AusAid dan development partner. Berikut adalah hasi penelitian dari jurnal dan juga
pembahasannya :
1. Peran-peran Departemen Manajemen Kemitraan
Peran-peran yang dilakuakan adalah : 1) Mengkoordinir bantuan dari luar negeri,
terkait juga dalam rencana dan imokementasi, kegiatan donor, penyediaan informasi
serta pertemuan donor, 2) mengfasilitasi kepentingan kementrian dan donor.

Departemen Manajemen Kemitraan telah melakukan


tugas dengan semampu

mungkin, tetapi kurang efektif dalam mengelolah dan mengontrol segala
proyek/program. Dikarenakan kekuarangan jumlah pegawai/tenaga yang terampil
dalam menjalankan tugas dan peranan.
2. Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Karen SDM yang masih lemah, maka adanya pengembangan SDM yang dilaksanakan
melalui in-country education and traning dan Out of Country (OOC) pre-service
traning and continuing education. Pemerintahan Timor Leste telah mengirimkan dan
memberikan beasiswa kepada 153 orang untuk melanjutkan pendidikan di Australia,
Indonesia, Malaysia dan Papua New Guinie.
Pelaksanaan

kegiatan

sudah

sesuai


dengan

rencana,

namun

perencanaan

pengembangan SDM kurang jelas.
3. Dampak dari Proyek Health Sector Strategic Plan-Support Project
Pengembangan SDM melalui in country education and traning telah banyak melatih
dan mendidik para straff baik dari nasional, rumah sakit, CHC maupun dinas distrik.
Program tersebut juga sudah meluluskan 42 orang dari berbagai jurusan, dan mereka
ditempatkan kembali untuk mendukung pekerja di departemen mereka sebelumnya
dan dibeberapa tempat baru lainnya tetapi dinilai kurang jelas dan kurang berdasarkan
pada “the right man on the right place”
4. Pertemuan Konsultatif Reguler
Mekanisme koordinasi kurang berjalan efektif dikarenakan tidak adanya instrumen
yang spesifik dan mekanisme untuk melakukan alignment. Banyak tekanan dan
tuntuan kepada staff kementrian baik dari kementrian itu sendiri maupun dari para

external partner padahal jumlah pegawai kementriannya sendiri terbatas.
Pertemuan konsultasi reguler yang dilaksanakan antara Kementrian Kesehatan dengan
donor AusAid dan development parter ternyata dapat mengfasilitasi dalam
penyetujuan dan anggaran yang diajukan oleh kementrian.
5. Kendala dan tantangan dalam mengkoorninir dan mengarahkan AusAid dan
Development Partner
Kendala dari sisi politis yaitu :
a) Kementrian kesehatan yang belum memiliki perencanaan jangka panjang,
menengah maupun perencanaan tahunan yang baik; serta belum siapnya dokumen
Health Workforced Plan
b) Kepentingan donor tidak sejalan dengan kepentingan kementrian

Tantangan dari sisi politis, yaitu :
a) Politik kebijakan untuk mengharmonisasikan semua prosedur dan mekanisme
daripada donor
b) Sukses kepemimpinan
Kendala dari sisi kemampuan sumber daya manusia, yaitu :
a) Para donor masih meragukan kemampuan staff kementrian untuk dapat
mengimplementasikan semua program dan didanai oleh donor
b) Akibatnya para donor belum memberikan wewenang penuh kepada kementrian

kesehatan untuk mengelolah dan mengimplementasikan programnya
c) Keterbatan kemampuan staff untuk membuat perencanaan yang baik dan
melakukan negosisasi.
Tantangan dari kemampuan sumber daya manusianya, yaitu : perlu sikap
kepemimpinan yang tegas dan berwawasan luas.
 Teori yang dipakai
The Right Man on The Right Place
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2004:63) menyatakan bahwa : “Penempatan adalah
Menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan / pekerjaan yang
membutuhkan dan sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut.”
Pelaksanaan penempatan karyawan yang tepat akan tercipta, manakala kemampuan
bekerja dari pegawai sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Keputusan mengenai penempatan dimaksudkan
untuk menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat. Adapun beberapa
pengertian penempatan (placement) menurut para ahli, antara lain:
Menurut Schuler & Jacson (2000:372) dalam makalah yang diterjemahkan oleh Umi
Narimawati ( 2003 : 12) berpendapat bahwa : “Tepat tidaknya penempatan seseorang
bergantung pada kesesuaian antara pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
seseorang dan tuntutan pekerjaan, juga kecocokan antara kepribadian, minat, kesukaan,
serta kesempatan, dan budaya yang terkait dengan perusahaan secara keseluruhan.”


Bagaimana agar kita bisa menempatkan seseorang yang cocok dengan bakatnya,
kemampuannya dan attitudenya tentu didapatkan pada waktu proses recruitment. Dalam
proses recruitment digali semua potensi yang bisa dikembangkan. Semua keahlian diukur
dan diharapkan tools untuk mengukurnya merupakan sesuatu yang standar dan tidak bias
sehingga hasil yang didapat mendekati keadaan yang sebenarnya.
Menempatkan karyawan sesuai minat, bakat dan kemampuannya akan membuat
karyawan termotivasi dan melakukan yang terbaik untuk organisasi. Selain itu, dengan
memperhatikan, memegang dan menjalankan prinsip “place the right job in the right
place” diharapkan masalah-masalah SDM berikut ini yang biasanya timbul bisa
diminimalisir seperti:
·

Mengalami proses penggantian karyawan yang tinggi

·

Orang-orang yang diandalkan tidak melakukan yang terbaik

·


Menghabiskan waktu untuk wawancara yang tidak berguna

·

Membuat perusahaan diawasi oleh pengawas dari Kementerian Tenaga Kerja karena
tidak memerhatikan keamanan

·

Mengakibatkan sebagian karyawan berpikir bahwa gaji mereka tidak adil dan tidak
sebanding dengan karyawan lainnya di dalam organisasi

·

membiarkan kurangnya pelatihan mengakibatkan berkurangnya efektivitas divisi kita

·

melakukan praktik pekerja yang tidak adil


Dalam upaya menjalankan prinsip ‘place the right man in the right job” ada beberapa
konsep dan teknik yang bisa digunakan yaitu:
·

Melakukan analisis pekerjaan (menentukan pekerjaan setiap karyawan)

·

Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon karyawan

·

Memilih calon karyawan

·

Mengorientasikan dan melatih karyawan-karyawan baru

·


Mengatur upah dan gaji (memberikan kompensasi kepada karyawan)

·

Memberikan insentif dan keuntungan

·

Menilai prestasi

·

Berkomunikasi (mewawancarai, memberikan konseling, memberikan disiplin)

·

Melatih dan mengembangkan para manajer

·


Membangun komitmen karyawan

 Kesimpulan
Pelaksanaan kebijakan AusAid memang merupakan rencana yang baik dalam membantu
membangun negara berkembang seperti di Timor Leste, terlebih di bidang kesehatan.
Kebijakan bantuan luar negeri dalam mengarahkan donor AusAid dan development
partner untuk mendanai program pengembangan sumber daya manusia melalui
mekanisme koordinasi di Kementrian Kesehatan Timor Leste sudah berjalan cukup baik,
tetapi kurang didukung oleh perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
berdasarkan pada pengembangan institusi.
 Komentar
Bantuan luar negeri yang dilakukan oleh Timor Leste merupakan hal yang tepat. Tidak
ada kata yang salah jika melakukan hal baik dalam membentuk pembangunan yang lebih
baik. Namun perlu dipersiapkan dengan baik pula. Perubahan tidak akan berhasil juga
dari pihak eksteren saja yang mendominan, perlu juga dukungan dari pihak intern salah
satunya adalah sumber daya yang memadahi. Jika sumber daya manusianya juga
seimbang, maka proyek pun juga akan bekerja dengan lebih efisien dan efektif. Namun
dalam kasus ini sumber daya belum terkelolah dengan baik juga.
Kini Timor Leste pun sudah mulai memberikan pendidikan dan mahasiswa untuk

memperbaiki sumber daya manusianya, namun sayang penempatan sumber daya yang
tidak tepat juga mempengaruhi kinerja. Karena jika penempatan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusianya maka mereka akan lebih
mengerti akan pekerjaan yang dibidanginnya dan juga akan lebih cepat dalam bekerja
karena mereka mampu.