Karya Tulis Makalah sekolah tentang Pida

KARYA TULIS
BAHASA INDONESIA

“PIDATO“

Disusun Oleh:
REVAL ABADI PRATAMA
Kelas IX F

SMPN 02
KOTA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan HidayahNya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan tugas Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“PIDATO” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga Karya Ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan serta dalam
kehidupan sehari-hari.

Harapan saya semoga Karya Tulis ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca khususnya bagi diri saya,
sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan
dan kurangnya pengalaman yang saya miliki. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bengkulu, ...................................
Penyusun

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................
i
KATA PENGANTAR..........................................................................
ii
DAFTAR ISI.........................................................................................
iii


BAB I PENDAHULUAN
A. Abstrak............................................................................................
1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pidato............................................................................
2
B. Fungsi Pidato..................................................................................
2
C. Jenis-Jenis Pidato............................................................................
3
D. Kerangka Susunan Pidato...............................................................
6
E. Langkah-Langkah Penyusunan Pidato...........................................
7
F. Persiapan Pidato..............................................................................
15
G. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Berpidato.........................
15


BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
16

DAFTAR PUSTAKA

iii

iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Abstrak
Berbicara

yang

akan


dapat

meningkatkan

kualitas

eksistensi

(keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi
berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur
(rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti
berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh
seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena
itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato.
Pada saat berpidato sudah dapat dipastikan bahwa akan terjadi
hubungan antara yang berpidato dengan yang diberi pidato. Oleh sebab itu
maka yang berpidato (pembicara) hendaknya mempersiapkan dirinya dengan
sebaik-baiknya, agar tercapai apa yang diharapkannya. Pidato yang baik dapat
memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato

tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik /
umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Untuk berpidato sangat diperlukan pengetahuan yang cukup,
keberanian dan ketabahan mental yang kuat, disamping telah memahami
tehnik dan pedoman berpidato. Untuk itu agar mahir dalam menyampaikan
pidato yang baik maka yang bersangkutan seharusnya menambah pengetahuan
dan melatih diri dengan serius. Dan dalam Karya Tulis ini akan disuguhkan
semua yang berkaitan dengan pidato yakni pengertian pidato, tujuan pidato,
jenis-jenis pidato, kerangka susunan pidato, langkah-langkah penyusunan
pidato, persiapan sebelum melakukan pidato, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam berpidato.

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang dilakukan
di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai

alatnya.
Berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran
dalam bentuk kata-kata (lisan) yang ditujukan kepada orang banyak dalam
sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Menurut Emha Abdurrahman dalam bukunya tehnik dan pedoman
berpidato, pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal
(masalah) dengan mengutarakan keterangan sejelas-jelasnya di hadapan massa
atau orang yang banyak pada suatu waktu tertentu.
Namun, dalam abad modern ini saluran-saluran berpidato tidak terbatas
kepada pidato secara langsung di depan massa melainkan bisa menggunakan
saluran-saluran lain, misalnya pidato di saluran radio, saluran televisi, atau
rekaman pada kaset.
B. Fungsi Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan yang disarankan
dengan suka rela,
2. Menyampaikan

informasi


dan

atau

suatu

pemahaman

kepada

pendengarnya,
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga
orang lain senang dan puas dengan ucapan yang disampaikan,
4. Mendidik,

2

5. Propaganda,
6. Penyambung lidah seseorang.

Dengan melihat beberapa fungsi pidato diatas maka seseorang dapat
dengan lebih jelas menentukan sikap pada saat akan atau ketika sedang
berpidato, bahkan dengan mengetahui manfaat tersebut seseorang yang
berpidato dapat mengukur sendiri, apakah pidato yang dibawakannya itu
berhasil ataukah gagal.
C. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan


atas:
1.

Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh
pembaca acara atau mc (master of ceremony).

2.

Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu
pertemuan.


3.

Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu
acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh
beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.

4.

Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang
yang berpengaruh ketika akan meresmikan sesuatu.

5.

Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan
suatu tugas atau kegiatan.

6.

Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu
laporan pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.

Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan



sebelum melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan atas:
1. Pidato Impromptu (serta merta) yaitu pidato yang dilakukan secara
tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Misalkan apabila
seseorang

menghadiri

pesta

dan

tiba-tiba

dipanggil

untuk


menyampaikan pidato maka pidato yang disampaikan itu adalah pidato
jenis impromptu.
3

Keuntungan :
 Lebih mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya,
karena pembicara tidak sempat lebih dalam memikirkan apa yang
akan ia sampaikan.
 Gagasan datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.
 Memungkinkan Pembicara terus berpikir.
Kerugian :
 Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar
pengetahuan yang tidak memadai.
 Mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar dan tersendatsendat.
 Biasanya gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan ngawur.
 Pembicara kemungkinan besar biasanya demam panggung.
2. Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku
istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Karena
pembicara akan membacakan pidato dari awal sampai akhir. Jenis
pidato ini sangat perlu dilakukan, jika isi pidato yang akan
disampaikan tidak boleh terdapat kesalahan. Misalnya, ketika
seseorang diminta untuk melaporkan keadaan keuangan, berapa
pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan berapa pengeluaran serta
untuk apa uang dikeluarkan, orang tersebut perlu menuliskannya
dalam bentuk naskah dan baru kemudian membacakannya. Manuskrip
juga sangat dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit
saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :


Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat
menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang,



Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun
kembali,



Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah
disiapkan,

4



Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari,



Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.

Kerugian :
 Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak
berbicara langsung kepada mereka,
 Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia
lebih berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan
gerak dan bersifat kaku,
 Umpan

balik

dari

pendengar

tidak

dapat

mengubah,

memperpendek atau memperpanjang pesan,
 Pembuatannya lebih lama.
3. Pidato Memoriter yaitu pesan pidato yang ditulis dalam bentuk
naskah kemudian dihapalkan kata demi kata.
Keuntungan :
 Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki persiapan
yang baik,
 Jika mampu menghapalnya pidato akan lancar,
 Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
Kerugian :
 Pidato tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak akan
mampu menarik perhatian hadirin,
 Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih
pada usaha untuk mengingat kata-kata,
 Memerlukan banyak waktu persiapan.
4. Pidato

Ekstemporan

yaitu

pidato

yang

telah

dipersiapkan

sebelumnya berupa garis-garis besar (outline) dan pokok penunjang
pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha
mengingatnya kata demi kata. Pidato jenis ini adalah pidato yang
paling baik dan paling sering digunakan oleh pembicara yang telah
mahir dan berpengalaman. Out-line hanya merupakan pedoman untuk
mengatur gagasan yang ada dalam pikiran pembicara.

5

Keuntungan :
 Komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena pembicara
berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya,
 Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan
penyajiannya lebih spontan.
Kerugian :
 Memerlukan latihan yang intensif bagi pembicaranya
 Kemungkinan menyimpang dari garis besar besar sangat besar,
 Kefasihan bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata
 Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato
dibedakan atas:
1. Pidato Informatif (memberitahu/mengabarkan)adalah pidato yang
tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang menjadi
tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan adalah adanya pengertian
dan pemahaman pendengar atas informasi yang disampaikan.
2. Pidato Persuasif (mendorong/mengajak) adalah pidato yang tujuan
utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar mau
menerima ajakan yang disarankan secara sukarela bukan dengan sukar
rela. Reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi agar
pendengar

dapat

menyutujui

atau

meyakini

dan

mungkin

membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengar.
3. Pidato Rekreatif (menghibur) adalah pidato yang tujuan utamanya
adalah menyenangkan atau menghibur orang lain. Reaksi yang
diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu
kegembiraan.
Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam kenyataannya ketiga
jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling melengkapi
satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata hanya terletak
pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.
D. Kerangka Susunan Pidato
6

Skema susunan suatu pidato yang baik :
1. Pembukaan dengan salam pembuka,
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana,
langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
E. Langkah-Langkah Penyusunan Pidato
Sebelum berpidato, berdakwah, atau berceramah, seseorang harus
mengetahui lebih dulu apa yang akan disampaikan dan tingkah laku apa yang
diharapkan dari khalayak; bagaimana akan mengembangkan topik bahasan.
Dengan demikian, dalam tahap persiapan pidato, ada dua hal yang harus
dilakukan, yaitu: (1) Memilih Topik dan Tujuan Pidato dan (2)
Mengembangkan Topik Bahasan.
1. Memilih Topik dan Tujuan Pidato
Seringkali seseorang menjadi bingung ketika harus mencari topik
yang baik, seakan-akan dunia ini kekeringan bahan pembicaraan, seakanakan dirinya tidak memiliki keahlian apa-apa. Jangan bingung, karena
sebenarnya setiap orang memiliki keahlian masing-masing, hanya diri
seringkali tidak menyadarinya. Mang Endang mungkin tidak dapat
berbicara tentang hukum waris dengan baik, tetapi Mang Endang dapat
dengan lancar berbicara tentang cara memperbaiki mobil yang rusak. Pak
Haji Holis mungkin akan sangat lancar berbicara tentang hukum waris,
tetapi hampir pasti beliau akan gagap jika diminta menjelaskan bagaimana
caranya memperbaiki mobil yang mogok. Inilah yang disebut keahlian
spesifik. Setiap orang punya potensi untuk ahli di bidangnya masingmasing. Hal yang akan menjadi masalah bagi seseorang ketika harus
berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri berbicara tentang
persoalan yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya (Numawi
kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu urang nyalira henteu ngartos
kana naon anu dicarioskeun!).

7

8

1.1 Kriteria Topik yang Baik
Untuk menentukan topik yang baik, seseorang dapat menggunakan
ukuran-ukuran sebagai berikut:
Topik Harus Sesuai dengan Latar Belakang Pengetahuan Pembicara
Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan kemungkinan
Anda lebih tahu daripada khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan
kebanyakan pendengar. Jika Anda merupakan orang yang paling tahu
tentang tata cara sholat yang baik dibandingkan dengan orang lain, maka
berpidatolah dengan tema atau topik itu; sebaliknya jika Anda tidak begitu
paham tentang tata cara sholat yang baik, jangan pernah Anda
memaksakan diri untuk berbicara tentang masalah itu.
Topik Harus Menarik Minat Pembicara
Topik yang enak dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda
senangi atau topik yang paling menyentuh emosi Anda. Anda akan dapat
berbicara lancar tentang kaitan berpuasa dengan ketentraman hati, sebab
Anda pernah merasa tidak tenang ketika pernah tidak berpuasa secara
sengaja di bulan ramadhan.
Topik Harus Menarik Minat Pendengar
Dalam berdakwah atau berpidato, seseorang berbicara untuk orang
lain, bukan untuk dirinya sendiri. Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar
atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus berbicara tentang sesuatu yang
diminati mereka. Walaupun hal-hal yang menarik perhatian itu sangat
tergantung pada situasi dan latar belakang khalayak/hadirin, namun hal-hal
yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang menyentuh rasa kemanusiaan,
petualangan, konflik, ketegangan, ketidakpastian, hal yang berkaitan
dengan keluarga, humor, rahasia, atau hal-hal yang memiliki manfaat
nyata bagi hadirin adalah topik-topik yang akan menarik perhatian.
Topik Harus Sesuai dengan Pengetahuan Pendengar
Betapapun baiknya topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik
itu bukan saja tidak menarik tetapi bahkan akan membingungkan mereka.
Oleh karena itu, sebelum Anda menentukan topik dakwah, ketahuilah

9

terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat pengetahuan pendengar yang
menjadi khalayak sasaran pidato Anda. Gunakanlah bahasa, gaya bahasa,
dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin, bukan istilah-istilah yang
hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah itu keren sekali).
Topik Harus Jelas Ruang Lingkup dan Pembatasannya
Topik yang baik tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya
memperoleh ulasan sekilas saja, atau “ngawur”. Misalnya, Anda memilih
topik Agama, tetapi orang tahu agama itu luas sekali. Agama bisa
menyangkut moralitas, sistem kepercayaan, cara beribadat, dan lain-lain.
Agar topik yang diambil jelas, maka ambilah misalnya tentang cara
beribadat, lebih jelas lagi ambilah topik tentang sholat yang khusu’, dan
seterusnya.
Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
Maksudnya, seseorang harus memilih topik pidato atau topik dakwah
yang sesuai dengan waktu yang tersedia dan situasi yang terjadi. Jika Anda
diberikan waktu untuk berbicara selama 10 menit, janganlah Anda
memilih topik yang terlalu luas yang tidak mungkin dijelaskan dalam
waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di hadapan para santri yang
rata-rata usianya belum akil baligh, janganlah Anda memilih topik dakwah
tentang tata cara hubungan suami-istri, bicaralah tentang kebersihan
sekolah, misalnya.
Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
Jika Anda memilih topik tentang Hadits Shahih dan Dhoif, lengkapi
bahan pembicaraan Anda dengan sumber-sumber rujukan (bisa berupa:
kitab, buku, atau perkataan ulama) yang sesuai.
1.2. Merumuskan Judul Pidato
Hal yang erat kaitannya dengan topik adalah judul. Bila topik adalah
pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan
untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahulu
kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan terlebih dahulu. Judul

10

yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan
singkat. Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan;
Propokatif artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme
pendengar; Singkat berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek
kalimatnya, dan mudah diingat.
1.3. Menentukan Tujuan Pidato
Ada dua macam tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan

umum

memberitahukan

pidato

biasanya

(informatif),

dirumuskan

mempengaruhi

dalam

tiga

hal:

(persuasif),

dan

menghibur (rekreatif). Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan
dari tujuan umum. Tujuan khusus bersifat kongkret dan sebaiknya dapat
diukur tingkat pencapaiannya atau dapat dibuktikan segera.
Hubungan antara topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat
dilihat pada contoh-contoh di bawah ini:
Topik

: Faedah memiliki sifat pemaaf

Judul

: Pemaaf Sumber Kebahagiaan

Tujuan Umum

: Informatif (memberi tahu)

Tujuan Khusus

: Pendengar mengetahui bahwa:
 Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani
dan rohani
 Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa
dan kesehatan

2. Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan
Bila topik yang baik sudah ditemukan, maka yang diperlukan adalah
keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang
(supporting points) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat
kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah pengertian. Ada enam
macam teknik pengembangan bahasan dalam berpidato antara lain:

11

Penjelasan. Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap istilah
atau kata-kata yang disampaikan. Memberikan penjelasan dapat dilakukan
dengan cara memberikan pengertian atau definisi. Misalnya, istilah Iman
kepada Allah Anda jelaskan dengan kalimat: “Iman adalah rasa percaya
dan yakin akan kebenaran adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan
dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.”
Contoh. Contoh adalah upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga
lebih mudah untuk dipahami. Contoh dalam pidato dapat berupa cerita
yang rinci yang disebut ilustrasi. Untuk memberikan contoh tetantang
kesabaran, misalnya Anda menggunakan cerita tentang kesabaran Nabi
Ayub dalam menghadapi cobaan Allah melalui penyakit kulit yang
dideritanya.
Analogi. Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk
menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam analogi:
analogi harfiyah dan analogi kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy)
adalah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok yang sama,
karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Misalnya,
membandingkan manusia dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan
adalah perbandingan di antara objek-objek di antara kelompok yang tidak
sama.
Testimoni. Testimoni ialah pernyataan ahli yang dikutip untuk menunjang
pembicaraan pembicara. Pendapat ahli itu dapat diambil dari pidato
seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara televisi, dan lain-lain, termasuk
kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.
Statistik. Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk
menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik diambil
untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas, dan meyakinkan.
Misalnya, untuk melukiskan betapa bobroknya akhlak generasi muda di
Indonesia, seseorang menggunakan kalimat, “Wahai saudara-saudara,

12

menurut hasil penelitian, saat ini lebih dari 65 persen remaja di Indonesia
telah melakukan hubungan seks sebelum nikah…”
Perulangan. Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan yang sama
dengan kata-kata yang berbeda. Perulangan berfungsi untuk menegaskan
dan mengingatkan kembali.
2.1. Teknik Menyusun Pesan Pidato
H.A. Overstreet, seorang ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi
manusia, berkata, “let your speech march”. Suruh pidato Anda berbaris
tertib seperti barisan tentara dalam suatu pawai. Pidato yang tersusun tertib
(well-organized)

akan

menciptakan

suasana

yang

favorable,

membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas,
sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok, dan
menunjukkan

perkembangan

pokok-pokok

pikiran

secara

logis.

Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu sendiri atau
dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama disebut
organisasi pesan (messages organization) dan yang kedua disebut
pengaturan pesan (message arrangement).
2.2. Organisasi Pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence),
yaitu: deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.
Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama,
kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan,
dan bukti. Urutan induktif dikemukakan perincian-perincian dan
kemudian menarik kesimpulan. Jika seseorang menyatakan dulu mengapa
perlu menghentikan kebiasaan merokok, lalu menguraikan alasanalasannya, berati orang tersebut menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila
seseorang

menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter

tentang akibat buruk merokok dan kemudian menyimpulkan bahwa rokok

13

berbahaya bagi kesehatan, maka orang tersebt menggunakan urutan
induktif.
Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya
peristiwa.
Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau dari akibat
ke sebab. Bila Anda menjelaskan proses kekufuran dari sebab-sebabnya
lalu ke gejala-gekalnya, maka Anda mengikuti urutan logis dari sebab ke
akibat..
Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan
jika pesan berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik
lokasi..
Urutan

topikal,

pesan

disusun

berdasarkan

topik

pembicaraan:

klasifikasinya, dari yang penting ke yang kurang penting, dari yang mudah
ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing.
2.3. Pengaturan Pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kemudian perlu
menyesuaikan organisasi pesan ini dengan cara berpikir khalayak
pendengar. Urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia
disebut oleh Alan H. Monroe sebagai motivated sequence (urutan
bermotif). Menurut Monroe, ada lima tahap urutan bermotif: perhatian
(attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi
(visualization), dan tindakan (action).
Dengan demikian, pidato yang baik dan efektif adalah pidato yang sejak
awal mampu membangkitkan perhatian khalayak pendengar, mampu
membuat pendengar merasakan adanya kebutuhan tertentu, memberikan
petunjuk

bagaimana

cara

memuaskan

kebutuhan

tersebut,

dapat

menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang dianjurkan
kepadanya, dan akhirnya mampu menggerakkan khalayak untuk bertindak
sesuai anjuran yang disarankan.

14

Misalnya, seseorang akan mengajak yang lainnya untuk memotong
rambutnya yang gondrong. Pembicara memulai pembicaraan dengan
melontarkan perkataan: “Lihat rambutmu!!! Kutu-kutu bergelantungan
dengan bebasnya…” Anda sedang memasuki tahap perhatian. Lalu Anda
berkata lagi, “Kutu-kutu itu tentu membuat kepalamu gatal dan kamu pasti
tidak

bisa

tidur

nyenyak…”

Anda

tengah

berada

pada

tahap

membangkitkan kebutuhan. “Memotong rambut itu mudah dan murah,
cukup dengan uang Rp 3.000 atau bahkan gratis…” Anda masuk pada
tahap pemuasan. “Jika kamu tetap membiarkan rambutmu jabrig begitu
dan membebaskan kutu-kutu menyedot darahmu, kamu tampak seperti
orang kurang waras dan mustahil gadis-gadis di desa ini akan tertarik
kepadamu…, tapi jika kamu cepat memotong dan merapihkan rambutmu,
kutu-kutu itu akan segera mengucapkan selamat tinggal pada kepalamu
dan gadis-gadis cantik akan mengucapkan selamat datang arjunaku…”
Anda sudah masuk pada tahap visualisai. “Ayo, cukurlah rambutmu
sekarang…!!!” Anda melakukan tahap tindakan.
2.4. Membuat Garis-garis Besar Pidato
Garis-garia besar (out-line) pidato merupakan pelengkap yang
amat berharga bagi pembicara yang berpengalaman dan merupakan
keharusan bagi pembicara yang belum berpengalaman. Garis besar pidato
ibarat peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan
retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis
besar yang salah akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, dan garis
besar yang teratur akan menertibkan “jalannya” pidato.
Garis-garis besar pidato yang baik terdiri dari tiga bagian:
pengantar, isi, dan penutup. Dengan menggunakan urutan bermotif dari
Alan H. Monroe, dapat dibagi menjadi lima bagian: perhatian, kebutuhan,
pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada
pengantar; kebutuhan, pemuasan, dan visualisasi ditempatkan pada isi; dan
tindakan ditempatkan pada penutup pidato.

15

16

F. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan
persiapan berikut ini :
1.

Mengetahui wawasan pendengar pidato secara umum

2.

Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan

3.

Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.

4.

Mengetahui jenis pidato dan tema acara.

5.

Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.

G. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Berpidato
Berpidato yang baik harus memperhatikan beberapa syarat, diantaranya :
1. Berbusana yang sopan dengan melihat situasi, macam latar belakang
pendengarnya, acara yang akan disuguhkan panitia.
2. Pergunakan bahasa yang sopan dan komunikatif sesuai dengan tingkat
bahasa pendengarnya. Pergunakan bahasa baku jika berpidato dalam
forum resmi, misalnya : seminar, rapat, sidang dsb.
3. Materi pidato harus sesuai dengan yang diinginkan pendengar. Jangan
menggunakan materi yang justru bertentangan dengan kemauan, adat,
norma, agama atau tatanan yang dianut oleh masyarakat pendengar.
4. Penampilan harus dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah diri,
takut, bingung atau grogi. Jangan memfonis pendengar dengan
memaksakan pendapat atau kehendak.

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai
alatnya.

2.

Fungsi Pidato antara lain: mempengaruhi orang lain, menyampaikan
informasi dan atau suatu pemahaman, menghibur, mendidik, propaganda,
penyambung lidah seseorang.

3.

Jenis-Jenis Pidato
 Berdasarkan sifat dan isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:
Pidato Pembukaan, Pidato Pengarahan, Pidato Sambutan, Pidato
Peresmian, Pidato Laporan, dan Pidato Pertanggungjawaban,
 Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan sebelum
melakukan

pidato,

jenis-jenis

pidato

dibedakan

atas:

Pidato

Impromptu (serta merta), Pidato Manuskrip, Pidato Memoriter, dan
Pidato Ekstemporan.
 Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato
dibedakan atas: Pidato Informatif, Pidato Persuasif, dan Pidato
Rekreatif.
4.

Kerangka Susunan Pidato adalah pembukaan dengan salam pembuka,
pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi, Isi atau materi pidato
secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll,
penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

5.

Kriteria topik yang baik sebagai berikut: topik harus sesuai dengan latar
belakang pengetahuan pembicara, menarik minat pembicara, menarik
minat pendengar, sesuai dengan pengetahuan pendengar, jelas ruang
lingkup dan pembatasannya, sesuai dengan waktu dan situasi, ditunjang
dengan bahan yang lain.

18

6.

Dalam merumuskan judul pidato sebaiknya harus memenuhi tiga syarat,
yaitu: relevan, propokatif, dan singkat.

7.

Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan dalam Berpidato ada enam
macam yakni: Penjelasan, Contoh, Analogi, Testimoni, Statistik,
Perulangan.

8.

Dalam menyusun sebuah pidato dan mengurutkan gagasan utama dan
penjelas yang disebut Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam
urutan (sequence), yaitu: deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial,
dan topikal.

9.

Dalam penyampaian pesan pidato, pesan harus sejalan dengan urutan
proses berfikir manusia yakni disebut sebagai motivated sequence
(urutan bermotif) yang terdiri atas lima urutan yakni : perhatian
(attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi
(visualization), dan tindakan (action).

10. Dalam melakukan pidato sebaiknya mengadakan persiapan antara lain
seperti:

Mengetahui

wawasan

pendengar

pidato

secara

umum,

mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan,
menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti, mengetahui
jenis pidato dan tema acara, menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan
pidato, dsb.
11. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Berpidato diantaranya : berbusana
yang sopan dengan melihat situasi, macam latar belakang pendengarnya,
acara yang akan disuguhkan panitia; pergunakan bahasa yang sopan dan
komunikatif sesuai dengan tingkat bahasa pendengarnya; materi pidato
harus sesuai dengan yang diinginkan pendengar; penampilan harus
dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah diri, takut, bingung atau
grogi.

19

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Emha. ______. Tehnik dan Pedoman Berpidato. Surabaya: CV.
Amin
Al

Ansori,
Sofyan.
2010.
Jenis-Jenis
http://copiyan.wordpress.com/2010/02/28/jenis-jenis-pidato/
tanggal 4 Mei 2010)

Pidato.
(diakses

Anonim. 2008. Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan dan Persiapan
Pidato Sambutan. http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifatmetode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan (diakses tanggal 4 Mei
2010)
Anonim. 2010. Jenis Pidato. http://archevn.host22.com/page4.html (Diakses
tanggal 4 Mei 2010)
Anonim.
2010.
Langkah-langkah
Menyusun
Pidato.
http://palakacomputer.blogspot.com/2010/01/langkah-menyusunpidato.html (Diakses tanggal 14 Mei 2010)
Isdaryanto.
2010.
Pengertian
Pidato
dan
Kata
http://www.isdaryanto.com/kumpulan-contoh-pidato-lengkap
tanggal 4 Mei 2010)

Sambutan.
(diakses

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya