makalah teknologi Dan produksi benih

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“Penyimpanan Benih Kedelai”

Oleh


Fitriatul Mafula

135040201111197



Asmita Sihombing

135040201111211



Jaliaman Sipayung

135040201111250




Try Indah Lestari

135040201111253



Dani Adi Saputra

135040201111262


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI 2013
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas pertanian yang mengambil peranan penting
terhadap kebutuhan pangan nasional, alasannya karena kedelai merupakan
tanaman pangan ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu,pada kedelai kaya akan
protein, dan Kedelai merupakan salah satu bahan utama dalam industri khususnya
bidang yang bergerak dalam agroindustri seperti pengrajin tahu, tempe, keripik
dll. Oleh karena itu diperlukan produktivitas yang tinggi untuk menunjang
keberhasilan salah satu nya dengan menerapkan budidaya yang sehat yaitu dari
benih bermutu varietas unggul.
Dalam penyediaan benih bermutu tersebut produsen benih yang berasal
dari dalam negeri belum banyak berperan secara optimal dalam menunjang
keberhasilan tersebut. Usaha perbenihan kedelai masih tertinggal, petani lebih
banyak memakai benih dari hasil panen pada pertanaman sebelumnya. Dari total
areal pertanaman kedelai, penggunaan benih bersertifikat kurang dari 10% . Hal
ini merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai nasional.
Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya
kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih
berkualitas tinggi.

Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya
sering harus mengalami penyimpanan terlebih dahulu, sehingga upaya
merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai bermutu sangat
diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan yang baik agar vigor
dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan
dan hasil yang baik. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan hubungan
penyimpanan benih kedelai dengan kemunduran benih dan beberapa faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih kedelai dalam penyimpanan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara penyimpanan benih yang baik pada tanaman
kedelai
 Untuk mengetahui bagaimana cara penyimpanan benih dalam menjaga
viabilitas dan vigor benih
 Untuk mengetahui suhu penyimpanan optimal terhadap benih kedelai
 Untuk mengetahui pengaruh aspek fisiologi dan biokimia destoriasi benih
kedelai dalam penyimpanan

1.3 Manfaat
Untuk menjaga viabilitas dan vigor benih agar tetap optimal dalam penyimpanan

dengan usaha pemyimpanan benih yang baik, dengan suhu penyimpanan optimal
dan menjaga kualitas benih dalam masa penyimpanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cara Penyimpanan Yang Baik Terhadap Benih Kedelai
Penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu fisiologis benih
selama periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran
benih(deteriorasi). Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pasca
panen kedelai yang penting dari keseluruhan teknlologi benih dalam memelihara
kualitas atau mutu. Menurut Harnowo et al.(1992) benih kedelai relatif tidak tahan
disimpan lama,sehingga penyimpanan berpengaruh terhadaap mutu fisiologis dari
benih kedelai.oleh karna itu perlu teknologi penyimpanan yang baik agar vigor
dan viabilitas benih tetap tinggi pada tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan
hasil yang baik. Menurut Byrd(1983),kemunduran benih adalah semua perubahan
yang terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih.
Menurut Soemardi dan Thahir (1995), penyimpanan benih kedelai
berhubungan erat dengan perawatan benih. Benih yang telah terpilih, bersih dan
sehat perlu dirawat sebaik-baiknya agar daya kecambahnya tidak cepat menurun.
Benih kedelai akan turun daya kecambahnya dalam jangka waktu satu bulan jika

tidak dilakukan tindakan perawatan terhadap benih.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyimpanan Benih
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai selama
penyimpanan adalah:
-

Mutu dan daya kecambah benih sebelum disimpan;

-

Kadar air benih

-

Kelembapan ruang penyimpanan

-

Suhu tempat penyimpanan;


-

Hama dan penyakit di tempat penyimpanan;

-

Lama penyimpanan.
Menurut Direktorat Bina Perbenihan(1996), untuk mendapatkan benih

bermutu tinggi, sebelum disimpan biji kedelai calon benih harus dibersihkan dari

kotoran dan benda lainnya seperti: kulit polong, potongan batang atau ranting; 2
batu, kerikil, atau tanah; 3 biji luka,memar, retak, atau yang kulitnya terkelupas; 4
biji yang mempunyai bercak ungu; dan 5 biji berbelang cokelat, yang mungkin
mengandung virus mosaik; 6 biji yang kulitnya keriput atau warnanya tidak
mengkilat; dan 7 biji-bijian tanaman lain.
2.3 Cara Menjaga Viabilitas Dan Vigor Benih.
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Vigor

adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan
perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang
yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses
perkecambahan dan perkembangan kecambah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor
eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan (Copeland dan Donald, l985).
Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit
benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu
menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki
kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang
lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap
deraan cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang
(Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas
kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan
fisik(suhu 42oC dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan
berkulit terang.
Menurut Copeland dan Mc. Donald (1985) penggunaan kemasan sangat

berperan dalam usaha mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan.
Untuk

penyimpanan

benih

efektifitas

suatu

kemasan

ditentukan

oleh

kemampuannya mempertahankan kadar air benih viabilitas benih selama
penyimpanan.
Materi kemasan dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

1. Kemasan kedap uap air seperti alumunium foil dan kaleng
2. Kemasan yang resisten terhadap kelembaban seperti plastik dan
3. Kemasan yang porus (sarang sempurna) seperti kain, karung goni dan kertas.
Menurut Sukarman dan Rahardjo (2000) kemasan dari kantong plastik
lebih baik untuk mempertahankan daya simpan benih kedelai dibandingkan
dengan kemasan dari kantong lain.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kajian Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam
Penyimpanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mempelajari dilihat dari
aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan dan
menemukan cara simpan yang tepat untuk mempertahankan mutu benih kedelai
tetap tinggi selama penyimpanan.
Alat-alat yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-Vis Shimadzu
1601, ultrasentrifus Beckman-J6B, germinator, alat pengukur kadar air PM 5002.
Sedangkan metode yang dilakukan meliputi prosesing, pemilihan benih sehingga
diperoleh ukuran yang seragam, pembersihan, pengeringan sampai diperoleh
kadar air yang ditentukan yaitu 8%, 10% dan 12%; pengujian daya kecambah,

vigor, kadar protein dan fosfolipid benih yang tanpa disimpan; pengemasan, dan
penyimpanan.
Benih yang disimpan pada kadar air 8% dan 10% di dalam kantong
aluminium foil mengalami penurunan setelah bulan ke-4 dan bulan ke-2,
sedangkan benih yang disimpan dengan kadar air yang sama di dalam kantong
terigu mengalami penurunan pada bulan ke-2 dan bulan ke-1. Aktivitas spesifik
suksinat dehidrogenase benih yang disimpan dengan kadar air 12% di dalam
semua kemasan sudah menurun sejak bulan ke-1. Hal ini menunjukkan bahwa
kadar air 12% menyebabkan ketidak teraturan membran karena komponen
fosfolipid kurang terikat pada membran Dengan demikian transpor elektron dari
FADH ke O2 sepanjang rantai respirasi menurun sehingga energi menurun yang
berakibat pada menurunnya daya kecambah dan vigor.
Kranook et al. (1976) dan Paul dan Mukherji (1976) cit. Bewley dan Black
(1982) menyatakan bahwa benih jagung yang sudah mengalami deteriorasi,
aktivitas suksinat dehidrogenasenya menurun. Aktivitas spesifik sitokrom
oksidase benih dengan kadar air 12% dan tanpa disimpan tertinggi yaitu 0,8432
U/mg dan berbeda nyata dengan lainnya . Hal ini menunjukkan bahwa kadar air
12% merupakan kadar air optimum untuk aktivitas spesifik sitokrom oksidase
secara maksimum. Sitokrom oksidase berperan dalam transfer elektron dari


NADH ke oksigen, sehingga apabila aktivitasnya menurun akan terjadi
kekurangan energi untuk proses metabolisme dan ini ditunjukkan oleh daya
berkecambah dan vigor rendah.
Penurunan daya berkecambah diikuti oleh penurunan vigor. Benih yang
disimpan dengan kadar air awal 8%, 10% dan 12% dalam kantong plastik
polietilen mengalami penurunan vigor masing-masing sejak 3 bulan, 4 bulan dan
2 bulan sedangkan vigor benih yang disimpan dalam kantong aluminium foil
mengalami penurunan sejak 5 bulan, 3 bulan dan 2 bulan. Penyimpanan benih
dengan kadar air awal 8% dan 12% dalam kantong terigu telah mengalami
penurunan vigor lebih cepat yaitu pada bulan ke-2 serta 1 bulan untuk benih
dengan kadar air awal 10%

3.2 Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan
Kedelai Kuning.
Benih kedelai yang digunakan adalah kedelai kuning varietas Wilis dan
kedelai hitam varietas lokal Ciwalen. Penelitian ini menggunakan rancangan 2x2
Faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan ulangan 4 kali.
Faktor pertama adalah warna kulit biji yaitu kedelai hitam dan kedelai kuning.
Faktor kedua adalah suhu ruang simpan yaitu suhu rendah 21o – 23oC (di
Ciwalen) dan suhu tinggi 27o – 29oC (di Yogyakarta).
Setiap kombinasi perlakuan masing-masing terdiri dari 6 kemasan benih
dalam kantong plastik dan kaleng yang terbagi dalam enam bulan penyimpanan.
Setiap bulan dilakukan pengujian kualitas benih selama enam bulan, meliputi daya
tumbuh, vigor, pertumbuhan bibit (tinggi, panjang akar, berat kering bibit).
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis varians dengan taraf
5%. Apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji
jarak berganda (DMRT) dengan taraf 5%. Kondisi awal kualitas benih kedelai
kuning maupun kedelai hitam mempunyai daya tumbuh dan vigor yang tinggi
masing-masing yaitu > 90%, kadar air 9%, kondisi lingkungan dengan suhu
rendah 20,6oC kelembaban 86% di Ciwalen dan suhu tinggi 27oC kelembaban
67,5% di Yogyakarta.
Benih disimpan selama enam bulan, setiap bulan dilakukan pengujian
kualitas benih, meliputi daya tumbuh dan vigor, serta pertumbuhan bibit yang
merupakan vigor lapangan (diamati mulai bulan ke empat, karena kualitas benih
kedelai dalam label dapat berlaku sampai tiga bulan).
Berdasarkan hasil analisis varians daya tumbuh dan vigor menunjukkan
bahwa terdapat interaksi antara warna kulit dan suhu ruang simpan. Penyimpanan

benih kedelai hitam dalam kantong plastik maupun kaleng pada suhu rendah dan
tinggi sampai 6 bulan masih mempunyai daya tumbuh dan vigor yang tinggi (>
90%), hanya pada suhu tinggi sudah mulai menurun menjadi 80% dan berbeda
nyata dengan kedelai kuning. Pada kedelai kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng setelah disimpan selama enam bulan , daya tumbuh dan vigor benihnya
masih tinggi (>80%) pada suhu rendah. Pada suhu tinggi telah mulai menurun
setelah disimpan 2 bulan dan pada akhir penyimpanan daya tumbuh turun sampai
41%. Hal ini disebabkan adanya perubahan kadar air benih telah naik sekitar 1 %
dari kadar air awal mulai bulan keempat penyimpanan, perbedaan ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas benih.
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik
maupun kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas
benih yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi. Laju kenaikan kadar air
benih kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat dari pada suhu tinggi
yaitu rata-rata 0,3% perbulannya. Oleh karena itu pada suhu rendah, aktivitas
enzim terutama enzim respirasi dapat ditekan, sehingga perombakan cadangan
makanan juga ditekan, proses deteriorasi dapat ditekan. Matinya sel-sel
meristematis dan habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat
diperlambat, sehingga viabilitas dan vigor masih tinggi. Hal ini nampak pula dari
pertumbuhan bibitnya yaitu tinggi bibit, panjang akar dan berat kering bibit paling
tinggi dibandingkan perlakuan yang lain.

3.3 Pengaruh Metode Penyimpanan Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih
Dalam Penyimpanan.
Benih kedelai yang diuji adalah varietas Wilis. Alat yang digunakan antara
lain kaleng berukuran tinggi 17,5 cm dan diameter 15,5 cm, kantong plastik,
kantong kertas semen dan kantong kain yang masing-masing berukuran panjang
30 cm dan lebar 20 cm, kertas stensil, germinator, oven, bak plastik, cawan
aluminium, pinset, meteran kain, pinsil, spidol dan buku tulis.
Tempat penyimpanan berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor
benih kedelai. Pada pengamatan daya kecambah, persentase kecambah tertinggi
didapat pada perlakuan kaleng tertutup, yaitu 94,80% dan terendah pada
perlakuan kantong kain, yaitu 81,60%. Begitu juga dengan perkecambahan benih
kedelai pada uji keserempakan berkecambah, angka tertinggi didapat pada
perlakuan kaleng tertutup, yaitu 81,60% dan terendah pada perlakuan kantong
kain, yaitu 72,40%. Pada indeks kecepatan berkecambah, angka tertinggi juga
didapat pada perlakuan kaleng tertutup, yaitu 11,83 dan terendah pada perlakuan
kantong kain, yaitu 9,93.
Sementara itu, pada kecepatan pertumbuhan akar dan batang, angka
tertinggi juga didapat pada perlakuan kaleng tertutup, yaitu masing-masing 21,42
cm dan 19,03 cm, dan terendah pada perlakuan kantong kain, yaitu masingmasing 19,48 cm dan 15,91 cm. Tempat penyimpanan juga berpengaruh nyata
terhadap kadar air benih, di mana kadar air tertinggi didapat pada perlakuan
kantong kain, yaitu 16,21% dan terendah pada perlakuan kaleng tertutup, yaitu
10,2%. Terjadinya hal seperti tersebut di atas disebabkan pada tempat
penyimpanan yang tidak kedap udara, benih tersebut mengadakan keseimbangan
kadar air dengan udara sekitarnya sehingga kadar airnya menjadi tinggi.
Sedangkan tempat penyimpanan yang kedap udara dapat mempertahankan kadar
air tetap rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Isbagio (1979) yang
menyatakan, bahwa jika kadar air benih tetap rendah dalam batas maksimal
selama periode penyimpanan, maka benih akan dapat mempertahankan mutu dan
kualitasnya,sehingga viabilitas dan vigor benih tetap baik.

3.4 Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih Kedelai
(Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam
Penyimpanan.
Penelitian dilakukan di sub-laboratorium Balai Pengawasan Dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura (UPT PSBTPH) di Desa
Mangli Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember provinsi Jawa Timur. Waktu
penelitian dimulai akhir November 2010 – Maret 2011.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design)
Gabungan yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama Kadar air dengan 4 taraf
kadar air tiap varietas yaitu (Ka1, Ka2, Ka3 dan Ka4) sebagai sebagai petak utama
(mainplot), dan faktor kedua waktu simpan (P) dengan sembilan taraf (P0, P1, P2,
P3, P4, P5, P6, P7,dan P8 ) sehingga diperoleh kombinasi perlakuan 1 varietas x 4
kadar air x 9 waktu simpan yaitu 36 kombinasi perlakuan. Masing-masing
perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan yang dilakukan terdiri dari daya kecambah,
laju perkecambahan vigor dan field emergence.
Pengamatan untuk daya kecambah meliputi: Kecambah Normal,
Kecambah Abnormal dan Benih Mati. Pengamatan daya kecambah dilakukan
pada hari ketujuh, dengan cara membongkar media pasir dan memilah dari
kecambah normal dengan kecambah abnormal dan benih mati.
Hasil yang diperoleh dari penelitian kedelai dengan varietas Gepak Kuning
selama 120 hari yaitu ada penambahan dan penyusutan kadar air benih varietas
Gepak kuning dari 4 taraf kadar air (Ka). Di dalam ruang penyimpangan suhu
yang ada adalah sekitar 29o-30oC. Hal ini juga karena perlakuan penyimpanan
benih dengan menggunakan plastik yang kedap udara dan dilakukan pelapisan
dengan plastik pembungkus yang kedap udara pula sehingga tidak terjadi
pertukaran udara pada kemasan.
Daya Kecambah
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pada berbagai
kadar air dan lama simpan terhadap daya berkecambahnya sangat beda nyata dan
terdapat interaksi yang sangat nyata antara kadar air dengan lama simpan terhadap
daya kecambah benih kedelai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya
penurunan rata-rata persentase kecambah normal pada semua kadar air selama

periode simpan. Penurunan rata-rata persentase kecambah normal benih kedelai
selama penyimpanan terjadi karena dimungkinkan benih yang disimpan telah
mengalami kemunduran (deteriorasi). Benih kedelai yang paling cepat mengalami
kemunduran rata-rata persentase kecambah normal adalah benih dengan kadar air
yang tinggi yaitu pada kadar air 13% (Ka3) dan kadar air 14% (Ka4) dimulai
tingkat kemunduran pada lama simpan P0 – P8. Taraf kadar air 13% tingkat
kemunduran benih dimulai periode simpan 15 hari (P1) setelah penyimpanan,
sedangkan kadar air 14% tingkat kemunduran benih dimulai periode simpan 0
hari (P0). Dari tabel persentase kemunduran daya berkecambah periode simpan
P0-P8 (0 – 120 hari) tingkat persentase kemunduran benih pada kadar air 13%
(Ka3) dan kadar air 14% (Ka4) sebesar 39,5% dan 59,5%. Sedangkan pada taraf
kadar air 11% (Ka1) puncak tingkat kemunduran pada persentase kecambah
normal dimulai dari periode lama simpan 75 hari (P5) sampai 120 hari (P8)
dengan nilai rata-ratanya sebesar 78,66% menurun hingga 65% dan pada tabel
persentase kemunduran benih yang berkecambah dari P0-P8 tingkat kemundurabn
benih sebesar 14,5%, dan pada kadar 12% (Ka2) benih mengalami kemunduran
pada lama simpan 15 hari (P1) sampai 120 hari (P8) dengan nilai rata-rata
persentase kecambah sebesar 82,16% sampai menurun hingga 62,33%, pada kadar
air 12% tingkat kemunduran benih dari lama simpan P0-P8 sebesar 15,67. Ini
menandakan bahwa terjadi interaksi antara kadar air dan lama simpan, apabila
benih kedelai kadar air tinggi disimpan dalam kurun waktu yang lama, akan
mempengaruhi nilai tingkat kemunduran rata-rata daya kecambah.
Laju Perkecambahan
Hasil pengamatan pada rata-rata hari percepatan laju perkecambahan
dengan menggunakan metode UKDdp ( Uji Kertas Digulung Didirikan dalam
Plastik) pada benih kedelai disajikan pada tabel 3. Dari tabel diketahui rata-rata
hari percepatan laju perkecambahan benih kedelai dari benih awal tabur pada
kadar air 11% sampai pada perlakuan penyimpanan ke 120 hari (P8) rata-rata hari
percepatan laju perkecambahan yang diperoleh sebesar 1,14 hari dan pada benih
dengan kadar air 12% sampai disimpan selama 120 hari sebesar 1,36 hari .
Sedangkan pada kadar air 13% dan kadar air 14% berturut-turut sebesar 2,15 hari
dan 2.74 hari. Dilihat dari hasil rata-rata percepatan laju perkecambahan tiap-tiap

taraf kadar air 11%, 12%, 13 % dan 14%, pada percepatan laju perkecembahan
taraf kadar air 11% mampu memiliki percepatan perlakuan penyimpanan benih
kedelai selama 120 hari (P8) kurang dari 2 hari, kemudian pada taraf kadar air
12% mampu memiliki percepatan laju perkecambahan kurang dari 2 hari
meskipun terlihat kemunduran lama perkecambahan, sedangkan pada taraf 13%
dan 14% memiliki percepatan laju perkecambahan lebih dari 2 hari. Ini
menandakan terdapat interaksi sangat nyata antara lama simpan (P) dan kadar air
(Ka). Apabila benih kedelai disimpan dengan kadar air yang tinggi dengan kurun
waktu simpan yang lama akan mempengaruhi nilai kemunduran rata-rata hari
percepatan laju perkecambahan.
Vigor Benih
Hasil pengamatan pada rata-rata persentase kecambah normal yang vigor
pada benih kedelai disajikan pada tabel 5. Dari tabel diketahui persentase vigor
benih kedelai dari kecambah yang normal pada kadar air 11% sampai pada
penyimpanan ke 120 hari (P8) persentase vigor sebesar 41,58% dan pada benih
dengan kadar air 12% setelah disimpan selama 120 hari persentase vigor benih
sebesar 30,75%. Sedangkan pada kadar air 13% dan kadar air 14% berturut-turut
sebesar 25,50% dan 16,33 %. Dilihat dari persentase vigor di atas 40% dari
kecambah yang normal benih dengan kadar air 11% mampu sampai pada
penyimpanan ke 120 hari (P8), pada kadar air 12% mampu sampai pada
penyimpanan ke 90 hari (P6) dan kadar air 13% dan 14% mampu sampai pada
penyimpanan ke 75 hari (P5). Pada peubah vigor benih terdapat interaksi yang
sangat nyata antara lama simpan dengan kadar air. Apabila benih kedelai
disimpan dengan kadar air yang tinggi dengan kurun waktu simpan yang lama
akan mempengaruhi terhadap jumlah kecambah normal yang vigor.
Field Emergence
Pengamatan percepatan kemunculan benih pada permukaan media tanam
dilakukan pada hari ke 4 setelah benih ditanam. Pada tabel 5 diketahui bahwa
benih kedelai dengan kadar air 11% dapat mempertahankan persentase
kemunculan kecambah diatas 50% sampai pada penyimpanan ke 60 hari (P4)
yaitu sekitar 70,33%. Pada benih kedelai yang disimpan dengan kadar air 12%
juga dapat mempertahankan persentase kemunculan kecambah diatas 50% sampai

pada penyimpanan ke 60 hari (P4), akan tetapi nilai persentase benih kedelai yang
disimpan dengan kadar air 11% jauh lebih besar dari kadar air 12 % yaitu 77,16%
dan di ikuti kadar air 13% dan 14% sebesar 76,5 % dan 77,66% . Sedangkan pada
nilai persentase benih kedelai yang disimpan di atas perlakuan penyimpanan di
atas 60 hari kemunculan kecambah pada permukaan media tanam sampai
perlakuan penyimpaan 120 hari (P8) terdapat kemunduran munculnya benih di
atas permukaan pada taraf kadar air 11% sebesar 14,83 % , pada kadar air 12 %
sebesar 10,48% dan pada kadar air 13% dan 14% memiliki nilai persentase
sebesar 11,16 % dan 9,33%. Ini membuktikan adanya interaksi sangat nyata
antara kadar air dan lama simpan. Apabila benih kedelai disimpan dengan kadar
air yang tinggi dengan kurun waktu simpan yang lama akan mempengaruhi
terhadap jumlah munculnya kecambah di atas permukaan media tanam.
Pembahasan
Hasil penelitian lama simpan dan interaksinya pada peubah kadar air
menunjukkan adanya perubahan kadar air yang terdapat pada benih. Penurunan
maupun kenaikan kadar air pada benih yang disimpan dikarenakan cara
pengemasan yang menggunakan plastik kedap udara sehingga pada benih tidak
terjadi pertukaran udara. Selain kedap udara, pengemasan dilakukan dengan
mengusahakan tidak ada rongga pada kemasan. Akan tetapi perubahan kadar air
pada benih kedelai yang disimpan masih berada pada batas toleransi dari
perlakuan.

Menurut

Kartono

(2004)

penyimpanan

kedap

udara

selain

menghambat kegiatan biologis benih, juga berfungsi menekan pengaruh kondisi
lingkungan seperti suhu dan kelembaban, serta mengurangi tersedianya oksigen,
kontaminasi hama, kutu, jamur, bakteri dan kotoran.
Kadar air awal dan bahan kemasan (pembungkus) sangat berpengaruh
dalam mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan. Selain itu faktor
yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan kedap udara adalah ukuran kantong
plastik yang digunakan harus sesuai dengan jumlah benih dan lamanya benih akan
disimpan.
Varietas Gepak kuning merupakan varietas kedelai berbiji kecil. Pada
Penelitian ini terdapat adanya perubahan kadar air dari masing-masing taraf yang
terdiri dar kadar air 11%, 12%, 13%, 14%. Dari tiap – tiap taraf kadar air terdapat

perubahan kadar air dari perlakuan awal simpan benih sampai dengan
penyimpanan akhir benih, akan tetapi perubahan tiap – tiap taraf kadar air awal
tidak jauh beda dan masih dibatas toleransi yaitu pada kadar air 11% berkisar
antara 10,5% - 11,4%. Untuk kadar air 12 % berkisar antara 11,6% - 12,2% dan
kadar air 13% berkisar antara 12,6% - 13,2%, untuk kadar air 14% juga tidak jauh
beda tingkat perubahan peningkatan atau penurunan kadar air yaitu berkisar antara
13,8% - 14,4%. Hasil pengamatan penelitian ini pada peubah kadar air
kemungkinan pengaruhnya menggunakan jenis kemasan plastik yang kedap
udara . Hal sama juga diungkapkan oleh Suryati (2010) Penyimpanan benih
dengan menggunakan kemasan plastik poliethylen dengan kadar air awal M1 (8,8
% ) selama 1 bulan penyimpanan belum mengalami perubahan, sedangkan pada
penyimpanan bulan ke-2 sampai dengan bulan ke-8 terjadi peningkatan kadar air
namun peningkatannya tidak berbeda nyata.
Hasil

Pengujian

daya

berkecambah

bertujuan

untuk

mengetahui

kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi yang optimum. Menurut
Soetopo (2004) daya berkecambah benih memberikan informasi kepada pemakai
benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi
wajar dalam keadaan kondisi biofisik lapangan yang serba optimum. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap daya kecambah benih kedelai varietas Gepak Kuning
dengan kadar air awal yang berbeda yakni dengan kadar air 11%, 12%, 13% dan
14% dengan periode simpan P0 (0 hari) – P8 (120 hari) diperoleh rata-rata
persentase kecambah normal benih kedelai yang semakin turun seiring dengan
lamanya periode simpan, selain itu rata-rata persentase kecambah normal benih
kedelai yang semakin turun seiring dengan meningkatnya kadar air. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2004) mengatakan
bahwa pada kadar air di atas 11% selama enam bulan penyimpanan benih kedelai
kuning dan kedelai hitam mengalami penurunan daya berkecambah dan vigor
benih kedelai dan daya tumbuh yang rendah. Benih kedelai yang mempunyai daya
kecambah dan vigor yang sudah menurun pertumbuhan bibitnya juga rendah, hal
ini menyebabkan tanaman kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Dari hasil penelitian diketahui persentase kecambah normal (Tabel 2)
menunjukan pada kadar air 11% lebih baik dari pada kadar air 12%, 13% dan

14%. Semakin tinggi kadar air yang terdapat pada benih dan semakin lama
penyimpanan benih akan mempercepat

kemunduran daya kecambah benih

kedelai. Kemunduran daya kecambah benih kedelai dapat diketahui dari
persentase kecambah normal. Benih kedelai yang paling cepat mengalami
kemunduran yaitu benih kedelai dengan taraf kadar air 14 %. Menurut Tatipata
dkk (2002), perkecambahan benih kedelai akan menurun dari perkecambahan
awal yaitu diatas 90% menjadi 0% tergantung varietas kedelai dan kadar air
selama penyimpanan. Penurunan daya kecambah benih kedelai disebabkan oleh
meningkatnya kecambah abnormal dan benih yang mati. Berdasarkan hasil
penelitian ini pengaruh yang nyata terhadap penurunan daya kecambah benih
kedelai adalah meningkatnya kecambah benih kedelai yang abnormal dan benih
yang mati. Peningkatan persentase kecambah yang abnormal dan persentase benih
mati mungkin dikarenakan oleh adanya kebocoran sel yang berimbas pada
hilangnya unsur-unsur dalam benih yang dirombak untuk menghasilkan energi
untuk mensintesis protein yang mana hasil perombakan tersebut digunakan untuk
menghasilkan sel-sel yang berguna pada saat berkecambah.
Menurut Pranoto dkk (1990), benih yang mengandung protein yang tinggi
lebih cepat menyerap air. Dengan cepatnya benih kedelai menyerap air maka
cepat pula terjadi kebocoran-kebocoran pada sel-sel dalam benih kedelai. Menurut
Pitojo (2003), benih kedelai yang keras, berukuran kecil, atau berkulit hitam lebih
tahan disimpan daripada benih kedelai yang tidak keras, berukuran besar, atau
berwarna kuning. Persentase kecambah abnormal meningkat seiring dengan lama
penyimpanan benih dan tingginya kadar air benih yang disimpan. Pada kadar air
11% (Ka1) sampai pada panyimpanan ke 120 hari persentase kacambah abnormal
adalah 22,33%, kadar air 12% (Ka2) sebesar 18% dan pada kadar air 13% (Ka3)
dan 14% (Ka4) sebesar 22,33% dan 25% (Lampiran, Tabel ). Sedangkan hasil
persentase benih mati yaitu pada penyimpanan ke 120 dengan kadar air 11%
(Ka1) sebesar 47,67%, kadar air 12% (Ka2) sebesar 57%, dan kadar air 13%
(Ka3) dengan kadar air 14% (Ka4) sebesar 101 %.
Hasil penelitian pada laju perkecambahan benih kedelai gepak kuning
bertujuan untuk mengetahui kecepatan benih untuk berkecambah pada kurun
waktu yang telah ditentukan. Menurut Harjadi,1986 perkecambahan adalah

serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai
ke bibit yang sedang tumbuh. Dari persentase tabel laju perkecambahan dari 4
taraf kadar air yaitu 11%, 12%, 13, 14% terlihat perbedaan dari laju
perkecambahan dari lama simpan mulai 0 hari (P0) sampai 120 hari (P8).
Berdasarkan hasil pengamatan kecepatan berkecambah benih kedelai gepak
kuning semakin melambat perkecambahan benih seiring lamanya periode simpan.
Dari data penelitian pada Tabel 3 diketahui bahwa persentase laju perkecambahan
pada kadar air 11% lebih baik dari pada kadar air 12%; 13% dan 14%. Semakin
tinggi kadar air yang terdapat pada benih dan semakin lama penyimpanan benih
akan memperlambat kecepatan berkecambah benih kedelai. Pada kadar air 11 %
(Ka1) mampu berkecambah dengan rata-rata hari dari periode simpan 0 hari (P0)
sampai 120 hari (P8) kurang dari 2 hari dengan hasil lama pekecambahan 1,25
hari, pada laju perkecambahan benih kedelai kadar air 12% (Ka2) mampu cepat
berkecambah kurang dari 2 hari sebesar 1,40 hari, sedangkan benih dengan kadar
air 13 % (Ka3) dan benih kadar air 14% (Ka4) dilihat dari tabel 3 hasil rata-rata
hari mampu cepat berkecambah selama periode simpan 120 hari (P8) lebih dari 2
hari dengan rata-rata hari sebesar 2,15 dan 2,74 hari. Pada pengujian laju
perkecambahan kedelai gepak kuning menggunakan metode UKDdp (Uji Kertas
Digulung

Didirikan

dalam

Plastik),

menurut

Soetopo

(2004)

dengan

menggunakan lapisan plastik bertujuan agar mencegah tembusnya substrat kertas
oleh akar. Menurut Baskin (1973) dalam proses perkecambahan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik dari dalam benih itu sendiri maupun dari luar benih.
Faktor dari benih meliputi, tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan
penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor dari luar meliputi, kelembaban
udara, temperatur, oksigen, cahaya matahari yang tersedia dan medium
perkecambahan.
Hasil Penelitian yang diperoleh dari pengujian vigor benih kedelai gepak
kuning dengan perlakuan lama penyimpanan dan kadar air terhadap vigor benih
sangat berbeda nyata. Selain itu terdapat interaksi yang sangat nyata antara kadar
air dengan lama penyimpanan terhadap vigor benih. Penelitan tentang vigor benih
dilakukan dengan melihat rata-rata keseragaman perkecambahan benih dan
pertumbuhan kecambah dari total kecambah normal. Hasil penelitian pada rata-

rata persentase vigor benih kedelai ditunjukan pada Tabel 5. Dari tabel diketahui
persentase vigor benih kedelai dari kecambah yang normal pada kadar air 11%
(Ka 1) sampai pada penyimpanan ke 120 hari (P8) persentase vigor sebesar
41,58% dan pada benih dengan kadar air 12% setelah disimpan selama 120 hari
persentase vigor benih sebesar 30,75%, sedangkan pada kadar air 13% dan kadar
air 14% sebesar 25.50% dan 16,33%. Dilihat dari persentase vigor diatas 40% dari
kecambah yang normal benih dengan kadar air 11% mampu sampai pada
penyimpanan ke 120 hari (P8), kadar air 12% sampai pada penyimpanan ke 90
hari (P6) dan pada kadar air 13% dan 14% pada penyimpanan ke 75 hari (P5).
Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor
genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo, 2004).
Menurut Copeland dan McDonald (1995), proses penuaan atau mundurnya vigor
secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan
jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan “field
emergence”

terhambatnya

pertumbuhan

dan

perkembangan

tanaman,

meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat
menurunkan produksi tanaman.
Field emergence adalah munculnya kecambah di lapangan (Copeland dan
McDonald, 1995). Pada kenyataannya kondisi penanaman di lapang lebih sering
tidak se-optimum kondisi di laboratorium, sehingga lot benih yang mempunyai
persentase daya berkecambah tinggi dapat memiliki nilai pemunculan kecambah
(field emergency) yang rendah di lapang (Taliroso, 2008). Hasil analisis sidik
ragam menunjukan bahwa perlakuan lama penyimpanan benih kedelai pada kadar
air berbeda tarhadap kemunculan kecambah di permukaan media tanam sangat
berbeda nyata akan tetapi antara kadar air dengan lama simpan tidak ada interaksi
yang nyata (Tabel 5). Berdasarkan data rata-rata pemunculan kecambah terhadap
lama simpan, semakin lama benih disimpan mengakibatkan penurunan persentase
kecambah yang muncul. Penyimpanan benih selama 2 bulan atau 45 hari (P3)
rata-rata pemunculan kecambah pada ka 11% adalah 78,33%, kadar air 12 %
sebesar 84%, kadar air 13 % sebesar 84,5 % dan kadar air 14 % sebesar 83,5%.
Setelah penyimpanan benih selama 4 bulan (P8) benih yang digunakan mengalami
kemunduran (detiorasi) dan pemunculan kecambah turun 60 % yaitu pada kadar

air 11% (Ka1) menjadi 14,83%, kadar air 12 % (Ka2) menjadi 10,83%, kadar air
13% (Ka 3) menjadi 11,16%, dan kadar air 14 % (Ka4) menjadi 9,33%. Menurut
Baskin (1973 ) , benih yang telah mengalami deteriorasi setelah terjadinya
imbibisi mempunyai laju respirasi yang lebih rendah dibanding benih yang belum
mengalami deteriorasi. Laju respirasi benih yang rendah maka kemunculan
kecambah dilapang akan semakin menurun.

3.5 Kajian Suhu Dan Kadar Air Terhadap Kualitas Benih Kedelai
Selama Penyimpanan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kedelai varietas
Wilis, Burangrang, dan Baluran yang berasal dari Kabupaten Kabupaten
Semarang, kantong plastic dengan ketebalan 0,8 mm, kapas, dan air. Adapun alat
yang digunakan adalah moistertester, oven (pengukuran kadar air), spray,
penjebit, cawan petri, dan bak perkecambahan.
Kondisi Benih Awal Penyimpanan
Sebelum dilakukan penyimpanan terhdap benih kedelai dilakukan
pengujian benih awal meliputi kadar air, daya tumbuh benih, suhu dan
kelembaban ruang simpan.
Kadar air benih diatas 13% dapat meningkatkan laju kemunduran mutu
benih selama penyimpanan. Laju kemunduran mutu benih dapat diperlambat,
dengan cara kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimum.
Kadar air benih optimal, yaitu kadar air tertentu dimana benih tersebut disimpan
lama tanpa mengalami penurunan mutu benih. Kadar air optimum dalam
penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6-11%. Dari tabel 1 terlihat
bahwa kadar air awal benih adalah 10% diharapkan benih tidak mengalami
kemunduran mutu selama empat bulan penyimpanan.
Pada kondisi awal sebelum penyimpanan tiga varietas kedelai mempunyai
daya tumbuh yang tinggi diatas 95%. Secara statistic daya tumbuh tiga varietas
benih kedelai sebelum penyimpanan adalah tidak berbeda nyata. Benih kemudian
disimpan selama empat bulan, dan setiap bulan dilakukan pengamatan dan
pengujian kualitas benih meliputi susut bobot, kadar air, daya tumbuh, serta
keadaan fisik benih.
Benih kedelai yang disimpan dengan perlakuan tehnik pengemasan dan suhu
ruang penyimpanan mengalami perubahan kadar air selama 4 (empat) bulan
penyimpanan
Dari gambar 1. Terlihat bahwa terjadi kenaikan kadar air setelah benih disimpan
selama 4 (empat) bulan, hal ini terjadi karena terjadinya karena sifat biji kedelai
yang hidroskopis, mudah menyerap uap air dari udara sekitar. Biji kedelai

menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan airnya seimbang dengan
udara sekitar. Jika dianalisa secara statistic dengan uji Duncan taraf kepercayaan
95%, perlakuan tehnik pengemasan dan suhu ruang penyimpanan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kadar air selama 4
(empat) bulan penyimpanan. Untuk mengetahui keeratan hubungan atau interaksi
antara susut berat dengan kadar air benih kedelai perlakuan tehnik pengemasan
dan suhu ruang penyimpanan selama 4 (empat) bulan dilakukan analisa statistic
dengan uji korelasi taraf kepercayaan 95% yang hasilnya tersaji dalam tabel .
Dari tabel 2. Terlihat tingkat keeratan hubungan atau interaksi antara susut berat
dengan kadar air benih kedelai selama penyimpanan tidak begitu besar masih
dibawah 20%.
Susut Berat
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi fisik benih kedelai sampai bulan
ketiga penyimpanan masih bagus, tidak ditemukan adanya hama bubuk, hama
bubuk mulai muncul pada penyimpanan bulan keempat pada perlakuan
penyimpanan pada suhu kamar dengan tehnik pengemasan benih tanpa vakum.
Hal ini terjadi karena pada tehnik penyimpanan tanpa kedap udara masih
dimungkinkan adanya pertukaran udara dari dalam tempat penyimpanan benih
dengan lingkungan sekitar sehingga memungkinkan hama bubuk untuk masuk
dan berkembang biak. Tetapi populasi benih yang terkena hama bubuk relative
sangat sedikit hanya sekitar 1%. Terjadi perubahan berat benih dari berat awal
sampai benih mengalami proses penyimpanan dengan perlakuan tehnik
pengemasan dan suhu ruang penyimpanan selama empat bulan.
Perubahan berat benih setelah mengalami penyimpanan selama tiga
bulan,perubahan berat ini berkaitan dengan perubahan kadar air selama
penyimpanan.

Dimana

selama

penyimpanan

benih

kedelai

berusaha

menyeimbangkan kandungan airnya dengan udara sekitar, mengingat sifat biji
kedelai yang hidroskopis mudah untuk menyerap atau mengeluarkan air dari atau
ke udara sekitar. Tetapi jika diuji secara statistic dengan uji regresi taraf
kepercayaan 95%, perubahan berat ini tidak signifikan dan dengan uji Duncan

taraf kepercayaan 95% tidak terlihat adanya beda nyata susut berat antara
perlakuan penyimpanan selama empat bulan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jurnal 1
1.Benih kedelai yang mengalami kemunduran dapat dicerminkan oleh
menurunnya kadar fosfolipid, protein membran, fosfor anorganik mitokondria,
aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase serta laju respirasi
2.Benih kedelai yang disimpan dengan kadar air 8% dan 10% di dalam kantong
plastik polietilen dan kantong aluminium foil dapat mempertahankan mutu yang
tetap tinggi selama penyimpanan 6 bulan.
Jurnal 2
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa :
1. Terdapat interaksi antara warna kulit benih kedelai dan suhu ruang simpan.
2. Benih kedelai hitam yang disimpan dalam kantong plastik dan kaleng pada
suhu rendah dan tinggi selama enam bulam, mampu mempertahankan daya
tumbuh (>90%) dan vigor serta pertumbuhan bibit yang tinggi.
3. Benih kedelai kuning yang disimpan pada suhu rendah dapat mempertahankan
daya tumbuh (80%), vigor dan pertumbuhan bibit yang tinggi. Penyimpanan pada
suhu tinggi menyebabkan penurunan kualitas benih dipercepat mulai dua bulan
disimpan (41,0%).
4. Penyimpanan benih kedelai hitam dan kuning pada suhu rendah mampu
mempertahankan kualitas benih tetap tinggi selama enam bulan disimpan.
Jurnal 3
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa tempat penyimpanan benih kedelai
dengan kaleng tertutup dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih tetap
tinggi.
Jurnal 4
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan :
1. Benih kedelai varietas Gepak Kuning dengan kadar air 11% mulai
terjadi kemunduran benih setelah periode simpan 75 hari (P5),
sedangkan kadar air 14% mulai terjadi kemunduran benih setelah
benih mulai disimpan selama 15 hari (P1).

2. Benih kedelai dengan kadar air yang tinggi lebih cepat mengalami
kemunduran dan tidak dapat disimpan dengan masa simpan yang
lama.

Jurnal 5
Susut berat dan kadar air benih kedelai selama tiga bulan dengan
perlakuan tehnik pengemasan dan suhu ruangan penyimpanan tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih
semua varietas.
• Penyimpanan benih kedelai selama tiga bulan dengan perlakuan
tehnik pengemasan plastic kedap udara memberikan rata-rata daya
berkecambah lebih baik dari pada tanpa vakum meskipun secara
statistic dengan uji Duncan α=95% tidak berbeda nyata untuk semua
varietas.
• Selama tiga bulan penyimpanan factor suhu ruangan belum
berpengaruh terhadap daya berkecambah semua perlakuan.

4.2 Saran
Selain pengaruh suhu, kadar air, kelembapan, dan kemasan, dalam penyimpanan
benih kedelai sebaiknya perlu memperhatikan faktor yang lain pula seperti sifat
genetik, kondisi kulit benih, dan komposisi gas yang belum banyak diteliti
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford and IBH Publishing Co., New
Delhi –Bombay – Calcuta.
Byrd,

H.W.1983.”Pedoman

Teknologi

Benih”.diterjemahkan

oleh

Emid

Hamidin.PTPEmbimbing Masa. Jakarta.
Chai, J., R Ma, L. Li, Y. Du. 2002. Optimum Moisture Contents of Seed
Agricultural
Copeland. L.O. and M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and
Technology.Burgess Publishing Company, New York.
Delouche, J. C. And E. D. Rodda. 1976. Seed Quality Storage of Soybeans. in R.
M.
Goodman (ed.) Expanding the Use of Soybean. Proc. Conf. For Asia and
Oceania.University of Illinois, Urbana
Harwono,D.,Fathan Mujahir,M.Muchlis dan Soleh Solahudin.19992.”Pengaruh
Cekaman Kekeringan Terhadapa Hasil dan Mutu Kedelai”. Risalah Seminar
Hasil Penelitian Tanaman Pengan diBialiitan Malang.61-67.
Isbagio, P. 1979. Evaluasi dan Interpretasi dalam Pengujian Benih Menuju
Standarisasi Benih. Lembaga Penyuluhan Pertanian, Bogor
Kartono. 2004. Teknik penyimpanan benih kedelai varietas wilis pada kadar air
dan suhu penyimpanan yang berbeda. Buletin Teknik Pertanian 9: 79-82.
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan
Benih. Kanisius, Yogyakarta.
Tatipata, Aurellia. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan, dan lama simpan
terhadap protein membrane dalam mitokondria benih kedelai. Buletin Agronomi
36: 8-16
Viera. R.D. ; D.M. Tekrony ; D.B. Egli and M. Rucker. 2001. Electrical
conductivity of Soybean seeds sfter storage in several environments. Seed Science
and Technology., 29. 599-608.
Soeprapto, H. 1985. Bertanam Kedelai. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.